Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ELEKTROKIMIA

Disusun Oleh
Kelompok 3
Kelas C

Agung Jurifal Maulana (1807124901)


Jessica Jesslyn Mamahit (1807113597)
Kristina Octavia (1807124805)
Nila Wulantika (1807124317)
Zulfri Sitorus (1807113612)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 1
1.1 Elektrokimia ................................................................................................. 1
1.2 Hukum Faraday ............................................................................................ 5
1.3 Persamaan Nernst ......................................................................................... 6
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN .................................................................. 8
2.1 Alat-Alat yang Digunakan ............................................................................ 8
2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan ..................................................................... 8
2.3 Prosedur ........................................................................................................ 8
BAB III HASIL DAN DISKUSI .............................................................................. 12
3.1 Hasil Percobaan .......................................................................................... 12
3.2 Diskusi ........................................................................................................ 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16
4.2 Saran ........................................................................................................... 16
BAB V TUGAS DAN PERTANYAAN ................................................................... 17
5.1 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro.................................. 17
5.2 Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst ................................. 18
5.3 Pertanyaan .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20
LAMPIRAN A DOKUMENTASI
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Elektrolisis Menentukan Bilangan Avogadro .............. 9


Gambar 2.2 Rangkaian Alat Mengukur GGL sel dan Menguji Persamaan Nersnt ... 10
Gambar 5.1 Grafik Log[Zn2+]/[Cu2+] vs Esel ............................................................ 17
iii

GAMBAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Larutan Pada Katoda dan Anoda ......................................... 11


Tabel 3.1 Pengamatan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro ............. 12
Tabel 3.2 Pengamatan Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst ............ 13
Tabel 3.3 Hasil dari Pengukuran GGL Sel ................................................................. 13
Tabel 5.1 Hasil Esel sebagai Fungsi Log ..................................................................... 17
1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Elektrokimia
Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas yaitu yang menghasilkan arus
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik
elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta dan energi bebas sistem
kimianya berkurang; sistem itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor.
Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap sistem
kimia), dan energi bebas sistem kimia bertambah Elektrokimia adalah didiplin ilmu
kimia yang memperlajari tentang perubahan zat yang menghasilkan arus listrik atau
perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik (Keenan, 1980).
Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron
pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya
(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua
sel setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang
ditimbulkan dapat digunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel
elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial listrik antara anoda
dan katoda (Oxtoby, 1999).
Elektron mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini akan
menimbulkan perbedaan potensial antara ke-2 elektroda. Perbedaan potensial akan
mencapai maksimum ketika tidak ada arus yang mengalir. Perbedaan maksimum ini
dinamakan GGL sel atau E sel. Nilai E sel tergantung pada berbagai faktor. Bila
konsentrasi larutan seng dan tembaga 1,0 M dan suhu sistem 298K (250C), E sel
berada dalam keadaan standar dan diberi simbol E0sel (Underwood, 1991).
Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25oC (298.15 K), pada
keaktifan satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada
tekanan 1 bar (105 Pa) (Oxtoby,1999).
2

1.1.1 Sel Volta


Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan
aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi kezat kimia
yang direduksi. Dalam menyetarakan reaksi redoks, kita dapat memecahkan reaksi itu
menjadi dua bagian yaitu setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Pada
reaksi reduksi, zat-zat yang direaksikan dicanpur dalam satu wadah sehingga terjadi
reaksi yang disertai pelepasan dan penyerapan kalor (Keenan, 1980).
a. Potensial Sel (EoSel)
Selain dengan menggunakan percobaan dan voltmeter, potensial sel (EoSel)
dapat juga ditentukan secara teoritis. Potensial sel (EoSel) adalah penjumlahan dari
potensial anoda dengan potensial katoda.
b. Potensial Elektroda
Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan karena elektron-elektron
mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif

1.1.2 Macam-Macam Sel Volta


a) Sel Kering atau Sel Leclance
Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll.
Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk
grafit) terlindungi oleh pasta karbon, MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya adalah lapisan
luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian bawah baterai sebagai terminal
negatif.
Reaksi Anoda adalah oksidasi dari seng :
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Reaksi Katoda :
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang dihasilkan
pada anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+
3

b) Sel Aki
 Katoda : PbO2
 Anoda : Pb
 Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O (total)
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat dalam reaksi tersebut. Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat
diisi ulang (recharge) dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses
elektrolisis, dengan reaksi:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
c) Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah suatu sel Galvani dimana selalu tersedia pereaksi yang
dialirkan ke elektroda sehingga sel selalu bekerja secara kontinu. Sel Bacon terdiri
dari anoda nikel dan katoda nikel. Nikel oksida dengan elektrolit larutan KOH.
Elektroda tersebut berpori dan gas- gas berdifusi sehingga bersentuhan dengan
eletroda.
Reaksi anoda (-) 2H2 + 4OH → 4H2O +4e-
Reaksi katoda (+) 2H2O+O2+4e- → 4OH-
Reaksi sel 2H2O+O2 → 2H2O
d) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
4

Cd(s) + 2OH- (aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-


2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa (Oxtoby,1999).

1.1.2 Sel Elektrokimia


Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani
(atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang
dapat digunakan untuk melakukan kerja. Elektrolisis adalah peristiwa elektrolit dalam
sel elektrolisis oleh arus listrik. Arus listrik berasal dari sumber arus baterai atau aki
yang menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion
negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan
oksidasinya bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation ditarik oleh
katoda dan menerima tambahan elektron sehinggan bilangan oksidasinya berkurang
(Oxtoby, 1999).
Sel terdiri dari dua setengah-sel yang elektrodanya dihubungkan dengan
kawat dan larutannya dengan jembatan garam. Ujung jembatan garam disumbat
dengan bahan berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran
cairan dalam jumlah besar. Potensiometer mengukur perbedaan potensial antara dua
elektroda yaitu sebesar 0.463 Volt (V) (Petrucci,1985).
Aliran listrik antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya
dapat dilakukan melalui larutan lain yang "menjembatani" kedua setengah-sel dan tak
dapat dengan kawat biasa: hubungan ini disebut jembatan garam (salt bridge).
Elektroda Zn akan mengalami reaksi oksidasi, sedangkan electrode Cu akan
mengalami reduksi. Electron mengalir dari atom Zn ke kawat penghantar, dan dengan

terbentuknya ion-ion Zn2+ ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi lembatan

(Petrucci,1985).
Ion negatif berdifusi lewat jembatan garam menuju ke elektroda Zn.
Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat penyambung dan
menyebabkan elektron-elektron pada ujung lain berkumpul pada permukaan
5

elektroda Cu. Elektron-elektron ini bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentuk atom

Cu yang melekat pada elektroda (Keenan,1980).


Ion SO42- yang ditinggalkan oleh ion Cu2+ akan berdifusi menjauhi
electrode Cu. Dari jembatn garam NaCl, ion Na+ akan berdifusi keluar menuju ke Cu.
Jadi sementara reaksi itu berjalan, terdapat gerakan keseluruhan dari ion negatif
menuju elektroda Zn dan gerakan keseluruhan ion positif menuju elektroda Cu. Jalan
untuk aliran ion terarah lewat larutan ini dapat dibayangkan sebagai rangkaian dalam,
dan jalan untuk aliran elektron lewat kawat penghantar dibayangkan sebagai
rangkaian luar (Keenan,1980).

1.2 Hukum Faraday


Akibat aliran arus listrik serarah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya
arus 1F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda
(anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain (katoda).
1. Hukum Faraday I
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan.”
2. Hukum Faraday II
“Jika 2 buah zat dielketrolisis dengan 2 buah arus yang sama dan dihubungkan
seri maka perbandingan massa zat larutan I dengan massa zat larutan II sama dengan
perbandingan massa ekivalennya.”
Diawal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang
mengalir dalam sel dan kuantitas klimia yang berubah dielektroda saat elektrilisis. Ia
merangkum hasil pengamatannya dalam dua hukum ditahun 1833 :
a. Jumlah zat yang dihasilkan dielektroda sebanding dengan jumlah arus listrik
yang melalui sel.
b. Bila jumlah tertentu atas listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah
dielektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat.
6

1.3 Persamaan Nernst


Walther Herman Nernst adalah kimiawan Jerman yang menerapkan asas-
asas termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan sebuah persamaan yang dikenal
sebagai persamaan Nernst, yang menghubungkan voltase sel ke propertinya. Lepas
dari Joseph Thomson, ia menjelaskan mengapa senyawa terionisasi dengan mudah
dalam air. Penjelasan ini adalah aturan Nernst-Thomson yang menyatakan bahwa
sulit halnya bagi ion yang ditangkap untuk menarik satu sama lain melalui insulasi
molekul air, sehingga terdiosiasi (Atkins ,1999).
Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel sengan
konsentrasi suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan
pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi oksidasi
reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air jika bahan pengoksidasi
dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi diartikan sebagai
dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi berarti diperolehnya
elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi oksidasi sederhana dan
berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink dibenamkan dalam suatu larutan
tembaga sulfat maka akan terjadi logam tembaga menyepuh pada lembaran zink dan
lembaran zink lambat laun melarut dan dibebaskan energi panas. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut (Sukardjo,1997).
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua
elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Sel yang mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika
reaksi di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang
dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara
kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt.
7

Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua
elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil
maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja.
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan
sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua
elektroda yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektroda dalam
larutan pekat merupakan katoda (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan
elektroda dalam larutan encer merupakan anoda (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena
larutan-larutan yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati, barulah sistem itu
berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0 dan faktor K dalam persamaan
Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan (Atkins,1999).
8

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat yang Digunakan


1. Multitester 8. Lempeng Tembaga dan Seng
2. Kabel 9. Termometer
3. Penjepit 10. Sumber Arus DC
4. Kertas Amplas 11. Pipet Ukur 10 ml
5. Gelas Piala 100 ml 12. Kertas Saring
6. Gelas Piala 250 ml 13. Hot Plate
7. Labu Ukur 100 ml
2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
1. Kristal NaOH
2. Kristal NaCl
3. CuSO4
4. ZnSO4
5. Akuades
6. KNO3
2.3 Prosedur
2.3.1 Membuat larutan
1. Membuat larutan jenuh KNO3 dari beberapa gram KNO3 ditambah dengan
20 ml akuades.
2. Membuat larutan CuSO4 1 M dari 16 gram CuSO4 ditambah 100 ml akuades.
3. Membuat larutan ZnSO4 1 M dari 16,1 gram ZnSO4 ditambah 100 ml akuades.
4. Membuat larutan CuSO4 0,1 M dari CuSO4 1 M . Digunakan 10 ml CuSO4 1
M ditambah akuades sebanyak 90 ml untuk membuat 100 ml CuSO4 0,1 M.
5. Membuat larutan CuSO4 0,01 M dari CuSO4 0,1 M. Digunakan 10 ml CuSO4
0,1 M ditambah akuades sebanyak 90 ml untuk membuat 100 ml larutan
CuSO4 0,01 M.
9

6. Membuat larutan CuSO4 0,001 M dari CuSO4 0,01 M. Digunakan 10 ml


CuSO4 0,01 M ditambah akuades sebanyak 90 ml untuk membuat 100 ml
larutan CuSO4 0,001 M.
7. Membuat larutan dari 10 gram NaCl ditambah 0,1 gram NaOH dalam 100 ml
akuades.

2.3.2 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro


1. Disiapkan 2 lempeng tembaga, dibersihkan dengan amplas.
2. Disiapkan larutan dari 10 gram NaCl ditambah 0,1 NaOH dalam 100 ml
akuades.
3. Salah satu elektroda digunakan sebagai anoda , dan ditimbangan.
4. Disiapkan gelas piala diisi dengan larutan di prosedur nomor dua .
Kedua elektroda dicelupkan di larutan tersebut dan dirangkai seperti pada gambar

TERMOMETER

- +
SUMBER DC

LARUTAN
NaCl & NaOH
Saklar panas ELEKTRODA TEMBAGA

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Elektrolisis Menentukan Bilangan Avogadro

5. Larutan dipanaskan dalam gelas piala hingga suhu 800C dan dijaga konstan.
6. Aliran listrik dihubungkan dan dialirkan melalui larutan tadi.
7. Pada saat yang sama, waktu dihitung dengan stopwatch dan arus dijaga
konstan.
8. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan , anoda dibersihkan dengan air dan
dikeringkan dengan tissu.
9. Anoda di timbang kembali.
10

2.3.3 Mengukur GGl Sel dan Menguji Persamaan Nersnt


1. Disiapkan potongan lembaran tembaga dan seng. Permukaan logam
dibersihkan dengan amplas.
2. Disiapkan larutan jenuh KNO3 sebanyak 20 ml.
3. Jembatan garam dibuat dari kertas saring . Kertas saring digulung dan
direkatkan dengan stapler.
4. Dua buah gelas piala disiapkan. Masing-masing gelas piala diisi dengan
larutan CuSO4 1 M dan ZnSO4 1 M.
5. Elektroda diceluapkan kegelas piala dan dihubungkan dengan kabel.
Dirangkai seperti pada gambar

Multi Tester
e- e-
V

Zn Cu

Zn+2 Cu+2

Jembatan Garam

Gambar 2.2 Rangkaian Alat Mengukur GGL sel dan Menguji Persamaan Nersnt

6. Kertas saring yang dijadikan jembatan garam dicelupkan kelarutan KNO3


dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga kedua ujung gulungan tercelup
kedalam larutan yang ada digelas piala.
7. Nilai GGl diamati menggunakan Multi Tester.
8. Percobaan diulangi dengan menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer
seperti pada table berikut
11

Tabel 2.1 Perbandingan Larutan Pada Katoda dan Anoda


Larutan pada bagian Larutan pada bagian katoda
Anoda Zn/Zn+2 (M) Cu/Cu+2 (M)
1,0 1,0
1,0 0,1
1,0 0,01
1,0 0,001
12

BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil Percobaan
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah untuk menentukan
bilangan avogadro, mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nerst.
3.1.1 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Dalam percobaan ini dilakukan proses elektrolisis yang bertujuan untuk
menentukan besarnya bilangan Avogadro. Dalam melakukan praktikum
ini diharapkan suhu dan tekanan sama agar jumlah molekul yang diperoleh
hasilnya sama dengan bilangan Avogadro.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membersihkan elektroda tembaga,
hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat
dalam tembaga.
Tabel 3.1 Pengamatan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 10 gram NaCl + 0,1 gram NaOH Larutan keruh
dilarutkan dalam 100 ml akuades
2. Elektroda dibersihkan dengan amplas Untuk menghilangkan
pengotor
3. Lempeng tembaga di timbang Salah satu sebagai anoda
4. Larutan dipanaskan 80oC dan dijaga Agar tidak terjadi
konstan penguapan
5. Arus listrik dihubungkan dan Warna larutan menjadi
elektroda dicelupkan merah kecokelatan
6. Waktu percobaan 600 s
7. Berat anoda awal 1,80 gr
8. Berat anoda akhir 1,70 gr
9. Perubahan berat anoda 0,1 gr
10. Kuat arus 1A
13

3.1.2 Mengukur GGL sel dan Menguji Persamaan Nernst


Tabel 3.2 Pengamatan Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan
Nernst
No. Perlakuan Hasil Pengamtan
1. Membuat larutan KNO3 sampai Larutan keruh
jenuh
2. Membuat larutan CuSO4 1M dari 16 Larutan berwarna biru
gr CuSO42- pekat
3. Membuat larutan ZnSO4 1M dari Larutan berwarna
16,1 gr ZnSO4 kekuningan
4. Membuat larutan CuSO4 0,1M dari Larutan berwarna biru
pengenceran larutan CuSO4 1M
5. Membuat larutan CuSO4 0,01M dari Larutan berwarna biru
pengenceran larutan CuSO4 0,1M pudar
6. Membuat larutan CuSO4 0,001M Larutan berwarna bening
dari pengenceran larutan CuSO4 kebiruan
0,01M

Tabel 3.3 Hasil dari Pengukuran GGL Sel


No. Larutan Pada Bagian Larutan Pada Bagian E Sel
Anoda Zn/Zn2+ (M) Katoda Cu/Cu2+ (M) (Volt)
1. 1,0 1,0 0,587 V
2. 1,0 0,1 0,468 V
3. 1,0 0,01 0,425 V
4. 1,0 0,001 0,292 V

3.2 Diskusi
3.2.1 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Percobaan ini menggunakan sel elektrolisis yang melibatkan arus listrik
sehingga terjadi reaksi redoks pada sel ini. Menurut (Sukardjo, 1997) dalam
bukunya yang berjudul Kimia Fisika reaksi redoks adalah reaksi kimia yang
menyebabkan adanya perubahan bilangan oksidasi pada suatu unsur, maupun
molekul. Percobaan ini menggunakan larutan NaCl dan NaOH serta Cu sebagai
elektroda dengan salah satu dari elektroda tersebut digunakan sebagai anoda. Pada
saat pemanasan belum terlihat reaksi yang terjadi, namun setelah suhu dijaga
konstan 80oC dan saat arus listrik dialirkan pada elektoda yang dicelup kedalam
larutan, mulai terbentuk gelembung-gelembung gas disekitar elektroda dan
berlanjut hingga terbentuknya endapan berwarna merah kecokelatan pada dasar
larutan.
14

Secara teoritis hal ini dapat dijelaskan bahwa penyebab timbulnya


gelembung-gelembung gas pada elektroda dikarenakan terjadinya aliran elektron
dari katoda Cu/Cu+2 menuju kelarutan sehingga ion positif mengalami reduksi
pada katoda Cu/Cu+2 tersebut sedangkan ion negatif dari larutan akan ditarik ke
anoda Zn/Zn+2 sekaligus mengalami oksidasi pada anoda Zn/Zn+2 tersebut.
Adapun mekanismenya sebagai berikut (Atkins, 1996)
Pada larutan NaCl, kation Na+ berasal dari golongan utama sehingga
yang direduksi adalah H2O, sedangkan yang dioksidasi adalah elektroda Cu.
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Katoda (Cu) : 2H2O(l) + 2e- 2OH- (aq) + H2(g)
Anoda (Cu) : Cu(s) Cu+2(aq) + 2e-
2NaCl + 2H2O(l) + Cu(s)2Na+(aq) + 2Cl-(aq) + 2OH- (aq) + Cu+2+ H2(g)
Jadi dapat disimpulkan bahwa gelembung - gelembung yang terbentuk
disekitar elektroda merupakan gas H2 hasil dari reduksi air pada katoda dan
endapan yang menjadikan larutan berwarna merah merupakan logam Cu yang
teroksidasi. Sedangkan pemanasan dilakukan hanya untuk mempercepat
terjadinya reaksi redoks.

3.2.2 Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst


Percobaan ini menggunakan larutan ZnSO4 1 M dan larutan CuSO4
dengan konsentrasi 1M, 0,1M, 0,01 M dan 0,001 M. Selain itu digunakan juga
jembatan garam yang fungsinya untuk menetralkan kelebihan anion dan kation
pada larutan serta untuk menutup rangkaian agar reaksi dalam berlangsung secara
kontinu. Saat dirangkai pada sel elektrokimia, terjadi perpindahan elektron dari
anoda seng ke katoda tembaga. Konsentrasi larutan CuSO4 dibuat semakin kecil
yang tujuannya untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu terhadap nilai E sel.
Persamaan Nersnt merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara
potensial dari sebuah elektron ion-ion metal dan konsentrasi dari ion dalam
sebuah larutan. Pada elektrokimia sederhana, elektron akan mengalir dari anoda
ke katoda. Hal ini menimbulkan perbedaan potensial antara kedua elektroda.
Perbedaan potensial akan mencapai maksimum jika tidak ada arus yang mengalir.
15

Perbedaan maksimum ini dapat disebut GGL sel atau E sel. Salah satu faktor yang
mempengaruhi E sel adalah konsentrasi (Sukardjo,1997).
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai E sel menurun
seiring dengan menurunya konsentrasi CuSO4 yaitu dari 0,587 V untuk 1 M
hingga 0,292 V pada 0,001 M. Hal ini disebabkan secara teoritis sel konsentrasi
(sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi) reaksi
keseluruhannya merupakan perpindahan materi dari konsentrasi tingi ke
konsentrasi yang lebih rendah (Sukardjo,1997).
Jadi penurunan konsentrasi CuSO4 yang dilakukan pada sel percobaan
mengakibatkan perbedaan potensial yang semakin menurun. Ini juga
membuktikan bahwa konsentrasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai E°sel.
16

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bilangan Avogadro yang

diperoleh adalah 2,38275 x 1019

2. Sel elektrolisis merupakan sel yang memerlukan energi listrik agar


reaksi kimia dapat berlangsung. Pada percobaan GGL semakin kecil
konsentrasi CuSO4 maka GGL yang diperoleh semakin kecil juga, yang
disebabkan reaksi keseluruhuan adalah perpindahan materi dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
4.2 Saran
1. Logam yang digunakan pada percobaan elektrolisis dan penentuan GGL
sebaiknya dibersihkan dengan benar
2. Pahami dengan benar perhitungan dalam pembuatan larutan
3. Pada waktu praktikum gunakanlah perlengkapan seperti sarung tangan,
dan masker.
17

BAB V
TUGAS DAN PERTANYAAN

5.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro


1. Hitung berapa Coulomb untuk mengoksidasi x gram tembaga!
Diketahui: I = 0,01 mA Ditanya: Q = …?
t = 600 sekon
Jawab: Q = I x t
= 10-5 A x 600 sekon
= 6 x 10-3 C

2. Hitung berapa Coulomb diperlukan untuk mengoksidasi 1 mol tembaga


(berat molekul tembaga 63,54)!
Diketahui: Mr Cu = 63,54 gram/mol Ditanya: Q = …?
Perubahan berat anoda = 0,1 gram
Q untuk mengoksidasi x gram tembaga = 6 x 10-3 C
𝑀𝑟 𝐶𝑢
Jawab: 𝑄 = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑜𝑑𝑎 × 6 × 10−3 C
63,54 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
𝑄= × 6 × 10−3C
0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑄 = 3,8124 C

3. Muatan satu ion Cu+ adalah 1,6x10-19 Coulomb. Hitung jumlah ion Cu+ yang
terbentuk dalam percobaan (jumlah atom Cu dalam satu mol tembaga sama
dengan N0)
Diketahui: muatan untuk mengoksidasi 1 mol Cu = 3,8124 C
muatan 1 ion Cu+ = 1,6 x 10-19 C
Ditanya: N0 = …?
Jawab:
𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢
Jumlah ion Cu+ dalam 1 mol Cu (N0) = 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 1 𝑖𝑜𝑛 𝐶𝑢+
3,8124 𝐶
Jumlah ion Cu+ dalam 1 mol Cu (N0) =1,6×10−19 𝐶

Jumlah ion Cu+ dalam 1 mol Cu (N0) = 2,38275 x 1019


18

5.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


1. Tulis reaksi sel dan bentuk umum persamaan Nernst untuk sel tersebut
Jawab:
Anoda : Zn → Zn+2 + 2e
Katoda : Cu2+ + 2e → Cu +
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Persamaan Nernst:
𝑅𝑇 (𝑍𝑛2+ )(𝐶𝑢)
Esel = Eosel - 𝑛𝐹 ln[(𝑍𝑛)(𝐶𝑢2+ )]

2. Buat kurva Esel sebagai fungsi log[Zn+2]/[Cu+2]


Tabel 5.1 Hasil Esel sebagai Fungsi Log
[Zn2+] [Cu2+] Esel (Volt) Log[Zn2+]/[Cu2+]
1,0 1,0 0,587 0
1,0 0,1 0,468 1
1,0 0,01 0,425 2
1,0 0,001 0,292 3

Gambar 5.1 Grafik Log[Zn2+]/[Cu2+] vs Esel


Log[Zn2+]/[Cu2+] vs Esel
0.8

0.6

0.4

0.2 y = -0.0928x + 0.675

0
0 1 2 3

Esel Linear (Esel )

3. Hitung gradien dan perpotongan kurva dengan sumbu Y


Jawab: Y = ax + b
= -0.0928x + 0.675
19

4. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradien teoritis yang dihitung


dengan menggunakan persamaan Nernst dan bandingkan juga dengan Eosel
literature
Jawab: Zn → Zn+2 + 2e
Cu2+ + 2e → Cu +
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Eosel literatur = 1,1 V (keadaan standar 1 M)
Eosel percobaan = 0,587 V (keadaan standar 1 M)

5.3 Pertanyaan
1. Apakah nama endapan merah/jingga yang terbentuk dalam percobaan
elektrolisis?
Jawab:
Endapan merah yang terbentuk pada sel elektrolisis adalah Cu2O ( tembaga
(I) oksida). Cu2O tersebut karena terurainya CuOH (hasil Cu+ + OH-) akibat
pemanasan.
Di anoda : Cu(s) → Cu+ (aq)
Di larutan : Cu+ + OH → CuOH +
2 CuOH → Cu2↓ + H2O
Panas jingga

2. Apakah yang mungkin menjadi sumber kesalahan dalam pengujian


persamaan Nernst?
Yang mungkin menjadi sumber kesalahan pengujian persamaan Nernst yaitu:
a. Kurang teliti dalam membuat larutan ZnSO4 dan CuSO4
b. Tidak terlalu bersih ketika membersihkan elektroda
c. Kesalahan membaca potensiometer karena angka yang terbaca pada
layar potensiometer tidak tetap
d. Jembatan garam yang bekerja tidak sempurna
20

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. “Kimia Fisik Jilid I”. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo.
Jakarta: Erlangga.
Keenan, C.W. 1980. “Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D.W. 1999. “Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R.H. 1985. “Kimia Dasar prinsip dan Terapan Modern”. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. “Kimia Fisika”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Underwood, K. 1991. “Kimia untuk Universitas Edisi ke-6”. Jakarta: Erlangga

LAMPIRAN A
21

DOKUMENTASI

Gambar A.1 Pemanasan anoda sebelum Gambar A.2 Pemanasan anoda


dialiri arus listrik dan dialiri arus
listrik

Gambar A.3 Anoda Cu Gambar A.4 Larutan KNO3


22

Gambar A.5 Pelarutan CuSO4 1M Gambar A.6 Larutan CuSO4 1M

Gambar A.7 Larutan ZnSO4 1M Gambar A.8 Pengukuran GGL


23

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
A. Menghitung Massa
a. Massa ZnSO4 dalam 100 ml air
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= 𝑋
𝑀𝑅 𝑀𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
1= 𝑋 100
161

1000𝑔𝑟𝑎𝑚
1= 16100

gram = 16,1 gram

b. Massa CuSO4 dalam 100 ml air


𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= 𝑋
𝑀𝑅 𝑀𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
1= 𝑋 100
160

1000𝑔𝑟𝑎𝑚
1= 16000

gram = 16 gram

B. Pengenceran
a. Mengencerkan CuSO4 1 M menjadi CuSO4 0,1 M
M1 = 1 M
M2 = 0,1 M
V2 = 100 ml
M1.V1 = M2.V2
1 . V1 = 0,1 . 100
V1 = 10 ml

b. Mengencerkan CuSO4 0,1 M menjadi CuSO4 0,01 M


M2 = 0, 1 M
M3 = 0,01 M
V3 = 100 ml
24

M2.V2 = M3.V3
0,1 . V2 = 0,01 . 100
V2 = 10 ml

c. Mengencerkan CuSO4 0,01 M menjadi CuSO4 0,001 M


M3 = 0, 01 M
M4 = 0,001 M
V4 = 100 ml
M3.V3 = M4.V4
0,01 . V3 = 0,001 . 100
V3 = 10 ml

Anda mungkin juga menyukai