ELEKTROKIMIA
Disusun Oleh
Kelompok 3
Kelas C
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR TABEL
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Elektrokimia
Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas yaitu yang menghasilkan arus
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik
elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta dan energi bebas sistem
kimianya berkurang; sistem itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor.
Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap sistem
kimia), dan energi bebas sistem kimia bertambah Elektrokimia adalah didiplin ilmu
kimia yang memperlajari tentang perubahan zat yang menghasilkan arus listrik atau
perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik (Keenan, 1980).
Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron
pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya
(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan
elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua
sel setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang
ditimbulkan dapat digunakan. Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel
elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL) atau beda potensial listrik antara anoda
dan katoda (Oxtoby, 1999).
Elektron mengalir dari anoda seng ke katoda tembaga. Hal ini akan
menimbulkan perbedaan potensial antara ke-2 elektroda. Perbedaan potensial akan
mencapai maksimum ketika tidak ada arus yang mengalir. Perbedaan maksimum ini
dinamakan GGL sel atau E sel. Nilai E sel tergantung pada berbagai faktor. Bila
konsentrasi larutan seng dan tembaga 1,0 M dan suhu sistem 298K (250C), E sel
berada dalam keadaan standar dan diberi simbol E0sel (Underwood, 1991).
Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25oC (298.15 K), pada
keaktifan satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada
tekanan 1 bar (105 Pa) (Oxtoby,1999).
2
b) Sel Aki
Katoda : PbO2
Anoda : Pb
Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O (total)
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia
terlibat dalam reaksi tersebut. Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat
diisi ulang (recharge) dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses
elektrolisis, dengan reaksi:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
c) Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah suatu sel Galvani dimana selalu tersedia pereaksi yang
dialirkan ke elektroda sehingga sel selalu bekerja secara kontinu. Sel Bacon terdiri
dari anoda nikel dan katoda nikel. Nikel oksida dengan elektrolit larutan KOH.
Elektroda tersebut berpori dan gas- gas berdifusi sehingga bersentuhan dengan
eletroda.
Reaksi anoda (-) 2H2 + 4OH → 4H2O +4e-
Reaksi katoda (+) 2H2O+O2+4e- → 4OH-
Reaksi sel 2H2O+O2 → 2H2O
d) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum
dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
4
terbentuknya ion-ion Zn2+ ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi lembatan
(Petrucci,1985).
Ion negatif berdifusi lewat jembatan garam menuju ke elektroda Zn.
Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat penyambung dan
menyebabkan elektron-elektron pada ujung lain berkumpul pada permukaan
5
elektroda Cu. Elektron-elektron ini bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentuk atom
Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua
elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil
maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja.
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan
sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua
elektroda yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektroda dalam
larutan pekat merupakan katoda (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan
elektroda dalam larutan encer merupakan anoda (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena
larutan-larutan yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati, barulah sistem itu
berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0 dan faktor K dalam persamaan
Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan (Atkins,1999).
8
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
TERMOMETER
- +
SUMBER DC
LARUTAN
NaCl & NaOH
Saklar panas ELEKTRODA TEMBAGA
5. Larutan dipanaskan dalam gelas piala hingga suhu 800C dan dijaga konstan.
6. Aliran listrik dihubungkan dan dialirkan melalui larutan tadi.
7. Pada saat yang sama, waktu dihitung dengan stopwatch dan arus dijaga
konstan.
8. Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan , anoda dibersihkan dengan air dan
dikeringkan dengan tissu.
9. Anoda di timbang kembali.
10
Multi Tester
e- e-
V
Zn Cu
Zn+2 Cu+2
Jembatan Garam
Gambar 2.2 Rangkaian Alat Mengukur GGL sel dan Menguji Persamaan Nersnt
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil Percobaan
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah untuk menentukan
bilangan avogadro, mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nerst.
3.1.1 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Dalam percobaan ini dilakukan proses elektrolisis yang bertujuan untuk
menentukan besarnya bilangan Avogadro. Dalam melakukan praktikum
ini diharapkan suhu dan tekanan sama agar jumlah molekul yang diperoleh
hasilnya sama dengan bilangan Avogadro.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membersihkan elektroda tembaga,
hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat
dalam tembaga.
Tabel 3.1 Pengamatan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 10 gram NaCl + 0,1 gram NaOH Larutan keruh
dilarutkan dalam 100 ml akuades
2. Elektroda dibersihkan dengan amplas Untuk menghilangkan
pengotor
3. Lempeng tembaga di timbang Salah satu sebagai anoda
4. Larutan dipanaskan 80oC dan dijaga Agar tidak terjadi
konstan penguapan
5. Arus listrik dihubungkan dan Warna larutan menjadi
elektroda dicelupkan merah kecokelatan
6. Waktu percobaan 600 s
7. Berat anoda awal 1,80 gr
8. Berat anoda akhir 1,70 gr
9. Perubahan berat anoda 0,1 gr
10. Kuat arus 1A
13
3.2 Diskusi
3.2.1 Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Percobaan ini menggunakan sel elektrolisis yang melibatkan arus listrik
sehingga terjadi reaksi redoks pada sel ini. Menurut (Sukardjo, 1997) dalam
bukunya yang berjudul Kimia Fisika reaksi redoks adalah reaksi kimia yang
menyebabkan adanya perubahan bilangan oksidasi pada suatu unsur, maupun
molekul. Percobaan ini menggunakan larutan NaCl dan NaOH serta Cu sebagai
elektroda dengan salah satu dari elektroda tersebut digunakan sebagai anoda. Pada
saat pemanasan belum terlihat reaksi yang terjadi, namun setelah suhu dijaga
konstan 80oC dan saat arus listrik dialirkan pada elektoda yang dicelup kedalam
larutan, mulai terbentuk gelembung-gelembung gas disekitar elektroda dan
berlanjut hingga terbentuknya endapan berwarna merah kecokelatan pada dasar
larutan.
14
Perbedaan maksimum ini dapat disebut GGL sel atau E sel. Salah satu faktor yang
mempengaruhi E sel adalah konsentrasi (Sukardjo,1997).
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai E sel menurun
seiring dengan menurunya konsentrasi CuSO4 yaitu dari 0,587 V untuk 1 M
hingga 0,292 V pada 0,001 M. Hal ini disebabkan secara teoritis sel konsentrasi
(sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi) reaksi
keseluruhannya merupakan perpindahan materi dari konsentrasi tingi ke
konsentrasi yang lebih rendah (Sukardjo,1997).
Jadi penurunan konsentrasi CuSO4 yang dilakukan pada sel percobaan
mengakibatkan perbedaan potensial yang semakin menurun. Ini juga
membuktikan bahwa konsentrasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai E°sel.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bilangan Avogadro yang
BAB V
TUGAS DAN PERTANYAAN
𝑄 = 3,8124 C
3. Muatan satu ion Cu+ adalah 1,6x10-19 Coulomb. Hitung jumlah ion Cu+ yang
terbentuk dalam percobaan (jumlah atom Cu dalam satu mol tembaga sama
dengan N0)
Diketahui: muatan untuk mengoksidasi 1 mol Cu = 3,8124 C
muatan 1 ion Cu+ = 1,6 x 10-19 C
Ditanya: N0 = …?
Jawab:
𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢
Jumlah ion Cu+ dalam 1 mol Cu (N0) = 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 1 𝑖𝑜𝑛 𝐶𝑢+
3,8124 𝐶
Jumlah ion Cu+ dalam 1 mol Cu (N0) =1,6×10−19 𝐶
0.6
0.4
0
0 1 2 3
5.3 Pertanyaan
1. Apakah nama endapan merah/jingga yang terbentuk dalam percobaan
elektrolisis?
Jawab:
Endapan merah yang terbentuk pada sel elektrolisis adalah Cu2O ( tembaga
(I) oksida). Cu2O tersebut karena terurainya CuOH (hasil Cu+ + OH-) akibat
pemanasan.
Di anoda : Cu(s) → Cu+ (aq)
Di larutan : Cu+ + OH → CuOH +
2 CuOH → Cu2↓ + H2O
Panas jingga
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. “Kimia Fisik Jilid I”. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo.
Jakarta: Erlangga.
Keenan, C.W. 1980. “Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D.W. 1999. “Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R.H. 1985. “Kimia Dasar prinsip dan Terapan Modern”. Jakarta:
Erlangga.
Sukardjo. 1997. “Kimia Fisika”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Underwood, K. 1991. “Kimia untuk Universitas Edisi ke-6”. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN A
21
DOKUMENTASI
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
A. Menghitung Massa
a. Massa ZnSO4 dalam 100 ml air
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= 𝑋
𝑀𝑅 𝑀𝐿
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
1= 𝑋 100
161
1000𝑔𝑟𝑎𝑚
1= 16100
1000𝑔𝑟𝑎𝑚
1= 16000
gram = 16 gram
B. Pengenceran
a. Mengencerkan CuSO4 1 M menjadi CuSO4 0,1 M
M1 = 1 M
M2 = 0,1 M
V2 = 100 ml
M1.V1 = M2.V2
1 . V1 = 0,1 . 100
V1 = 10 ml
M2.V2 = M3.V3
0,1 . V2 = 0,01 . 100
V2 = 10 ml