Dosen Pengajar :
Di Susun Oleh
Leonardus Dheanova Alfando Wibowo (12220012)
S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
Apa itu teknik Kato Katz?
Teknik Kato Katz merupakan teknik yang digunakan untuk diagnosis kualitatif dan
semi-kuantitatif dari infestasi cacing usus yang disebabkan oleh Trichuris trichiura,
Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan terutama Schistosoma spp.
WHO, badan kesehatan dunia, telah merekomendasikan teknik Kato Katz dan
prosedurnya pada daerah yang memiliki tingkat penularan sedang hingga tinggi dari
cacing yang ditularkan melalui tanah atau soil-transmitted helminthes (STH).
Dimana proporsi individu yang terinfeksi yaitu >20 – >50% atau schistosomiasis usus
>10 – 50%. Dengan prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah (STH) <20%,
spesifisitas dari teknik Kato Katz membuatnya kurang tepat, dan perlu digunakan alat
yang lebih sensitif.
Kato Katz kit, yang terdiri dari templat berlubang, kasa, nilon atau plastik, spatula
plastic
Koran atau ubin berlapis kaca
Slide mikroskop
Selofan sebagai kaca penutup, direndam dalam larutan gliserol-malakit hijau atau
gliserol-metilen biru.
Kotoran segar
Sarung tangan
Teknik Kato Katz dan prosedurnya
Berikut ini adalah prosedur untuk melakukan teknik Kato-Katz pada feses:
1. Beri label pada slide kaca dengan nomor sampel dan kemudian letakkan templat
plastik di atasnya.
2. Sedikit sampel feses ditempatkan di atas koran dan tekan sepotong layar nilon di
atasnya.
3. Bahan feses yang telah diayak melalui saringan dikikis menggunakan spatula
sehingga hanya puing-puing yang tersisa.
4. Beberapa feses yang diayak, dikerok untuk mengisi lubang di cetakan, hindari
gelembung udara dan ratakan feses untuk menghilangkan kelebihannya.
5. Templat diangkat dengan hati-hati dan dimasukkan ke dalam ember berisi air yang
dicampur dengan deterjen pekat agar dapat digunakan kembali.
6. Tempatkan satu bagian dari selopan, yang telah direndam semalam dalam larutan
metilen biru gliserol, di atas sampel feses.
7. Slide bersih diletakkan di atasnya dan ditekan secara merata ke bawah untuk
menyebarkan kotoran dalam lingkaran.
8. Slide dikeluarkan dengan hati-hati dengan menggesernya perlahan ke samping untuk
menghindari memisahkan strip plastik.
9. Jika dilakukan dengan baik, kertas koran harus dapat dibaca melalui noda feses.
Tempatkan slide dengan plastik ke atas.
Apabila terdapat cacing tambang di area tersebut, slide harus dibaca dalam waktu 30-60
menit. Setelah melewati waktu tersebut, telur cacing tambang akan menghilang.
Cacing dewasa mempunyai bentuk kecil dan ramping . Individu jantan berukuran 1,5
x 0,04 mm, memiliki ujung posterior melengkung dengan dua pelengkap lobus yang
disebut alae. Sistem reproduksi pria adalah testis tunggal yang terletak di sepertiga
posterior dari tubuh. Cacing betina berukuran 3,5 x 0,06 mm, memiliki ujung
posterior yang membulat dan bersifat monodelfis, dengan vulva di seperlima anterior
tubuh.
Infeksi cacing Trichinella Spiralis dimulai dengan manusia yang memakan daging
babi, beruang ataupun hewan mamalia lainnya (karnivora dan omnivora), baik
mentah ataupun yang sudah dimasak namun tidak sempurna. Daging mamalia banyak
mengandung kista yang terdapat larva efektif yang masih hidup. Setelah manusia
memakan hewan mamalia maka kista akan masuk kedalam lambung dan terjadi
eksitasi dan larva akan masuk kedalam usus dan menjadi dewasa. Pada hari keenam
cacing betina mulai mengeluarkan larva, biasanya cacing betina menghasilkan larva
sebanyak 1350-1500 ekor. pengeluaran larva akan berlangsung selama 4 minggu.
Kemudian larva akan bergerak menuju pembuuh darah dan menuju jantung serta
paru-paru dan akhirnya menembus otot
3. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan efektif, perlu
dipahami secara cermat rantai infeksi. Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
disebabkan oleh 6 komponen rantai penularan, apabila satu mata rantai diputus atau
dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Berikut penjelasan
tentang rantai infeksi :
c. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.
e. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau
melalui kulit yang tidak utuh.
g. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.