Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Kehamilan Remaja dengan Kejadian Bayi Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) Desa Tonyaman

Kabupaten Polewali Mandar

USULAN PROPOSAL S1

RASDIANA
B0218320

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Nagara yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak di dunia yaitu sebanyak 272,682,500 Juta jiwa dengan jumlah

penduduk Perempuan 137,871,100 juta jiwa dan jumlah penduduk laki-laki

134,811,00 Juta Jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2021). Negara

indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia muda tinggi di

dunia (rangking 37). Perempuan muda Indonesia dengn usia 10-14 tahun menikah

sebanyak 0.2% atau lebih dari 22.000 wanita berusia muda 10-14 tahun di

Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang

menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun

(11,7% P : 1,6% L), diantara kelompok umur perempuan 20-24 tahun , kurang

lebih 56,2% sudah menikah (Riska Firdausi Nuzula Dkk, 2020).

Pernikahan usia dini juga menjadi suatu fenomena yang terjadi di Indonesia

yang merupakan negara berkembang dengan persentase pernikahan usia dini

tinggi di dunia. Angka kelahiran pada wanita hamil berusia 15-19 tahun terjadi

penurunan dari 48 kelahiran per 1.000 wanita pada SDKI 2012 menjadi 36

kelahiran per 1.000 pada SDKI 2017. Kejadian ini mengalami penurunan dari

hasil SDKI 2012 yaitu sebesar 10%. Riskesdas 2013 menemukan bahwa

persentase remaja di perdesaan yang menjadi ibu yang usianya antara 15-19 tahun

angka kejadiannya lebih besar dibandingkan dengan remaja yang bertempat

tinggal di perkotaan, yaitu 10 dan 5%. Terdapat perbedaan yang tajam antara ibu
berusia 15-19 tahun yang berpendidikan sekolah dasar sebesar 37% dengan

wanita yang berpendidikan perguruan tinggi sebesar 1% (Diadara, 2021)

Dampak Pernikahan muda tidak bisa di pungkiri akan menghasilkan berbagai

macam yang merugikan bagi mereka yang melakukannya, karena dilakukan tanpa

adanya kesiapan secara fisik, mental dan materi. Banyak di temukan pasangan

suami istri mudah tidak dapat memnuhi kebutuhan mereka sehari-hari banyak

juga yang tidak menyadari akan adanya han dan kewajiban baru yang melekat

pada dirinya setelah menjalin hubungan rumah tangga. Dampak dari pernikahan

remaja juga tidak hanya dirasakan oleh mereka pasangan suami-istri, namun bisa

berdampak pada masin-masing keluarga, dan juga anak yang mereka lahirkan.

Kehamilan yang terjadi pada usia di bawah 20 atau diatas 35 tahun memiliki

kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk

pertumbuhan janin yang akan berdampak terhadap bayi berat lahir rendah. Usia

ibu kurang dari 20 tahun pada saat hamil berisiko terjadinya BBLR 1,5-2 kali

lebih besar dibandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia ibu pada saat

hamil berhubungan dengan kondisi kehamilan ibu karena selain berhubungan

dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan kondisi

psikologis terutama kesiapan dalam menerima kehamilan. (Pratika Wahyuhidaya

dkk tahun)

Dalam reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan dan

persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun. Ibu hamil

pertama pada umur <20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa, akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin

dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum

cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir. Pada

ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat

kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Elisa Hadiwijaya, 2019).

Ibu hamil usia remaja selayaknya masih dalam proses pertumbuhan, sehingga

terjadi persaingan nutrisi dengan janin yang dikandungnya, sehingga berat badan

ibu hamil seringkali sulit naik, dapat disertai anemia karena defisiensi nutrisi,

sehingga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. (Elisa

Hadiwijaya, 2019). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan

yang tertinggi dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di

Indonesia mulai 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut Word Health Organization (WHO)

diartikan sebagai suatau kelahiran dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram, dapat disebut juga kelahiran prematur. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

lebih banyak terjadi dinegara berkembang dibandingkan di negara maju. Bayi

yang lahir dengan BBLR memiliki resiko 20 kali lebih besar dibandingkan denga

bayi normal. (Andriana Kumala, 2019)

Faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya BBLR (Bayi berat lahir

rendah) diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu (toksemia gravidarum,

perdarahan antepartum, diabetes melitus). Adapun salah satu faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu faktor usia ibu

yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Resiko kejadian bayi berat
lahir rendah (BBLR) yaitu status kehamilan remaja, gizi status ekonomi,

pendidikan, komplikasi kehamilan, pekerjaan berat, umur kehamilan, riwayat

BBLR sebelumnya, alcohol, merokok, obat-obatan yang terlarang, riwayat

penyakit, kehamilan ganda, tinggi badan dan tinggal di daerah ketinggian. (Elisa

Hadiwijaya, 2019).

Kabupaten Polewali Mandar terletak di Provinsi Sulawesi Barat, yang terdiri

dari 16 Kecamatan, berdasarkan data dinas kesehatan Polewali Mandar 2021. 6

diatanranya merupakan punyumbang tertingga angka BBLR yaitu Kecamatan

Pekkabata, Kecamatan Binuang, Kecamatan Polewali, Kecamatan Wonomulyo

Kecamatan balanipa dan Kecamatan Campalagian, Kecamatan Binuang Desa

Tonyaman menjadi Objek peneliti karna dari survay awal yang penulis lakukan

dengan mewawancarai kepala desa tonyaman bahwa tingkat pernikahan remaja

yang terjadi dari tahun 2020- 2021 adanya meningkatan, selanjutnya dengan

melihat data Dinkes 2021 Kecamatan Tonyaman termasuk 6 besar penyumbang

angka BBLR. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan

Kehamilan Remaja Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Desa tonyaman kecamatan Binuang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukankan diatas maka rumusan

masalah yang kan diteliti adalah :

Apakah ada Hubungan kehamilan remaja dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR).?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dari Bayi Berat Lahir rendah (BBLR)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi Kehamilan remaja pada

kejadian bayi berat badan lahir rendah

2. Untuk mengetahui Hubungan kehamilan remaja dengan kejadian bayi berat

badan lahir rendah (BBLR)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pengembangan ilmu : Hasil penelitian ini dapat menambah

khasanah pustaka dan perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan Kehamilan Remaja dengan Kejadian Bayi Berat badan Lahir Rendah

(BBLR)

2. Manfaat bagi kebijakan : Dari penelitian ini dapat di jadikan sebagai

informasi tentang dampak Kehamilan Remaja dengan Kejadian Bayi Berat

badan Lahir Rendah (BBLR)

3. Manfaat bagi pihak lain : Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah

khasanah ilmu pengetahuan serta pedoman yang bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai