Anda di halaman 1dari 27

Dampak Program Bantuan

Tunai terhadap Kemiskinan dan


Ketimpangan serta Respon
Perilaku Penerima

Asep Suryahadi
The SMERU Research Institute
Pendahuluan
▪ Dimulai dengan Program Progresa di Mexico pada 1998, program
bantuan tunai saat ini telah menjadi program penanggulangan
kemiskinan yang populer di dunia
▪ Hal ini dikarenakan beberapa studi menemukan bahwa program
bantuan tunai berhasil menurunkan tingkat kemiskinan,
mengurangi ketimpangan, meningkatkan capaian pendidikan, dan
memperbaiki status kesehatan penduduk miskin (Barros et al,
2010; Debowicz & Golan, 2014; Skoufias & Di Maro, 2008;
Stampini & Tornarolli, 2012)
▪ Tetapi menerima bantuan tunai dapat mengubah perilaku
penerima secara negatif, seperti lebih berani mengambil risiko,
mengurangi kepesertaan asuransi, mengurangi partisipasi di pasar
kerja, dll. (Deryugina & Kirwan, 2016; Ashenfelter & Plant, 1990;
Kousky et al, 2017)
▪ Akan tetapi beberapa studi lain tidak menemukan dampak negatif
bantuan tunai terhadap perilaku penerima (Banerjee et al, 2017;
Marinescu, 2018; Akee et al, 2018; Handa et al, 2018)
2
Pertanyaan Penelitian
Dalam konteks Indonesia:
I. Bagaimana dampak program bantuan tunai
terhadap tingkat kemiskinan dan ketimpangan?
II. Apakah terdapat respon perilaku negatif dari
penerima bantuan tunai?

3
I. Bagaimana dampak program bantuan
tunai terhadap tingkat kemiskinan dan
ketimpangan?

The Effectiveness of Cash Transfer in Reducing Poverty


and Inequality: Evidence from Two Programs in
Indonesia
Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati, Asep Suryahadi
Program Keluarga Harapan
• PKH merupakan program bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer)
yang bertujuan mengurangi kemiskinan sekaligus memperbaiki kualitas
sumber daya manusia pada kelompok rumah tangga miskin

• Sejak diluncurkan pada 2007, PKH terus mengalami perluasan cakupan


• Dimulai 2007 dengan jumlah penerima 500,000 keluarga sangat miskin
• Pada 2014 jumlah penerima 2.7 juta keluarga miskin
• Pada 2018 meningkat lagi menjadi 10 juta keluarga

• PKH juga terus mengalami perubahan desain transfer bantuan


• Hingga 2016: nilai bantuan bervariasi antar keluarga, berkisar Rp 600,000 -
Rp 2.8 juta per tahun
• Sejak 2016, penerima PKH menerima Rp 1,890,000 per tahun. Keluarga
dengan anggota keluarga mengalami disabilitas / lanjut usia / berdomisili di
Papua menerima Rp 2,000,000
5
Rasio Bantuan PKH terhadap Median
Pengeluaran Rumah Tangga
16%
14.68%
14%

12% 11.4%
10.54%
10%
8.3% 8.57%
8%
6.9% 6.88%
5.9% 5.61%
6% 5.0% 5.06%
4.3% 4.1%
3.79%
4% 3.4%
2.93% 2.7%
2.34%
1.7%
1.59%
2%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Decile of Household Expenditure

2014 2018

6
Metodologi
• Studi ini mengestimasi indikator kemiskinan dan ketimpangan
counterfactual tanpa PKH

• Metode utama yang digunakan adalah Propensity Score


Matching (PSM)
✓ PSM membantu pembentukan kelompok control yang
memiliki karakteristik mirip dengan kelompok treatment yaitu
rumah tangga penerima PKH
✓ PSM menurunkan risiko overestimasi dampak program

• Matching dilakukan dalam provinsi dan desil pengeluaran rumah


tangga yang sama untuk mengurangi bias akibat lokasi (Jalan dan
Ravallion, 2003)
7
Data
SUSENAS PODES

• Periode: 2014, 2018 • Periode: 2014, 2018


(Susenas Kor) • Podes digunakan untuk
• Variabel independen membuat variabel kontrol
utama: status penerimaan tingkat kabupaten seperti
PKH fasilitas pendidikan dan
• Susenas 2014: 5,842 RT kesehatan, infrastruktur,
menerima PKH lembaga keuangan
• Susenas 2018: 26,803 RT
menerima PKH
8
Propensity Scores
• Estimasi propensity scores menggunakan model logit

• Daftar variabel yang digunakan untuk estimasi propensity


scores:
• Variabel bebas dalam pemodelan PMT pada BDT 2011 (Tohari et al, 2019)
• Variabel penerimaan Raskin
• Variabel penerimaan BSM

• Rumah tangga penerima PKH memiliki jumlah anggota


keluarga lebih banyak
• Memiliki lebih sedikit perabotan dibandingkan keluarga non-penerima
• Proporsi anggota keluarga bersekolah hingga SMA cenderung lebih rendah
• Lebih banyak yang menjadi penerima program BSM/PIP

9
Area of Common Support (2014)

Histogram of propensity score for participants Histogram of propensity score for non-participants
.628
1 .966
.6

.8

.4
.6

Fraction
Fraction

.4
.2117
.2

.0933 .2

.0383
.0187 .025
.0068 .0026 5.1e-04 .006 .002 6.7e-04 1.9e-04 6.8e-05 3.6e-06
0 0
0 .2 .4 .6 .8 0 .2 .4 .6 .8
Probability of participation Probability of participation

Histogram dari propensity score membuktikan adanya substantial overlap


pada kedua kelompok

10
Metode Matching

Mean Median
Algorithm N N N Standardized Standardized Standard Error
(Treat) (Control) (Total) Difference in Difference in of Estimators
Covariates (%) Covariates (%)
Original sample 5,842 279,558 285,400 22,9 15,3
5-nearest
neighbour 5,802 22,103 27,905 0,5 0,2 0.0069
One to one without
replacement 5,842 5,842 11,684 0,7 0,3 0.0083
One to one with
replacement 5,842 5,296 11,138 0,7 0,3 0.0087

Kernel 5,802 248,261 254,063 2,8 1,1 0.0066

Radius 5,802 279,558 285,360 3,4 1,3 0.0066

11
Kualitas Matching

.008

.008
.006

.006
kdensity _pscore

kdensity _pscore
.004

.004
.002

.002
0

0
0 100 200 300 400 0 100 200 300 400
propensity scores BEFORE matching propensity scores AFTER matching

treated control

Densitas propensity scores setelah matching menunjukkan bahwa 5-NN


matching berhasil menyamakan distribusi propensity scores untuk
kelompok perlakuan dan kontrol

12
Dampak PKH (1)
2014 2018
Aktual Counterfactual Dampak %Aktual Aktual Counterfactual Dampak %Aktual
Tingkat Kemiskinan 10.86% 10.93% 0.07% 0.64% 9.82% 10.06% 0.24% 2.44%
Kedalaman Kemiskinan 1.69% 1.73% 0.04% 2.43% 1.71% 1.83% 0.12% 6.84%
Keparahan Kemiskinan 0.42% 0.43% 0.01% 3.13% 0.44% 0.48% 0.04% 7.95%
Ketimpangan (Rasio Gini) 0.4007 0.4010 0.0003 0.07% 0.3893 0.3905 0.0012 0.30%

Perkotaan
Tingkat Kemiskinan 8.12% 8.18% 0.06% 0.80% 7.02% 7.21% 0.19% 2.65%
Kedalaman Kemiskinan 1.22% 1.26% 0.03% 2.78% 1.17% 1.25% 0.08% 6.78%
Keparahan Kemiskinan 0.29% 0.30% 0.01% 3.77% 0.29% 0.31% 0.02% 8.42%
Ketimpangan (Rasio Gini) 0.4202 0.4204 0.0002 0.05% 0.4005 0.4013 0.0007 0.19%

Perdesaan
Tingkat Kemiskinan 13.63% 13.70% 0.07% 0.51% 13.20% 13.52% 0.32% 2.43%
Kedalaman Kemiskinan 2.15% 2.20% 0.05% 2.32% 2.37% 2.53% 0.16% 6.88%
Keparahan Kemiskinan 0.54% 0.56% 0.02% 2.77% 0.63% 0.68% 0.05% 7.81%

Ketimpangan (Rasio Gini) 0.3198 0.3198 0.000 0.00% 0.3244 0.3259 0.0014 0.44%

13
Dampak PKH (2)
10.00% 1.00%
9.00% 0.90%
8.00% 0.80%
7.00% 0.70%
6.00% 0.60%
5.00% 0.50%
3.77%
4.00% 3.13% 0.40%
2.77% 2.78%
3.00% 2.43% 2.32% 0.30%
2.00% 0.20%
0.64% 0.07% 0.51% 0.80% 0.05%
1.00% 0.00% 0.10%
0.00% 0.00%
Total Perdesaan Perkotaan
2014

Tingkat Kemiskinan Kedalaman Kemiskinan Keparahan Kemiskinan Rasio Gini (kanan)

10.00% 1.00%
9.00% 8.42% 0.90%
7.95% 7.81%
8.00% 0.80%
6.84% 6.88% 6.78%
7.00% 0.70%
6.00% 0.60%
5.00% 0.44% 0.50%
4.00% 0.30% 0.40%
2.44% 2.43% 2.65%
3.00% 0.30%
0.19%
2.00% 0.20%
1.00% 0.10%
0.00% 0.00%
Total Perdesaan Perkotaan
2018

Tingkat Kemiskinan Kedalaman Kemiskinan Keparahan Kemiskinan Rasio Gini (kanan)

14
Kesimpulan
▪ Studi ini menemukan bahwa PKH telah memberikan
kontribusi dalam mengurangi kemiskinan, terutama
kedalaman dan keparahan kemiskinan, tetapi tidak
terlalu mampu memberikan kontribusi dalam
menurunkan ketimpangan
▪ Kontribusi PKH dalam pengurangan kemiskinan
meningkat dari 2014 ke 2018 sejalan dengan
meningkatnya cakupan penerima program

15
II. Apakah terdapat respon perilaku
negatif dari penerima bantuan tunai?

To Work or to Wait for Alms: The Behavioral Effects of


Unconditional Cash Transfer in Indonesia
Ridho Al Izzati, Daniel Suryadarma, Asep Suryahadi
Bantuan Langsung Tunai (BLT/BLSM)
▪ Pertama kali diimplementasikan pada akhir 2005 untuk
memitigasi dampak dari pengurangan subsidi BBM terhadap
penduduk miskin dan rentan
▪ Jumlah penerima manfaat adalah 15.4 juta RT (kemudian
dinaikkan menjadi 18 juta RT), masing-masing menerima Rp
100,000 per bulan selama satu tahun, dibayarkan setiap kuartal
▪ Setelah itu program ini dilaksanakan beberapa kali setiap kali
pemerintah mengurangi subsidi BBM (2008/09, 2013/14,
2014/15)
▪ Pada 2014/15 besaran manfaat dinaikkan menjadi Rp 150,000
per RT per bulan
▪ Yusuf & Resosudarmo (2008) menemukan bahwa BLT mampu
mengkompensasi penduduk miskin, terutama di daerah
pedesaan. Bazzi et al (2015) menunjukkan bahwa dampaknya
terhadap consumption smoothing tergantung pada ketepatan
waktu pencairan bantuan

17
Jumlah Penerima & Anggaran BLT
20000 19 19 20
18
18000 18
16
15.4 15.5 15.5
16000 16

14000 18619 14
13966
12000 12
Rp billion

million
10000 10
9300 9470
8000 8

6000 6
6200
4000 4487 4
3733
2000 2

0 0
2005 2006 2008 2009 2013 2014 2015

Government budget (LHS) Target number of beneficiaries (RHS)

18
Cakupan penerima program berdasarkan
desil
Proporsi penerima bantuan berdasarkan desil pengeluaran
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2007 (BLT) 2015 (BLSM)

19
Strategi Estimasi (1)
▪ Membuat dataset longitudinal dari Indonesia Family Life
Survey (IFLS) 2000, 2007, 2014
– mencakup 13,694 individu berusia 15+ pada 2000
– dari rumah tangga yang tidak pernah menerima bantuan sosial
pada 2000
▪ Mengidentifikasi individu-individu pada rumah tangga
yang menerima BLT pada 2007
▪ Dilakukan matching berdasarkan gender, lama sekolah,
SKTM, kepemilikan rumah, sumber air bersih, sanitasi,
kepemilikan lahan, kota-desa, dan provinsi dengan
metode Coarsened Exact Matching (CEM).

20
Strategi Estimasi (2)
▪ Setelah matching terdapat 9,612 individu dalam dataset
– 28.6% menerima BLT pada 2007
– 15.3% menerima BLT pada 2014
– 7.96% menerima BLT pada 2007 dan 2014
– 64% tidak pernah menerima BLT
▪ Matching yang dilakukan berhasil menghilangkan
perbedaan karakteristik penerima dan bukan penerima
BLT pada 2000.
▪ Mengestimasi model first difference menggunakan data
2007 dan 2014: ∆𝑏𝑒ℎ𝑎𝑣𝑖𝑜𝑟𝑖 = ∆𝑟𝑒𝑐𝑖𝑝𝑖 + 𝜀𝑖

21
Indikator Perilaku
▪ Absolute Risk Aversion (ARA) index
▪ Preferensi waktu
▪ Bergabung dalam kelompok arisan
▪ Tidak merokok
▪ Pemeriksaan kesehatan
▪ Status bekerja
▪ Jam kerja seminggu yang lalu
▪ Jumlah minggu bekerja setahun yang lalu
▪ Bekerja di usaha pertanian
▪ Bekerja di usaha bukan pertanian
▪ Mengikuti asuransi swasta
22
Temuan (1)
Risiko Waktu Arisan

Merokok Bekerja Kesehatan

23
Temuan (2)
Asuransi Minggu Kerja Jam Kerja

Usaha Tani Usaha Non-Tani

24
Kesimpulan
▪ Studi ini tidak menemukan bukti bahwa menerima
bantuan tunai merubah perilaku penerima bantuan
secara signifikan, baik yang bersifat negatif (misalnya
mengurangi lama bekerja) maupun positif (misalnya
memeriksakan kesehatan)

25
Implikasi Kebijakan
▪ Program bantuan tunai efektif dalam upaya
mengurangi tingkat kemiskinan
▪ Diperlukan kebijakan lain untuk mengurangi
ketimpangan
▪ Dampak negatif terhadap perilaku penerima perlu
dievaluasi dari waktu ke waktu, terutama untuk
penerima yang telah lama

26
27

Anda mungkin juga menyukai