Anda di halaman 1dari 40

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN


KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh:
Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com.
DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
PADA PERTEMUAN PERKUMPULAN KONTRASEPSI MANTAP INDONESIA
SEMARANG , 20 JULI 2018
KEBIJAKAN PELAYANAN KB
PRIA (MOP)
LATAR BELAKANG

 Masih tingginya Unmet Need sebesar 11,4 persen. (SDKI 2017)


 Rendahnya pria yang memakai alat kontrasepsi yaitu kondom
sebesar 1,8 persen dan Vasektomi sebesar 0,2 persen. (SDKI,
2017 )
 Implementasi Nawacita ketiga yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan. Dalam rangka merajut NKRI, BKKBN
berupaya menyentuh Program KKBPK hingga ke seluruh pelosok
Indonesia, utamanya wilayah tertinggal, terpencil, perbatasan,
pesisir serta pulau-pulau terluar sebagai wujud nyata pemerataan
pelayanan bagi masyarakat Indonesia.
TUJUAN

 Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB di wilayah dan sasaran
khusus dalam rangka menurunkan unmet need dan meningkatkan
kesertaan KB MKJP terutama KB Pria

 Tujuan Khusus
• Meningkatkan akses Pelayanan KB di wilayah khusus
• Meningkatkan kualitas pelayanan KB di wilayah khusus
• Meningkatkan kesertaan KB MKJP terutama KB Pria vasektomi
• Meningkatkan jejaring kemitraan dalam upaya pelayanan KB di
wilayah khusus
SASARAN

Fokus
• Wilayah Galciltas berada penggarapan
di 122 kabupaten yang diarahkan pada
SASARAN wilayah yang
WILAYAH tersebar di 23 provinsi memiliki TFR
• Wilayah Miskin Perkotaan tinggi dan CPR
yang rendah.
berada di 97 kota. (KUADRAN II)

1. Menurunnya Unmet need dari 10,6 pada tahun


2015 menjadi 9,91 pada tahun 2019.
SASARAN
PROGRAM 2. Meningkatnya peserta KB pria dari 3,8% pada
tahun 2015 menjadi 4,3% pada tahun 2019.
SYARAT MENJADI PESERTA VASEKTOMI

• Tidak ingin punya anak lagi


• Sukarela dan telah mendapat
konseling tentang vasektomi
• Mendapat persetujuan dari
isteri/keluarga
• Jumlah anak sudah ideal, sehat
jasmani dan rohani
• Menandatangani informed consent
Grafik Kontribusi Peserta KB Baru Grafik Kontribusi Peserta KB Baru Kondom
MOP Terhadap Total PB Nasional Tahun 2015
Terhadap Total PB Nasional Tahun -2017
2015 - 2017 6.00
0.20
5.24
0.18
0.18
5.00 4.75
0.16
0.16
4.08
0.14 4.00
0.13

0.12
3.00
0.10

0.08
2.00
0.06

0.04 1.00

0.02

- 0.00
2015 2016 2017 2015 2016 2017

Sumber data : Laporan Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan


Tahun 2015 - 2017
Grafik Kontribusi Peserta KB Aktif MOP Grafik Kontribusi Peserta KB Aktif
Terhadap Total PA Nasional Tahun 2015 - Kondom
2017 Terhadap Total PA Nasional Tahun 201
0.66
-2017
0.65 3.25 3.23
0.65

0.64 3.2
0.64
3.16
3.15
0.63

3.1
0.62

0.61 3.05 3.04


0.61

0.60 3

0.59 2.95

0.58 2.9
2015 2016 2017 2015 2016 2017

Sumber data : Laporan Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan Tahun


2015 - 2017
Data psikososial setelah vasektomi
Membaik Tidak berubah Memburuk
(%) (%) (%)

Bahagia 80,7 18,1 1,2

Kesehatan fisik 16,9 81,5 1,6

Kesehatan emosional 22,9 71,9 5,2

Kepuasan seksual 61,4 32,9 5,7

Kualitas hubungan seksual 43,8 49,0 6,8

Frekuensi koitus 39,8 51,0 8,8

Hubungan perkawinan 46,1 51,8 2,1

9
Resource: Health and Population (2003), Perspectives and Issues 26 (4) : 182.
Kebijakan dan Strategi
Meningkatkan Kesertaan KB
Pria di Indonesia
MENGAPA SUAMI HARUS DILIBATKAN
DALAM PROGAM KB

• Masalah Pokok :
1 Angka Kematian Ibu masih tinggi;
2 PUS sudah tidak ingin hamil atau tidak ingin
punya Anak, namun tidak menggunakan
Kontrasepsi (Unmet Need);

3 Penggunaan Kontrasepi Jangka Pendek tinggi,


sehingga tingkat Drop Out juga tinggi;

4 Konsensus Dunia Internasional; setiap negara agar dapat


mendorong pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi.
MENGAPA SUAMI HARUS DILIBATKAN
DALAM PROGAM KB

• Masalah Pokok :
1 Suami merupakan partner, agen perubahan dan
pengambil keputusan dalam keluarga;
2 Memiliki posisi sejajar dan tanggung jawab yang
sama dalam Kesehatan Reproduksi;

3 Suami bertanggung jawab secara sosial, moral,


mental, spriritual dan ekonomi dalam membangun
keluarga.
MENGAPA SUAMI HARUS DILIBATKAN
DALAM PROGAM KB

• Masalah Pokok :
1 Amanat dari ICPD di Cairo, 1994;
2 Hasil kesepakatan Dunia International pada
forum Konferensi Wanita ke-4 di Beijing,1995;

“The need for men to share the


responsibility for family planning,
and the burden of contraception”
METODE KB PRIA VASEKTOMI

• Pilihan yang tepat bagi para Keluarga:


1 Telah memiliki jumlah Anak ideal yang diinginkan,
dengan umur anak terkecil ≤ 2 tahun;
2 Umur Isteri ≥ 35 tahun;

3 Menandatangani “Informed Consent”


(Persetujuan Tindakan Medik), secara ikhlas dan
sukarela, tanpa ada unsur keterpaksaan.
MENGAPA METODE KB PRIA
VASEKTOMI KURANG DIMINATI ?

• Masalah Pokok :
1 Tindakan bedah, walaupun kecil dapat
menimbulkan rasa takut;
2 Harus membuka aurat, menyebabkan
timbul rasa malu bagi sebagian orang;

3 Adanya “rumor” yang salah tentang KB


Pria vasektomi.
HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN
KESERTAAN KB PRIA VASEKTOMI

• Masalah Pokok :
1 Faktor geografis (jarak tempat pelayanan
yang jauh);
2 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
KB Pria Vasektomi masih rendah;

3 Faktor “sosial-budaya” di masyarakat;


4 Kondisi medis calon peserta.
HAMBATAN DALAM MENINGKATKAN
KESERTAAN KB PRIA VASEKTOMI

• Masalah Pokok :
1 Provider banyak yang kurang kompeten;
2 Belum ada sistem reward (Pay for
Performance) bagi provider;

3 Kualitas KIP/Konseling rendah;


4 Sosialisasi dan KIE KB Pria masih sangat
terbatas/kurang.
Berdasarkan hasil
rekap data sampai
dengan 2018 dari
laporan Perwakilan
BKKBN Provinsi
kepada Direktorat Jalur
Wilayah dan Sasaran
Khusus, terdapat 173
dokter yang telah
dilatih dan melayani
MOP (12,53%).
TANTANGAN DALAM MENINGKATKAN
KESERTAAN KB PRIA VASEKTOMI

• Masalah Pokok :
1 Budaya paternalistik;
2 Umumnya Pria lebih dominan/superior;

3 Perlu waktu dan tenaga terlatih untuk


melakukan tindakan vasektomi.
PELUANG DALAM MENINGKATKAN
KESERTAAN KB PRIA VASEKTOMI

• Alasan memilih Vasektomi (Soebadi, 1994):


1 Kegagalan Alkon (Istri), 4,93%;
2 Tanggung jawab sebagai suami, 9,2% ;
3 Istri tidak sehat, 2,46%;

4 Tidak ingin punya anak lagi, 60,66%;


5 Termotivasi dari orang lain, 22,95%.
Kebijakan dan Strategi
Meningkatkan Kesertaan KB
Pria di Indonesia
KEBIJAKAN
KB PRIA

Meningkatkan Akses
dan Kualitas Pelayanan
KB Pria yang merata
M
dan terintegrasi
M
MM dalam
M
M
Sistem JKN – BPJS
Kesehatan.
STRATEGI
Menguatkan
promosi dan
1) Penguatan kebijakan dan KIE tentang KB 3) Peningkatan promosi dan
pengembangan strategi KIE KB Pria melalui
KIE KB Pria yang sinergi
dengan kebijakan
Pria di seluruh bauran
(cetak/elektronik
media
dan
pelayanan KB di era JKN; wilayah dan media luar ruang),
terutama media lini bawah
2) Peningkatan
pemangku
komitmen
kepentingan
kelompok (poster, leaflet, lembar
balik, banner) dengan
dan mitra kerja serta masyarakat prioritas sasaran tempat
pimpinan daerah terhadap
KB Pria; melalui: kerja/tempat berkumpulnya
kaum pria;
3) Peningkatan peran motivator
KB Pria dalam sosialisasi, 4) Peningkatan kegiatan
promosi, penyuluhan, komunikasi masa lainnya
penggerakan dan konseling,
dengan memperhatikan target dalam upaya melakukan
sasaran (usia, pendidikan perubahan PSP dengan
serta status sosial ekonomi); tetap mengadopsi nilai-
nilai kearifan lokal.
STRATEGI
Menguatkan
akses pelayanan
1) Penguatan dan pemaduan KB Pria yang 3) Peningkatan kompetensi
kebijakan pelayanan KB merata dan provider (nakes) dalam
Pria yang merata dan pelayanan KB Pria,
berkualitas, baik antar berkualitas, termasuk peningkatan
sektor maupun antara kegiatan mentoring serta
pusat dan daerah, terutama dalam visiting spesialist;
utamanya dalam sistem sistem JKN-
JKN-BPJS Kesehatan; 4) Peningkatan jejaring
BPJS Kesehatan, pelayanan KB Pria yang
berkualitas dan merata
2) Pengembangan melalui: melalui fasilitas pelayanan
mekanisme
operasional/SOP KB statis atau melalui
pelayanan KB Pria yang pelayanan KB bergerak
terintegrasi dengan sistem (mobile) untuk diwilayah
BPJS Kesehatan; khusus/sulit.
1
STRATEGI
Menguatkan
akses pelayanan
5) Pengembangan sistem KB Pria yang 7) Pengembangan Center of
reward (Pay for merata dan Excellent sebagai pusat
Performance) bagi rujukan, pusat pelatihan
provider yang mampu berkualitas, serta pusat penelitian dan
meberikan pelayanan KB pengembangan (Litbang)
Pria yang berkualitas; terutama dalam KB Pria;
sistem JKN- 8) Pengembangan sistem
6) Peningkatan kegiatan
supervisi fasilitatif dan BPJS Kesehatan, pencatatan dan pelaporan
serta menghitung
sistem monitoring serta melalui: Perkiraan Permintaan
evaluasi pelayanan KB
Pria; Masyarakat (PPM) yang
akurat, sebagai bahan
data basis perencanaan
pelayanan KB Pria.
2
PENCAPAIAN, PERMASALAHAN, DAN SOLUSI
PROGRAM KONTRASEPSI MANTAP
DI INDONESIA

Oleh:
Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com.
DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
PADA PERTEMUAN PERKUMPULAN KONTRASEPSI MANTAP INDONESIA
SEMARANG , 20 JULI 2018
Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia (1991-2012)
70.0%

61.4 61.9
60.3
60.0% 57.4 4.0% 4.0%
54.7 2.7%
3.7%

49.7 2.7%
50.0% 13.2% 13.6%
2.6% 13.2%
15.4%
17.1%
40.0%
14.8%

30.0%
21.1% 27.8%
15.2% 31.8% 31.9%
11.7%

20.0%
3.1%
4.9%
13.3% 6.0%
10.3% 4.3%
10.0% 8.1% 2.8%
6.2% 3.3%
4.9% 3.9%
0.6% 0.7% 0.4% 0.4% 0.2% 0.2%
2.7% 3.1% 3.0% 3.7% 3.0% 3.2%
0.0%
IDHS 1991 IDHS 1994 IDHS 1997 IDHS 2002 IDHS 2007 IDHS 2012

Female sterilization Male sterlization IUD Implant


Injectable Pill Condom Traditional
Sasaran Strategis
BKKBN 2015 - 2019
No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-
2019

1 Persentase laju pertumbuhan 1,38 1,27 1,25 1,23 1,21 1,19


penduduk (LPP) (2010- (2015-
2015) 2020)
2 Angka kelahiran total (total fertility 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
rate/TFR) per WUS (15-49 tahun)

3 Persentase pemakaian kontrasepsi 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0


(contraceptive prevalence rate/CPR) (all (all (all (all (all (all
method) method) method) method) method) method)
a. Menurunnya tingkat putus pakai 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6
kontrasepsi
b. Meningkatnya penggunaan MKJP 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5
(persen)
4 Persentase kebutuhan ber-KB yang 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91
tidak terpenuhi (unmet need)(%)

5 Angka kelahiran pada remaja usia 46 44 42 40 38 38


15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun) kelahiran kelahiran kelahiran kelahiran kelahiran kelahiran
per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000 per 1.000
wanita wanita wanita wanita wanita wanita

6 Presentase kehamilan yang tidak 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6 6,6 28
diinginkan dari WUS (15-49 tahun)
UU RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
BAB VI
Program Jaminan Sosial
Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial
Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan
berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan
bahan medis habis pakai yang diperlukan

Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi
pelayanan dan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga
berencana, rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, dan
tindakan medis lainnya…………..
29
Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016
BAB V
Manfaat Jaminan Kesehatan
Pasal 21
(1) Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. penyuluhan kesehatan perorangan;
b. imunisasi rutin;
c. keluarga berencana; dan
d. skrining kesehatan.
(4) Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan
tubektomi, bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
bagi Peserta Jaminan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
(5) Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
30
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014
tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan

Tarif pelayanan keluarga berencana:

A. Tarif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)


1. Tarif Kapitasi: pil dan kondom
2. Tarif NonKapitasi : Pelayanan suntik KB, IUD/Implan, MOP, dan
komplikasi KB

B. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)


Pembiayaan menggunakan tarif INA CBG
31
1). Pelayanan KB di RS
Tidak ada perbedaan antara pembedahan caesar dengan atau tanpa
1. pelayanan tubektomi dari tarif INA CBG (Lampiran Permenkes 59/2014)

Belum ada deskripsi kode INA CBG untuk pelayanan tubektomi


2.
interval….Revisi Permenkes 59?

3. Manajemen pelayanan KB di RS belum terkelola melalui satu pintu baik dari


sisi konseling di pelbagai poli, pemenuhan alkon dan manajemen sub sistem
R/R dari poli-ruang persalinan-rawat inap
2). Jaminan Pembiayaan Rekanalisasi

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

BAB V
MANFAAT JAMINAN KESEHATAN
PASAL 25
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliput:
a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kes, kecuali untuk gawat darurat;
c. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
d. Alat kontrasepsi, kosmetik , makanan bayi dan susu
3). Sistem Rujukan:
Pelayanan Kb Tubektomi Interval & Vasektomi

Permenkes No. 71 Tahun 2013


Pasal 15 (1) dalam hal peserta memerlukan pelayanan Kesehatan Rujukan Tk.
Lanjutan atas indikasi medis, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) harus
merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan terdekat sesuai dengan sistem rujukan……….

Permasalahan:
1. Belum ada ketetapan indikasi medis dari FKTP untuk merujuk
calon akseptor tubektomi interval/vasektomi ke Rumah Sakit
2. Perlu ada ketetapan indikasi medis untuk pelayanan IUD dan
implan di Rumah Sakit (Tipe C dan D)
Arah Kebijakan dan Strategi

Kebijakan: Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB


Strategi:
a. Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan KR
b. Penyediaan sarana dan prasarana serta jaminan
ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
c. Peningkatan jumlah dan kapasitas tenaga lapangan KB
dan nakes serta penguatan lembaga di tingkat masyarakat
d. Peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang dan KB pasca salin
e. Advokasi program KKBPK
f. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan
reproduksi bagi remaja
g. Pembinaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga
h. Penguatan landasan hukum, kelembagaan serta data dan
informasi kependudukan dan KB.

35
STRATEGI OPERASIONAL
•• Pemanfaatan hasil pendataan
Pemanfaatan hasil pendataan keluarga
keluarga sebagai
sebagai dasar
dasar penggarapan
penggarapan
1 pelayanan KB
pelayanan KB KR
KR

•• Pengembangan mekanisme operasional


Pengembangan mekanisme operasional pelayanan
pelayanan KB
KB dan
dan KR
KR yang
yang
2 terintegrasi dengan
terintegrasi dengan SJSN
SJSN Kesehatan
Kesehatan

Pemetaan Fasyankes
•• Pemetaan Fasyankes yang
yang melayani
melayani KB,
KB, pemenuhan
pemenuhan sarana
sarana dan
dan
3 pelatihan Yan
pelatihan Yan KB
KB (Registrasi
(Registrasi dan
dan klasifikasi
klasifikasi Faskes)
Faskes)

Integrasi Sistem
•• Integrasi Sistem Pencatatan
Pencatatan dan
dan Pelaporan
Pelaporan Yan
Yan KB
KB (BKKBN
(BKKBN ––
4 BPJS)
BPJS)

•• Perencanaan,
Perencanaan, pengadaan,
pengadaan, penyimpanan,
penyimpanan, distribusi
distribusi dan
dan pencatatan
pencatatan
5 Alat dan
pelaporan Alat
pelaporan dan Obat
Obat Kontrasepsi
Kontrasepsi (Alokon)
(Alokon)

•• Perluasan akses dan


Perluasan akses dan peningkatan
peningkatan kualitas
kualitas pelayanan
pelayanan KBKR
KBKR secara
secara merata
merata di
di
seluruh FKTP
seluruh FKTP dan
dan jejaring/jaringannya
jejaring/jaringannya serta
serta FKRTL
FKRTL
6
STRATEGI OPERASIONAL (Lanjutan)

•• Memfasilitasi Praktik Bidan


Memfasilitasi Praktik Bidan untuk
untuk menjadi
menjadi jejaring
jejaring FKTP
FKTP dan
dan memberikan
memberikan
7 pelayanan KB
pelayanan KB MKJP
MKJP

•• Peningkatan
Peningkatan peserta
peserta KB
KB baru
baru melalui KB pasca
program KB
melalui program pasca persalinan
persalinan dan
dan
8 pasca keguguran
pasca keguguran disetiap
disetiap jenjang
jenjang Faskes.
Faskes.

•• Penurunan
Penurunan unmet
unmet need
need dan
dan drop
drop out
out melalui
melalui penguatan
penguatan pelayanan
pelayanan peserta
peserta
9 KB baru
KB pembinaan peserta
dan pembinaan
baru dan peserta KBKB Aktif.
Aktif.

•• Intensifikasi
Intensifikasi dan
dan ekstensifikasi
ekstensifikasi pelayanan
pelayanan KB
KB MKJP
MKJP di
di seluruh
seluruh Faskes
Faskes dan
dan
wilayah khusus
wilayah khusus (Galciltas,
(Galciltas, Kepulauan,
Kepulauan, Daerah
Daerah Aliran
Aliran Sungai,
Sungai, wilayah
wilayah
10 transmigrasi dan
transmigrasi dan di
di wilayah
wilayah kumuh
kumuh miskin
miskin perkotaan
perkotaan ))

•• Penguatan demand side,


Penguatan demand side, Advokasi
Advokasi KIE
KIE yang
yang difokuskan
difokuskan pada
pada perubahan
perubahan
perilaku, serta
perilaku, serta Integrasi
Integrasi promosi
promosi dan
dan konseling
konseling KB
KB KR
KR melalui
melalui media
media KIE
KIE
11 Below The
Below The Line
Line
4). Retensi Keterampilan Dokter Dan Bidan Pasca Pelatihan

Kebijakan Pelatihan
Kebijakan Pelatihan CTU
CTU bagi
bagi dokter
dokter dan
dan bidan
bidan Kajian: Evaluasi pasca pelatihan di 5 propinsi
2010-2011

POGI, IDI (BP2KB) & IBI


Kemenkes/Dinkes

Oleh BKKBN & HOGSI

PKMI
Penggerakan Seleksi dokter (Sumatera Utara, Sulawesi Barat, NTT, Papua Barat, Papua)
klien dan bidan
Hambatan optimalisasi pelayanan vasek/tubektomi pasca
pelatihan:
Modul Pembinaan & 1. Pedoman standar pelatihan CTU belum tersedia
pelatihan & evaluasi pasca 2. Kurang atau tidak adanya klien u/ praktik selama masa
alat peraga pelatihan pelatihan
3. Kurang adekuatnya sarana penunjang pelatihan
BKKBN/SKPD KB 4. Seleksi calon dokter kurang berbasis asas manfaat
5. Tidak ada evaluasi pasca pelatihan

Tahap Pembelajaran dan Kualifikasi


Pengayaan atau Matrikulasi
Demonstrasi dan Coaching
Praktik Klinik
Repetisi praktik klinik hingga tahap kompeten
Aplikasi hasil pelatihan dan bimbingan untuk memperoleh
kompetensi pada situasi nyata di tempat kerja
6) Kompetensi dokter dalam pelayanan KB
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
Peninjauan Peraturan KKI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi
Dokter Indonesia dalam kompetensi pelayanan vasektomi (tidak ada) dan
peninjauan ulang tingkat kemampuan insersi dan ekstraksi implan pada level 3.
Terima
Kasih..

ISTRI BER-KB SUDAH BIASA....


SUAMI BER-KB LUAAARRR BIASAAAAA...!!

Anda mungkin juga menyukai