Oleh:
Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com.
DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
PADA PERTEMUAN PERKUMPULAN KONTRASEPSI MANTAP INDONESIA
SEMARANG , 20 JULI 2018
KEBIJAKAN PELAYANAN KB
PRIA (MOP)
LATAR BELAKANG
Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB di wilayah dan sasaran
khusus dalam rangka menurunkan unmet need dan meningkatkan
kesertaan KB MKJP terutama KB Pria
Tujuan Khusus
• Meningkatkan akses Pelayanan KB di wilayah khusus
• Meningkatkan kualitas pelayanan KB di wilayah khusus
• Meningkatkan kesertaan KB MKJP terutama KB Pria vasektomi
• Meningkatkan jejaring kemitraan dalam upaya pelayanan KB di
wilayah khusus
SASARAN
Fokus
• Wilayah Galciltas berada penggarapan
di 122 kabupaten yang diarahkan pada
SASARAN wilayah yang
WILAYAH tersebar di 23 provinsi memiliki TFR
• Wilayah Miskin Perkotaan tinggi dan CPR
yang rendah.
berada di 97 kota. (KUADRAN II)
0.12
3.00
0.10
0.08
2.00
0.06
0.04 1.00
0.02
- 0.00
2015 2016 2017 2015 2016 2017
0.64 3.2
0.64
3.16
3.15
0.63
3.1
0.62
0.60 3
0.59 2.95
0.58 2.9
2015 2016 2017 2015 2016 2017
9
Resource: Health and Population (2003), Perspectives and Issues 26 (4) : 182.
Kebijakan dan Strategi
Meningkatkan Kesertaan KB
Pria di Indonesia
MENGAPA SUAMI HARUS DILIBATKAN
DALAM PROGAM KB
• Masalah Pokok :
1 Angka Kematian Ibu masih tinggi;
2 PUS sudah tidak ingin hamil atau tidak ingin
punya Anak, namun tidak menggunakan
Kontrasepsi (Unmet Need);
• Masalah Pokok :
1 Suami merupakan partner, agen perubahan dan
pengambil keputusan dalam keluarga;
2 Memiliki posisi sejajar dan tanggung jawab yang
sama dalam Kesehatan Reproduksi;
• Masalah Pokok :
1 Amanat dari ICPD di Cairo, 1994;
2 Hasil kesepakatan Dunia International pada
forum Konferensi Wanita ke-4 di Beijing,1995;
• Masalah Pokok :
1 Tindakan bedah, walaupun kecil dapat
menimbulkan rasa takut;
2 Harus membuka aurat, menyebabkan
timbul rasa malu bagi sebagian orang;
• Masalah Pokok :
1 Faktor geografis (jarak tempat pelayanan
yang jauh);
2 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
KB Pria Vasektomi masih rendah;
• Masalah Pokok :
1 Provider banyak yang kurang kompeten;
2 Belum ada sistem reward (Pay for
Performance) bagi provider;
• Masalah Pokok :
1 Budaya paternalistik;
2 Umumnya Pria lebih dominan/superior;
Meningkatkan Akses
dan Kualitas Pelayanan
KB Pria yang merata
M
dan terintegrasi
M
MM dalam
M
M
Sistem JKN – BPJS
Kesehatan.
STRATEGI
Menguatkan
promosi dan
1) Penguatan kebijakan dan KIE tentang KB 3) Peningkatan promosi dan
pengembangan strategi KIE KB Pria melalui
KIE KB Pria yang sinergi
dengan kebijakan
Pria di seluruh bauran
(cetak/elektronik
media
dan
pelayanan KB di era JKN; wilayah dan media luar ruang),
terutama media lini bawah
2) Peningkatan
pemangku
komitmen
kepentingan
kelompok (poster, leaflet, lembar
balik, banner) dengan
dan mitra kerja serta masyarakat prioritas sasaran tempat
pimpinan daerah terhadap
KB Pria; melalui: kerja/tempat berkumpulnya
kaum pria;
3) Peningkatan peran motivator
KB Pria dalam sosialisasi, 4) Peningkatan kegiatan
promosi, penyuluhan, komunikasi masa lainnya
penggerakan dan konseling,
dengan memperhatikan target dalam upaya melakukan
sasaran (usia, pendidikan perubahan PSP dengan
serta status sosial ekonomi); tetap mengadopsi nilai-
nilai kearifan lokal.
STRATEGI
Menguatkan
akses pelayanan
1) Penguatan dan pemaduan KB Pria yang 3) Peningkatan kompetensi
kebijakan pelayanan KB merata dan provider (nakes) dalam
Pria yang merata dan pelayanan KB Pria,
berkualitas, baik antar berkualitas, termasuk peningkatan
sektor maupun antara kegiatan mentoring serta
pusat dan daerah, terutama dalam visiting spesialist;
utamanya dalam sistem sistem JKN-
JKN-BPJS Kesehatan; 4) Peningkatan jejaring
BPJS Kesehatan, pelayanan KB Pria yang
berkualitas dan merata
2) Pengembangan melalui: melalui fasilitas pelayanan
mekanisme
operasional/SOP KB statis atau melalui
pelayanan KB Pria yang pelayanan KB bergerak
terintegrasi dengan sistem (mobile) untuk diwilayah
BPJS Kesehatan; khusus/sulit.
1
STRATEGI
Menguatkan
akses pelayanan
5) Pengembangan sistem KB Pria yang 7) Pengembangan Center of
reward (Pay for merata dan Excellent sebagai pusat
Performance) bagi rujukan, pusat pelatihan
provider yang mampu berkualitas, serta pusat penelitian dan
meberikan pelayanan KB pengembangan (Litbang)
Pria yang berkualitas; terutama dalam KB Pria;
sistem JKN- 8) Pengembangan sistem
6) Peningkatan kegiatan
supervisi fasilitatif dan BPJS Kesehatan, pencatatan dan pelaporan
serta menghitung
sistem monitoring serta melalui: Perkiraan Permintaan
evaluasi pelayanan KB
Pria; Masyarakat (PPM) yang
akurat, sebagai bahan
data basis perencanaan
pelayanan KB Pria.
2
PENCAPAIAN, PERMASALAHAN, DAN SOLUSI
PROGRAM KONTRASEPSI MANTAP
DI INDONESIA
Oleh:
Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com.
DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI
PADA PERTEMUAN PERKUMPULAN KONTRASEPSI MANTAP INDONESIA
SEMARANG , 20 JULI 2018
Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia (1991-2012)
70.0%
61.4 61.9
60.3
60.0% 57.4 4.0% 4.0%
54.7 2.7%
3.7%
49.7 2.7%
50.0% 13.2% 13.6%
2.6% 13.2%
15.4%
17.1%
40.0%
14.8%
30.0%
21.1% 27.8%
15.2% 31.8% 31.9%
11.7%
20.0%
3.1%
4.9%
13.3% 6.0%
10.3% 4.3%
10.0% 8.1% 2.8%
6.2% 3.3%
4.9% 3.9%
0.6% 0.7% 0.4% 0.4% 0.2% 0.2%
2.7% 3.1% 3.0% 3.7% 3.0% 3.2%
0.0%
IDHS 1991 IDHS 1994 IDHS 1997 IDHS 2002 IDHS 2007 IDHS 2012
6 Presentase kehamilan yang tidak 7,1 7,0 6,9 6,8 6,6 6,6 28
diinginkan dari WUS (15-49 tahun)
UU RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
BAB VI
Program Jaminan Sosial
Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial
Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan
berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan
bahan medis habis pakai yang diperlukan
Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi
pelayanan dan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga
berencana, rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, dan
tindakan medis lainnya…………..
29
Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016
BAB V
Manfaat Jaminan Kesehatan
Pasal 21
(1) Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
a. penyuluhan kesehatan perorangan;
b. imunisasi rutin;
c. keluarga berencana; dan
d. skrining kesehatan.
(4) Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan
tubektomi, bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi
bagi Peserta Jaminan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
(5) Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
30
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014
tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan
BAB V
MANFAAT JAMINAN KESEHATAN
PASAL 25
Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliput:
a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kes, kecuali untuk gawat darurat;
c. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
d. Alat kontrasepsi, kosmetik , makanan bayi dan susu
3). Sistem Rujukan:
Pelayanan Kb Tubektomi Interval & Vasektomi
Permasalahan:
1. Belum ada ketetapan indikasi medis dari FKTP untuk merujuk
calon akseptor tubektomi interval/vasektomi ke Rumah Sakit
2. Perlu ada ketetapan indikasi medis untuk pelayanan IUD dan
implan di Rumah Sakit (Tipe C dan D)
Arah Kebijakan dan Strategi
35
STRATEGI OPERASIONAL
•• Pemanfaatan hasil pendataan
Pemanfaatan hasil pendataan keluarga
keluarga sebagai
sebagai dasar
dasar penggarapan
penggarapan
1 pelayanan KB
pelayanan KB KR
KR
Pemetaan Fasyankes
•• Pemetaan Fasyankes yang
yang melayani
melayani KB,
KB, pemenuhan
pemenuhan sarana
sarana dan
dan
3 pelatihan Yan
pelatihan Yan KB
KB (Registrasi
(Registrasi dan
dan klasifikasi
klasifikasi Faskes)
Faskes)
Integrasi Sistem
•• Integrasi Sistem Pencatatan
Pencatatan dan
dan Pelaporan
Pelaporan Yan
Yan KB
KB (BKKBN
(BKKBN ––
4 BPJS)
BPJS)
•• Perencanaan,
Perencanaan, pengadaan,
pengadaan, penyimpanan,
penyimpanan, distribusi
distribusi dan
dan pencatatan
pencatatan
5 Alat dan
pelaporan Alat
pelaporan dan Obat
Obat Kontrasepsi
Kontrasepsi (Alokon)
(Alokon)
•• Peningkatan
Peningkatan peserta
peserta KB
KB baru
baru melalui KB pasca
program KB
melalui program pasca persalinan
persalinan dan
dan
8 pasca keguguran
pasca keguguran disetiap
disetiap jenjang
jenjang Faskes.
Faskes.
•• Penurunan
Penurunan unmet
unmet need
need dan
dan drop
drop out
out melalui
melalui penguatan
penguatan pelayanan
pelayanan peserta
peserta
9 KB baru
KB pembinaan peserta
dan pembinaan
baru dan peserta KBKB Aktif.
Aktif.
•• Intensifikasi
Intensifikasi dan
dan ekstensifikasi
ekstensifikasi pelayanan
pelayanan KB
KB MKJP
MKJP di
di seluruh
seluruh Faskes
Faskes dan
dan
wilayah khusus
wilayah khusus (Galciltas,
(Galciltas, Kepulauan,
Kepulauan, Daerah
Daerah Aliran
Aliran Sungai,
Sungai, wilayah
wilayah
10 transmigrasi dan
transmigrasi dan di
di wilayah
wilayah kumuh
kumuh miskin
miskin perkotaan
perkotaan ))
Kebijakan Pelatihan
Kebijakan Pelatihan CTU
CTU bagi
bagi dokter
dokter dan
dan bidan
bidan Kajian: Evaluasi pasca pelatihan di 5 propinsi
2010-2011
PKMI
Penggerakan Seleksi dokter (Sumatera Utara, Sulawesi Barat, NTT, Papua Barat, Papua)
klien dan bidan
Hambatan optimalisasi pelayanan vasek/tubektomi pasca
pelatihan:
Modul Pembinaan & 1. Pedoman standar pelatihan CTU belum tersedia
pelatihan & evaluasi pasca 2. Kurang atau tidak adanya klien u/ praktik selama masa
alat peraga pelatihan pelatihan
3. Kurang adekuatnya sarana penunjang pelatihan
BKKBN/SKPD KB 4. Seleksi calon dokter kurang berbasis asas manfaat
5. Tidak ada evaluasi pasca pelatihan