Anda di halaman 1dari 28

Dr. Irma Ardiana, M.

APS Kamis, 17 Maret 2022


Plt. Direktur Bina Keluarga Balita & Anak

Disampaikan Pada Kick Off Audit Kasus Stunting


Tren dan target penurunan stunting di Indonesia
Trend prevalensi stunting di Indonesia: 2007-2019 Target penurunan stunting 2020-2024
40 36,8 35,6 37,2 24,1
35 21,1
29 29,6 30,8
30 27,5 27,7 18,4
2021: 24,4% 16
25
14
20
% penurunan per tahun (2015 – 2019): 0,3 % % penurunan per tahun (2020 – 2024): 2,5 %
15
10
Laju penurunan stunting per tahun menuju 14% tahun 2024=3,4%
5
0
2020 2021 2022 2023 2024
2007 2010 2013 2015 2016 2017 2018 2019
Source : Ministry of Health Data and Information Center: - Riskesdas 2018 & - SSGBI 2019 Source : Presidential Decree 18/2020 about RPJMN 2020-2024
Benchmarking praktik baik penurunan Stunting
Dari 54% tahun 2000 menjadi 37% 2004 (khusus baduta di daratan Amazone)
1. Fokus pada keluarga miskin
Peru 4.25% per tahun 2 2. Skema insentif financial (Juntos) yang dikirim ke ibu agar membawa anaknya ke fasillitas kesehatan
3. Program WASH
4. Dukungan psikososial tumbuh kembang baduta.

Dari 44% tahun 2005 menjadi 22,8% tahun 2012


Maharastra 3% per tahun 1 1. Advokasi pentingya 1000 HPK
2. Ada ‘think thank’ yang menyiapkan saran kebijakan berbasis bukti kepada pemerintah
1. Menciptakan platform konvergensi antar departmen

Dari 18,5% tahun 2008 menjadi 13,5% di tahun 2011


Bolivia 2.5% per tahun 1 1. Promosi ASI ekslusif dan MPASI yang terfortifikasi
2. Program WASH
3. Pertanian keluarga untuk pemenuhan kebutuhan protein dan sayuran

Dari 28% di tahun 2012 menjadi 19,1% di tahun 2017


1. Skrining LILA dan rujukan dini kasus malnutirsi serta perawatan gizi di fasilitas kesehata (Ready To Use
Therapeutic Food/RUTF)
Korea DPR 1,78% per tahun 3 2. Outreach pemberian vitamin A, obat cacing dan taburia untuk seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-23 tahun
2kali per tahun
3. Inisiasi menyusui dini , ASI eksklusif dan pengenalan makanan fortifikasi sesuai usia. Promosi konsumsi protein
hewan 1 telur per hari.
Sumber: WHO Global Nutrition Target: Stunting Policy Brief 1, Improving child nutrition. The achievable imperative for global progress. New York: United Nations Children’s Fund; 2013
(https://www.unicef.org/gambia/Improving_Child_Nutrition_-_ the_achievable_imperative_for_global_progress.pdf2, https://www.unicef.org/dprk/nutrition3
Lampung

-7,8
Jawa Tengah
Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Barat
-6,8-6,6-6,5

Terdapat 7
Nusa Tenggara Timur
-6,0

Gorontalo
-5,9

Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
-5,3-4,9

Bengkulu
-4,8

Sumatera Utara
-4,3

Sumatera Selatan
Sumatera Barat
DI Yogyakarta
-4,2-4,2-3,7

Bali
Jawa Timur
INDONESIA
Sulawesi Selatan
DKI Jakarta
-3,5-3,4-3,3-3,2-3,2

Kalimantan Selatan
Jawa Barat
Maluku
Kalimantan Barat
Jambi dan 7). Papua Barat

Riau
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Bangka Belitung
Sulawesi Tenggara
-1,8-1,7-1,7-1,7-1,7-1,6-1,6-1,3-1,2

stunting/stunted selama 3 tahun (2019-2021), yaitu:

Aceh
-1,0

Papua
Banten
Sulawesi Utara
0,1 0,4 0,4

Kepulauan Riau
0,8

Kalimantan Utara
provinsi yang menunjukkan trend peningkatan prevalensi balita

Jambi
1). Papua; 2). Banten; 3). Sulawesi Utara; 4). Kepulauan Riau; 5). Kalimantan Utara; 6).

Papua Barat
1,3 1,4 1,6
Memutus siklus kejadian stunting
1000 HPK

1. An equity-based approach targeting the poorest


and most marginalized communities would be
more cost-effective and lead to more rapid declines
in stunting prevalence
2. Multi-sectoral approaches which combine
nutrition-sensitive with nutrition-specific
interventions are likely to have a greater impact on Prekonsepsi
reducing stunting.
3. an enabling environment needs to be built to
address more distal factors causing stunting

: 1000 HPK
Periode patologi yang dapat dicegah atau dikoreksi

: periode anak usia 2 tahun-remaja


Intervensi gizi pada perempuan yang stunted saat prekonsepsi
dapat meningkatkan birth outcomes. Pertumbuhan linear mungkin
dapat dipercepat namun perbaikan fungsi kognitif dan imunitas
belum jelas.
Note: EED: environmental
: intervensi stunting tidak berdampak. enteric dysfunction
Sumber: Andrew J. Prendergast & Jean H. Humphrey (2014) The stunting syndrome in developing countries, Paediatrics
and International Child Health, 34:4, 250-265,.
Perpres 72/2021: Percepatan Penurunan Stunting
Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, Pemerintah Desa, dan Pemangku Kepentingan dalam rangka menyelenggarakan Percepatan Penurunan Stunting.

Pilar: Target tujuan pembangunan Rencana Aksi Nasional:


Tujuan berkelanjutan pada tahun 2030 pendekatan keluarga berisiko

1. menurunkan prevalensi 1. peningkatan komitmen dan visi penyediaan data keluarga berisiko
Stunting
Stunting kepemimpinan di kementerian/lembaga,
Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa; pendampingan keluarga berisiko
2. meningkatkan kualitas penyiapan Stunting
kehidupan berkeluarga
2. peningkatan komunikasi
perubahan perilaku pendampingan semua calon
3. menjamin pemenuhan asupan dan pemberdayaan masyarakat;
pengantin/calon PUS;
gizi
3. peningkatan konvergensi Intervensi Spesifik surveilans keluarga berisiko Stunting
dan Intervensi Sensitif di kementerian/lembaga,
4. memperbaiki pola asuh Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa;
audit kasus Stunting
5. meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan 4. peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada
tingkat individu, keluarga, dan masyarakat;

6. meningkatkan akses air minum 5. penguatan dan pengembangan sistem, data,


dan sanitasi informasi, riset, dan inovasi
APA ITU RAN PASTI?
RENCANA AKSI NASIONAL PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING INDONESIA TAHUN 2021-2024

Rencana Aksi Nasional BAB II Rencana Aksi Nasional


(pasal 8 ayat 2) 1. penyediaan data keluarga berisiko
1. penyediaan data keluarga berisiko Stunting Kluster data presisi
Stunting 2. pendampingan keluarga berisiko
2. pendampingan keluarga berisiko Stunting
Stunting 3.pendampingan semua calon
3.pendampingan semua calon pengantin/calon PUS; Kluster operasional
pengantin/calon PUS; 4. surveilans keluarga berisiko Stunting
4. surveilans keluarga berisiko Stunting
5. audit kasus Stunting

5. audit kasus Stunting


6. perencanan dan penganggaran
Mekanisme dan Tata Kerja 7. pengawasan dan pembinaan Kluster manajerial
(pasal 19, ayat 4) akuntabilitas

8. pemantauan, evaluasi & pelaporan


Pemantauan, Evaluasi, dan pelaporan
(pasal 26)
BAB III MEKANISME DAN TATA KERJA

BAB IV PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN


Peraturan Presiden No 72/2021 PELAPORAN Peraturan BKKBN No 12/2022
PENDEKATAN RAN PASTI
INTERVENSI HULU
INTERVENSI SPESIFIK DAN Pendekatan
a. Penekanan intervensi pada PENCEGAHAN
Keluarga
SENSITIF Berisiko lahirnya bayi stunted dengan mempersiapkan
Stunting sejak kehamilan calon pengantin/calon ibu
Fokus pada program INKUBASI melalui perencanaan kehidupan berkeluarga.
yang memperhatikan kesehatan b. Pencegahan dan penanganan risiko lahirnya
dan kecukupan gizi: bayi stunting
3 bulan CATIN+ IBU HAMIL+ IBU
MASA NIFAS/INTERVAL RAN Pendekatan PENTAHELIX
+BADUTA/BALITA yang didukung
dengan penyediaan sanitasi, akses Pendekatan
PASTI Pendekatan
Menyediakan platform Kerjasama
antara pemerintah dan unsur
air bersih serta bansos. Intervensi Multisektor
dan pemangku kepentingan (dunia usaha,
Gizi Terpadu
Multipihak perguruan tinggi, masyarakat dan
media)

Kluster data presisi Kluster manajerial Kluster operasional

KONVERGENSI
LAYANAN TINGKAT KELUARGA
1. anak usia 0 bulan dengan berat
badan < 2.500 gram yang

KONVERGENSI LAYANAN 2.
mendapatkan
kesehatan dan gizi.
tatalaksana

anak usia 0 bulan dengan panjang


< 48 cm yang mendapatkan

TINGKAT KELUARGA 3.
tatalaksana kesehatan dan gizi
bayi usia kurang dari 6 bulan
mendapat air susu ibu (ASI)
eksklusif
4. anak usia 6-23 bulan yang 1. anak usia 24-59 bulan dengan
mendapat Makanan Pendamping infeksi kronis yang 1. balita yang memperoleh imunisasi
1. menerima Tablet Tambah 1. ibu hamil Kurang Energi Kronik Air Susu Ibu (MP-ASI) dasar lengkap
mendapatkan tatalaksana
(KEK) yang menerima tambahan 5. anak usia 0-23 bulan dengan
Darah (TTD) infeksi kronis yang mendapatkan keseh 2. anak berusia di bawah lima tahun
asupan gizi. 2. anak usia 24-59 bulan dengan (balita) gizi buruk yang mendapat
2. menerima pendampingan tatalaksana kesehatan
2. ibu hamil yang mengonsumsi 6. anak usia 0-23 bulan dengan gizi gizi kurang yang mendapatkan pelayanan tata laksana gizi buruk
kesehatan reproduksi dan Tablet Tambah Darah (TTD) kurang yang mendapatkan tambahan asupan gizi 3. anak berusia di bawah lima tahun
edukasi gizi sejak 3 bulan minimal 90 tablet selama masa tambahan asupan gizi. 3. anak usia 24-59 bulan dengan (balita) gizi kurang yang mendapat
pra-nikah kehamilan 7. anak usia 0-23 bulan dengan gizi gizi buruk yang mendapatkan tambahan asupan gizi.
3. menerima layanan 3. Ibu hamil menerima buruk yang mendapatkan tata
tata laksana gizi buruk 4. Balita 0-59 bulan dengan berat
pemeriksaan status pendampingan. laksana gizi buruk.
8. balita 0-23 bulan dengan berat 4. anak usia 24-59 bulan yang badan dan panjang/tinggi badan
anemia (hemoglobin) 4. ibu hamil dengan Pertumbuhan diukur berat badan dan tinggi sesuai standard.
badan dan panjang/tinggi badan
4. mendapatkan tatalaksana Janin Terhambat (PJT) yang sesuai standard. badan sesuai standar. 5. balita 0-59 bulan yang dipantau
mendapat tata laksana 9. balita 0-23 bulan yang dipantau 5. anak usia 24-59 bulan yang perkembangannya sesuai standard.
kesehatan dan gizi. mendapat pelayanan keluarga
kesehatan. perkembangannya sesuai dipantau perkembangannya
berencana pasca melahirkan
standard. sesuai standar.

Ibu masa
Kelompok Catin/CaPUS/
Ibu hamil interval/pasca Balita 0-23 bulan Balita 24-59 bulan Balita (0-59 bulan)
sasaran remaja
persalinan

1. menerima pendampingan keluarga berisiko Stunting


2. Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui dan anak baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur (karbohidrat, protein hewani, protein
nabati, vitamin dan mineral dan/atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu/MPASI)
3. PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
4. PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan non-tunai
5. PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima Penerima Bantuan Iuran (PBI)
6. keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan untuk peningkatan asupan gizi
7. keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri
8. keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan KIE interpersonal sesuai standar.
9. keluarga berisiko Stunting yang mengakses air minum layak.
10. keluarga berisiko Stunting yang memiliki rumah layak huni.
11. keluarga berisiko Stunting yang mempunyai jamban sehat.
12. keluarga prasejahtera berisiko Stunting penerima bantuan social.
13. keluarga prasejahtera penerima manfaat variasi bantuan pangan selain beras dan telur.
PERATURAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
12 TAHUN 2021 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL
PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING
INDONESIA TAHUN 2021-2024

4 Indikator audit
kasus stunting
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 13 Tahun
2021 Tentang Petunjuk Teknis Biaya Operasional Keluarga Berencana Tahun 2022

Audit kasus baduta stunting adalah kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya kasus stunting sebagai upaya
pencegahan terjadinya kasus serupa.
Pertemuan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun oleh Tim Audit Kasus Stunting yang dibentuk di tingkat
Audit Kasus Kecamatan dan Kabupaten/Kota, yang meliputi :

• Identifikasi jumlah kasus, penyebab, tata kelola yang sedang diterapkan, tingkat efektivitas serta kendala yang terjadi.
Stunting • Merumuskan solusi terhadap permasalahan yang dibahas pada audit kasus stunting di tiap daerah.
• Evaluasi hasil tindak lanjut yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi tindakan/penanganan yang tepat
pada kasus stunting.

Sasaran Kegiatan adalah OPDKB Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD Kabupaten/Kota, TPPS
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Camat, Penyuluh KB/PLKB, PKK Kecamatan, Ahli Gizi
Puskesmas, Bidan Puskesmas, TPK, PKK Desa, TPPS Desa.
Perbaikan mutu pelayanan untuk pencegahan/penanganan
Output kegiatan
risiko stunting yang serupa
1. Evaluasi RTL: Segera & terencana 1. Terselenggaranya rencana
tindak lanjut sesuai
Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
4. penanggungjawab;

4 Langkah & (RTL) Audit Kasus Stunting 2. Evaluasi perubahan status risiko
kasus audit stunting (setiap bulan)
2. Perubahan status risiko kasus
audit stunting

output audit 3. Diseminasi Audit Kasus Stunting


1. Diseminasi regular: 2 kali setahun 1. Terselenggaranya
diseminasi

kasus stunting
2. Diseminasi sesuai kebutuhan (tele-
2. Laporan Audit Kasus
konsultasi)
Stunting
3. Pelaporan ke TPPS Provinsi

1. Identifkasi & seleksi kasus 1. Kasus stunting yang layak


Audit kasus stunting Berbasis risiko pada kelompok diaudit
sasaran dan kasus baduta/balita 2. Kertas kerja audit yang terisi
adalah identifikasi risiko Pelaksanaan audit & manajemen stunting sesuai dengan jumlah kasus;
2.
dan penyebab risiko pada pendampingan Kelompok sasaran: 3. Rencana Tindak Lanjut yang
a. Calon pengantin/remaja disetujui Wakil Bupati/Wakil
kelompok sasaran b. Ibu hamil Walikota.
berbasis surveilans rutin c. Ibu nifas
d. Baduta
atau sumber data lainnya. e. Balita
1. Surat Keputusan Wakil
2. Kajian dan Rencana Tindak Lanjut Bupati/Wakil Walikota
2. Surat pernyataan komitmen
1. Pembentukan Tim Audit Kasus Terdiri dari unsur OPD KB, Dinkes, RSUD, yang ditandatangani oleh tim
Stunting Tim Pakar dan Tim Teknis audit kasus stunting.5
1. Tim Audit Kasus Stunting PERNYATAAN KOMITMEN DAN BEBAS BENTURAN KEPENTINGAN

TIM AUDIT KASUS STUNTING

(KABUPATEN/KOTA, PROVINSI)
1. Penanggungjawab yaitu Wakil Bupati/ Wakil Walikota,
bertugas menjamin terlaksananya audit kasus stunting dan
rencana tindak lanjutnya.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
2. Ketua yaitu Kepala OPD yang membidangi urusan KB
Nama :...............................................................
Kabupaten/Kota, bertugas mengoordinasikan dan memastikan
Instansi :...............................................................
pelaksanaan audit kasus stunting berjalan lancar sesuai
Jabatan :...............................................................
dengan tujuan, pedoman dan target waktu yang telah Kedudukan dalam tim :...............................................................
ditetapkan. Alamat :................................................................
3. Wakil Ketua yaitu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, No. Telp/HP :................................................................
bertugas mengoordinasikan dan memastikan pelaksanaan Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam melaksanakan tugas sebagai Tim Audit Kasus
audit kasus stunting dengan para pihak terkait. Stunting, Saya bersedia menghindari perbuatan yang berpotensi memiliki benturan kepentingan.
Saya sanggup bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip audit kasus stunting yaitu:
4. Tim Teknis terdiri dari pimpinan dan jajaran FKTP/FKRTL 1. Integritas : jujur, akuntabel terhadap pencapaian kinerja program dan kinerja anggaran serta
(misalnya Kepala Puskesmas, dokter/bidan/tenaga gizi transparan;

2. Objektif : bersikap netral dan objektif tanpa dikaitkan dengan pendapat atau kepentingan pribadi;
Puskemas; Kepala RSUD, kepala unit yang mengoordinasikan
3. Profesional : memiliki kompetensi dan keterampilan sesuai dengan profesinya;
rekam medis), Camat, PKB/PLKB, Tim Pendamping Keluarga
4. Kerahasiaan : menjaga rahasia data dan informasi kasus audit stunting.
(TPK), Kader posyandu, serta bidang tertentu di OPD yang
Demikian pernyataan ini Saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai pedoman
mengurusi bidang KB dan Dinas Kesehatan setempat. pelaksanaan audit kasus stunting dan peraturan perundang-undangan jika diperlukan.

5. Tim Pakar terdiri dari para ahli tertentu, antara lain Dokter
(Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun)
Spesialis Anak (Sp.A), Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Yang Membuat Pernyataan,
(Sp.OG), Psikolog dan Ahli Gizi.
Melaksanakan fungsi KONSULTASI, FASILITASI KOORDINASI DAN PENGUATAN
SATGAS STUNTING : PENYEDIAAN SATU DATA STUNTING kepada Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota hingga ke tingkat layanan sesuai dengan arahan dan
instruksi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting

Tugas: Memastikan pelaksanaan audit kasus


Stunting di seluruh jenjang
Pembagian tugas
Tim Teknis Tim Pakar
a. melakukan persiapan pelaksanaan audit kasus
stunting, antara lain menyusun konsep SK Tim Audit a. melaksanakan kajian kasus yang dituangkan ke dalam
Kasus Stunting dan menyusun jadual pelaksanaan. kertas kerja audit;
b. memberikan layanan telekonsultasi serta memberikan
b. melaksanakan dan mengoordinasikan audit
rekomendasi atas kasus yang diaudit;
kasus stunting khususnya dengan tim pakar, antara lain:
c. melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
1) penyiapan data dan informasi yang dibutuhkan
koordinasi dan verifikasi agar dapat melakukan
untuk pelaksanaan audit;
penilaian langsung pada kelompok sasaran audit (jika
2) telekonsultasi untuk pencegahan dan penanganan
diperlukan dan memungkinkan);
kasus yang dapat ditindaklanjuti oleh tim teknis;
d. mendiseminasikan hasil audit kasus stunting; dan
3) melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana tindak
koordinasi dan verifikasi terhadap kelompok
lanjut.
sasaran audit secara selektif; dan
4) Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana
tindak lanjut.
Tim Pakar dari Organisasi Profesi:
5) penyusunan laporan pelaksanaan audit kasus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri & Ginekologi
stunting secara berkala. Indonesia (POGI), Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Ilmu
Tinggi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI)
2. Pelaksanaan Audit dan
Manajemen Pendampingan
a. Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit b. Kajian dan rencana tindak lanjut

Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit pada kelompok Kajian bertujuan untuk menentukan risiko- penyebab
sasaran berisiko stunting dan/atau baduta dan balita terjadinya risiko pada kelompok sasaran, menganalisis
stunting. dan merumuskan rekomendasi.
Kelompok sasaran berisiko stunting meliputi:
a. Calon pengantin;
b. Ibu hamil; Hasil kajian dituangkan dalam Kertas Kerja Audit
c. Ibu nifas; berdasarkan kelompok sasaran dengan
d. Baduta dan balita. memperhatikan prinsip kerahasiaan data individu.

Data kajian bersumber dari surveillance rutin dan rekam Rekomendasi yang diusulkan dalam kertas kerja audit
medis dari FKTP dan FKRTL. dituangkan ke dalam formulir Rencana Tindak Lanjut.
Seleksi kasus audit dilakukan terhadap identifikasi potensi
Formulir Rencana Tindak Lanjut dilaporkan untuk
kasus audit dengan pertimbangan, antara lain:
a. Kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah memperoleh persetujuan dari Penanggung Jawab
diberikan intervensi; (Wakil Bupati/Wakil Walikota).
b. Kasus stunting yang tinggi pada wilayah tertentu;
c. Kelengkapan data.
Penyediaan data keluarga berisiko stunting

Ibu nifas/pasca persalinan


Data dan informasi
lain yang dibutuhkan

Catin (Pra-konsepsi) Ibu Hamil Anak 0-23 Bulan Anak 24-59 Bulan
Catin 3 bulan sebelum
menikah

Elektronik siap nikah Elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat
siap hamil (ELSIMIL) (e-ppgbm) dan elsimil
1. Identitas catin Variabel kesehatan dan gizi pada kelompok sasaran:
2. NIK
3. Umur 1. Ibu hamil
4. Berat & Tinggi Badan 2. Ibu nifas
5. Indeks Massa Tubuh
6. Anemia/tidak anemia
3. Baduta
7. Lingkar Lengan Atas (LiLa) 4. Balita
Formulir rencana tindak lanjut
Sumber Penanggung
Indikator Sifat Dana Jawab
Kelompok Sasaran Kegiatan Waktu
keberhasilan (Segera/Terencana)

1 2 3 4 5 6 7
Calon Pengantin
Ibu Hamil
Ibu Nifas
Baduta
Balita

Mengetahui,
Wakil Bupati/Wakil Walikota
Keterangan :
Kolom 2 diisi kegiatan sesuai dengan rekomendasi Tim Pakar
Kolom 3 diisi dengan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang disepakati Tim Audit
Kolom 4 diisi sesuai dengan urgensi pencegahan risiko stunting dan penanganan baduta/balita stunting
Kolom 5 diisi sesuai dengan target waktu penyelesaian pelaksanaan kegiatan
Kolom 6 diisi dengan sumber pendanaan untuk melaksanakan kegiatan
Kolom 7 diisi dengan institusi yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan
3. Diseminasi Audit Kasus Stunting

1. 2. 3.
Diseminasi sesuai Pelaporan
kebutuhan/kontinyu (2x/tahun)
a. Dilakukan melalui tele-konsultasi Diseminasi terjadual
(2x/tahun) 1. Pelaporan dilakukan secara
antara Tim Pakar dan Tim Teknis
berjenjang
sesuai lokus kasus audit. 1. menyampaikan hasil kajian dan RTL 2. Masing-masing TPPS provinsi
b. Tim Pakar memberikan checklist yang telah disetujui oleh wakil dan pusat menyampaikan
intervensi Bupati/wakil Walikota. umpan balik secara
pencegahan/penanganan kasus 2. menyampaikan evaluasi RTL dan berjenjang 10 hari kalender
untuk ditindaklanjuti oleh Tim perubahan risiko kasus audit pasca laporan diterima
Teknis. stunting. dengan lengkap
Melibatkan unsur Pemerintah Daerah, Akademisi,
Organisasi Profesi, Pemerhati Kesehatan dan Gizi, Tokoh
Agama, Tokoh Masyrakat, Tokoh Adat, Media Massa (cetak
dan elektronik), Organisasi Masyarakat
Bagan pelaporan audit
kasus stunting

Sistematika Laporan Audit Kasus Stunting


I. Pendahuluan
A. Jumlah dan Persebaran Audit Kasus Stunting
B. Pakar yang melaksanakan Audit
C. Periode Audit
II. Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester I)
C. Evaluasi Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester II)
Evaluasi bulanan kasus audit kasus stunting dilakukan pada
saat coaching.
III. Penutup
4. Evaluasi RTL
a. Evaluasi RTL
Sumber Penanggung Evaluasi
Indikator Sifat Dana Jawab
Kelompok Sasaran Kegiatan Waktu
keberhasilan (Segera/Terencana)

1 2 3 4 5 6 7
Calon Pengantin
Ibu Hamil
Ibu Nifas
Baduta
Balita

b. Evaluasi status risiko kasus audit

Dilakukan berdasarkan hasil tele-konsultasi tindak lanjut check list tim pakar yang perlu dilakukan oleh tim teknis.
KALENDER AUDIT KASUS STUNTING:
TINGKAT PROVINSI DAN PUSAT
Sosialisasi zero draft audit 1. Penyampaian umpan
kasus stunting kepada balik SM 1
seluruh kab/kota dan 2. Penyusunan ringkasan
1. Kick off audit
konsolidasi bersama 4 eksekutif pelaksanaan
kasus stunting
organisasi profesi.
(17 Maret 2022) audit kasus stunting Coaching audit
2. Rekapitulasi Tindak lanjut hasil SM1 untuk dibahas kasus stunting
Penyelarasan sumber
pendanaan. pembentukan coaching pada pertemuan TPPS per region
Tim Audit kab/kota/provinsi &
pusat

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
1. Rapim zero draft Coaching audit kasus Coaching audit kasus 1. Penyampaian
buku saku audit stunting per region stunting per region umpan balik SM 2
kasus stunting (8
Tindak lanjut hasil
2. Penyusunan
Feb 2022) coaching
ringkasan eksekutif
2. Uji coba draft 1 pelaksanaan audit
buku saku audit kasus stunting SM2
kasus stunting (11 untuk dibahas pada
Feb 2022) pertemuan TPPS
3. Finalisasi buku kab/kota/provinsi
saku audit kasus & pusat
stunting
KALENDER AUDIT KASUS STUNTING:
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1. Diseminasi
kajian: tele
konsultasi &
tindak lanjutnya Penyampaian laporan
Pembentukan 2. Penyusunan SM 1 kepada TPPS prov
rancangan RTL dan melalui Morena
Tim Audit

Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
1. Konsolidasi tim 1. Diseminasi
Penyampaian laporan
audit dan kajian: tele SM 2 kepada TPPS prov
perencanaan konsultasi & dan melalui Morena
agenda kegiatan tindak
2. Identifikasi & lanjutnya
seleksi kasus 2. Persetujuan
audit RTL
3. Penyusunan 3. Diseminasi RTL
kajian 4. Penyusunan
laporan

1 kecamatan 1 desa
Narahubung Organisasi Profesi
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
Alamat: Jl. KebayoranBaru No. 85B Kebayoran Lama JK
12240
No. Telp: 021-72801625
Email: sekretariat.pp@hmpsi.or.id
Website: https://himpsi.or.id

Dr. Andik Matulessy, M. Si, Psikolog Anrilia E M Ningdyah, Ph. D, Psikolog


Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)
No. HP : 08113422606 No. HP : 0818172897
No. Nama Wilayah Nama Ketua Wilayah Email Telepon

1Aceh Barmawi, M. Si aceh@himpsi.or.id - himpsiaceh@gmail.com 081386599902

2Sumatera Utara Ilmiah, M Si., Psikolog sumut@himpsi.or.id 081264575551

3Sumatera Barat Dr. Tuti Rahmi, M.Si, Psikolog sumbar@himpsi.or.id 08116664435

4Riau Sigit Nugroho, M.Psi., Psikolog riau@himpsi.or.id 0812-2741-6754


5Sumatera Selatan Dr. Muhamad Uyun, M.Si sumsel@himpsi.or.id 082282868953
6Bengkulu Vera Febriana, S.Psi., Psikolog bengkulu@himpsi.or.id 082182697554

7Kepulauan Riau Wenny Nur Annisa, S.Psi., Psikolog kepri@himpsi.or.id 081294493701

8Kepulauan Bangka Belitung Risaldi Adhari N., S.Psi., MM Psikolog babel@himpsi.or.id 082216599900

9Jambi Nofrans Eka Saputra, S.Psi, M.A jambi@himpsi.or.id 081804504400


10Lampung Shinta Mayasari, M.Psi, Psikolog lampung@himpsi.or.id 081211093336
11Jawa Barat Hari Setyowibowo, S.Psi, M.Psi, Psikolog jabar@himpsi.or.id 081394881485

081212186129 (sekre) 08111121184


12Banten Mulyanto,M.Psi.,Psikolog banten@himpsi.or.id website: himpsibanten.or.id (ketua)

jaya@himpsi.or.id (resmi) ; sekretariat_himpsijaya@yahoo.com


13Himpsi DKI Jakarta Raya Dr. Widura Imam Mustopo, M.Si., Psikolog (sekretariat) 081292558099

14Jawa Tengah Ouys Alkharani, MM, M.Psi, Psikolog jateng@himpsi.or.id 081575815500

Untuk Tenaga
15DI Yogyakarta Haryanta, S.Psi, MA, Psikolog diy@himpsi.or.id 081228233836

16Jawa Timur Ilham Nur Alfian, M.Psi., Psikolog. jatim@himpsi.or.id 0823-3784-7819

Psikolog: 17Bali

18Nusa Tenggara Barat


C. Prammu Hartadi, S.Psi., Psikolog

Lalu Yulhaidir, M. Psi, Psikolog


bali@himpsi.or.id

ntb@himpsi.or.id
08123997048

081997961705

Kerjasama HIMPSI 19Nusa Tenggara Timur

20Kalimantan Selatan
Andriyani Emilia Lay, M.A., Psikolog

Sukma Noor Akbar, M.Psi, Psikolog


ntt@himpsi.or.id

kalsel@himpsi.or.id
082145168287

0511 4774405,

21Kalimantan Barat Dr. Fitri Sukmawati, M.Psi, Psikolog kalbar@himpsi.or.id 081257912447


22Kalimantan Timur Dra. Dwita Salverry, MM, Psikolog kaltim@himpsi.or.id 081347398169

23Kalimantan Tengah Elisabeth Fransisca Saragi Sitio,, M.Psi, Psikolog kalteng@himpsi.or.id 081361272940

24Kalimantan Utara Sulistiyowati, S.Psi., Psikolog kaltara@himpsi.or.id 085250146921


25Sulawesi Utara Welly Thomas, S.Psi., M.Psi psi.sulut@gmail.com 08114326449

26Sulawesi Selatan Ahmad Ridfah, M. Psi., Psikolog sulsel@himpsi.or.id 0896-5645-6106

27Sulawesi Tengah Hendrijete N. Nuda, S.Psi, MM, Psikolog sulteng@himpsi.or.id 0811453205, 081334644415

28Sulawesi Tenggara Ayub Djafar, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog sultra@himpsi.or.id /sekretraiat.himpsi.sultra@gmail.com 081230078771 / 0813 34611979
29Gorontalo Dr. Sukma Nurilawati Botutihe, M.Psi.Psikolog gorontalo@himpsi.or.id (0435)8524755
30Sulawesi Barat Edwin Bara, S.Psi, MAP sulbar@himpsi.or.id 08114202042
31Maluku Utara Syaiful Bahri, S.Psi, MA malut@himpsi.or.id 08114312963

32Maluku Archristhea Amahoru, S.Psi., M.Psi., Psikolog maluku@himpsi.or.id 082198334583


33Papua Yosefina M Watofa, S.Psi., M.Psi, Psikolog papua@himpsi.or.id +62 812-3328-2913

34Papua Barat Nursiah Yusdiranti Barus, S.Psi, Psikolog papuabarat@himpsi.or.id 082199054205


Narahubung Organisasi Profesi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Alamat: Jl. Salemba I No. 5, Jakarta Pusat, 10430,
Indonesia
No. Telp: 021-3148610
Email: komitewebsite@idai.or.id
Website: www.idai.or.id

dr .Klara Yuliarti, SpAK Prof. Dr .dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpAK


Ikatan Dokter Anak Indonesia Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)/Ketua
(IDAI)/Sekretaris Satgas Stunting Satgas Stunting
No. HP : 081517222321 No. HP : 081517222321
Narahubung Organisasi Profesi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Prof Dr dr Noroyono Wibowo SpOG (K)
(POGI) Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Alamat: Jl. Taman Kimia 10, Jakarta Pusat, (POGI)
Indonesia No. HP : 0816870132
No. Telp: 021-3142684
Fax: 021-3910135 Dr. dr. Muhammad Adrianes Bachnas, SpOG (K) FM
Email: pogi@indo.net.id Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)
No. HP : 08122692928
No. hp: 0812-1986-2127
Website: https://www.pogo.or.id

Daftar Tim Pakar POGI kabupaten/kota dapat dilihat pada


tautan : https://bit.ly/PakarPOGI-KabKota
“TERIMA KASIH”
.

BERSAMA KITA BISA


BERSINERGI BAGI BANGSA

Anda mungkin juga menyukai