Anda di halaman 1dari 24

Masa Depan Kemandirian Pangan

Prof. Dr. Bustanul Arifin


barifin@uwalumni.com

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA


Dewan Komisioner dan Ekonom Senior INDEF
Ketua Umum Pengurus Pusat PERHEPI

Forum Guru Besar dan Doktor INSAN CITA, tanggal 9 Januari 2022
Outline: Sistematika Pembahasan

1. Ekonomi Pertanian selama masa Pandemi Covid-19


2. Klarifikasi konsep ekonomi pangan: Serupa, tapi tidak sama
3. Belanja Pemerintah untuk pertanian dan pemulihan ekonomi
4. Pendalaman pada beberapa komoditas pangan strategis
5. Penutup: Rekomendasi kebijakan ke depan
Ekonomi Pertanian selama Pandemi Covid-19
• Ekonomi pertanian pada Q3-2021 1,31 (y-on-y), lebih rendah dari ekonomi makro 3,51%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 diproyeksikan di atas 4 persen. Sektor pertanian
jadi bantalan resesi selama Pandemi Covid-19, bahkan menjadi sektor andalan ke depan
• Fenomena ruralisasi terjadi sebagai upaya survival strategy bagi warga perkotaan yang harus
kembali ke desa dan mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja baru di perdesaan.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2019-2021 (%, y on y) Pertumbuhan Sektor Pertanian 2019-2021 (%, y on y)

Sumber: BPS, 5 November 2021


Klarifikasi Empat Konsep: Mirip, tapi tidak sama
1. Swasembada Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan dengan tidak membutuhkan
bantuan apapun, dukungan, atau interaksi, untuk bertahan hidup atau kemampuan negara
untuk memenuhi kebutuhan pangan setidaknya 90 persen dari produksi dalam negeri
2. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
3. Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi
pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan
kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara
bermartabat.
4. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak
bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber
daya lokal
Food System Approach: Food security is an outcome

Source: UNESCO, Scope-UNEP, 2010


Food Systems Conceptual Framework (improved)

Source: Von Braun et al (2021)


Perubahan iklim menaikkan harga pangan global

Sumber: FAO, Januari, 2022 http://www.fao.org/worldfoodsituation/foodpricesindex/en/


Transformasi Sistem Pangan Global: Posisi Indonesia
1. Penguatan sektor pertanian untuk transformasi sistem pangan
a) Sistem agro-pangan yang inklusif, resilien dan berkelanjutan;
b) Tranformasi sistem pangan dilandasi prinsip kolaboratif, transformatif, resilien dan
berkelanjutan;
2. Alokasi dukungan dan sumberdaya untuk petani kecil
a) Sebagai pengawal sistem pangan lokal dan tradisional, petani kecil berperan penting
dalam perjalanan sistem pangan;
b) Rantai nilai dan perdagangan pangan yang mampu meningkatkan pendapatan untuk
meningkatkan kesejehteraan dan ketehanan pangan rumah tangga petani kecil;
3. Kemitraan multi-stakeholders yang lebih inklusif dan lebih kuat
a) Dialog para pengampu kepentingan dan dialog sistem pangan nasional dan daerah
b) Kerjasama internasional dan kemitraan segenap tingkatan untuk memperkuat sistem
sistem produksi agro-pangan dan industri;
c) Presidensi G20 Indonesia akan mendorong transformasi sistem pangan lebih baik
Belanja Pemerintah Indonesia untuk Pertanian (%)
MoA Irrigation Fertilizer subsidies Other agri subsidies
100%
90% 3.2 25.3
2.5 14.0
17.6 31.3 28.8 24.5
80% 6.3 16.3
21.0
26.9 33.6 34.3

70% 15.2 18.3


18.4
60% 5.3
16.5
50% 3.4 4.2 11.0 20.8 56.1
28.2 24.4 29.4
16.9 32.4 33.5 27.1
40%
5.0 7.1
30% 4.6

20% 5.6 6.5 16.0 18.3


2.7 16.0 26.5 21.1 21.9
7.2 7.7 8.0 13.3 21.8 19.4
10% 14.1 21.8

0%
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Source: Minister of Finance, 2021
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021-Realisasi Nov 67%
• Dari pagu anggaran Rp 744,77 T, realisasi mencapai Rp 495,77 T (67%) sampai 19 November 2021
• Realisasi Dukungan UMKM 50%, Kesehatan 63%, Program Prioritas 64%, Perlindungan Sosial 76%
Realiasi KUR Nasional: NPL KUR Pertanian 0,00%
• Target KUR Nasional 2021 adalah Rp 70 triliun
• Realisasi KUR per 25 Des: Rp 85 triliun (121.5%)

Realisasi Bank Penyalur KUR


No Bank Penyalur Realisasi (Rp M) % Debitur (orang)
1 BRI 60.075 70,64 2.134.379
2 BNI 8.943 10,51 199.129
3 Mandiri 10.392 12,22 110.307
4 Bank lain 5.640 6,63 152.335
Total 85.050 100 2.596.150
Sumber: Kementan, 25 Des 2021
GFSI 2021: Indonesia ranking 69 dari 113 negara
Country 2019 2020 2021
Score Rank Score Rank Score Rank
Ireland 83.5 2 83.8 2 84.0 1
Austria 80.2 5 79.4 4 81.3 2
United Kingdom 63.8 32 78.5 6 81.0 3
Finland 85.1 1 85.3 1 80.9 4
Netherlands 67.4 20 79.9 3 79.9 5
Singapore 76.4 20 75.7 19 77.4 15
Malaysia 67.7 44 67.9 43 70.0 39
Thailand 62.9 52 64.0 51 64.5 51
Vietnam 60.8 61 60.3 63 61.1 61
Philippines 57.6 70 55.7 73 60.0 64
Indonesia 60.9 60 59.5 65 59.2 69
Malawi 39.2 102 36.7 110 37.3 109
Sudan 36.6 109 36.0 112 37.1 110
Mozambique 36.1 105 40.5 106 35.9 111
Yemen 36.0 111 35.7 113 35.7 112
Burundi 31.2 110 37.1 107 34.7 113
Sumber: Economist Intelligence Unit, Desember 2021
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan FSVA
Indikator FSA Ketahanan Pangan
1. Ketersediaan pangan: 2 indikator
2. Akses pangan: 3 indikator
3. Peanfaatan pangan: 5 indikator
4. Kawangan transien: 3 indikator

Kabupaten rentan rawan pangan:


1. Rasio konsumsi terhadap
ketersediaan pangan per kapita
2. Persentase penduduk miskin
3. Rasio jumlah penduduk per
tenaga kesehatan
Kota rentan rawan pangan:
1. Prevalensi balita stunting
2. Persentase penduduk miskin
3. Angka harapan hidup
4. Rumah tangga tanpa akses ke air bersih
Sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2021
Update Ekonomi Padi: Luas Panen turun 140 ribu ha

Sumber: BPS, Oktober 2021


Disparitas produktivitas padi antardaerah: Cukup besar

Legenda:

Keterangan:
Dihitung berdasarkan luas panen dan produksi KSA BPS, 021
Impor beras sebenarnya rendah, tapi sensitif
Tahun Volume (kg) Nilai CIF (US$ ) Nilai CIF (Rp M)
2014 (Q4) 503.324,559 239.439.407 3.452.716
2015 861.601.001 351.602.090 5.070.102
2016 1.283.178.527 531.841.557 7.669.155
2017 311.524.673 143.206.447 2.065.037
2018 2.253.824.445 1.037.128.214 14.955.389
2019 444.508.791 184.254.091 2.656.944
2020 356.286.276 195.409.001 2.817.798
2021 (s/d Nov) 352.957.984 158.717.296 2.288.703
Total Kumulatif 6.367.192.256 2. 841.598.103 40.955.953
Sumber: BPS, s/d Desember 2021 (Data dari PIB Ditjen Bea Cukai, Kemenkeu
Industri Perunggasan: Penyedia Protein Murah
• Produksi daging unggas 2020 3,48 juta ton, konsumsi 3,44 juta ton. Neraca
unggas 2021 akan surplus 41 ribu ton, berpengaruh pada dinamika ekonomi;
• Daging unggas adalah sumber protein murah dan semakin terjangkau
masyarakat menengah-bawah, bukan merupakan barang mewah lagi.
• Konsumsi produk unggas 70% dari total konsumsi protein hewani. Konsumsi
daging unggas 7,77 kg/kapita, konsumsi daging sapi 3,28 kg/kapita/tahun.
• Tapi, harga telur dan harga live bird cukup rendah sejak Pandemi Covid-19
yang sangat menyulitkan perternak lokal, terutama peternak rakyat mandiri.
Sawit Berkelanjutan: Harga Terselamatkan Biofuel?
• Kelapa sawit merupakan berkah Allah SWT yang tiada tara. Luas areal kelapa sawit
2021 adalah 16,5 juta hektar, produksi 53,5 juta ton CPO, ada peningkatan sedikit.
• Kelapa sawit mampu menghasilkan volume minyak nabati paling efisien dibanding
minyak nabati lain di dunia: minyak kedelai, minyak matahari, minyak rapa dll;
• Sertifikasi berkelanjutan tingkat global (RSPO, ISCC) bersifat sukarela dan nasional
(ISPO) bersifat wajib untuk membangun keunggulan keberlanjutan (dayasaing);
• Masa Pandemi Covid-19, harga CPO global turun signifikan. Indonesia memilih
kebijakan untuk menggenjot target pembangunan biofuels B-30. Harga CPO telah
naik signifikan. Tapi, Program B-30 memiliki konsekuensi anggaran negara.
Ekonomi Hortikultura: Harapan Petani Milenial
• Hortikultura telah berkontribusi 2% dari PDB dan rumah bagi 35% petani. Produksi
hortikultura terkonsentrasi di Jawa. Daerah Luar Jawa mulai mengadopsi wilayah
khusus untuk pengembangan holtikultura, karena potensi keuntungan besar;
• Konsumen perkotaan membelanjakan 16% dari anggaran untuk beras, 15% untuk
buah dan sayuran, 22% protein hewani. Konsumen pedesaan membelanjakan
24% untuk beras, 17% untuk buah dan sayuran, 20% untuk protein hewani.
• Strategi demand-driven perlu dikembangkan seiring strategi supply-side atau
peningkatan produksi. Kemitraan ABGC hortikultura harus ditingkatkan ke depan.
Ikhtisar Hasil Resiliensi dan Risiko Krisis Pangan
Komoditas % Impor Resiliensi rantai nilai Risiko: Titik kritis pasokan Langkah Kebijakan
Beras 3-5 • Industri modern beras tumbuh, • Musim kemarau-basah ekstrem • Impor beras menjadi opsi,
relasi petani-pedagang kuat • Titik kritis Okt-Nov – Januari tapi negara suplier makin sulit
Gula 60-70 • Gula rafinasi menjadi bantalan, • Fleksibilitas mengganggu petani • Penyederhanaan impor dan
langsung ke pasar • Modernisasi indusri lambat fleksibilitas gula rafinasi
Telur Ayam Ras 0 • Rantai nilai solid, relasi peternak • Titik kritis Ramadhan-HBKN. • Intervensi sistem logistik,
swasta-pedagang Tahun logistik bermasalah fasilitasi dialog kemitraan
Daging Ayam Ras 0 • Peran integrator, relasi peternak- • Titik kritis Ramadhan-HBKN. • Intervensi sistem logistik,
swasta-industri-pasar Tahun logistik bermasalah persaingan usaha sehat
Daging Sapi 70-75 • Penggemukan domestik • Ramadhan dan hari besar • Impor daging kerbau
Bawang Merah 10-20 • Rantai nilai alternatif via digital • Musim hujan, poduksi kecil • Perbaikan sistem distribusi
Bawang Putih 95-97 • Program pengembangan di • Risko ketergantungan impor, • Sinkronisasi RIPH & SPI,
beberapa sentra produksi, impor terganggu, harga naik review kebijakan wajib tanam
Minyak Goreng 0 • Luas lahan sawit sebagai bahan • Risiko logistik, CPO rendah, • Kepastian pasokan insentif
baku masih bertambah harga minyak bumi turun petani sawit, peremajaan dll
Cabai Merah 5-20 • Lahan pekarangan, industri naik, • Musim panen, harga anjlok, • Stabilisasi harga antar-musim
permintaan naik. terjadi di akhir musim hujan untuk antisipasi inflasi
Cabai Rawit 5-15 • Pemanfaatan pekarangan, pada • Musim panen, harga anjlok. • Antisipasi dampak inflasi,
skala rumah tangga . Musim hujan, produksi turun perbaikan benih dan varietas
Sumber: Disintesis dari hasil-hasil studi dan berbagai sumber
Dialog Bappenas-Stakeholders: Regionalisasi Sistem Pangan

Sumber: Bappenas, 2021


Harapan pada Penumbuhan Petani Milenial?
Petani Milenial di Perdesaan dan Perkotaan, 2017-2020
14,000,000

12,000,000
1,693,525
1,712,460 2,131,743
1,806,183
10,000,000

8,000,000

6,000,000
10,711,783 10,271,300
9,540,688 10,053,086
4,000,000

2,000,000

-
2017 2018 2019 2020
Perdesaan Perkotaan

Sumber: Sakernas-BPS, 2021


Penutup: Rekomendasi Kebijakan ke Depan
1. Masa depan kemandirnan pangan tergantung pada strategi pembangunan
pertanian. Peningkatan produksi dan produktivitas, kualitas benih, ketepatan
subsidi pupuk untuk meningkatkan pertumbuhan positif sektor pertanian.
2. Peningkatan perubahan teknologi, melalui perbaikan R&D, penyempurnaan
ekosistem inovasi, perbaikan TFP, kerjasama quadruple helix ABGC
3. Pembangunan pertanian tangguh, climate-smart, bioteknologi modern,
pertanian presisi, digitasilisasi rantai nilai, kontribusi penanganan stunting
4. Sistem rantai nilai digital memerlukan tokoh champion yang mampu merajut
networks, menghubungkan stakeholders dalam inclusive closed loop system
5. Integrasi pangan lokal, industri kuliner, perubahan pola pangan sehat,
beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA), pengindustrian pangan
6. Investasi modal manusia adalah Trisula pendidikan, pelatihan, penyuluhan
pertanian untuk menggapai perubahan teknologi yang berubah amat cepat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai