Anda di halaman 1dari 20

Fondasi Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Bustanul Arifin


barifin@uwalumni.com

Dewan Komisioner dan Ekonom Senior INDEF


Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA

Diskusi Online INDEF “Politik APBN & Masa Depan Ekonomi“ 2 September 2020
Kontribusi Substantif dari Buku
I. Inovasi menuju Pertanian 4.0
II. Pertanian dan Kualitas Pertumbuhan
III. Antara Swasembada dan Kedaulatan Pangan
IV. Kualitas Data dan Impor Beras
V. Efektivitas Kebijakan Stabilisasi Harga
VI. Inisitiatif Pelembagaan dan Kredibilitas Kebijakan
Kontribusi Substansi (lanjutan)
VII. Perubahan Iklim dan Produksi Pangan
VIII. Governansi Rantai Nilai Pangan
IX. Ekonomi Beras yang Menyejahterakan
X. Perdagangan Intenasional dan Diplomasi Ekonomi
XI. Komitmen pada Industri Peternakan
XII. Pasang-Surut Diplomasi Sawit
Pertanian dalam Perekonomian Indonesia 2020
• Q2-2020: Pertanian tumbuh 2,19%, lebih baik dari pertumbuhan
ekonomi nasional minus 5,32%, tanaman pangan tumbuh paling
tinggi, 9,23%. Sektor peternakan paling rendah minus 1,93%.
• Tapi, pada Q1-2020 subsektor tanaman pangan tumbuh paling
rendah minus 10,31%, kehutahan paling tinggi 5,31%, yoy.
• Kemiskinan 2020 (Maret): naik lagi menjadi 26,42 juta (9,78%),
mayoritas di perdesaan, petani, buruh tani. Kemiskinan
perkotaan kini naik lebih tinggi.
• Tingkat profitabilitas komoditas pangan dan pertanian lain
berbeda signifikan, tergantung berkah SDA & SDM, teknik
budidaya, teknologi dan faktor lain;
Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia
Uraian 1975 1985 1995 2005 2010 2015 2019

Pangsa PDB (%)


 Pertanian 30,2 22,9 17,1 13,4 15,3 13,5 12,7
 Industri: Manuf-Tambang 33,5 35,3 41,8 38,5 36,0 28,6 28,0

 Jasa 36,3 42,8 41,1 48,1 48,7 57,9 59,3


Pangsa Tenaga Kerja (%)
 Pertanian 62,0 56,0 46,0 42,5 39,0 32,9 27.3
 Industri: Manuf-Tambang 6,0 9,0 12,8 13,0 14,5 14,7 16.1
 Jasa 32,0 35,0 43,2 44,5 47,5 52,4 56,6

Sumber: BPS (2020) dan berbagai tahun


Pertanian jadi tumpuan lapangan kerja?
• Pangsa (share) tenaga kerja pertanian dalam perekonomian
turun dari 15,3% pada 2010 menjadi 13% pada 2019. Tapi,
pada Q2-2020 tenaga kerja pertanian kembali naik jadi 15,5%.
• Pergeseran pekerjaan terjadi dari pertanian ke non-pertanian
sebagai push factor dan pull-factor.
• Push-factor berkonotasi negatif, menunjukkan adanya
kemiskinan di sektor pertanian dan pedesaan.
• Pull-factor berkonotasi positif, non-pertanian lebih atraktif bagi
tenaga kerja pedesaan berketerampilan.
Tenaga Kerja Sektoral menurut Pendidikan (%)
100
6 9 14
90
80 36
44
51
70
60
50
94 91 86
40
30 64
56
49
20
10
0
Agriculture Non Agriculture Agriculture Non Agriculture Agriculture Non Agriculture
2000 2010 2017
Less than or equal junior school Above junior high school

Sumber: Dihitung dari Susenas 2000, 2010 and 2017


Sumber Pertumbuhan: Di balik kinerja positif
Deskripsi Sektor (Klasifikasi Baru) 2016 2017 2018 2019 2020-q1 2020-q2
Sektor Pertanian dalam Arti Luas 3,37 3,92 3,89 3,64 0,02 2,19
1. Pertanian, Peternakan dan Jasa 3,26 3,62 3,66 3,33 -1,17 2,80
a. Tanaman Pangan 2,57 2,31 1,46 -1,68 -10,31 9,23
b. Hortikultura 2,93 3,68 6,90 5,53 2,55 0,86
c. Perkebunan 3,47 4,50 3,83 4,56 3,97 0,17
d. Peternakan 4,45 3,95 4,61 7,84 2,86 -1,83
e. Jasa Pertanian& Perburuan 3,18 4,08 3,12 3,18 -1,39 2.36
2. Kehutanan & Penebangan Kayu -1,03 2,31 2,78 0,37 5,31 2,23
3. Perikanan 5,19 5,70 5,19 5,81 3,52 -0,63
Pertumbuhan Ekonomi Makro 5,03 5,02 5,17 5,02 2,97 -5,32
Sumber: BPS, 5 Agustus 2020
Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja, 2000-2017
Pertumbuhan Produktivitas (atas harga konstan%)
Sektor (Klasifikasi Lama)
2000-2009 2010-2017 2000-2017
1. Pertanian, Perikanan, Kehutanan 3.30 5.82 4.49
2. Pertanian dan Penggalian -5.00 -0.44 -2.85
3. Industri Manufaktur 3.41 0.89 2.22
4. Listrik, Gas, Air Bersih -0.86 -8.38 -4.40
5. Konstruksi 1.91 1.85 1.88
6. Perdagangan, Hotel, Restauran 3.84 1.94 2.95
7. Transportasi, Komunikasi 9.26 10.24 9.72
8. Keuangan, Sewa, Pelayanan 1.83 -4.14 -0.98
9. Jasa Pelayanan lainnya 1.09 2.23 1.63
Total 3.13 3.46 3.29
Sumber: Dihitung dari data mentah Sakernas. 2010-2017
Pola Produksi Beras: Variasi tahunan lebih stabil
Juta ton
Kemarau 2019 memperlambat musim tanam sebulan, puncak panen raya terjadi pada April 2020
12

10 9.85
9.68
2018 2019 2020
8.94
9.17
8
7.6

6.27 6.19
6 5.74 5.43
5.6
4.49 5.18
4.9 5.37
4.64
4.23
4 4.31 4.49
3.63 4.37
2.78 3.32
3.6
2.8
2.04 2.27
2 1.89
1.9
1.6 1.52 0.98

0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Sumber: BPS, 14 Agustus 2020
Disparitas Produksi Beras Antarwilayah: Lebar

Sumber: BPS, Februari 2020


Fenomena Penurunan Produktivitas Padi: Serius
BERAS 2018 2019 Perubahan 2020 2020
(Produksi-Konsumsi ) (%) (Jan-Juli) (Jan-Okt)
Konsumsi (juta ton) 29,56 29,79 0,78 17,57 25,16
Produksi (juta ton) 33,94 31,29 -7,76 19,63 28,68
Luas Panen (juta ha) 11,38 10.68 -6,15 6,78 9,87
Produktivitas (ton/ha) 5,20 4,81 -7,50 5,05 5,07
Sumber: BPS, 14 Agustus 2020

1. Kapasitas produksi turun, produksi dan produktivitas padi turun. Sistem produksi amat rentan terhadap
gangguan ketersedaiaan air, konservasi sumberdaya air, dll. Peningkatan kapasitas menjadi mutlak.
2. Keberlanjutan pertanian pangan terancam, land fatigue. Investasi untuk penyehatan tanah, pola tanam
ramah lingkungan, sistem rotasi tanaman, tumpang sari, pemberdayaan petani dan kelembagaannya.
Harga beras: Tidak naik, tapi melompat
16000 Data: Harga Beras Domestik dari 3 Sumber
15000
14000
13000
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 Food Station PIHPS BPS
1000
0
Mar-16
May-16

Nov-16

Mar-17
May-17

Nov-17

Mar-18
May-18

Nov-18

Mar-19
May-19

Nov-19

Mar-20
May-20
Jan-16

Jul-16
Sep-16

Jan-17

Jul-17
Sep-17

Jan-18

Jul-18
Sep-18

Jan-19

Jul-19
Sep-19

Jan-20
Sumber: BPS, PIPHS, Food Station, 2020
Industri Berbasis Sawit: Sumber pertumbuhan
• Kelapa sawit merupakan berkah Allah SWT yang tiada tara, tidak
tersaingi apa pun dan mana pun;
• Luas areal kelapa sawit mencapai 14,7 juta hektar, dan produksi
mencapai 43,9 juta ton CPO. Luar biasa;
• Kelapa sawit mampu menghasilkan volume minyak nabati paling
efisien dibandingkan minyak nabati lain: minyak kedelai, minyak
bunga matahari, minyak rapa (canola) dll
• Sawit berkelanjutan adalah keniscayaan, bukan karena desakan
global, tapi demik kepentingan anak-cucu;
• Sertifikasi berkelanjutan tingkat global (RSPO) dan tingkat nasional
(ISPO) menjadi salah satu panduan berharga dalam membangun
dayasaing sawit Indonesia ke depan.
Ekonomi Kopi Berkelanjutan: Perkebunan Rakyat
• Indonesia produsen kopi ke-4 dunia (setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia).
Indonesia produsen Robusta ke-2, setelah Vietnam.
• Produksi kopi 729 ribu ton pada 2019, naik dari 722 ribu ton pada 2018.
– 85% kopi Indonesia adalah Robusta (dari Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu dll)
– 15% kopi Indonesia adalah Arabika (dari dataran tinggi Aceh, Toraja, Jawa, Bali dll)
• Rantai nilai global mensyaratkan skema sertifikasi berkelanjutan, suatu
aransemen kelembagaan mensyaratkan pola kemitraan yang lebih dinamis.
• Industri kopi domestik (hilir) dan sektor hotel dan restoran (café) terganggu.
UKMK sektor kopi dll wajib diselamatkan. Skema PEN perlu menjangkaunya.
Anggaran Ketahan Pangan Naik Drastis?
Inovasi: Keniscayaan Perubaban Teknologi
Y’ = f(x). T
Y

Perubahan teknologi

y = f(x)

0 X
Digitalisasi: Direct Delivery lebih menguntungkan
• Pada masa pandemi, konsumen cenderung lebih prefer home delivery. Petani yang memiliki
sarana transportasi dan jejaring komunikasi yang baik memperoleh peningkatan pendapatan;
• Beberapa platforms dan market place seperti Go-Food, Grab-Food, Tiki, JNE, dll juga lebih
intensif dalam menghubungan petani dan konsumen secara langsung.
• Toko Tani Indonesia (TTI-Kementan), Rumah Pangan Kita (Bulog), dll menjadi hub penting
dalam rantai nilai pangan Indonesia. Rantai pangan lokal lebih lengkap dan siap go-online?
Penutup: Penajaman Kebijakan ke Depan
1. Pertanian masih akan menjadi fondasi perekonomian Indonesia. Pada masa
pandemi Covid19, petani wajib memperoleh perlindungan memadai.
Stabilisasi harga untuk menjaga daya beli, elemen penting akses pangan;
2. Pembiayaan pertanian, pengembangan dan relaksasi kredit usaha rakyat
(KUR), restrukturisasi utang petani (dan UMKM), asuransi pertanian, dll;
3. Perubahan teknologi, pertanian tangguh, climate-smart, biotek modern,
pertanian presisi, berbasis bukti objektif, berorientasi prinsip keberlanjutan;
4. Rantai nilai terintegrasi, melalui suatu integrator (tokoh atau kelembagaan)
yang mampu menyediakan solusi, create values, berani mengambil risiko.
5. Investasi modal manusia, termasuk di pertanian dan perdesaan, untuk
menggapai perubahan teknologi yang berubah amat cepat, termasuk
Pertanian 4.0, sekaligus untuk menghindari jebakan kelas menengah (MIT).

Anda mungkin juga menyukai