Anda di halaman 1dari 25

Insentif Penanaman

Modal bagi Hutan


Tanaman Industri
(HTI)

Study Group Discussion PT Independent


Research & Advisory Indonesia (IRAI)
dengan Tema “Strategi dalam Mendorong Potensi Usaha Hutan
Tanaman Industri Terintegrasi sebagai Industri Pionir”
Kamis, 25 Maret 2021
Virtual Conference (Zoom)
Pukul 14.00 – 16.00

Zainal Mutaqin
Direktur Perencanaan Industri Agribisnis dan Sumber Daya Alam Lainnya,
Badan Koordinasi Penanaman Modal
PERKEMBANGAN INVESTASI
SEKTOR KEHUTANAN DI INDONESIA
Pertumbuhan ekonomi global di 2020 masih terkontraksi (y-o-y)

Amerika Serikat Uni Eropa Tiongkok Korea Selatan Hong Kong Singapura Vietnam Indonesia
6.5
4.9 3.82 4.48
3.2 2.62 2.97
2
0.39

-1.3 -0.3
-2.9 -2.7 -2.7 -2.8 -3.4 -2.19
-3.49
-5
-3.9 -3.8 -5.32
-5.6
-6.8
-9 -9

-13.9 -13.4

TW1 2020 TW2 2020 TW3 2020 TWIV2020

Dampak Negatif Pandemi terhadap Perekonomian Indonesia


Pertumbuhan FDI global turun 42% ± 29 Juta TKI terkena
Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020.
dampak negatif
Tahun 2020 Realisasi PMA di
Indonesia di 2020 pandemi (PHK,
mengalami kontraksi
turun sebesar -2,4% dirumahkan, dll)
sebesar 2,07 %
Sumber: GSO Vietnam; National Statistics of Thailand; Singstats; DOSM Malaysia; BPS, Ministry of Economy.

3
Kontribusi Sektor Pertanian dalam Perekonomian

Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Triliun)
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 1.555.207 1.671.598 1.787.963 1.900.622 2.012.743 2.115.086
Kehutanan dan Penebangan kayu 82.322 87.542 91.609 97.397 104.122 108.640
INDUSTRI PENGOLAHAN 82.322 87.542 91.609 97.397 104.122 82.500
Industri Kayu, Barang dari Kayu, Gabus dan Barang Anyaman dari
77.993 80.078 81.581 83.710 80.320 78.689
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi
87.760 89.650 96.616 101.758 109.892 110.562
Media Rekaman
industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 209.788 223.405 236.193 239.678 265.925 296.710
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 85.951 79.101 85.870 92.663 87.975 82.857
Industri Furnitur 31.340 32.124 33.851 35.488 39.239 38.653
Total PDB Nasional 11.526.333 12.401.729 13.589.826 14.838.312 15.833.943 15.434.152
             
Kontribusi Lapangan Usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu
0,71% 0,71% 0,67% 0,66% 0,66% 0,70%
terhadap PDB Nasional (atas Dasar Harga Berlaku)
Pertumbuhan Lapangan Usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu
1,76% -1,03% 2,13% 2,78% 0,37% -0,03%
(atas Dasar Harga Konstan)
Kontribusi Lapangan Usaha Industri terkait Kehutanan terhadap PDB
4,99% 4,77% 4,60% 4,39% 4,34% 4,47%
Nasional (atas Dasar Harga Berlaku)
Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri terkait Kehutanan dan
5,86% 1,69% 2,84% 1,31% 4,31% 2,81%
Penebangan Kayu (atas Dasar Harga Konstan)

Sumber : BPS, 2021


Kontribusi lapangan usaha kehutanan serta industri yang terkait sedikit meningkat pada tahun 2020, namun
pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pertumbuhan lapangan usaha kehutanan dan
penebangan kayu terkontraksi pada tahun 2020.
4
Sumber: BPS, 2021
Tingkat Pengangguran Terbuka
Dampak Pandemi COVID-19
(TPT) Menurut Jenis Kelamin
terhadap Penduduk Usia Kerja,
(persen), Agustus 2018 –
per Agustus 2020
Agustus 2020
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Tenaga Kerja

5
Neraca Keuangan Perusahaan Memburuk Pasca Pandemi Covid-19

Apabila dibandingkan dengan krisis ekonomi global pada tahun 2008, Perusahaan dengan Interest Coverage Ratio (ICR) < 2 persen meningkat akibat
sebagian besar perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Dalam hal pandemi COVID-19. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan di Indonesia
ini, perusahaan-perusahaan Indonesia mengalami kontraksi memiliki proporsi yang paling tinggi, yang artinya resiko gagal bayar utang
pendapatan yang cukup tinggi dibandingkan negara lainnya. dari perusahaan-perusahaan Indonesia paling tinggi.

6
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Investasi

Penurunan permintaan pada


industri-industri tertentu

Outbreak
Virus Corona Menurunnya pendapatan
perusahaan & industri

Terganggunya rantai pasok global Ditundanya keputusan investasi


menyebabkan turunnya suplai akibat penurunan pendapatan
industry tertentu

Meningkatnya permintaan produk Peluang Investasi di bidang kesehatan, khususnya terkait


farmasi dan alat kesehatan R&D dan ekspor untuk memenuhi kebutuhan global

7
Investasi Menjadi Motor Utama Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Y = C + I + G + ( Ex – Im )
Investasi
79% Pendapatan mendorong
terciptanya
negara berasal dari
lapangan kerja
penerimaan pajak.
Peningkatan investasi
akan berdampak
positif terhadap Lapangan kerja
peningkatan yang semakin
penerimaan pajak. banyak akan
meningkatan
Sebagai contoh pendapatan
investasi pada sektor masyarakat
manufaktur, dimana
hal tersebut membuka
lapangan pekerjaan, Pendapatan
meningkatkan ekspor, masyarakat akan
mendorong daya
dan memberikan nilai
beli (konsumsi)
tambah terhadap
masyarakat
barang.
8
Perkembangan realisasi investasi Indonesia Januari – Desember tahun 2020
(tidak termasuk sektor hulu migas dan jasa keuangan)

Pertumbuhan
TW IV TW IV Jan – Des
(q-o-q) (y-o-y) (y-o-y) PMDN
Rp 413,5 T (50,1%)
PMA 4,7% 5,5% -2,4% 153.349 Proyek
PMDN 0,8% 0,7% 7,0%

101,1% Total 2,7% 3,1% 2,1%


PMA
Rp 412,8 T (49,9%)
56.726 Proyek
Realisasi Investasi
Jan – Des 2020
Rp 826,3 T
Tercapai Luar Jawa
SEPANJANG JAN – DES 2020 FDI DDI
Rp 417,5 T (50,5%)
54.994
Rp Proyek
94,3T
INVESTASI MENYERAP (TKI) Rp 97,6T
(50,9%) (49,1%)
Target Investasi 2020 1.156.361 Jawa
Rp 408,8 T (49,5 %)
Rp 817,2 T dari 153.349 proyek investasi 98.355 Proyek

Sumber: BKPM, 2020

9
Perkembangan realisasi investasi Indonesia Januari – Desember tahun 2020
(tidak termasuk sektor hulu migas dan jasa keuangan)

10 Besar Negara asal Investor Berdasarkan Lokasi 2. DKI


Jakarta
1. Jawa
(dalam USD Miliar) Barat
Rp. 95,0
T
Rp. 120,4 11,5%
Lainnya T
Rp. 420,3 3. Jawa
1. Singapura 9.8 T
14,6%
Timur
50,9% Rp. 78,4 T
4. Banten
9,9%
2. R.R. Tiongkok 4.8 Rp. 62,0 T
7,5%
3. Hongkong, RRT 3.5 5. Jawa
Tengah
Rp. 50,2 T
4. Jepang 2.6 6,1%

5. Korea Selatan 1.8 Berdasarkan Sektor 1.


Tr a
nsp
or ta

6. Belanda 1.4
si,
Gu
dan
g,
dan
Tele
ko
mu
nika

7. Malaysia 1
si
Rp
144,2.
8 TList
Lai
(17,irk,
nny
5%) G as
a
,
Rp
dan
337,
Air

0.7
3 T

8. Amerika Serikat
Rp
(40, 3.102,
9%) 5. 4. Ind
0 T
Kon Per ustr
(12,
str uum i 3%)
ksi aha Log
Rp n, am
71,0 Ka Das
T w as ar,

0.5
(8,6an Bar

9. Taiwan
%) Ind ang
ustr Log
i, am,
dan Buk
Per an
kan Mes
tora in,
n dan

10. Australia 0.3


Rp Per
76,4 alat
T ann
(9,2 ya
%) Rp
94,8
T
(11,
5%)

Sumber: BKPM, 2021

10
Kontribusi Realisasi Investasi per Sektor Tahun 2020
(tidak termasuk sektor hulu migas dan jasa keuangan)

Realisasi PMA (US$ Miliar) Realisasi PMDN (Rp Triliun)

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6.0 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 93.7
Listrik, Gas dan Air 4.6 Konstruksi 68.6
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 3.6 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 45.1
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 2.2 Listrik, Gas dan Air 35.6
Pertambangan 2.0 Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 32.3
Industri Kimia Dan Farmasi 1.7 Industri Makanan 28.2
Industri Makanan 1.6 Industri Kimia Dan Farmasi 22.7
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 1.2 Perdagangan dan Reparasi 18.0
Industri Kertas dan Percetakan 0.9 Jasa Lainnya 14.7
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 0.9 Pertambangan 13.9
Jasa Lainnya 0.7 Hotel dan Restoran 12.5
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam 0.6 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 8.9
Hotel dan Restoran 0.4 Industri Mineral Non Logam 5.9
Perdagangan dan Reparasi 0.4 Industri Karet dan Plastik 4.5
Industri Lainnya 0.3 Industri Kertas dan Percetakan 3.8
Industri Karet dan Total
Plastik Realisasi
0.3 PMA pada Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain Total 2.6 Realisasi PMDN
Sektor
Industri Tekstil 0.3 Kehutanan dan tertinggi pada Sektor
Industri Tekstil 2.1
Industri Mineral Non Logam Industri
0.2 yang terkait IndustriKehutanan
Lainnya 2.1 dan Industri yang
mencapai
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0.2
US$ 3,1 miliar terkait mencapai Rp 33,5
Industri Kayu 1.4
atau berkontribusi sebesar Triliun atau berkontribusi
Konstruksi 0.2 Kehutanan 1.2
10,8% dari total investasi sebesar 8,0% dari total
Industri Kayu
PMA 0.1 di Indonesia pada Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik investasi
dan Jam 1.2 PMDN di Indonesia
Perikanan 0.0 tahun 2020 Perikanan 0.7 pada tahun 2020
Kehutanan 0.0 Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 0.4
0 1 2 3 4 5 6 7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sumber: BKPM, 2021

11
Perkembangan Realisasi Investasi Sektor Kehutanan dan Industri terkait Kehutanan (perlu
Update)
Periode 2015 – September 2020
Realisasi PMA di Sektor Tanaman Pangan,
Perkebunan, dan Peternakan (US$ Juta) Sejak penerapan UU No. 39 Tahun 2014
Inpres No 8/2018 tentang Penundaan dan tentang Perkebunan (UU Perkebunan), nilai
UU 39/2014 tentang Perkebunan
Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit investasi asing mulai menunjukkan tren
2,237.54
penurunan. Bahkan, realisasi investasi asing
2,147.14
pada tahun 2019 hanya sebesar 42,3% dari
1,621.69 1,616.64 1,638.06 1,721.24
1,592.78 realisasi pada tahun 2014 (sebelum UU
1,243.63 Perkebunan). Namun demikian, realisasi
946.87
775.98 799.82 investasi dalam negeri terus menunjukkan
peningkatan meski sedikit menurun pada
Januari-September 2020 akibat Pandemi
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jan-Sep 2020 COVID-19. Berikut perbandingan nilai
Penanaman Modal Asing (PMA) realisasi investasi sejak sebelum dan sesudah
terbitnya UU Perkebunan :
Realisasi PMDN di Sektor Tanaman Pangan,
Perkebunan, dan Peternak (Rp Miliar) 1. PMA
• Sebelum UU 13/2010:
US$ 7.495,48 Juta
43,598.93 • Setelah UU 13/2010:
31,186.21 US$ 8.845,89 Juta
21,464.62 22,883.91 24,686.40 2. PMDN
13,357.93 12,366.38
• Sebelum UU 13/2010:
10,132.96 9,614.50 9,728.93
6,949.25 Rp 49.783,56 Miliar
• Setelah UU 13/2010:
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jan-Sep 2020 Rp 156.186,43 Miliar
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
12
Sebaran Realisasi Investasi Sektor Kehutanan dan Industri Terkait Kehutanan (perlu Update)
Periode 2015 – September 2020

Kalimantan Sulawesi (*) % = kontribusi


Penanaman Modal (PMA
dan PMDN) Sektor Nilai % Nilai %

tanaman pangan, PMA (Triliun Rp) 64,38 54,0% PMA (Triliun Rp) 0,89 0,7%
perkebunan, dan PMDN (Triliun Rp) 84,38 54,0% PMDN (Triliun Rp) 11,15 7,1%
peternakan sebagian besar Maluku
terdapat di pulau
Nilai %
Kalimantan dan Sumatera
PMA (Triliun Rp) 0,31 0,3%
PMDN (Triliun Rp) 0,01 0,0%

Sumatera
Nilai %
PMA (Triliun Rp) 38,90 32,6%
PMDN (Triliun Rp) 46,42 29,7%
Jawa Papua
Nilai % Nilai %
PMA (Triliun Rp) 6,64 5,6%
Bali dan Nusa Tenggara
PMA (Triliun Rp) 8,02 6,7%
PMDN (Triliun Rp) 5,84 3,7% Nilai % PMDN (Triliun Rp) 2,35 1,5%
PMA (Triliun Rp) 0,20 0,2%
*meliputi bidang usaha KBLI 01 (pertanian tanaman, PMDN (Triliun Rp) 6,04 3,9%
peternakan, perburuan, dan kegiatan YBDI)
13
Realisasi Investasi Sektor Kehutanan dan Industri terkait Kehutanan Berdasarkan Negara Asal
(perlu Update)
Periode 2015 – September 2020
Realisasi PMA Sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan (US$ Juta)
Jan - Sep
No Negara 2015 2016 2017 2018 2019 Total
2020
1 Singapura 1.011,8 850,3 776,2 902,0 356,5 521,9 4.418,8
2 Malaysia 309,1 284,9 148,1 130,8 63,7 82,6 1.019,2
3 Inggris 57,5 146,8 244,0 145,4 41,7 6,8 642,1
4 British Virgin Islands 143,7 26,9 75,4 44,0 65,9 98,2 454,1

5 Hongkong, RRT 73,3 139,8 69,1 92,2 32,2 5,8 412,3


6 Belgia 2,0 103,3 6,4 150,2 19,9 12,5 294,4
7 R.R. Tiongkok 139,8 8,3 30,8 73,0 7,1 4,4 263,4
8 Australia 0,6 26,2 92,8 36,0 14,0 0,6 170,3
9 Mauritius 13,2 19,6 18,3 63,0 3,5 0,2 117,9
10 Uni Emirat Arab 0,1 10,6 15,0 11,2 51,4 15,1 103,5
Lainnya 396,1 21,3 116,6 73,4 96,5 33,0 736,9
Total 2.147,1 1.638,1 1.592,8 1.721,2 731,5 799,8 8.630,6

Pada periode 2015 – September 2020, sebagian besar PMA sektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan di
Indonesia berasal dari Singapura (51,2%) dan Malaysia (11,8%).

14
Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha Agustus 2020

Lainnya
24%
6 besar sektor industri manufaktur yang menyerap
banyak tenaga kerja:

Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan 29.8% Total Angkatan Kerja: 1 industri makanan (26.67%)
138,22 juta orang
Konstruksi Total Tenaga Kerja:
6%
128,45 juta orang, 2 industri pakaian jadi (13.69%)
atau 92,9% dari total
angkatan kerja
Penyediaan
Akomodasi dan 3 industri kayu, barang dari kayu dan gabus (9.93%)
Makan Minum
6.7% Perdagangan
Besar dan
Industri Pengolahan
13.6% Eceran, Reparasi 4 industri tekstil (7.46%)
Mobil dan Sepeda
Motor
19.2%
5 industri barang galian bukan logam (5.72%)
Penyerapan tenaga kerja di sektor kehutanan serta industri terkait
kehutanan menyumbang peran yang cukup besar terhadap penyerapan
tenaga kerja nasional. Bahkan, industri kayu dan furniture merupakan 2 6 industri furniture (4.51%)
(dua) sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dalam industri Catatan:
manufaktur. Industri alas kaki menyerap sekitar 4.4% dari total tenaga kerja industri
pengolahan sedangkan industri kulit dan alas kaki sekitar 0,6%)
Sumber: BPS, Kemenperin, Berbagai Sumber, 2021 (diolah).
15
INSENTIF BAGI INVESTASI HUTAN TANAMAN
INDUSTRI (HTI) DI INDONESIA
Fasilitas PPh – Tax Allowance (TA)
Peraturan Pemerintah No. 78/2019

Ketentuan Kriteria TA
TA untuk
untuk Sektor
Sektor Kehutanan
Kehutanan
Bidang Usaha:

30
dari nilai investasi
Menyerap Pengusahaan Hutan Jati (KBLI : 02111)
% Pengurangan pajak tenaga kerja Pengusahaan Hutan Pinus (KBLI: 02112)
penghasilan badan untuk 6 yang besar Pengusahaan Hutan Mahoni (KBLI: 02113)
Pengusahaan Hutan Sonokeling (KBLI: 02114)
tahun, 5% per tahun.
Pengusahaan Hutan Sengon/Albasia/Jeunjing (KBLI: 02115)
Memiliki nilai Pengusahaan Hutan Cendana (KBLI: 02116)
investasi yang tinggi Pengusahaan Hutan Akasia (KBLI: 02117)

183
Bidang usaha Baru untuk ekspor Pengusahaan Hutan Ekaliptus (KBLI: 02118)
Yang berhak untuk
mendapatkan Tax Memiliki tingkat Cakupan Produk:
Allowance, bertambah dari Kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman,
sebelumnya hanya 145
kandungan lokal pemeliharaan, pemanenan, dan/atau pemasaran produk
bidang usaha. yang tinggi tanaman jati, pinus, mahoni, sonokeling, sengon / albasia /
jeunjing, cendana, akasia, dan ekaliptus

Skema Insentif
Pengurangan Penyusutan yang Pengenaan Pajak Kompensasi kerugian
penghasilan neto dipercepat atas Penghasilan atas yang lebih lama dari 5
sebesar 30 persen dari aktiva tetap berwujud dividen sebesar 10 tahun tetapi tidak lebih
jumlah nilai Penanaman dan amortisasi yang persen dari 10 tahun
Modal selama 6 tahun dipercepat atas
masing masing sebesar aktiva tak berwujud
5 persen per tahun;
Sumber: Badan Kebijakan Fiskal, Desember 2019
17
Alur Proses Fasilitas Tax Allowance

Alur Proses Pengajuan Tax Allowance


PP 78/2019, Permenperin 47/2019 dan PMK 11/PMK.010/2020 jo. 96/PMK.010/2020 dengan KBLI
sesuai dengan Lampiran KBLI serta kriteria dan persyaratan

BKPM
OSS
Proses Filtering WP yang Verifikasi dokumen (5 hari kerja) Penerbitan SK Pemberian
eligible permohonan WP Fasilitas oleh Kepala BKPM
Proses persetujuan (Proses Manual) a.n. Menkeu
pemberian fasilitas
Salinan
Dokumen yang dipersyaratkan:
Pengajuan permohonan oleh 1. SKF pemegang saham Keputusan
WP yang eligible 2. Rincian aktiva dalam
penanaman modal Salinan Keputusan disampaikan ke:
1. WP bersangkutan
2. Kemenkeu
3. Ditjen Pajak
4. K/L Pembina sektor

OSS DJP
SK

Pemeriksaan Ya Revisi KMK Pemanfaatan

WP Mengajukan Permohonan lapangan oleh DJP


Pemanfataan di OSS dengan Perlu
dalam hal penyesuaian?
kelengkapan dokumen dokumen telah
Proses Pengajuan SK
lengkap Pemanfaatan
Pemanfaatan Fasilitas Tidak
(45 hari kerja)

Sumber: Badan Kebijakan Fiskal


18
Fasilitas PPh – Tax Holiday dan Mini Tax Holiday
Permenkeu No. No. 130/PMK.010/2020 dan Per BKPM No. 1/2019 Jo. No.8/2019

1. Tax Holiday dan Mini Tax Holiday merupakan fasilitas


pengurangan pajak penghasilan badan (PPh) dari pendapatan Tax Holiday Mini Tax Holiday
yang diperoleh dari kegiatan bisnis utama, pada persentase
tertentu, dalam periode waktu tertentu
2. Diberikan untuk investasi baru
3. Nilai investasi minimal Rp 100 miliar % %
4. Diberikan untuk bidang usaha yang masuk ke dalam kelompok 18 Persentase Pengurangan Pajak
Industri Pionir Persentase Pengurangan PPh Badan
100% Penghasilan Badan 50%
Tax Holiday untuk Industri Hilir Kehutanan: Dengan Nilai Investasi
a. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, Dengan Nilai Investasi
perkebunan, atau kehutanan tanpa atau beserta turunannya yang > Rp 500 miliar Rp 100 miliar - Rp 500
terintegrasi (Cakupan produk: KBLI 20301D dan 20301E - Industri miliar
pembuatan serat (tow), benang (yarn), strip filamen buatan selulosa
asetat dan rayon viscose; serta KBLI 20302C dan 20302D - Industri
yang menghasilkan serat stapel buatan rayon viscose dan selulosa

5 Tahun
asetat 5 tahun Rp 500 M < Nilai Investasi < Rp 1 T
b. Industri pengolahan berbasis hasil pertanian, perkebunan, atau 7 tahun Rp 1 T < Nilai Investasi < Rp 5 T
kehutanan yang menghasilkan bubur kertas (pulp) tanpa atau
10 tahun Rp 5 T < Nilai Investasi < Rp 15 T
beserta turunannya (Cakupan produk: KBLI 17011A dan 17013A -
Industri yang menghasilkan bubur kertas (pulp), termasuk dissolving 15 tahun Rp 15 T < Nilai Investasi < Rp 30 T
pulp, yang berbahan baku dari Hutan Tanaman Industri (HTI); serta 20 tahun Rp 30 T < Nilai Investasi
KBLI 17014A - Industri kertas khusus yang terintegrasi dengan
industri yang menghasilkan bubur kertas (pulp)
5. Jika tidak termasuk ke dalam kelompok Industri Pionir tersebut, 25% tambahan pengurangan
WP dapat mengajukan permohonan fasilitas ini dengan 50% tambahan
PPh Badan untuk 2 tahun
pemenuhan kriteria kuantitatif industri pionir dengan bobot > 80 pengurangan PPh Badan
(Pasal 5: untuk pengajuan Tax Holiday di luar lampiran KBLI yang untuk 2 tahun
diatur untuk mendapat fasilitas Tax Holiday)
*exchange rate 1 US$ = IDR 14.500
19
Alur Proses Fasilitas Tax Holiday (Pasal 5)

Alur Proses Pengajuan Tax Holiday


PMK 130/PMK.010/2020 dan Per BKPM No. 7 Tahun 2020 sesuai persyaratan nilai investasi dan
kriteria industri pionir

OSS di BKPM BKPM

Verifikasi dokumen dan


Proses Filtering WP Rapat Koordinasi (5 hari kerja)
( BKPM, Kemenkeu dan Penerbitan SK Pemberian
Proses persetujuan berdasarkan nilai investasi Fasilitas
pemberian fasilitas Kementrian Teknis)

Seluruh proses dilakukan di


Dokumen yang dipersyaratkan: Salinan KMK
1. Softcopy rincian aktiva tetap
BKPM (OSS) hingga Pengajuan permohonan 2. Softcopy SKF
Penerbitan SK Filtering di 3. Softcopy Kajian Pemenuhan Kriteria Industri
OSS antara lain berupa: olehWP Salinan Keputusan disampaikan ke:
Pionir 1. WP bersangkutan
1. Nilai Investasi 4. Softcopy penghitungan sendiri kriteria 2. DJP
kuantitatif industri pionir 3. K/L Pembina sektor

OSS di BKPM DJP

SK
Pemeriksaan Ya Revisi KMK
Pemanfaatan
WP Mengajukan Permohonan lapangan oleh DJP
Pemanfataan di OSS dengan Perlu
dalam hal penyesuaian?
kelengkapan dokumen dokumen telah
Proses Pengajuan SK
lengkap Pemanfaatan
Pemanfaatan Fasilitas Tidak
(45 hr kerja)

20
Penilaian Kriteria Kuantitatif dalam Pemberian Fasilitas Tax Holiday Pasal 5

NO KRITERIA     PENJELASAN KRITERIA BOBOT NO KRITERIA     PENJELASAN KRITERIA BOBOT


I. Memiliki Keterkaitan Luas   II. Memiliki Nilai Tambah atau Eksternalitas Tinggi  
100 : Jumlah Kompetitor di Indonesia Kurang dari 3 Perusahaan 100 : Di Luar Pulau Jawa
Jumlah Kompetitor di Indonesia paling sedikit 3 Perusahaan dan paling Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Daerah Istimewa
80 : 75 :
banyak 6 perusahaan Yogyakarta
6 Lokasi Investasi 7%
Mengisi Pohon Jumlah Kompetitor di Indonesia paling sedikit 7 Perusahaan dan paling Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan Kawasan Industri di Provinsi DKI
1 60 : 10% 50 :
Industri banyak 10 perusahaan Jakarta
Jumlah Kompetitor di Indonesia paling sedikit 11 Perusahaan dan paling 0 : Berlokasi di Provinsi DKI Jakarta selain Kawasan Industri di Provinsi DKI Jakarta
40 :
banyak 20 perusahaan III. Memperkenalkan Teknologi Baru
20 : Jumlah Kompetitor di Indonesia lebih dari 20 perusahaan Menggunakan teknologi ramah lingkungan pada mesin produksi utama dan
100 :
100 : Paling sedikit 70 % Bahan baku utama diambil dari produsen dalam negeri Menggunakan pendukung
Paling sedikit 50 % dan kurang dari 70 % Bahan baku utama diambil dari 7 teknologi ramah 80 : Menggunakan teknologi ramah lingkungan pada mesin produksi utama 10%
Menggunakan 80 :
produsen dalam negeri lingkungan 60 : Menggunakan teknologi ramah lingkungan pada mesin pendukung
bahan baku
Paling sedikit 30 % dan kurang dari 50 % Bahan baku utama diambil dari 0 : Belum menggunakan teknologi ramah lingkungan
2 utama yang 60 : 12%
produsen dalam negeri Menggunakan 100 : Menggunakan teknologi baru pada alat produksi utama dan pendukung
diproduksi di
Paling sedikit 10 % dan kurang dari 30 % Bahan baku utama diambil dari teknologi baru 80 : Menggunakan teknologi baru pada alat produksi utama
dalam negeri  40 : 8 10%
produsen dalam negeri pada alat 60 : Menggunakan teknologi baru pada alat pendukung
20 : Paling banyak 10 % Bahan baku utama diambil dari produsen dalam negeri produksi 0 : Tidak menggunakan teknologi baru
100 : Paling sedikit 70 % hasil produksi digunakan oleh produsen dalam negeri IV. Prioritas Dalam Skala Industri Nasional
Paling sedikit 50 % dan kurang dari 70 % hasil produksi digunakan oleh Mendukung 100 : PSN dan mendapat penugasan dari Menteri
80 :
Hasil Produksi produsen dalam negeri 9 Proyek Strategis 5%
0 : Non PSN
dipergunakan di Paling sedikit 30 % dan kurang dari 50 % hasil produksi digunakan oleh Nasional
3 60 : 10%
dalam negeri produsen dalam negeri 100 : Paling sedikit 70 % hasil produksi untuk supply chain dunia
(subtitusi impor) Paling sedikit 10 % dan kurang dari 30 % hasil produksi digunakan oleh 80 : Paling sedikit 50 % dan kurang dari 70 % hasil produksi untuk supply chain dunia
40 :
produsen dalam negeri 10 Basis Produksi 60 : Paling sedikit 30 % dan kurang dari 50 % hasil produksi untuk supply chain dunia 10%
20 : Paling banyak 10 % hasil produksi digunakan oleh produsen dalam negeri 40 : Paling sedikit 10 % dan kurang dari 30 % hasil produksi untuk supply chain dunia
100 : Perusahaan pertama di dalam 1 (satu) Kabupaten atau Kota 20 : Paling banyak 10 % hasil produksi untuk supply chain dunia
Jumlah Paling sedikit ada 2 (dua) dan paling banyak ada 5 (lima) perusahaan Infrastuktur lainnya yang dibangun dapat digunakan oleh masyarakat dan
80 : Membangun 100 :
perusahaan sejenis di dalam satu(1) Kabupaten atau Kota perusahaan
4 12% fasilitas
sejenis di suatu Paling sedikit ada 6 (enam) dan paling banyak ada 9 (sembilan) perusahaan 11  Infrastruktur lainnya yang dibangun dapat digunakan oleh masyarakat terbatas 4%
60 : infrastruktur 50 :
daerah sejenis di dalam 1 (satu) Kabupaten atau Kota dan perusahaan
secara mandiri
40 : ada lebih dari 10 perusahaan sejenis di dalam 1 Kabupaten atau Kota 0 : Infrastruktur lainnya yang dibangun dapat digunakan hanya perusahaan
II. Memiliki Nilai Tambah atau Eksternalitas Tinggi     T O T A L 100%
100 : Paling sedikit memiliki 300 (tiga ratus) pekerja indonesia
Paling sedikit memiliki 200 (dua ratus) dan kurang dari 300 (tiga ratus)
90 :
pekerja indonesia
Mempekerjakan
Paling sedikit memiliki 150 (seratus lima puluh) dan kurang dari 200 (dua
5 tenaga kerja 80 : 10%
ratus) pekerja indonesia
yang banyak
paling sedikit memiliki 100 (seratus) dan kurang dari 150 (seratus lima puluh)
70 :
pekerja indonesia Melalui mekanisme ini, perusahaan yang tidak tergolong ke dalam
60 : Memiliki kurang dari 100 pekerja indonesia
industri pionir masih berkesempatan untuk mendapatkan
fasilitas Tax Holiday apabila bobotnya mencapai > 80%
21
Fasilitas Bea Masuk – Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan
Peraturan Kemenkeu No.176/PMK.011/2009 jo. No. 188/PMK.010/2015

Sektor yang disasar (1/2) Ketentuan


Mesin dan Peralatan
Seluruh Industri Penghasil Barang
• Untuk kebutuhan sendiri
• Diajukan max 3 tahun dari Izin Prinsip/Izin
Investasi/Pendaftaran Investasi/NIB dan/atau Izin Usaha (OSS)
• Jangka waktu 2 tahun + perpanjangan 1 tahun
Industri Jasa • Dapat diberikan untuk barang modal yang berasal dari KPBPB,
KEK atau Kawasan Penimbunan Berikat

Pariwisata Pelayanan
dan Kebudayaan Kesehatan
Telekomunikasi Ketentuan
Publik
Barang dan Bahan
• Untuk kebutuhan sendiri, dan kebutuhan 2 tahun produksi (atas
mesin impor berfasilitas atau mesin impor beli didalam negeri)
Pertambangan Kepelabuhan Konstruksi • Diajukan max 1 tahun setelah siap melaksanakan kegiatan
komersil (TKDN; max 1 tahun)
• Jangka waktu 2 tahun + perpanjangan 1 tahun
• TKDN => 30% bisa 4 tahun
Transportasi Publik • Dapat diperpanjang +1 tahun (khusus utk tata niaga)

Sumber: Badan Kebijakan Fiskal, Desember 2019


22
Insentif dan Kemudahan Berusaha di Daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019)

Kriteria
Kriteria
Meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, menggunakan sumber daya lokal, meningkatkan PDRB,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, melakukan alih teknologi, berorientasi ekspor, dsb.

Bentuk
Bentuk Insentif
Insentif Bentuk
Bentuk Kemudahan
Kemudahan
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan  Penyediaan data dan informasi peluang investasi
pajak daerah;  Penyediaan sarana dan prasarana;
 Pengurangan, keringanan, atau pembebasan  Fasilitasi penyediaan lahan atau lokasi;
retribusi daerah;  Penyediaan bantuan teknis;
 Pemberian bantuan modal kepada usaha  Penyederhanaan dan percepatan pemberian perizinan;
mikro, kecil, dan / atau koperasi di daerah;  Kemudahan akses pemasaran hasil produksi;
 Bantuan untuk riset dan pengembangan
 Kemudahan investasi langsung konstruksi;
untuk usaha mikro, kecil, dan / atau koperasi
 Kemudahan investasi di Kawasan strategis;
di daerah;
 Bantuan fasilitas pelatihan vokasi usaha  Pemberian kenyamanan dan keamanan berinvestasi di daerah;
mikro, kecil, dan / atau koperasi di daerah;  Kemudahan proses sertifikasi dan standarisasi;
dan  Kemudahan akses tenaga kerja siap pakai dan terampil;
 Bunga pinjaman daerah  Kemudahan akses pasokan bahan baku; dan/atau
 Fasilitasi promosi sesuai dengan kewenangan daerah.
23
Thank You
Terima Kasih

Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC)

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)


Indonesia Investment Coordinating Board
Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 44
Jakarta 12190 - Indonesia
t +62 21 525 2008 | f +62 21 525 4945 | e  info@bkpm.go.id
Sumber: HIMKI dalam IPRO DPJK, 2019.

Anda mungkin juga menyukai