Anda di halaman 1dari 4

HASIL ANALISIS PENGUKURAN DATA STUNTING

TINGKAT KECAMATAN

Berikut ini adalah status grafik sebaran stunting di 11 Desa di Wilayah Kemacamatan
Sukamaju Selatan Puskesmas Wonokerto dengan perbandingan data e-PPGBM bulan Tahun
2020, 2021, dan 2022.

TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022


NO DESA Sasar Stunti Stun Sasara Stun
% Sasaran % %
an ng ting n ting
1 WONOKERTO 64 11 17,19% 202 1 0,50% 181 17 9,39%
2 SUMBER BARU 72 12 16,67% 63 0 0,00% 101 10 9,90%
3 MULYOREJO 261 31 11,88% 199 5 2,51% 14 3 21,43%
4 RAWAMANGUN 155 8 5,16% 200 7 3,50% 60 5 8,33%
5 SUBUR 121 6 4,96% 121 3 2,48% 45 2 4,44%
6 BANYUWANGI 17 0 0,00% 21 2 9,52% 205 21 10,24%
7 LINO 61 9 14,75% 76 3 3,95% 156 11 7,05%
8 PAOMACANG 35 4 11,43% 56 3 5,36% 55 4 7,27%
9 SIDORAHARJO 105 15 14,29% 142 15 10,56% 80 5 6,25%
10 SUKAMUKTI 67 7 10,45% 75 6 8,00% 245 18 7,35%
11 SUKAHARAPAN 52 3 5,77% 66 29 43,94% 56 8 14,29%
    1010 106 9,37% 1221 74 6,06% 1198 104 8,68%
GRAFIK PRESENTASE STUNTING KECAMATAN
SUKAMAJU SELATAN 3 TAHUN TERAKHIR

10.00% 9.37%
8.68%
9.00%

8.00%

7.00%
6.06%
jumlah stunting
6.00%

5.00%

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2020 2021 2022
GRAFIK PERSENTASE STUNTING BERDASARKAN MASING-
MASING DESA
43.94%
45.00%

40.00%

35.00%

30.00%

25.00% 2020
21.43% 2021
2022
20.00%
17.19% 16.67%
14.75% 14.29% 14.29%
15.00%
11.88% 11.43%
10.24% 10.56%10.45%
9.39% 9.90% 9.52%
10.00% 8.33% 8.00%
7.05% 7.27% 7.35%
6.25% 5.77%
5.16% 4.96% 5.36%
4.44% 3.95%
5.00% 3.50%
2.51% 2.48%
0.50% 0.00% 0.00%
0.00%
... ... .. .. R ... .. .. I ..
OK R YO. A. BU W LIN
O A. H. UKT A R.
BE UL AM U YU OM OR
A H
ON M S N AM KA
W SU M A W
BA PA IS D K U
R SU S
Grafik di atas menunjukkan prevalensi stunting tingkat kecamatan dari tahun 2020-2022, di
tahun 2020 prevalensi kasus stunting yaitu di desa Sumber baru yaitu 16,67% dan di tahun 2021
terjadi penurunan akibat kunjungan balita ke posyandu yang beresiko tidak terdeteksi karena
pandemi yaitu 0,00 % dan sudah normal kembali terjadi pengingkatan prevalensi di tahun 2022
yaitu 9,90 %. Peningkatan prepalensi ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah balita yang diukur
pada tahun 2020 dan 2022 jika dibandingkan pada tahun 2021, sehingga lebih banyak balita yang
diskrining dan terdiagnosis stunting, selain itu, alat yang digunakan untuk mengukur tinggi atau
panjang badan balita pada tahun 2021 tidak efisien, sebagai mana yang sudah digunakan di tahun
2022. beberapa Faktor yang mempengaruhi terjadi peningkatan dan penurunan prevalensi stunting
di setiap desa di tahun 2022 adalah yang pertama yaitu alat ukur berat badan dan alat ukur tinggi
badan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yaitu menggunakan alat antropometri yang di
gunakan di tahun 2022,yang kedua yaitu adanya partisipasi aktif lintas sektor termasuk bantuan
pemberian makanan tambahan dari puskesmas dan dari pemerintah desa setiap bulan
penimbangan,yang ke tiga yaitu bertambahnya pengetahuan kader-kader dari pelatihan-peltihan
langsung kepada kader dari petugas kesehatan tentang cara pengukuran yang benardan sesuai
standar. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya pencegahan dengan melibatkan
multi sektor sehingga percepatan penurunan stunting dapat terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai