DISUSUN 0LEH:
FILIPUS TARIGAN
1. PENGERTIAN
Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis
interna. ( Underwood, J.C.E; 1999 )
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal.( Smeltzer
Suzanne C; 2001 )
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hhemoroid eksterna
adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (Subkutan) di bawah atau
diluar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada
dibawah mukosa (submukosa) diatas atau di dalam linea dentate.(Sudoyo Aru,
2009)
2. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi menurut Sylvia Anderson P. (1994) adalah
sebagai berikut :
a) Konstipasi/diare
b) Sering mengejan
c) Kongesti pelvia pada kehamilan
d) Pembesaran prostat
e) Fibroama uteri
f) Tumor rectum
g) Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
3. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
balik dari vena hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna.
Hemoroid interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan
timbul disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises
pada vena hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk
akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut.
Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III.
Hemoroid interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan
dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan
anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis
superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid
interior derajat II dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi,
hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara
manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus secara permanen.
Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri
karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus
hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
PATHWAY
Bendungan vena
pleksus hemoroid
Gangguan aliran
balik vena
↑hemoroid
Tekanan vena
meningkat
Dilatasi
Distensi dan
stasis vena
5. KOMPLIKASI
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah
hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
6. PENATALAKSANAAN
a. Non Farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan caramemperbaiki
defekasi.
b. Farmakologis
Untuk memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan
dan gejala
c. Tindakan medis minival invasive
Tindakan untuk memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-
tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi
hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser.
d. Tindakan bedah
Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama menghentikan atau
memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan
yang sudah lanjut.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan
lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
e. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskop
f. Laboratorium
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya rasa gatal, rasa
terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya. Apakah terjadi selama
defekasi ?, Berapa lama nyeri tersebut ? adakah nyeri abdomen yang
berhubungan dengan hal itu ?, Apakah terdapat perdarahan dari rectum ?,
Seberapa banyak ?, Seberapa sering ?, Apakah warnanya ?, Adakah cairan
lain seperti mucus atau pus ?, Pertanyaan lain berhubung dengan pola
eliminasi dan penggunaan laksatif, riwayat diet, masukan serat, jumlah
latihan, tingkat aktifitas, dan pekerjaan.
2) Pengkajian Objektif
Pengkajian objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau
mucus, dan area perineal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
b) Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan yang utama adalah sebagai
berikut :
a. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama defekasi.
b. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
c. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rectal/anal sekunder akibat penyakit hemoroid dan spasme sfingter pada
pasca operatif.
d. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan rasa takut nyeri pada
pasca operatif.
e. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Masalah kolaboratif yang mungkin muncul adalah Potensial Komplikasi (PK)
hemoragi.
c) Perencanaan
a. Tujuan
Tujuan utama adalah sebagai berikut :
▪ Menghilangkan konstipasi
▪ Menurunkan ansietas
▪ Menghilangan nyeri
▪ Meningkatkan eliminasi urinarius
▪ Pasien patuh dengan program terapeutik
▪ Mencegah terjadinya komplikasi
b. Intervensi Keperawatan
1. Menghilangkan Konstipasi
- Masukan cairan sedikitnya 2 liter sehari untuk memberikan hidrasi
yang adekuat.
- Anjurkan makan tinggi serat untuk melancarkan defekasi.
- Berikan laksatif sesuai resep.
- Pasien dianjurkan untuk miring guna merangsang usus dan
merangsang keinginan defekasi sebisa mungkin.
- Menganjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum defekasi
akan membantu merilekskan otot-otot perineal abdomenyang
kemungkinan berkonstriksi atau mengalami spasme abdomen.
2. Menurunkan Ansietas
- Identifikasi kebutuhan psikologis khusus dan rencana asuhan yang
bersifat individu.
- Berikan privasi dengan membatasi pengunjung bila pasien
menginginkannya.
- Pertahankan privasi pasien saat memberikan tindakan keperawatan.
- Berikan pengharum ruangan bila balutan berbau menyengat.
3. Menghilangkan Nyeri
- Dorong pasien untuk memilih posisi nyaman.
- Berikan bantalan flotasi dibawah bokong pada saat duduk dapat
membantu menurunkan nyeri.
- Berikan salep analgesik sesuai resep untuk menurunkan nyeri.
- Berikan kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi dan
meringankan jaringan yang teriritasi.
- Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari untuk
menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme
sfingter.
- Berikan agen anaestetik topical sesuai resep untuk menghilangkan
iritasi local dan rasa sakit.
- Anjurkan pasien melakukan posisi telungkup dengan interval
tertentu untuk meningkatkan drainase dependen cairan edema.
4. Meningkatkan Eliminasi Urinarius
- Tingkatkan masukan cairan
- Bantu pasien untuk mendengarkan aliran air
- Bantu pasien meneteskan air diatas meatus urinarius
- Lakukan pemasangan kateter
- Pantau haluaran urin dengan cermat setelah pembedahan.
5. Pemantauan dan Pelaksanaan Komplikasi
- Periksa dengan sering daerah operasi terhadap munculnya
perdarahan rectal.
- Kaji indicator sistemik perdarahan berlebihan (takikardia,
hipotensi, gelisah, haus).
- Hindari pemberian panas basah karena dapat menyebabkan dilatasi
dan perdarahan.
c) Discharge Planning
1) Instruksikan pasien untuk mempertahankan kebersihan area
perianal.
2) Dorong pasien untuk berespon dengan cepat ketika dorongan
defekasi muncul, untuk mencegah konstipasi.
3) Instruksikan pasien untuk diet tinggi cairan dan serat.
4) Pasien diinformasikan untuk diet yang ditentukan, laksatif yang
dapat digunakan dengan aman, dan pentingnya latihan.
5) Dorong pasien untuk ambulasi sesegera mungkin, anjurkan latihan
tingkat sedang.
6) Ajarkan cara melakukan rendam duduk pada pasien setiap setelah
defgekasi selama 1 sampai 2 minggu setelah pembedahan.
9. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica
Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah,
Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6;
alih bahasa; Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
Robbins, Stanley L;(1995); Buku Ajar Patologi II (Basic Pathology); alih
bahasa, staf pengajar laboratorium patologi anatomi FK UNAIR; Jakarta;
EGC
Underwood, J.C.E; (1999) Patologi Umum dan Sistematik; vol.2; ed.2; editor
edisi bahasa Indonesia, Sarjadi dkk; Jakarta; EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. SM DENGAN KASUS
HAEMOROID DI RUANG ANGGREK RSK Dr. SITANALA
TANGERANG
A.PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 18-11-2015 Jam : 15.00 wib
Tanggal MRS : 16-11-2015 NO RM : 05 41 21
Ruang/Kelas : Anggrek/2 Dx.Masuk :Haemoroid
Dokter yg merawat : dr Wahyuni
IDENTITAS
Nama : Ny. SM Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 th Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : JKN
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Jl. Darusalam Batu Ceper - Tangerang
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: ○baik √sedang ○lemah Kesadaran: CM
Tanda Vital TD:130/80mmHg Nadi:90x/mnt Suhu:36ºc RR:120x/mnt
PERNAFASAAN
Pola Napas irama: √Teratur ○tidak teratur
Jenis ○Dispnoe ○Kusmaul ○ceyne Stokes Lain-lain:
Suara Nafas: √vesikuler ○Stridor ○Wheezing ○Ronchi Lain-
lain:-
Sesak nafas ○Ya √Tidak ○ Batuk ○Ya √tidak
Masalah: Pernafasaan tidak ada masalah
KARDIOVASKULER
Irama Jantung : √Reguler ○Ireguler S1/S2tunggal ○Ya √tidak
Nyeri dada : ○YA ○Tidak
Bunyi Jantung : √Normal ○Murmur ○gallop lain-lain: -
CRT : √< 3dt ○>3dt
Akral : √Hangat ○Panas ○Dingin kering ○Dingin basah
Masalah: Kardiovaskuler tidak ada masalah
PERSYARAFAN
GCS : Eye:4 Verbal:5 Motorok:6 Total:15
Refleks Fisiologis: ○ Patella ○ tricep ○ Biceps lain-lain: -
Lain-lain :
Istirahat / Tidur :7 jam/hari Gangguan Tidur: -
Masalah: Persyarafan tidak ada masalah
PENGINDERAAN
Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor ○ Anisokor ○ Lain-lain
Sclera/konjungtiva : ○ Anemis ○ Ikterus ○ Lain-lain
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga
Gangguan Pendengaran: ○ Ya √ Tidak jelaskan: pendengaran baik
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √ Normal ○ Tidak Jelaskan: -
Gangguan Penciuman: ○ Ya √ Tidak Jelaskan: Penciuman Baik
Masalah: Penginderaan tidak ada masalah
PERKEMIHAN
Kebersihan : √ Bersih ○ Kotor
Urine : Jumlah: 700cc/hr warna : kuning jernih Bau : khas urine
Alat bantu (kateter dan lain-lain) : -
Kandung kencing : Membesar ○ Ya √ Tidak
Nyeri tekan ○ Ya √ Tidak
Gangguan : ○ Anuria ○ Oliguria ○ Retensi
○ Nokturia ○ Inkontinensi ○ Lain-lain
Masalah: Perkemihan tidak ada masalah
PENCERNAAN
Nafsu Makan : ○ Baik √ Menurun Frekwensi : 3x/hari
Porsi makan : ○ Habis √ Tidak Ket: Porsi yg diberikan tidak habis.
Diet :-
Minum : 1000cc/hari Jenis : Air Putih.
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : √ Bersih ○ Kotor ○ Berbau
Mukosa : √Lembab ○ Kering ○ Stomatitis
Tenggorokan : ○ Nyeri Telan ○ Kesulitan Menelan
○ Pembesaran Tonsil ○ Lain-lain.
Abdomen : √Tegang(distensi) ○ Kembung ○ Acites √nyeri tekan ,lokasi:
Peristaltik : 10x/mnt
Pembesaran Hepar: ○ Ya ○ Tidak
Pembesaran Lien : ○ Ya ○ Tidak
BAB : √Belum Teratur: ○ Ya ○ Tidak
Konsistensi : - Bau : - Warna : -
Masalah: 1. Nyeri Akut
2. Konstipasi
MUSKULOSKELETAL/INTEGUMEN
Kemampuan pergerakan sendi : √ Bebas ○ Terbatas
Kekuatan otot : ┼
Kulit
Warna kulit : ○ Ikterus ○ Sianotik ○ kemerahan ○ Pucat ○ Hiperpigmentasi
Turgor : √ Baik ○ Sedang ○ Jelek
Oedema : ○ Ada √ Tidak ada Lokasi : -
Luka : √ Ada ○ Tidak ada lokasi : perut kuadran bawah
Tanda infeksi luka ○ Ada √ tidak ada
Yang ditemukan:Kalor/Dolor/Tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Masalah: tidak ada masalah
ENDOKRIN
Pembesaran Tyroid : ○ Ya √ Tidak
Hyperglikemia : ○ Ya √ Tidak
Hypoglikemia : ○ Ya √ Tidak
Luka ganggren : ○ Ya √ Tidak
Pus : ○ Ya √Tidak
Masalah : tidak ada masalah
PERSONAL HIGIENE
Mandi : 1x/hari
Sikat Gigi : 1x/hari
Keramas :-
Memotong kuku : tidak, kuku bersih
Ganti pakaian : 2xsehari
Masalah : tidak ada masalah
PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Orang yang paling dekat : Suami
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : Baik
Kegiatan ibadah : solat tdk terganggu
Masalah : tidak ada masalah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Jenis Hasil Harga normal Jenis Hasil Harga normal
pemeriksaaan pemeriksaan
Haemoglobin 12 Lk: 13-16 g/dl hematokrit 38,5 Lk: 40-48%
Pr: 12-14 g/dl Pr: 37-43%
Leukosit 8000 5000-10.000
LED 60 Lk:<10
mm/jam
Pr: < 15
mm/jam
Eritrosis 3,98 Lk: < 4,5-
5,5jt/ul
Pr: < 4-5 jt/ul
Hitung jenis
Basifil - 0–1%
Eosinofil - 1–3% Hemostasis
Batang 1 2–6% Masa 1 Duke: 1
perdarahan IVY : 1-6
Segmen 45 50 – 70 % Masa 10 Lee&white:10
pembekuan -15
Kapiler : 2 -
6
Limfosit 48 20 – 40 %
Monosit 6 2–4%
Trombosit 297.000 150.000-
5000.000/ul
Radiologi :
Ro Thorax → Cor dan Pulmo tidak tampak kelainan.
EKG :
EKG → hasil normal
THERAPI :
1. IUFD RL 20tpm
2.Ceftriaxon injeksi 1x1gram/iv
3.Tradosik 2 Amp/hari/iv
ANALISA DATA
Nyeri
2 DS:Pasien mengatakan belum Konstipasi Pembedahan
BAB setelah selesai
operasi Post op
DO :Pasien belum BAB,
Peristaltik usus 10 x/mnt Peristaltik usus
menurun
Konstipasi
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan syaraf perifer
2. Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun
D.CATATAN PERAWATAN