Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID
DI RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE

Disusun Oleh:

RESKI
B1210377

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………..…………) (……………..……..)

STIKES MARENDENG MAJENE


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN HEMOROID
A. Pengertian
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena (Smeltzer dan Bare, 2002).
B. Klasifikasi
a. Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa diatas spingter ani.
Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajad :
1. Derajad I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu
defekasi. Tidak terdapat prolaps dan pada pemeriksaan terlihat menonjol
dalam lumen.
2. Derajad II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi
dapat masuk kembali secara spontan.
3. Derajad III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4. Derajad IV
Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.
b. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
 Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal
karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
 Kronik
Sedangkan hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
C. Etiologi
Faktor penyebab hemoroid adalah :
o Mengejan pada waktu defekasi
o Konstipasi menahun
o Kelemahan dinding struktural dari dinding pembuluh darah
o Herediter
o Pembesaran prostat
o Peningkatan tekanan intra abdomen
- Kehamilan
- Konstipasi
- Berdiri dan duduk terlalu lama
o Fibroma uteri
o Tumor rectum
o Diare
o Kongesti pelvis
D. Tanda dan gejala
▪ Adanya trauma karena feses yang keras
▪ Adanya darah keluar dengan warna merah segar
▪ Adanya prolaps
▪ Timbulnya nyeri (hemoroid eksterna)
▪ Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam

E. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena
hemoroidalis
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna
terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah dalam otot
spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis inferior, dan
timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat
nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid
eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid interna
derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi
biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti
penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II dapat mengalami
prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan
atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III mengalami prolapsus
secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering adalah perdarahan tanpa
nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus
hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan
stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.
Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan
berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan
supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila
F. Pathways

Bendungan vena
pleksus hemoroid

Gangguan aliran
balik vena
↑hemoroid

Tekanan vena
meningkat

Dilatasi

Distensi dan
stasis vena

Kongesti vena Kongesti vena


rektalis superior pleksus rektalis
dan media inferior

Pembengkakan Perdarahan Nyer Pembengkakan


globular saat defekasi i pinggir anus bulat
kemerahan kebiruan
Mengabaikan
defekasi
Edema/
Prolapsus hematoma
saat defekasi
Konstipasi

Prolapsus
permanen
Pembedahan

Stranggulasi Respon Luka Post operatif


psikologis insisi
pre operatif
Peristaltik usus
Spasme menurun
Nyer
otot
i
Ansietas

Takut
Konstipasi
gerak

Perubahan
eliminasi
urine
G. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) penatalaksanaan medis
hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan tindakan
minimal invasive, yaitu :
1.   Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan
derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada
orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan
untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak
diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan dan konstipasi
akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006).
2.      Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu :
1.      Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP
yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau
isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua
yaitu obat laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat
(Laxadine), Dulcolax, Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja
sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan
meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari (Sudoyo,
2006).
2.      Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant)
vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Anastesi local digunakan untuk
menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid.
3.      Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka
pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang
digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan
hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang
“Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus bioflavanoida yang berasal dari
jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah (Sudoyo, 2006).
4.      Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan
Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang
lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo. Pemberian
Micronized flavonoid (Diosmin dan Hesperidin) (Ardium) 2 tablet per hari
selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Penelitian ini didapatkan
hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan dibanding
sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga makin berkurang
pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan (Sudoyo, 2006).
3.      Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan
darah. Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka
anal (Smeltzer dan Bare, 2002).
Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh
hemoroidales interna, membebaskan mukosa dari submukosa, dan melakukan
reseksi. Lalu usahakan kontinuitas mukosa kembali. Sedang pada teknik
operasi Langenbeck, vena-vena hemoroidales interna dijepit radier dengan
klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem dengan chromic gut no. 2/0,
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur
dibawah klem diikat
4.      Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non
farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain
tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroid
dengan terapi laser (Sudoyo, 2006).
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan
menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
a.       Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
b.      Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.
c.       Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai
pemeriksaan penunj

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid pre dan
post hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan Wilson (2006) ada
berbagai macam, meliputi:
a.       Demografi
Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia
lebih dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid. Karena
faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan yang
salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid, kehamilan.
b.       Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal,
pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
2. Pengkajian pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan dalam pola
fungsional Gordon, meliputi :
a)  Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi makanan rendah serat,
pola BAB yang salah (sering mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif,
kurang olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau
berdiri terlalu lama
b)       Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering, kadar
hemoglobin turun.
c)      Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d)     Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e)      Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi).
f)        Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi yaitu rasa
gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang
pada saat defekasi dan adanya pus.
g)       Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran biasanya dalam bekerja.
h)      Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i)         Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, peningkatan
ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan, masalah tentang pekerjaan.
4. Pemeriksaan fisik
a)      Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b)      Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c)      Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d)     Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e)      Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f)       Kulit : Turgor kulit menurun, pucat
g)      Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan
Diagnosa yang muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan dan sensitivitas pada area rektal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, Kriteria hasil :
a)      Menyatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/ dihilangkan.
b)      Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c)      Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d)     Ikut serta dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
Rencana tindakan :
a.      Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui perkembangan hasil prosedur.
b.     Bantu pasien untuk tidur dengan posisi yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur miring tidak menekan bagian anal yang
mengalami peregangan otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c.      Gunakan ganjalan pengapung dibawah bokong saat duduk.
Rasional : untuk meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
d.     Dorong penggunaan teknik relaksasi : latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman,
imajinasi.
Rasional : menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan
meningkatkan kemampuan koping.
e.      Beri obat-obatan analgetik seperti diresepkan 24 jam pertama.
Rasional : memberi kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
2. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien bisa BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek.
Kriteria hasil, individu akan :
a). Ajarkan pasien/ keluarga tentang pentingnya segera berespon terhadap perasaan
defekasi.
Rasional : dengan distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
b).   Anjurkan mencoba supositoria daripada oral dalam 1 jam setelah sarapan.
Rasional : meningkatkan reflek gastro kolik bila lambung kosong
c). Tingkatkan tingkat aktivitas secara adekuat
Rasional : latihan yang tidak adekuat merupakan faktor utama dalam perubahan
konsistensi feses.
d).    Tingkatkan penggunaan obat konstipasi 2x sehari bila diperlukan.
Rasional : Melancarkan Buang Air Besar.

3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan rencana pembedahan.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang.
Kriteria hasil : Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam
berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/ tidur cukup melaporkan
penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.
Rencana tindakan :
a.      Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan
Rasional : rasa takut yang berlebihan atau terus-menerus akan mengakibatkan
reaksi stress yang berlebihan.
b.      Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
Rasional : mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk
menghadapinya secara realistis.
c.       Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang. Tinjau
lingkungan sesuai kebutuhan.
Rasional : ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien
menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan
berbelit-belit.
d.      Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2. Jakarta:
EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah
Bruner & Suddarth
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai