1. PENGERTIAN
Hemoroid adalah suatu peleberan vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun
kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering menyebabkan keluhan
pada pasien sehingga memberikan menifestasi untuk diberikan intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambiyen. Sesuai tampilan klinis,
hemoroid dibedakan menjadi hemoroid eksterna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011).
2. KLASIFIKASI
2.1. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis suferior diatas garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna dibagi menjadi empat stdium.
stadium Kondisi klinis
I Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu
defekasi.
II Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami prolaps
pada saat mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
III Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolapse dan
diperlukan intervensi manual memasukan ke dalam kalanis.
IV Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada terus menerus
diluar.
(Thornton, Scott C, 2009)
2.2. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitelanus.
3. ETIOLOGI
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit,
namun ada beberapa predesposisi penting yang dapat menyingkatkan resiko hemoroid seperti
berikut ini.
3.1. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyakit Crohn.
3.2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3.3. Konsumsi makananrendah serat.
3.4. Obesitas.
3.5. Hipertensi portal.
4. PATOFISIOLOGI
Hemoroid dapat terjai pada individuyang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolapse.
Sebagian besar penulis setuju bahwadiet rendah serat menyebakan bentuk feses menjadi
kescil, yang bias mengakibatkan kondisi mengedan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous
return(Arief Muttqin & Kumala Sari, 2011).
Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga
dapat menyebabkam masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama.penurunan
venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau
saat membaca) di yakini menyebabkan penurunan relative venous return di daerah perianal
(yang disebut dengan tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid.
Kondisi penuaan menyababkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps.
Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal dekadi ke tiga(Thornton,
Scott C, 2009).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan
hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak(Johanson, 1994). Hipertensi portal
telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemorid. Perdahan masif dari hemoroid
pada pasien dengan hipertensi portal biasanya berifat masif(Hosking, 1989).
Parises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien yang hipertensi portal. Parises
terjadi di mitrectum, diantara sistem portal dan vena inferior rectal. Parises terjadi lebih
sering pada pasien yang nonpirosis, dan mereka jarang mengalami perdarahan(Chawla,
1991). Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan
perdarah anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada diatas garis dentate
dan tidak ada inervasi syaraf. Namun, mereka mengalami perdahan, prolapse, dan sebagai
hasil dari deposisi dari suatu iritasi kebagian sensitif kulit perinatal sehingga menyebabkan
gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolapse dan
menyebabkan spasme sfingter disekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan
ketidaknyamanan sekitar anus(Duthie, 1960).
Hemoroid internal dapat mendipositkan lender ke jaringan perianal. Lender pada feses
dapat mengakibatkan dermatitis local yang disebut pruritus ani. Hemoroid eksterna
menyebabkan gejala dalam 2 cara. Pertama, thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid
eksterna dapat terjadi. Thrombosis akut biasa berkaitan dengan pristiwa tertentu, seperti
tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam diet. Nnyeri dari
inervasi syaraf oleh adanya destensi dan edma. Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari
sesuai dengan resulosi.
Kondisi hemoroid eksterna memberikan menifestasi kurang higenis akibat kelembaban
dari rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.
5. PATHWAY
Hemoroid Anoreksia
Perdarahan
anus feses Prolaps pleksus
Resiko
darah Ruptur vena keluar anus
ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Anemia Intoleransi aktivitas
Resiko
infeksi
Intervensi Intervensi bedah Gangguan Respon
skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologi
Port de
entre
Respon
Preoperatif Kecemasan
serabut lokal
pemenuhan informasi
Luka Kerusakan jaringan
Pascabedah
pascabedah lunak pascabedah
6. MENIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba & Abbas,
2007 ) yaitu :
6.1. Hemoroid internal
6.2. Prolaps dan keluarnya
6.3. Rasa tak nyaman
6.4. Hemoroideksternal
6.4.1 Rasa terbakar.
6.4.2 Nyeri (jikamengalami trombosis).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh
hal-hal seperti berikut :
6.1.Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga
timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
6.2.Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual
merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
6.3.Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah
anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
6.4.Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.
Menurut dari (Arief Muttaqin & Kumala Sari, 2011) pada pasien post operasi BPH,
mempunyai tanda gejala, seperti :
6.5.Hemorogi
6.5.1. Hematori
6.5.2. Peningkatan nadi
6.5.3. Tekanan darah menurun
6.5.4. Gelisah
6.5.5. Kulit lembab
6.5.6. Temperature dingin
6.6.Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
6.7.Gejala-gejala intuksikasi air secara dini :
6.7.1. Bingung
6.7.2. Agifasi
6.7.3. Kulit lembab
6.8.Warna urine merah cerah, pada hari ke dua dan ke tiga post operasi menjadi lebih tua.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hemotoksit dan adanya
anemia.
7.2.Pemeriksaan Anoskopi
Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak
menonjol keluar. Anoskop diumasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apa
bila penderita dimintanmengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata (Muttaqin & Sari, 2011).
8. PENATALAKSANAAN
8.1.Terapi Non Bedah
8.1.1. Tindakan Konservatif
Terapi hemoroid interna yang sistomatik harus ditetapkan secara individual.
Hemoroid adalah kondisi fisologis karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghingkan plektus hemoroid, tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan
sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan
isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui tidak
mempunyai efek yang bermakna kecuali anestatik dan astrigen. Hemoroid internal
yang mengalami prolaps oleh karena edema umumnya dapat dimasukkan kembali
secara perlahan disusul dengan istirahat tirah baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apa bila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya,
misalnya penyakit croh, tetapi medis harus di berikan apa bila hemoroid menjadi
sistomatik (Muttaqin & sari 2011).
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya
hidup, perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Diet seperti
minum 30–40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30 g/hari. Perbaikan
pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat defekasi.
Penanganan lain seperti melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal
pada air hangat selama 10-15 menit 2-3 kali sehari.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini, yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau atau gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong), dan
bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan, yaitu :
8.2.3. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemorhoid di tiga tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris pada tahun 1973. Basis massa hemorhoid tepat diatas
linea mukokutan dicengkram dengan hemostat dan diretraksi dari rektum.
Kemudian di pasang transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemorhoidalis.
Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorhoid eksterna. Suatu insisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemorhoidalis internus dan eksternus yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemorhoid di eksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi catgut maka hemorhoid eksterna dibawah kulit di eksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemorhoid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.
8.2.4. Teknik Whitehead
Teknik operasi Whitehead dilakukan pada hemorhoid yang sirkuler dengan
mengupas seluruh hemorhoidalis interna, membebaskan mukosa dari submukosa
dan melakukan reseksi sirkuler terhadap mukosa di daerah tersebut. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan : dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2x24 jam pascabedah nyeri
berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
Lakukan menejemen
keperawatan nyeri meliputi :
1) Pendekatan PQRST dapat secara
1. Kaji nyeri dengan kompeherensif menggali kondisi nyeri
pendekatan PQRST (lihat pasien. Apabila pasien mengalami skala
tabel 2.1) nyeri 3 (0-4)
1. Analgetik
1) Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi
nyeri di kortek serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.
2. Agen antidiare
2) Agen diare terkadang diperlukan pada pasien
untuk menurunkan efek hipermotilitas
(Thornton, 2009)
12. Beritahu pasien dan 12) Pasien akan mendapatkan manfaat bila
keluarga kapan pasien mengetahui kapan keluarga dan
sudah bisa dikunjungi temannya dapat berkunjung setelah
pembedaan.
Tujuan: dalam waktu 12X24 jam terjadi perbaikan pada integrasi jaringan lunak
dan tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
1. Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal.
3. TTV dalam batas normal.
Intervensi Evaluasi
Intervensi Rasional
Intevensi nonbedah
1. Anjurkan pasien makan 1. Agar makanan dapat lewat dengan
dengan perlahan dan mudah ke lambung.
mengunyah makanan
dengan saksama.
2. Evaluasi adanya alergi 2. Beberapa pasien mungkin mengalami
alergi terhadap beberapa komponen
makanan , dan
makanan tertentu dan beberapa
kontraindikasi terhadap penyakit lain, seperti diabetes mellitus,
makanan. hipertensi,gout dan lainnya
memberikan manifestassi terhadap
persiapan komposisi makanan yang
akan diberikan.
disukai pasien
5. Pantau intake dan output, 5. Berguna mengukur keefektifan nutrisi
anjurkan untuk timbang dan dukungan cairan.
Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons sekuder
dari anemia.
Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai tingkat
toleransi
individu
Kriteria evaluasi :
1. Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuh
2. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi
aktivitas
3. Pasien mampu mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi
aktivirtas
4. Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti peningkatan frekuensi pernapasan
dan kelelahan berat setelah 3 menit pasien melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
1 Kaji perubahan pada 1 Identifikasi terhadap kondisi penurunan
sistem saraf pusat dan tingkat kesadaran, khususnya pada pasien
status kardiorepirasi kenker rektum dengan penurunan kalori
protein berat
2 Pantau respons 2 Pamantauan yang dilakukan, meliputi
individu terhadap hal-hal berikut :
aktvitas a) Ukur nadi, tekanan darah, dan pernapasan
pada saat istirahat
b) Pertimbangkan frekuensi, irama, dan kualitas
c) Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas
d) Istirahatkan pasien selama 3 menit ukur lagi
tanda-tanda vital
e) Hentikan aktivitas pasien berespon terhadap
aktivitas dengan : adanya keluhan nyeri dada,
dispnea, vertigo, atau konfusi, frekuensi nadi
menurun, tekanan darah sistolik menurun
f) Kurangi intensitas, frekuensi, atau lamanya
aktivitas jika : nadi lebih lama dari 3-4 menit
untuk kembali dal 6 denyut dari frekuensi
nadi istirahat frekuensi pernapasan meningkat
berlebihan setelah aktivitas, dan terdapat
tanda-tanda lain hipoksia (misalnya : konfusi,
vertigo)
3 Tingkatkan aktivitas a) Untuk pasien yang mengalami penurunan
secara bertahap kalori protein, mulai lakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari
b) Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan
jadwal sehari-hari pasien
c) Pasien juga dudorang untuk membawa jadwal
akivitas dan sasaran aktivitas fungsional
d) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas
dengan mendorong pasien melakukan
aktivitas lebih lambat
e) Anjurkan pasien untuk mengenakan sepatu
yang nyaman
4 Ajarkan mengenai a) Luangkan waktu istirahat selama aktivitas,
metode penghematan dalam interval selama siang hari dan satu jam
energi untuk aktivitas
setelah makan
b) Lebih baik dari pada berdiri saat melakukan
aktivitas kecuali hal ini memungkinkan
c) Saat melakukan tugas, istirahat setiap 3 menit
selama 5 menit untuk menurunkan kebutuhan
suplai darah dari jantung dan menurunkan
kebutuhan metabolisme hati
d) Hentikan aktivitas jika pasien keletihan atau
terlihat tanda-tanda sesak napas
5 Beriakn bantuan sesuai 5. Teknin penghematan energi menurunkan
tingkat toleransi penggunaan energi
(makan, minum, mandi,
berpakain, dan
eliminasi)
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Informasi kesehatan terpenuhi.
2. Tidak mengalami injury pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individual.
5. Infeksi luka oprasi tidak terjadi.
6. Kecemasan berkurang.
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Managemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Emmanuel, A., & Inns, S. (2014). Lecture Notes: Gastroentrologi dan Hepatologi. Jakarta:
Erlangga.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinik Konsep-Konsep Penyakit.
Jakarta: EGC.
Suddarth, B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.