Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. M.D DENGAN DIAGNOSIS MEDIS HEMOROID DI RUANG BOGENVIL


RUMAH SAKIT TINGKAT III WIRASAKTI KUPANG

OLEH KELOMPOK 2 :
NI PUTU INTAN SUSENI
MIRNA ROSVITA ELFETO
NOVITA SARI DO’O
NOVIANTI NESIMNASI
MARIA BHOKI
MINARTHA LAULEI
PRIMA TAIMENAS

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih pembuluh darah vena
hemoroid pada poros usus atau anus yang disebabkan karena otot dan pembuluh darah
sekitar anus kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar (Rudi
Haryono, 2018).
Masalah yang sering terjadi setelah operasi Post op hemoroidektomi banyak ditemukan
adanya keluhan nyeri hebat yang dirasakan oleh klien terutama pada saat melakukan
aktifitas motorik rasa nyeri berasal dari anus daerah sekitar luka operasi, apabila terjadi
aktivitas motorik maka nyeri yang dirasakan begitu hebat seperti disayat, aktivitas buang
air besar harus dihentikan dulu beberapa hari 3 sampai 4 hari agar menjaga jaitan luka
operasi tidak rusak dan supaya tidak terjadi pendarahan hebat. Maka perlu setelah operasi
post op hemoroidektomi klien harus menjaga pola makan diharuskan beberapa hari
memekan makanan dalam bentuk bubur dalam porsi yang sedang untuk bebrapa hari.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2016, penderita
hemoroid atau wasir semakin lama semakin banyak yaitu pada angka sekitar 230 juta
orang. Berdasarkan dari departemen kesehatan Republik Indonesia jumlah pasien
hemoroid sendiri terus bertambah yaitu pada angka 5,7% namun hanya 1,5 saja yang
terdiagnosa. Daerah Jawa Barat sendiri diperkirakan 326 penderita (Depkes R.I, 2016).
Berdasarkan data kejadian hemoroid pada Rumah Wirasakti Kota Kupang terutama di
ruangan Bougenvile terdapat jumlah pasien hemoroid pada bulan Oktober 2021-
November 2021 yaitu sebanyak 26 pasien dengan diagnosis hemoroid.
Masalah keperawatan dari fakta diatas ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
hemoroid dan bagaiman cara penanganan dan pencegahannya nyeri pada klien post op
hemoroidektomi. Masalah keperawatan post op hemoroidektomi yang utama adalah
nyeri, ansietas, konstipasi, intoleransi aktivitas, resiko syok hipovolemik, dan resiko
infeksi. nyeri yang dirasakan setelah post op ini jika tidak dapat di atasi maka akan
menimbulkan gangguan fisiologis, psikologis dan peilaku bagi yang bersangkutan, bukan
hanya nyeri, tetapi juga bisa infeksi dan gangguan konstipasi. (Depkes R.I, 2016).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Teori Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hemoroid ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hemoroid ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Teori Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hemoroid
2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang Penyakit Hemoroid

1.4 MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia keperawatan khususnya pada
keperawatan bedah sebagai informasi dan panduan referensi keperawatan.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi terkhususnya keperawatan
medikal bedah mengenai asuhan kelperawatan pada pasien hemoroid

3
BAB II
TEORI
2.1 DEFINISI HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebuh pembuluh darah venaa
hemoroidales (bacon) pada poros usus atau anus yang disebabkan karena otot dan pembuluh
darah sekitar anus kurang elastis sehingga cairandarah terhambat dan membesar (Rudi
Haryono, 2018).
Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus venosis hemoroidalis yang
ditemukan ole anal kanal (Diyono & Sri Mulyanti, 2019).

2.2 ETIOLOGI
Menurut Diyono & Sri Mulyanti (2019), penyebab hemoroid dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen. Mis: kegemukan, kehamilan, dan konstipasi
2. Komplikasi dari penyakit chirrosis hepatis
3. Terlalu banyak duduk
4. Tumor abdomen atau pelvis
5. Mengejan saat BAB
6. Hipertensi portal
Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2016), hemoroid timbul
karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroid yang disebabkan oleh faktor-
faktor pencetus:
1. Mengejan pada saat buang air besar yang sulit
2. Pola buang air bessar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil memabaca dan merokok)
3. Penigkatan tekanan abdomen karena tumor (tumor usus dan tumor abdomen)
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis abdomen da perubahan ormonal)
5. Usia tua
6. Konstipasi kronis
7. Diare akut yang berlebihaan dan diare kronis

4
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)
10. Kurang olahraga atau imobilisasi

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Diyono dan Sri Muliyanti (2019) dapat menyebabkan tanda dan gejala hemoroid:
1. Gangguan pada anus: nyeri, konstipasi dan pendarahan
2. Benjolan pada anus yang menetap hemoroid eksternal sedangkan pada hemoroid internal
benjolan tanpa prolaps mukosa dan keduanya sesuai gradasinya
3. Dapat terjadi anemia bila hemoroid mengalami perdarahan kronis
4. Perdarahan peranus waktu gerak yang berupa darah merah yang menetes tanpa rasa nyeri
5. Bila terdapat bekuan darah pada saat gerak maka dapat menyebabkan infeksi dan
menimbulkan rasa nyeri
2.4 PATOFISIOLOGI
Prolaps dapat disebabkan oleh spasme pada sfingter internal sebagai akibat dari
peningkatan tekanan yang mendorong benjolan melalui sfingter internal dan dalam waktu
saat benjolan terdorong keluar. Komplikasi yang berhubungan dengan hemoroid internal
meliputi perdarahan, prolapses dan thrombus. Emorid yang tersusun dari jaringan vascular
spor, menimbulkan perdarahan. Darah tersebut tampak pada WC duduk dan tisu toilet atau
permukaan tempat duduk. Kekurangan zat besi sebagai akibat anemia dapat berkembang
jika darah berkurang dalamwaktu yang lama (Diyono dan Sri Muliyanti 2019).
Trombosis dalam hemoroid eksternal sebagai akibat pembekuan darah Dalam vena
hemoroid. Thrombosis ini berhubungan dengan pengangkatan beban berat, dan mengejan.
Klien yang nyeri hebat secara tiba-tiba paa anusnya, tingkat nyerinya akan meningkat
apabila klien duduk saat defekasi. Itu biasanya tidak tampak dalam waktu seminggu.
Thrombosis pada hemoroid eksternal selalu diikuti oleh prolaps thrombosis hemoroid
internal. Jika pembekuan darah pada permukaan kulit maka dapat menimbulkan ulserasi
(Diyono dan Sri Muliyanti, 2019).

5
6
2.5 PATHWAY HEMOROID
Kehamilan dan Konstipasi da Duduk lama Sering angkat Kondisi Hipertensi portal (sirosis
obesitas mengejan dalam beban berat penuaan hepatis)
jangka lama

Penurunan relative venous


return di derah perianal

Aliran vena balik terganggu

Tekanan periver meningkat


dan pelebaran vena anus
(Hemoroid)

Peradangan pada pleksus


hemoroidalis

Jika ada robekan Nyeri akut Prolaps vena emoroidalis


vena

Membesar di Membesar diluar rektum Nyeri saat BAB Takut BAB Resiko Konstipasi
spinchter

Rupture vena Vena menegang Aliran balik vena Pelebaran vena


Gangguan defekasi
terganganggu anus

Peningkatan tekanan vena hemoroidalis Perdarahan Resiko Perdarahan Hemoroid eksterna


7
Dilatasi vena hemoroidalis
Operasi Jika ada bekuan darah
Anemia Resiko syok
(hemoroidektomi) (hipovolemi)
Perdarahan anus feses berdarah
Oksigen dalam Trombosis
Metabolisme
tubuh menurun
anaerob Pre operasi Continuitas jaringan rusak
Peradangan, edema dan nyeri
Kekurangan
Paru-paru dan jantung Ansietas
oksigen dal sel Ujung saraf rusak Port d'entrée kuman
Kompensasi
Nyeri Akut

Metabolisme untuk Pelepasan prostaglandin Resiko infeksi


Hipertensi pembentukan jaringan menurun Resiko
Perdarahan
Nyeri dipersepsikan
Sesak
Intoleransi aktivitas

Nyeri akut
Pola Nafas Tidak efektif

Sumber: Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2016)

8
2.6 KLASIFIKASI
1. Hemoroid eksternal
Hemoroid eksternal dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan hematoma, bentuk ini sering
sagat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saradf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksretnal krinos atau skin lag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah (Amin Huda Nurarif dan
Hardhi Kusuma, 2018).
2. Hemoroid internal
Menurut Diyono dan Sri Muliyanti (2019) hemoroid internal terbagi atas:
1) Derajat I
Terjadi hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus.
2) Derajat II
Pembesara hemoroid yang prolaps yang menghilang atau masuk sendiri kedalam anus
secara spontan setelah selesai BAB.
3) Derajat III
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk kembalikedalam anus dengan
bantuan dorongan jari.
4) Derajat IV
Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis
atau infark.

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Diyono dan Sri Muliyanti (2019), penyakit hemoroid terdapat macam-macam
pemeriksaan untuk menegakan diagnose antara lain:
1. Inspeksi
Kemungkinan ditemukan apa-apa, mungkin tejadi hemoroid internal/eksternal yang
prolaps.
2. Pemeriksaan rektal secara langsung

9
Mengetahui adanya bunyi pada sfingter internal dan biasanya pada laki-laki muda
terdapat bunyi lebih cepat.
3. Colok dubur
Tidak mudah ditemukan benjola kecuali sudah terjadi thrombus, pemeriksaan ini harus
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan atau penyakit lain.
4. Anoscopy
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran pada organ dalam dibagian
bawah yang menyebabkan hemoroid.
5. Sigmoidoscopy dan barium enema
Pemeriksaan pada anus atau kolon sigmoid untuk mengetahui adakah kanker atau
inflamasi. Pemeriksaan ini pentig terutama pada klien umur >40 tahun.
6. Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat hemoroid internal yang ada pada tiga tempat utama

2.8 PENATALAKSANAAN
Menurut Diyono dan Sri Muliyanti (2019) dibagi atas:
1. Non-farmakologi
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara defekasi. Pelaksaan
degan cara memperbaiki pola hidup, pola maka dan minum, cara defekasi. Perbaiki
defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan serta
tambahan pelican feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dallam posisi
jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam
anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat atau
sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudata atau sisa tinda dapat menimbulkan
iritasi da rasa gatal jika dibiarkan.
2. Farmakologi
Bertujuan untuk memperbaiki defekasi dan merendam atau menghilangkan keluhan atau
gejala. Obat-obat farmakologis terdiri dari 4 yaitu:
1. Obat memperbaiki defekasi Ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber supplement) dan pelicin tinja (stool softener).

10
2. Obat simtomatik Bertujuan untuk mengurangi rasa gatal, nyeri atau karena
kerusakan kulit di daerah anus. Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan
ointment untuk hemoroid eksterna.
3. Obat menghentikan perdarahan Perdarahan diakibatkan adanya luka pada
dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Pemberian
obat yang digunakan diomisin dan hesperidin.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid Pemberian
diosminthesperidin diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki keluhan dan
gejala terjadi.
3. Minimal invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan
tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid
atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika terapi farmakologi dan non-
farmokologi tidak berhasil.
4. Tindakan Operatif
Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita dengan keluhan
menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidak
sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus
dan nyeri hebat. Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena
hemoroid eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan konservatif. Prinsip yang
harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm
dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus
digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis
analis akibat prolapsus mukosa.

2.9 KOMPLIKASI
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.

11
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.

3. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.

12
TEORI
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. PENGKAJIAN
Menurut Sagita (2020)
1. Identitas
- Nama pasien, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, status pernikahan,
suku/bangsa, alamat, umur
- Jenis kalamin (Perempuan lebih beresiko terkena hemoroid dibanding laki-laki)
Dikarenakan perempuan pada masa kehamilan terjadi penekanan janin dalam rahim
pada pembuluh darah vena didaerah panggul akan mengakibatkan pembendungan
dan terjadi saat pengejanan pembukaan sehingga mengakibatkan hemoroid
- pekerjaan: (Terlalu banyak mengangkat beban berat)
dikarenakan tekanan yang terlalu besar pada rectum dan anus juga biasa membuat
pembuluh darah pada anus mengalami pembengkakkan, hal ini bias menyebabkan
anus mengalami syok pembuluh darah menjadi pecah dan menyebabkan tinja
bercampur dengan darah dan muncul benjolan pada anus yang membuat penderita
merasakan sakit pada anus
2. Keluhan utama
- Adanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah anus
- Adanya rasa gatal pada daerah anus
- Adanya pembengkakan pada pinggir anus (penonjolan yang keluar dari anus)
- Adanya pengeluaran lendir yang berlebihan pada anus
- Adanya darah segar menetes dari anus
- Adanya feces yang keluar bercampur dengan darah segar
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a. Pasien mengeluh BAB keras, tidak teratur dan bila mngedan terasa nyeri

13
b. Perdarahan pada waktu defekasi berwarna merah segar yang disertai
pengeluaran lendir
c. Terasa gatal pada anus
d. Pasien mengeluh adanya varises atau hemoroid yang keluar dari anus saat
defekasi
e. Pasien yang verises berat tidak dapat memasukan sendiri secara spontan tetapi
harus didorog kembali sedangkan varoses sedang biasa masuk sendiri, untuk
yang tidak dapat masuk sendiri maka akan terjadi pembengkakan dan
kemerahan pada anus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada tahap ini dikaji riwayat kesehatan masa lalu klien. Apakah klien pernah
mengalami faktor yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid
sebelumnya.R iwayat peradangan pada usus, dan riwayat diet rendah serat,
konstipasi. Klien juga ditanyakan apakah pernah menggunakan obat terutama untuk
pengobatan hemoroid sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular (seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit keturunan (seperti hipertensi,
Diabetes, asma, dll).
4. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas sehari-hari meliputi perbedaan pola nurisi, eliminasi, istirahat tidur,
personal hyegine, dan aktivitas atau rutinitas. Pada pasien dengan hemoroid pada
umumya memiliki kebiasaan pola nutrisi yang jarang megonsumsi makanan tinggi serat,
pola eliminasi tidak teratur, aktivitas terlalu berat, atau terlalu sering duduk.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda Vital Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi,
pernapasan dan tekanan darah
- Tekanan darah normal : 120/80 mmHg
- Nadi normal : 60-100 x/mnt
- Suhu normal : 36,5°C – 37,2°C

14
- Pernafasan normal : 12-24 x/mnt
b. Pemeriksaan fisik pada pasien hemoroid biasanya seperti pemeriksaan fisik pada
umumnya, tetapi pada saat pemeriksaan rectum dilakukan hal – hal sebagai berikut :
Pasien dibaringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada tempat tidur (posisi genupectoral / kneechest).
1) Inspeksi :
a) Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
b) Apakah benjolan terlihat saat prolaps
c) Bagaimana warnanya, apakah kebiruan, kemerahan, atau kehitaman.
d) Apakah benjolan tersebut terletak diluar atau didalam (internal / eksternal)
2) Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dan vaselin dengan
melakukan rektal taucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada
benjolan, apakah benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan.

2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis, Hipertensi, inflamasi,
iskemia, neoplasma), agen cedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan), agen
pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (mis, diabetes mellitus), efek
prosedur invasive, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
3. Resiko Perdarahan berhubungan dengan aneurisma, gangguan gastrointestinal (mis,
ulkus lambung, polip, varises), gangguan fungsi hati (mis, sirosis hepatitis),
komplikasi kehamilan (mis, ketuban pecah sebelum waktunya, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan kembar), komplikasi pasca partum (mis, atoni uterus,
retensi plasenta), gangguan koagulasi (mis, trombositopenia), efek agen farmakologis,
tindakan pembedahan, trauma, kurang terpapar informasi tentang pencegahan
perdarahan, proses keganasan

15
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisi
maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian,
kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi system keluarga, hubungan orangtua
anak tidak memuaskan, factor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir),
penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan (mis, toksis, polutan, dan lain-lain),
kurang terpapar informasi
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas, ketidakadekuatan pertumbuhan
gigi, ketidakcukupan diet, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan
cairan, aganglionik (mis, penyakit hirscprung), kelemahan otot abdomen, konfusi,
depresi, gangguan emosional, perubahan kebiasaan makan (mis, jenis makan, jadwal
makan), ketidakadekuatan toileting, aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan,
penyalahgunaan laksatif, efek agen farmakologis, ketidakteraturan kebiasaan defekasi,
kebiasaan menahan dorongan defekasi, perubahan linkungan

16
2.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI (SIKI)

1 Nyeri akut berhubungan dengan Goal: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. SIKI : Manajemen nyeri
agen cedera fisiologis (mis, diharapkan kondisi pasien terbebas nyeri Observasi

Hipertensi, inflamasi, iskemia, Objektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
diharapkan agen pencedera fisiologis teratasi kualitas, intensitas nyeri
neoplasma), agen cedera kimiawi
Outcomes : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri
(mis, terbakar, bahan kimia iritan),
selama 1x24 jam, diharapkan pasien menunjukan: 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
agen pencedera fisik (mis, abses,
1. SLKI : Tingkat nyeri memperingan nyeri
amputasi, terbakar, terpotong,
1. Keluhan nyeri (3-5) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri
mengangkat berat, prosedur operasi, 2. Meringis (3-5) 5. Monitor efek samping penggunaan analgesik
trauma, latihan fisik berlebihan) 3. Sikap protektif (3-5) Terapeutik
4. Gelisah (3-5) 1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk menguragi rasa
5. Kesulitan tidur (3-5) nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
6. Pola tidur (3-5) biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
2. SLKI : Kontrol nyeri terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
1. Melaporkan nyeri terkontrol (3-1) 2.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2. Kemampuan mengenali onset nyeri (3-1) (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Kemampuan mengenali penyebab nyeri (3-1) 3.Fasilitas istirahat tidur
4. Kemampuan menggunakan teknik non- 4.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
farmakologi (3-1) pemilihan strategi meredakan nyeri
5. Keluhan nyeri (3-5) Edukasi

17
6. Penggunaan analgesik (3-5) 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2 Resiko infeksi berhubungan dengan Goal: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. LABEL SIKI 1 : pencegahan infeksi
penyakit kronis (mis, diabetes diharapkan tidak terjadi infeksi - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Objektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
mellitus), efek prosedur invasive,
- Ajarkan cara memeriksa luka atau luka operasi
peningkatan paparan organism diharapkan peningkatan paparan organisme
2. LABEL SIKI 2 : perawatan luka :
pathogen lingkungan, pathogen lingkungan teratasi - Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Outcomes : setelah dilakukan tindakan keperawatan - Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
ketidakadekuatan pertahanan tubuh
selama 1x24 jam, diharapkan pasien menunjukan: dan protein
primer, ketidakadekuatan pertahanan
1. LABEL SLKI 1 : Tingkat infeksi
tubuh sekunder
- Demam (4-5)
- Kemerahan (4-5)
- Nyeri (4-5)
- Bengkak (4-5)
- Kultur area luka (4-5)
2. LABEL SLKI 2 : Kontrol resiko
- Kemampuan mencari informasi tentang
factor resiko
- Kemampuan mengidentifikasi factor
18
resiko
- Kemampuan melakukan strategi control
resiko
- Kemampuan modifikasi gaya hidup
3 Resiko Perdarahan berhubungan Goal: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. LABEL SIKI 1 : pencegahan perdarahan:
dengan aneurisma, gangguan diharapkan tidak terjadi perdarahan - Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
gastrointestinal (mis, ulkus lambung, Objektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. LABEL SIKI 2 : pemantauan tanda vital
diharapkan tindakan pembedahan teratasi
polip, varises), gangguan fungsi hati - Monitor tekanan darah
Outcomes : setelah dilakukan tindakan keperawatan
(mis, sirosis hepatitis), komplikasi - Monitor nadi
selama 1x24 jam, diharapkan pasien menunjukan: - Monitor pernafasan
kehamilan (mis, ketuban pecah
1. LABEL SLKI 1 : tingkat perdarahan - Monitor suhu tubuh
sebelum waktunya, plasenta - Perdarahan anus (4-5) 3. LABEL SIKI 3 : pencegahan syok
previa/abrupsio, kehamilan kembar), - Perdarahan pasca operasi (4-5) - Monitor status oksigenasi
komplikasi pasca partum (mis, atoni 2. LABEL SLKI 2 : penyembuhan luka - Monitor status cairan
- Penyatuan kulit (4-5)
uterus, retensi plasenta), gangguan
- Penyatuan tepi luka (4-50
koagulasi (mis, trombositopenia), - Jaringan granulasi (4-5)
efek agen farmakologis, tindakan - Pembentukan jaringan parut (4-5)
pembedahan, trauma, kurang
terpapar informasi tentang
pencegahan perdarahan, proses
keganasan

4 Ansietas berhubungan dengan krisis Goal: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Label SIKI 1 : reduksi ansietas
situasional, kebutuhan tidak diharapkan ansietas berkurang - Ciptakan suasana terapeutik untuk

19
terpenuhi, krisi maturasional, Objektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan menumbuhkan kepercayaan
ancaman terhadap konsep diri, diharapkan kekhawatiran mengalami kegagalan - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
teratasi jika memungkinkan
ancaman terhadap kematian,
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
Outcomes : setelah dilakukan tindakan keperawatan
kekhawatiran mengalami kegagalan, meyakinkan
selama 1x24 jam, diharapkan pasien menunjukan:
disfungsi system keluarga, - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
1. LABEL SLKI 1 : tingkat ansietas persepsi
hubungan orangtua anak tidak
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang - Latihan kegiatan pengalihan untuk mengurangi
memuaskan, factor keturunan dihadapi (4-5) ketegangan
(temperamen mudah teragitasi sejak - Perilaku gelisah (4-5) 2. Label SIKI 2 : terapi relaksasi
- Perilaku tegang (4-5) - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
lahir), penyalahgunaan zat, terpapar
- Keluhan pusing (4-5) relaksasi
bahaya lingkungan (mis, toksis, 2. LABEL SLKI 2 : tingkat pengetahuan - Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis,
polutan, dan lain-lain), kurang - Perilaku sesuai anjuran (4-5) nafas dalam, peregangan atau imajinasi
terpapar informasi - Verbalisasi minat dalam belajar (4-5) terbimbing)
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan (4-5) 3. Label SIKI 3 : persiapan pembedahan
- Identifikasi kondisi umum pasien (mis,
hemoroid)
- Jelaskan tentang prosedur, waktu dan lamanya
operasi
- Latih teknik mengurangi nyeri pascaoperatif

5 Konstipasi berhubungan dengan Goal: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. LABEL SIKI 1 : manajemen eliminasi fekal
penurunan motilitas, diharapkan konstipasi teratasi - jadwalkan waktu defekasi bersamaan pasien
ketidakadekuatan pertumbuhan gigi, Objektif: setelah dilakukan tindakan keperawatan - sediakan makanna tinggi serat
ketidakcukupan diet, diharapkan ketidakteraturan kebiasaan defekasi

20
ketidakcukupan asupan serat, teratasi - jelaskan jenis makanan yang membantu
ketidakcukupan asupan cairan, Outcomes : setelah dilakukan tindakan keperawatan meningkatkan keteratural paristaltik usus
aganglionik (mis, penyakit selama 1x24 jam, diharapkan pasien menunjukan:

hirscprung), kelemahan otot


1. LABEL SLKI 1 : eliminasi fekal
abdomen, konfusi, depresi,
- Kontrol pengeluaran feses (4-5)
gangguan emosional, perubahan - Keluhan defekasi lama dan sulit (4-5)
kebiasaan makan (mis, jenis makan, - Konsistensi feses (4-5)
jadwal makan), ketidakadekuatan
toileting, aktivitas fisik harian
kurang dari yang dianjurkan,
penyalahgunaan laksatif, efek agen
farmakologis, ketidakteraturan
kebiasaan defekasi, kebiasaan
menahan dorongan defekasi,
perubahan linkungan

21
2.4. IMPLEMETASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan
kedalam bentuk tindakan keperawatan guna membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Perawat malaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang di susun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tinfakan
tersebut. (Sagita, 2020)
2.5. EVALUASI
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam konteks ini
aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan-kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Sagita, 2020)

22
DAFTAR PUSTAKA

Sagita Meta, (2020). Asuhan Keperwatan Pada Pasien Post Hemoroidektomi Dengan Gangguan
Nyeri Akut Di Ruang Wijaya Kusuma I RSUD Ciamis. Bandung.
Diyono, & Mulyanti, S. (2019). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta:
Prenada Media Group.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Indonesia (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indinesia (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2016). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
dan nanda nic noc (jilid 3). penerbit mediaction jogja.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia (hemoroid) 2016. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2016.
Haryono, Rudi. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Rapha
Publishing

23

Anda mungkin juga menyukai