Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HAEMORROID

I. Pendahuluan

Haemorroid atau biasa dikenal masyarakat dengan sebutan wasir atau


ambeyen/ambien, masyarakat mengetahui definisi wasiri sebagai “buang air besar
berdarah” tanpa mengerti yang dimaksud dengan haemorroid, sehingga
kedatangan masyarakat ke pusat kesehatan sudah dengan gejala anorektal yang
keluar atau derajat 3-4 pada haemoroid internal.

Haeimorroid dikarenakan adanya “varises” pada pleksus yang terdapat di


anorektal. sehingga pada pasien dengan fekal yang cukup padat dank eras pleksus
yang sudah membengkak dapat pecah dan menimbulkan perdarahan, jika pada
pasien akan ditemukan tetesan darah segar setelah fekal keluar. Haemorroid sering
terjadi pada orang-orang yang kurang mengkonsumsi serat dan kurang
mengkonsumsi air minum yang cukup.

Di dunia kejadian haemmoroid, hampir sekitar 37 orang per 100.000


penduduk. Sedangkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, elama 2 tahun dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan
108 (26,09%) kasus hemoroid. Pada usia 45-65 tahun akan lebih rentan terkana
penyakit ini karena degenerasi dari pembuluh darah yang mudah rupture, begitu
juga resiko pada wanita yang sudah pernah melahirkan secara normal lebih dari 2
kali akan meningkatkan resiko terkena haemorroid.

II. Definisi

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur
berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).
Pembengkakakan yang terjadi pada plexus hemoroid yang merupakan pembuluh
darah normal terletak pada mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan
pada hemoroid terjadiketika plexus vascular ini membesar. Sehingga kita dapatkan
pengertiannya dari “hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus
hemorrhoidal inferior dan superior” (Dorland, 2002).

III. Etiologi

Penyebab dari Haemorroid belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
factor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini atau yang dapat
memperparah haemmoroid menurut villalba dan Abbas (2007):

a. Penuaan, dikarenakan adanya degenerasi dari jaringan pada lansia 45-65


tahun, terutama pada endotel pembulu darah, dan jaringan lunak, sehingga
dapat mempercepat rupture yang terjadi pada pembengkakan pembuluh darah
bagian anorektal atau pleksus hemorrhoid dan dapat timbul sebagai buang air
disertai dengan keluarnya darah segar.
b. Kehamilan, pada wanita hamil peredaran darah ke jaringan akan menjadi
lebih cepat selain itu juga ada penekanan pada ekstremitas bawah, sehingga
dapat menimbulkan penumpukan cairan/bengkak pada tungkai termasuk pada
pembuluh darah yang memperdarai anorektal (pleksus hemorrhoid),
pembengkakan atau varises yang terjadi di pleksus tersebut akan tergeser oleh
fekal ditambah dengan dorongan abdominal maka pada awalnya akan timbul
gejala buang air berdarah dan selanjutnya akan diikuti dengan haemorroid
internal derajat satu.
c. Hereditas, faktor keturunan biasanya menjadi satu pertimbangan karena
pembuluh darah yang rentan rupture bila terkena inflamasi atau jejas.
d. Konstipasi atau diare kronik, dapat menyebabkan timbulnya jejas pada
pencernaan bagian bawah, sehingga proses perdarahan akan lebih cepat
terjadi.
e. Penggunaan toilet terlalu lama, penggunaan toilet baik toilet duduk atau
toilet jongkok akan menyebabkan turbulensi darah ke bagian anorektal
menjadi lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan pembengkakan pembuluh
darah dan meningkatkan resiko terjadinya haemmoroid.
f. posisi duduk terus menerus, dan obesitas.

IV. Prinsip dasar


V. Pathway

Etiologi penyakit sebagian besar


dari efek degenerasi

- Penuaan
- Kehamilan
- Herediter Pengeluaran fekal yang keras
- Penggunaan toilet terlalu lama atau sering pada diare kronik
- Posisi duduk terus menerus
dan obesitas

Mengedan atau
tekanan intra
abdomen

Tekanan pada
jaringan

Jejas/ proses inflamasi

Prolapsus

Aliran darah vena sulit


Terjadi terus menerus
kembali
Nyeri
Jejas
Bengkak
pembuluh darah
Pembentukan
jaringan ikat Ansietas
varises

konstipasi pecah

BAB berdarah
VI. Klasifikasi haemorroid

Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi


batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut
saraf nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan kulit
pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri (Corman,2004)

Haemoroid internal, Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan


menjadi beberapa tingkatan yakni:
a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.
b. Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat
pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk
kembali secara manual oleh pasien.
d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski
dimasukkan secara manual.
VII. Gejala Klinis

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba dan
Abbas, 2007) yaitu:
Hemoroid internal
1. Prolaps dan keluarnya mukus.
2. Perdarahan.
3. Rasa tak nyaman.
4. Gatal.
Hemoroid eksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri ( jika mengalami trombosis).
3. Gatal.
VIII. Diagnosis

Diagnosis dari haemorroid ditegakkan dari

1. Anamnesis: harus ada etiologi, atau faktor penyebab, timbulnya keluhan


seperti pada gejala klinis atau perdarahan yang mengarah ke haemorroid,
keluar jaringan pada saat buang air besar pada pasien dengan stage 3 atau 4
2. Pemeriksaan fisik: jika pada pasien dengan perdarahan massif dapat terjadi
anemia, sekitar anus terdapat kemerahan, atau ada jaringan prolaps yang
keluar dari bagian dubur.
3. Pemeriksaan penunjang: biasanya dilakukan pemeriksaan luar dan
pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui pasti penyakit haemorroid. Bila
terdapat jaringan mukosa yang membesar pada pemeriksaan colok dubur dan
terdapat perdarahan maka diagnosis banding sudah bisa di tegakkan.
4. Pemeriksaan anoskopi: untuk melihat lebih jelas inflamasi pada bagian
anorektal dapat penggunaan anoskopi untuk melihat masa.
IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Haemorroid dibagi menjadi 2 yaitu penatalaksanaan
konservatif dan penatalaksanaan operatif.
1. Penatalaksanaan Konservatif
Penatalaksanaan ini biasa nya dilakukan pada pasien dengan derajat
haemorroid yang masih ringan atau stage 1, penatalaksanaannya diantaranya
adalah.
- Diet: meningkatkan makanan tinggi serat
- Mengurangi obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi
- Meningkatkan konsumsi cairan seperti minum air putih yang banyak

Terapi dengan menggunakan obat-obatan biasanya menggunakan

- Analgetik local
- Kortikosteroid
- Flavonoid utk mengurangi tekanan vena
- Antipruritus utk mengurangi rasa gatal atau terbakar
- Suplemen serat (bila dibutuhkan)
2. Penatalaksanaan operatif (Bedah)
Penatalaksanaan bedak dilakukan bila atas indikasi:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
X. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
A. Pengkajian
Menurut Effendy (1998). Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan
memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan
sistem yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah, seperti yang dijelaskan oleh
Effendy (1998) dan tambahan isi format pengkajian keluarga :
Pengkajian pada Pasien nyeri dibimbing untuk menjelaskan ketidak
nyamanannya (misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan
tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul
dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah
digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi
mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi
area untuk pendidikan kesehatan.
1. Data umum
 Data umum, yaitu meliputi nama keluarga, alamat dan telepon,
komposisi kleuarga (dilengkapi dengan genogran keluarga), tipe
keluarga, suku (dikaji data yang berhubungan dengan suku kebiasaan-
kebiasaan yang berhubungan dengan suku seseorang atau keluarga),
agama (dikaji tentang agama yang dianut), aktifitas rekreasi keluarga
(dikaji data tentang kebiasaan dan pendapatan keluarga), status
ekonomi keluarga (dikaji data tentang besarnya penghasilan atau
pendapatan keluarga).
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan saat ini
Dikaji tentang tahap perkembangan tertinggi yang saat ini
dicapai oleh keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi saat ini.
Dikaji tentang maladaptive dari tengah pertumbuhan dan
perkembangan keluarga yang terpenuhi.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan
kesehatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, meliputi
keluhan, berapa lama sudah terjadi, apa upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi dan bagaimana hasilnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan diatas orang tentang riwayat
penyakit keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya
peanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang dipertahankan
sampai saati ini.
5) Mobilitas keluarga
Bagaimana perpindahan tempat tinggal yang terjadi dalam
keluarga.
6) Perkumpulan keluarga dan nteraksi dengan masyarakat meliputi
data keefketifan dalam berinteraksi dengan masyarakat.
7) Sistem pendukung keluarga
Meliputi tentang sumber pendukung eperti orang tua, mertua,
saudara, teman dan lain-lain.
2. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Meliputi data tentang sifat komunikasi dalam keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Meliputi data tentang kemampuan komunikasi keluarga.
3) Struktur peran
Meliputi data tentang peran anggota keluarga misalnya, ayah
berperan sebagai kepala keluarga.
4) Nilai dan norma kebudayaan
Meliputi data tentang nilai dan aturan yang ada dalam keluarga.
3. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Meliputi sikap dan perhatian masing-masing keluarga
terhadap anggota keluarga yang lain.
2) Fungsi sosialisasi
Meliputi bagaimana keluarga mengajarkan anak-anak untuk
bersosialisasi dengan orang lain.
3) Fungsi peran kesehatan
Menjelaskan kemampuan keluarga mengenai masalah
kesehatan dan mengambil keputusan terhadap masalah
kesehatan atau manfaat fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Stresor dan koping keluarga
1) Stresor jangka panjang dan pendek
Kekuatan keluarga memikirkan tentang penyakit yang terjadi pada
keluarga.
2) Kemapuan keluarga berespon terhadap masalah
3) Strategi koping yang digunakan
Meliputi mekanisme pertanahan diri yang digunakan oleh keluarga
jika mendapatkan
4. Harapan keluarga
Meliputi tentang apa yang diharapkan keluarga dengan bantuan
yang diberikan oleh perawat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul :

1. Nyeri akut b.d agen injuri (spasme sfingter pasca operasi)


2. Konstipasi b.d faktor fungsional (penolakan
kebiasaan/menggugurkan keinginan untuk defekasi)
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
4. Resiko infeksi b.d haemoridectomy
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri
 Kaji karesteristik nyeri
 Berikan dan ajarkan pengendaliaan perasaan nyeri secara non
farmakologis yaitu tehnik relaksasi nafas dalam
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Kolaboorasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesic
. kriteria hasil:
Skala nyeri 0-1
Wajah pasien tampak rileks.
2. Konstipasi b.d faktor fungsional (Penolakan kebiasan/pengguguran
keinginan defekasi )
 Kaji pola eliminasi dan konsistensi feses
 Berikan minum 2-3 liter perhari bila tidak ada kontra indikasi
 Berikan banyak makan buah dan sayur
 Anjurkan untuk berespon bila ada rangsangan BAB
 Anjurkan olah raga ringan secara teratur
 Kolaborasi dalam pemberian obat
kriteria hasil:
Buang air besar 1 kali perhari.
Konsistensi faeces lembek, tidak ada darah dan pus
Buang air besar tidak nyeri dan tidak perlu mengejan lama
3. Ansietas b.d status kesehatan
 Kaji tingkat kecemasan
 Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
 Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaanya
 Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
krteria hasil:
Pasien mengatakan kecemasan berkurang.
Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan.
4. Resiko infesi b.d haemoroidectomy
 Monitor tanda – tanda vital
 Periksa daerah rectal atau balutan setiap 4 jam selama 24 jam
 Berikan kompres dingin
 Kolaborasi dalam pemberian terafi
Kriteri hasil :
 Balutan luka operasi tidak basah.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
D. Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dalam proses keperawatan dengan cara perawat
dapat memberikan tanggapan terhadap kualitas dan kuantitas asuhan yang
diberikan. Evaluasi keperawatan menunjukkan tentang penilaian tentang
keefektifan atau keberhasilan struktur,proses dan hasil aktifitas
keperawatan yang menggunakan standar atau nilai berdasarkan norma
atau criteria. Evaluasi keperawatan berdasarkan pada respon klien yang
dinilai secara SOAP.
XI. Kesimpulan
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di
mana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai
pendarahan.Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena
ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau
konstipasi kronis , Faktor pekerjaan orang yang harus berdiri,duduk
lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi
untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala
seperti Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan
nyeri,Perdarahan pada faeces berwarna merah terang , Keluar
selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.
Pada pasien dengan hemoroid penatalaksanaan antara lain Intervensi
yang lazim dilakukan adalah Anaskopi , Rectal Toucher (RT) dan
Inspeksi.
.

Anda mungkin juga menyukai