Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS PADA TN.

Y DENGAN
HERNIA DI RUANG ASOKA RSK SITANALA TANGERANG

DISUSUN OLEH:
FILIPUS TARIGAN

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2015
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

1. DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat,
1997).
Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal (Dorlan, 1994).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya.Hernia
scrotal adalah burut lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung
buah zakar (Laksman, 2002).
Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai
scrotum ( Sjamsuhidajat, 1997 ).
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah
penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek kongenital
maupun adanya faktor yang didapat.

2. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomalikongenital atau karena
sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia,
prosentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab berperan
pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia, disamping itu disebabkan
pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya
peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut
hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997)
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan
prosesus vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen
(TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.
Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini
dikarenakan penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia
umbilikalis pada anak sebelum usia dua tahun dan pada hernia ventralis.
Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah mengalami stadium lanjut
yaitu;
1. Mengisi kantong scrotum
2. Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.
3. Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.
Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena
ditakutkan terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi
tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis
usus(Sachdeva, 1996 ; Mansjoer, 2000).

3. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik
perineum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup namun karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanalis
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral
akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban
berat, mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, dan bila berlanjut
tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau
spinal sehingga akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang
berpengaruh pada tingkat kesadran, depresi pada SSP juga mengakibatkan
reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga mengakibatkan
produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas terganggu,
serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan
muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena
kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru
dan kulit. Insisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat
(kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka
bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme patogen sehingga
sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.
Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi
torehan, tarikan, manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena
kompresi / stimulasi ujung syaraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat
operasi atau karena ischemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah
satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.
Mansjoer, 2000; Sjamsuhidajat,1997; Long,1996).
WEB OF CAUTION

Faktor bawaan sejak lahir Aktivitas mengejan saat BAK atau


(anomaly congenital) BAB, batuk kronis, mengangkat benda
berat, obesitas

HERNIA INGUINALIS

medialis lateralis


TIA kronik
Funikulus Spermatikus

Otot dinding
Trigonum hasselbach melemah Mencapai
scrotum

Penonjolan ke belakang kanalis Hernia


inguinalis dan terpisah dari Scrotalis Herniorapi /
vesikulus spermatikus Herniotomi
Defisit of knowledge

Turun ke jaringan lain


Luka insisi Efek anestesi Perubahan
status
kesehatan
Pertahanan Perdarahan Kompresi Gg. Peristaltic Batuk tidak
primer tidak saraf usus efektif
adekuat ansietas

Resti Gg. Nyeri Mual, Sekresi


Keseimbangan
Resti infeksi muntah, trakeobronkial 
volume cairan anoreksia

Gg. Rasa
nyaman
Aliran darah ke nyeri
Bersihan jalan
jar. terhambat Resiko nafas tak efektif
perubahan
nutrisi
Gangguan
mobilitas fisik
Hematoma
 Syamsuhidayat & Jong, 1997
 Mansjoer, 2000
Perubahan  Doenges, M.E., 2000
perfusi Intoleransi  Swearingen, 2001
jaringan Aktivitas
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat
paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan
bila menangis, mengejan, mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri
dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan
umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien
diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi
dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba
didorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus
inguinalis yang melebar.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau
peritonitis.Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena
femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau
buli-buli bila masuk pada hernia geser. Nervus ilioinguinalis harus
dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka dapat timbul nyeri
pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.

6. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan
bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang ireponibilis,
maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat
baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang
kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan
kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-
ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di
kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan
herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi
hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka
prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong.
Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan
bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksasaan darah
1) Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya
infeksi.
2) Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada
anemia/kehilangan darah.
3) Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi
4) Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi
hemostasis intraoperasi/pascaoperasi.
b) Urinalisis
BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.
c) GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
d) EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung.

8. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Status Respiratori
Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi
nafas : ada dan sifatnya.
b. Status Sirkulatori
Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.
c. Status Neurologis
Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock
dan harus segera dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain
yang jelas.
d. Balutan
Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung
dengan system drainase.
e. Kenyamanan
Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar
ventilasi.
f. Keamanan
Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat,
makanan, plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.
(Long, 1996)
2) Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
(Doengoes, 2000; Swearingen,2001)
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi trakeobronkial sekunder terhadap efek anestesi; batuk tidak
efektif sekunder terhadap depresi SSP atau nyeri dan splinting otot.
Kriteria Hasil :
1) Jalan napas pasien bersih, ditandai dengan bunyi napas normal pada
auskultasi.
2) RR : 12 – 20 X / menit dengan kedalaman dan pola normal.
Intervensi :
1) Pertahankan jalan nafas pasien dengan meletakkan pasien pada posisi yang
sesuai.
Rasional :
Mencegah obstruksi jalan nafas. Elevasi kepala dan posisi miring akan
mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong
ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada
diafragma.
2) Observasi frekwensi, kedalaman pernafasan dan pemakaian otot bantu
pernafasan.
Rasional :
Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upaya
memperbaikinya dapat segera dilakukan.
3) Observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot-otot pernafasan.
Rasional :
Setelah pemberian obat – obat relaksasi otot selama masa intraoperatif,
pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada diafragma, otot
interkostal, yang akan diikuti dengan relaksasi kelompok otot–otot utama
seperti leher, bahu, dan otot–otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot –
otot berukuran sedang seperti lidah, faring, otot – otot ekstensi dan fleksi
dan diakhiri oleh mata, mulut wajah dan jari – jari tangan.
4) Lakukan penghisapan lendir jika diperlukan
Rasional:
Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam
tenggorokan atau trakea.
5) Kolaborasi pemberian tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional:
Dilakukan untuk meningkatkan pengambilan oksigen yang akan diikat
oleh Hb.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf,
prosedur bedah.
Kriteria hasil:
a.Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
b.Mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
c.Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus
atau yang memperberat
Rasional :
Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapy.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi atau
posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat.
Rasional :
Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu.
3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional :
Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan tekanan.
4) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional :
Memfokuskan perhatian pasien membantu menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapy
Rasional :
Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah pembentukan hematoma.
Kriteria hasil:
Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal
Intervensi:
1. Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional :
Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi edema, inflamasi
sekunder.
2. Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional :
Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan resiko hematoma.
3. Pantau tanda-tanda vital, catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional :
Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi akibat kehilangan
darah, pembatasan pemasukan oral, mual, muntah.
3) Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai indikasi
Rasional :
Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat hipovolemi.
d. Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis
situasional, perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
1.Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
2.Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan ketrampilan
pemecahan masalah.
Intervensi:
1)Kaji tingkat ansietas pasien, tentukan bagaimana pasien menangani
masalahnya sebelumnya dan sekarang
Rasional :
Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya sekarang.
2)Berikan informasi yang akurat
Rasional :
Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan pada
pengetahuannya.
3)Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya
Rasional :
Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu diungkapkan dan
diberi respon.
4)Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran
sakit pasien
Rasional :
Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk
mempertahankan ketergantungannya.
e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
Intervensi :
1) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional :
Tergantung pada bagian tubuh yang terkena, jenis prosedur yang kurang hati-
hati akan meningkatkan kerusakan.
2) Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas
yang disesuaikan dengan pasien
Rasional :
Immobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka terhadap
rangsang.
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional :
Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi dan berkembang sesuai
dengan toleransi.
4) Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional :
Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
5) Berikan atau Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif,
pasif
Rasional :
Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki
mekanika tubuh
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat ; prosedur infasif, insisi bedah.
Kriteria Hasil :
Meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari eritema dan tidak
demam.
Intervensi :
1)Tekankan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
2) Pertahankan teknik aseptik pada penggantian balutan dan prosedur infasif.
Rasional : Menurunkan resiko masuknya bakteri.
3) Monitor tanda-tanda vital, insist dan balutan, catat karakteristik luka,
adanya eritema.
Rasional :Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi.
4) Ganti balutan sesuai indikasi.
Rasional: Balutan kotor memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
5) Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional :
Untuk menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada
sebelumnya), untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.

g. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan pembatasan pemasukan cairan secara oral (prosedur
medis/adanya rasa mual); kehilangan darah selama pembedahan.
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, tanda – tanda vital
stabil, turgor normal, mukosa lembab, pengeluaran urine sesuai.
Intervensi :
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional :
Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang
mempengaruhi intervensi.
2) Periksa pembalut terhadap terjadinya perdarahan, kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan.
Rasional :
Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia.
3) Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional :
Kulit yang dingin dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan
penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan
tambahan.
4) Kolaborasi pemberian cairan sesuai petunjuk, tingkatkan kecepatan IV jika
diperlukan.
Rasional : Menggantikan kehilangna cairan.
5) Pantau hasil laboratorium, misalnya Hb, Ht.
Rasional : Indikator hidrasi/volume sirkulasi.

h. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltik usus
Kriteria hasil:
1.Meningkatkan masukan oral.
2.Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:
1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli
gizi.
Rasional :
Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan
intervensi yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan pasien
tujuan masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional :
Pasien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai
kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk
beraktivitas.
3) Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional :
Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang
akurat dan sesuai dengan kondisi pasien.
4) Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau
pasien dalam melakukan personal hygiene.
Rasional :
Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam
mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.
5) Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan
mengurangi nafsu makan
Rasional :
Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan masukan oral.

i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,


tidak mengenal sumber informasi.
Kriteria hasil:
Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan, memulai
perubahan gaya hidup.
Intervensi:
1) Kaji ulang pemahaman pasien tentang diagnosis, prosedur bedah, rutinitas
praoperasi dan regimen pasca operasi.
Rasional :
Beberapa orang merasakan informasi yang lengkap sangat
membantu; sedang yang lain lebih menyukai penjelasan yang
singkat dan sederhana.
2) Tinjau ulang dan minta orang terdekat untuk menunjukan perawatan luka
atau balutan jika diindikasikan.
Rasional :
Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan meningkatkan
kemandirian.
3) Tinjau ulang penghindaran faktor-faktor resiko, misalnya pemajanan pada
lingkungan.
Rasional : Mengurangi potensial infeksi yang diperoleh.
4) Sebelum pasien dipulangkan, ajarkan tindakan pencegahan terhadap
aktivitas, istirahat maksimal, diit yang haurs dijalani.
Rasional :
Informasi yang cukup memberikan pemahaman yang adekuat bagi
pasien untuk mendukung proses pengobatan.

3) Discharge Planning
1) Menggunakan korset/penyangga
2) Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut
3) Tindakan operasi dan pemberian analgetik pada hernia yang menyebabkan
nyeri sesuai resep dokter
4) Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat
5) Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan setiap
hari dan kalau perlu
6) Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet
tinggi serat dan masukan cairan adekuat

9. DAFTAR PUSTAKA

Amin &Hardhi, (2013), Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.


Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,
Yogyakarta

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKU

Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria NOC.Jakarta : EGC

Nuzulul. 2011. Askep Gastritis.


http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_
detail-35839-Kep-Pencernaan-Askep-Gastritis.html. Diakses pada tanggal
2 Juni 2012 Jam 11.00 WIB

Noname. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis. http://


dezlicious. blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan_30.html. Diakses pada tanggal 2 Juni 2012 Jam 11.10 WIB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y DENGAN KASUS HERNIA DI
RUANG ASOKA RSK Dr. SITANALA TANGERANG

A.PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 10-11-2015 Jam : 15.00 wib
Tanggal MRS : 09-11-2015 NO RM : 05 41 21
Ruang/Kelas : Asoka/3 Dx.Masuk :HIL sin
Dokter yg merawat : dr Wahyuni
IDENTITAS
Nama : Tn.Y Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 27 th Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : JKN
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Kp. Ganepo Rawa Kidang Sukadiri Tangerang

RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


Keluhan Utama : Nyeri pada luka oprasi
Riwayat Penyakit saat ini : Satu hari SMRS pasien mengeluh skrotum kiri
membesar setelah mengangkat ember dan dioprasi
tadi pagi jam 09.00 wib,pasien mengeluh sakit
pada luka post oprasi bila dibawa
bergerak/aktivitas.
Riwayat yang pernah diderita : pasien mengatakan belom pernah menderita
penyakit yg serius dan belum pernah dirawat diRS
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada keluarga yg
menderita penyakit yg dideritanya sekarang.
Riwayat Alergi ○ ya √ tidak Jelaskan:

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: ○baik √sedang ○lemah Kesadaran: CM
Tanda Vital TD:120/70mmHg Nadi:80x/mnt Suhu:36ºc RR:18x/mnt

PERNAFASAAN
Pola Napas irama: √Teratur ○tidak teratur
Jenis ○Dispnoe ○Kusmaul ○ceyne Stokes Lain-lain:
Suara Nafas: √vesikuler ○Stridor ○Wheezing ○Ronchi Lain-
lain:-
Sesak nafas ○Ya √Tidak ○ Batuk ○Ya √tidak
Masalah: Pernafasaan tidak ada masalah
KARDIOVASKULER
Irama Jantung : √Reguler ○Ireguler S1/S2tunggal ○Ya √tidak
Nyeri dada : ○YA ○Tidak
Bunyi Jantung : √Normal ○Murmur ○gallop lain-lain: -
CRT : √< 3dt ○>3dt
Akral : √Hangat ○Panas ○Dingin kering ○Dingin basah
Masalah: Kardiovaskuler tidak ada masalah
PERSYARAFAN
GCS : Eye:4 Verbal:5 Motorok:6 Total:15
Refleks Fisiologis: ○ Patella ○ tricep ○ Biceps lain-lain: -
Lain-lain :
Istirahat / Tidur :7 jam/hari Gangguan Tidur: -
Masalah: Persyarafan tidak ada masalah
PENGINDERAAN
Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor ○ Anisokor ○ Lain-lain
Sclera/konjungtiva : ○ Anemis ○ Ikterus ○ Lain-lain
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga
Gangguan Pendengaran: ○ Ya √ Tidak jelaskan: pendengaran baik
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √ Normal ○ Tidak Jelaskan: -
Gangguan Penciuman: ○ Ya √ Tidak Jelaskan: Penciuman Baik
Masalah: Pengindraan tidak ada masalah
PERKEMIHAN
Kebersihan : √ Bersih ○ Kotor
Urine : Jumlah: 700cc/hr warna : kuning jernih Bau : khas urine
Alat bantu (kateter dan lain-lain) : -
Kandung kencing : Membesar ○ Ya √ Tidak
Nyeri tekan ○ Ya √ Tidak
Gangguan : ○ Anuria ○ Oliguria ○ Retensi
○ Nokturia ○ Inkontinensi ○ Lain-lain
Masalah: Perkemihan tidak ada masalah
PENCERNAAN
Nafsu Makan : ○ Baik √ Menurun Frekwensi : 3x/hari
Porsi makan : ○ Habis √ Tidak Ket: Porsi yg diberikan tidak habis.
Diet :-
Minum : 1000cc/hari Jenis : Air Putih.
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : √ Bersih ○ Kotor ○ Berbau
Mukosa : √Lembab ○ Kering ○ Stomatitis
Tenggorokan : ○ Nyeri Telan ○ Kesulitan Menelan
○ Pembesaran Tonsil ○ Lain-lain.
Abdomen : √Tegang ○ Kembung ○ Acites ○ nyeri tekan ,lokasi:
Peristaltik : 8x/mnt
Pembesaran Hepar: ○ Ya ○ Tidak
Pembesaran Lien : ○ Ya ○ Tidak
BAB : 1x/hari Teratur: √ Ya ○ Tidak
Konsistensi : Lembek Bau : Khas Feses Warna : Kuning
Masalah: Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
MUSKULOSKELETAL/INTEGUMEN
Kemampuan pergerakan sendi : √ Bebas ○ Terbatas
Kekuatan otot : ┼
Kulit
Warna kulit : ○ Ikterus ○ Sianotik ○ kemerahan ○ Pucat ○ Hiperpigmentasi
Turgor : √ Baik ○ Sedang ○ Jelek
Oedema : ○ Ada √ Tidak ada Lokasi : -
Luka : √ Ada ○ Tidak ada lokasi : perut kuadran bawah
Tanda infeksi luka ○ Ada √ tidak ada
Yang ditemukan:Kalor/Dolor/Tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Masalah: Nyeri Akut
ENDOKRIN
Pembesaran Tyroid : ○ Ya √ Tidak
Hyperglikemia : ○ Ya √ Tidak
Hypoglikemia : ○ Ya √ Tidak
Luka ganggren : ○ Ya √ Tidak
Pus : ○ Ya √Tidak
Masalah : tidak ada masalah
PERSONAL HIGIENE
Mandi : 1x/hari (hanya di lap di tempat tidur oleh perawat)
Sikat Gigi : 1x/hari
Keramas : selama dirawat belum pernah keramas
Memotong kuku : tidak, kuku bersih
Ganti pakaian : 1xsehari
Masalah : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Orang yang paling dekat : Istri
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : Baik
Kegiatan ibadah : solat tdk terganggu
Masalah : tidak ada masalah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hhematologi darah Kimia Darah
- HB : 12.6g/dl - SGOT : 28u/l
- LECOSIT : 7.600/ul - SGPT : 19u/l
- LED : 25mm/jam - UREUM : 20mg/dl
- ERITROSIT : 5,01juta/ul - CREATININ : 0,8mg/dl
- HITUNG JENIS - GDS :109mg/dl
Basopil :-%- Hbs Ag : (-) Negatip
Eosinopil :3%
Batang :-%
Segmen : 47 % Ht : 46%
Limposit : 46 % Masa perdarahan : 1.30
Monosit :4% Masa pembekuan : 11.
Trombosit :313.000u/l
Radiologi :
Ro Thorax → Cor dan Pulmo tidak tampak kelainan.
EKG :
EKG → hasil normal
THERAPI :
1. IUFD RL 20tpm
2.Ceftriaxon injeksi 1x1gram/iv
3.Tradosik 2 Amp/hari/iv

ANALISA DATA

No Data Problem Etiologi

1 DS: Pasien mengatakan Gangguan rasa Prosedur bedah terputusnya


nyeri pd luka post op nyaman nyeri kontinuinitas jaringan

DO:K/U sakit sedang Kompresi syaraf


kes:CM TD:120/70 N:80
S:36 R:18 tampak pasien nyeri
meringis bila bergerak
Skala nyeri 6
2 DS:Pasien mengeluh Resiko Efek Anestesi
mual muntah,nafsu perubahan
makan ↓ nutrisi kurang Gangguan peristaltik usus
DO: K/U sakit sedang dari kebutuhan
Kes:CM Peristaltik tubuh Mual, muntah
usus↓(12 x/menit)
,porsi makanan habis ¼
porsi
3
DS: Pasien mengatakan Intoleransi Nyeri
belum bisa mandi sendiri aktivitas
DO: Pasien sedang di lap Gangguan mobilitas fisik
di tempat tidur oleh
perawat, dibantu
memakai pakaian

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan terputusnya kontinuinitas
jaringan; komfresi syaraf
2.Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
mual muntah,gangguan peristaltik usus.
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik karena
nyeri
C.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn.Y Nama Mahasiswa :Filipus Tarigan
Ruang : Asoka NPM :
No MR : 05 41 21
No Tgl dan Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
jam Keperawatan(PES) Kriteria Hasil
1. 10-11-15 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1)Observasi 1)Mengetahui
Jam:15 nyaman (nyeri) tindakan tanda-tanda vital apakah
sehubungan dengan keperawatan 2)Kaji adanya keadaan
terputusnya selama 2 x 24 jam keluhan nyeri normal atau
kontinuinitas nyeri dapat (skala dan tidak
jaringan;kompresi teratasi lokasi) 2)Membantu
syaraf Kriteria hasil: 3)Batasi menentukan
1.Melaporkan aktivitas selama pilihan
nyeri dan fase akut sesuai intervensi
terkontrol dengan 3)Tirah
2.Mengungkapkan kebutuhan baring dalam
metode yg 4)Ajarkan posisi yang
memberi pasien nyaman
penghilang. melakukan menurunkan
3.Mendemontrasik teknik relaksasi penekanan
an penggunaan 5)Kolaborasi pada bagian
intervensi pemberian tubuh
terapeutik analgetik tertentu.
4)Memfokus
kan perhatian
pasien
membantu
menurunkan
tegangan otot
dan
meningkatka
n proses
penyembuhan
5)Intervensi
cepat dan
mempercepat
proses
penyembuhan

2. 10-11-15 Resiko perubahan Setelah dilakukan 1)Tentukan 1)Mencukupi


Jam:15.30 nutrisi kurang dari tindakan kebutuhan kalori kalori sesuai
kebutuhan tubuh keperawatan harian yang kebutuhan,m
yang berhubungan selama 2 x 24 jam adekuat, emudahkan
dengan muntah, kebutuhan nutrisi kolaborasi menentukan
mual, gangguan terpenuhi dengan ahli gizi intervensi
peristaltik usus Kriteria hasil 2)Jelaskan yang sesuai
pasien mampu: pentingnya 2)Nutrisi
Meningkatkan nutrisi yang yang adekuat
masukan oral. adekuat digunakan
3)Timbang sebagai
berat badan cadangan
4)Anjurkan energi untuk
pasien makan beraktivitas.
makanan dalam 3)Dapat
bentuk hangat digunakan
porsi kecil tapi untuk
sering memudahkan
5)Anjurkan melakukan
pasien untuk intervensi
menjaga yang akurat
kebersihan dan sesuai
mulut dengan
kondisi
pasien.
4) Makanan
hangat dapat
mengurangi
mual
5)Meningkat
kan nafsu
makan dan
memberi
kenyamanan
dalam
mengkonsum
si makanan

3. 10-11-15 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1)Ajarkan 1)Ambulasi


Jam 15.30 berhubungan dengan tindakan pasien tentang dini
gangguan mobilitas keperawatan teknik ambulasi mempercepat
fisik karena nyeri selama 1x24 jam 2)Kaji proses
pasien dapat kemampuan penyembuhan
melakukan pasien dalam 2)Untuk
ambulasi berjalan mobilisasi mengetahui
dengan Kritera 3)Latih pasien kebutuhan
hasil: dalam latihan
1.Berjalan dengan pemenuhan 3)Latihan
jarak yang dekat kebutuhan ADL penting agar
(keliling kamar) Secara mandiri pasien lebih
2.Dapat mandi sesuai cepat mandiri
sendiri dan kemampuan
memakai pakaian 4)Dampingi dan
sendiri bantu pasien
saat mobilisasi 4)Dukungan
dan bantu penting untuk
pemenuhan merangsang
kabutuhan ADL kemauan
untuk belajar

Memfokuska
n perhatian
pasien
membantu
menurunkan
tegangan otot
dan
meningkatka
n proses
penyembuhan
.

D.CATATAN PERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Y
Diagnosa Medis : Hernia
Ruang Rawat : Asoka
Tgl/Jam No.DK Implementasi Tanda Tangan
10-11-2015 1 1. Mengukur tanda-tanda vital :
Jam 17.00 TD:120/90 mmHg, N:70x/mnt,
RR:20x/mnt, Sh:36,80C
2.Mengkaji skala nyeri pasien: 6,
Lokasi nyeri: daerah bekas operasi
3.Menganjurkan pembatasan aktivitas :
Bedrest / tirah baring
4.Mengajarkan teknik relaksasi: tarik
nafas dalam kemudian buang
perlahan
5.Memberikan obat analgetik hasil
Kolaborasi: Tradosik 1 Amp IV
Jam 18.00 2 1. Menentukan kebutuhan kalori
harian yang adekuat
2. Menjelaskan pentingnya nutrisi
yang adekuat
3. Menimbang berat badan pasien
4. Menganjurkan pasien makan
makanan yang disajikan selagi
hangat dan dengan porsi
kecil tapi sering.
5. Menganjurkan pasien menjaga
kebersihan mulut untuk
menghilangkan ketidaknyamanan
yang dapat menyebabkan mual,
muntah, dan mengurangi nafsu
makan
Jam 18.30 3 1. Mengajarkan pasien tentang teknik
ambulasi
2. Mengkaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
3. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL
secara mandiri sesuai kemampuan
4. Mendampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi
5. Membantu pemenuhan kabutuhan
ADL
11/11/2015 1 1. Mengukur tanda-tanda vital :
Jam 16.30 TD:120/80 mmHg, N:70x/mnt,
RR:20x/mnt, Sh:36,80C
2.Mengkaji skala nyeri pasien: 4
Lokasi nyeri: daerah bekas operasi
3. Menganjurkan pembatasan aktivitas :
Bedrest / tirah baring
4.Mengajarkan teknik relaksasi: tarik
nafas dalam kemudian buang
perlahan
5.Memberikan obat analgetik hasil
Kolaborasi: Tradosik 1 Amp IV
Jam 17.10 2 1. Menjelaskan ulang pentingnya
nutrisi yang adekuat
2. Mengkaji tentang makanan yang
disenangi pasien
3. Menganjurkan pasien makan
makanan yang disajikan selagi
hangat dan dengan porsi
kecil tapi sering.
4. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
untuk modifikasi makanan
5. Mengatur rencana perawatan untuk
mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat
menyebabkan mual, muntah, dan
mengurangi nafsu makan
12/11/2015 1 1. Mengukur tanda-tanda vital :
Jam 16.00 TD:110/70 mmHg, N:70x/mnt,
RR:20x/mnt, Sh:360C
2.Mengkaji skala nyeri pasien: 2
Lokasi nyeri: daerah bekas operasi
3. Menganjurkan pembatasan aktivitas :
Bedrest / tirah baring
4.Mengajarkan teknik relaksasi: tarik
nafas dalam kemudian buang
perlahan
5.Memberikan obat analgetik hasil
Kolaborasi: Tradosik 1 Amp IV

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. Y
Diagnosa Medis : Hernia
Ruang Rawat : Asoka
Tgl NO SOAP Tanda
DK Tangan
13-11-2015 3 S: Pasien mengatakan bisa beraktivitas sendiri
O: Pasien sudah berpakaian sendiri dan tampak
Pasien sudah berjalan keluar ruangan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

2 S: Pasien mengatakan sudah nafsu makan


O: Porsi makanan yang disajikan habis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
1 S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
banyak
O: Wajah pasien tampak lebih segar,skala nyeri 2
TD:110/70 mmHg N:70x/menit RR:20x/menit
Sh:36oC
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Observasi TTV
2. Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri pasien
3. Anjurkan pembatasan aktivitas
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Berikan terapi analgetik sesuai instruksi

Anda mungkin juga menyukai