Anda di halaman 1dari 19

RESPON

SAKIT/NYERI
KELOMPOK
Dina Fauziah
Eka Sulis Setiawati
2
Fachruj Zaini
Febby Valentina
Firmansyah Andika Putra
Gilang Husnul Maab
Heni Intan
Ilmi Musyarofah
Indah Gita
RESPON
SAKIT/ NYERI
Pengertian nyeri
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Fisiologi nyeri
A. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal,mekanik, kimiawi atau stimulus listrik
menyebabkan pelepasan substansi yang menyebabkan nyeri.
B. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke
medulla spinalis ke thalamus danotak tengah.
C. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilakuyang terjadi setelah mempersepsikan
nyeri.
Sifat nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mahon (1994), menemukan empat atribut
pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu
kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013, hal.17).
Teori-teori nyeri
A. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory)
Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-
reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013).

B. Teori Pola (Pattern theory)


Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di
sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini
Klasifikasi nyeri
A. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode
waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005).
Lanjutan
B. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang
merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf
perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
Lanjutan
C. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
a. Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan
berlokalisasi.
b. Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan
Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
c. Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki reseptor
nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Patofisiologi nyeri
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapatempat proses tersendiri yaitu:
transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang
mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
Respon fisiologi terhadap nyeri
A. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial) 
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
a. Peningkatan heart rate
b. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
c. Peningkatan nilai gula darah
d. Diaphoresis
e. Peningkatan kekuatan otot
f. Dilatasi pupil
g. Penurunan motilitas GI
Lanjutan
B. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a. Muka pucat
b. Otot mengeras
c. Penurunan HR dan BP
d. Nafas cepat dan irreguler
e. Nausea dan vomitus
f. Kelelahan dan keletihan
Respon tingkah laku terhadap nyeri
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
◦ Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
◦ Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
◦ Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan)
◦ Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial,
Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
Fase-fase Nyeri
Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
◦ Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena  fase ini bisa mempengaruhi dua fase
lain. Pada fase ini memungkinnkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
◦ Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka tiap orang dalam
menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan
orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri kecil.
Lanjutan..
◦ Fase akibat (aftermath)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari
perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat ((aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
atau menurunkan sensitivitas nyeri
Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
◦ Pengalaman masa lalu
◦ Ansietas
◦ Budaya
◦ Usia
◦ Efek Plasebo
Pengukuran nyeri
Pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan, yaitu:
◦ Nyeri ringan umumnya memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi
◦ Nyeri sedang atau moderat memiliki karakteristik : Peningkatan frekuensi pernafasan, Peningkatan
tekanan darah, Peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil.
◦ Nyeri berat memiliki karakteristik : Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan frekuensi nafas dan tekanan
darah, Kelelahan dan keletihan
Kesimpulan
Meskipun nyeri berguna bagi tubuh, namun dalam kondisi tertentu, nyeri dapat menimbulkan ketidak
nyamanan bahkan penderitaan bagi individu yang merasakan sensasi ini.Sensasi nyeri yang terjadi
mendorong individu yang bersangkutan untuk mencari pengobatan, antara lain dengan mengkonsumsi
obat-obatan penghilang rasa nyeri (Analgetik). Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghambat
atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran Saat ini telah banyak beredar obat-obatan
sintetis seperti obat anti inflamasi non steroid (AINS). Sebanyak 25% obat yang dijual bebas di pasaran
adalah analgetik asetaminofen. Obat ini banyak dipakai untuk bayi, anak-anak, dewasa, dan orang lanjut
usia untuk keluhan nyeri ringan dan demam (Kee, 1994).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai