PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN AKHLAK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 03 TANGERANG SELA
SKRIPSI
an untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah d
sitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Sri Fatmawati
NIM: 106011000184
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Isl
Oleh:
SRI FATMAWATI 106011000184
Di bawah bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
KEGURUAN
HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/ 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I
Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag .…………… ……………...
NIP. 19580918198701 2 001
Penguji II
Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi …………… ……………..
NIP. 19530813198003 2 001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
SRI FATMAWATI
NIM. 106011000184
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain Al-
hamdulillah, segala puji bagi Allah sebagai manifestasi rasa syukur kita kehadirat
Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Hubungan antara
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa (Studi Penelitian
siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan”. Shalawat salam semoga
senantiasa tercurah pada baginda Nabi Muhammad saw yang dengan kecerdasan
dan kesabarannya mampu mendobrak kejahiliyahan manusia.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Ucapan terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak Drs.
Sapiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.
3. Ibu Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi selaku pembimbing I. Terima kasih tak
terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu dan waktu, berbagi pengalaman
hidup sehingga penulis dapat mengambil hikmah dari semuanya.
4. Bapak Tanenji, M.A selaku pembimbing II. Terima kasih telah menjadi
pembimbing dalam berbagi ilmu kepada penulis. Semoga semuanya
dapat bermanfaat dikemudian hari. Amin.
ii
5. Kepala sekolah, Guru dan semua staf di SMP Negeri 03 Tangerang
Selatan, khususnya ibu Haerunnisa seorang guru agama yang dapat
memberikan arahan dan bimbingan hidup kepada penulis.
6. Kepada Bapak (H. Saman), Ema (Aliyah). Terima kasih atas
pengorbanan baik dari segi moril maupun materil yang telah engkau
berikan kepada anakmu ini, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
7. Kakak serta adik-adikku tercinta (Maman Fathurrahman beserta istri,
Nur Latifah, Muhammad Kahfi, Fifih Lutfiyah, Ahmad Hafidz dan
keponakan ku M. Ezza Fathurrahman) yang selalu memberikan motivasi
bagi penulis untuk dapat menghadapi segala cobaan dengan hati yang
lapang dan yang selalu menghibur dikala sedih.
8. Sahabat-sahabat ku tercinta MIQISYA (Suhaimi, Siti Marqiyah n
Syaidah) Sahabat Sejati yang selalu menemaniku di setiap suka maupun
duka. Kehadiran kalian selama ini telah mewarnai hidupku.
9. Teman seperjuangan PAI E yang tidak disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas bantuan dan keakraban selama masa perkuliahan yang kita
lalui selama ini.
10. Teman kosan (Aniah, Maryam n Yolan) terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang
berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 26 Februari 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................6
C. Pembatasan Masalah..........................................................................7
D. Perumusan Masalah...........................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian............................................................................7
2. Manfaat Penelitian..........................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pembelajaran................................................................8
2. Tekhnik Pembelajaran...................................................................9
3. Pengertian Pendidikan Agama Islam.............................................12
4. Ruang lingkup................................................................................13
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam...................................................14
6. Fungsi Pendidikan Agama Islam...................................................16
7. Standar kompetensi lulusan (SKL)................................................17
8. Materi-materi Pendidikan Agama Islam........................................19
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak..........................................................................21
2. Sumber dan Nilai-nilai Akhlak......................................................22
iv
3. Macam-macam Akhlak..................................................................23
4. Faktor-faktor Pembentukkan Akhlak.............................................27
5. Metode Pembinaan Akhlak............................................................29
6. Manfaat Akhlak Yang Mulia.........................................................31
C. Kerangka Berfikir..............................................................................32
D. Pengajuan Hipotesis...........................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
UU RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Media Wacana
Press, 2003)Cet. 1 h.9
1
2
2
UUD RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional…., h. 8
kecuali timbul dari akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap
Allah swt dan makhluknya.3
Masalah akhlak dan pembinaannya dalam kemajuan tekhnologi modern
ini semakin penting dan mendesak untuk dikaji dan diperlukan kumpulan
fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kemajuan tekhnologi tersebut membawa
dampak negatif disamping membawa dampak positif terhadap peradaban
manusia.
Dengan kata lain, apabila seseorang akhlaknya baik maka akan baik pula
sifat dan perilakunya, sebaliknya jika rusak akhlaknya maka akan rusak pula
sikap dan perilakunya. Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena
misi Islam pertama-tama untuk membimbing manusia agar berakhlak mulia.
Untuk itu Islam sangat memerangi akhlak yang buruk. Dan kedudukan akhlak
dalam kehidupan manusia mempunyai posisi yang sangat penting, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, jatuh bangunnya suatu
bangsa tergantung pada keadaan akhlak masyarakat atau warga negaranya,
dan juga sebaliknya jika akhlaknya buruk, maka rusaklah negara tersebut.
Kemerosotan akhlak tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, akan
tetapi pada anak-anak sampai tingkat remaja yang kemudian diharapkan dapat
menjadi penerus bangsa, pembela tanah air dan negaranya. Belakangan ini
banyak mendengar keluhan orang tua, ahli pendidikan, serta orang-orang yang
berkecimpung didalam dunia pendidikan agama dan sosial, tentang
kemerosotan akhlak anak didik.
Begitu pentingnya akhlak dalam Islam, sehingga masalah akhlak ini
dibahas begitu banyak dalam Al-Qur’an, baik dari segi teori maupun praktis,
dan diantaranya ayat yang mengatur dan membicarakan tentang akhlak adalah
terdapat dalam surat Al-Lukman ayat 19 yang berbunyi :
3
Umar Muhammad Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, alih bahasa oleh Dr. Hasan
Langgung, (Jakarta :Bulan Bintang, 1979), h. 312
Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Artinya : “Dari Muhammad bin Ijlal dan Qo’qo bin Hakim dari Abi Shaleh
dari Abi Hurairah r.a berkata : Sesungguhnya aku diutus ke dunia ini adalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia”. (H.R Ahmad)4
Hadis Nabi tersebut menggambarkan tentang pentingnya posisi akhlak
dalam agama Islam. Sehingga tidak aneh jika Fazlur Rahman seorang
cendekiawan muslim Pakistan mengatakan bahwa : Islam pada dasarnya
adalah agama akhlak (moral) sebelum kemudian menjadi agama fiqih (hukum)
dan agama lainnya.5
Pembahasan akhlak ini juga menjadi pembahasan penting dalam
pendidikan Islam, karena perubahan hasil belajar bukan hanya aspek
pengetahuan atau kognitif saja, melainkan juga aspek moral atau akhlak
(afektif). Perubahan yang dipandang sebagai unsur yang bersifat positif dalam
4
Imam Akhmad, Musnad Imam Akhmad, jilid II(Beirut : Dar al-Fikr, tth), h. 381
5
Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis
Islam, (Jakarta : Serambi, 2001), h. 30
dunia pendidikan.6 Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku
manusia meliputi bentuk kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom dan
kawan-kawannya diklasifikasikan kedalam tiga domain yaitu :(1). Domain
kognitif, (2). Domain afektif (3). Domain psikomotorik.
Dalam sumber hukum Islam Al-Qur’an dan Hadist banyak disebutkan
tentang urgensi dan signifikansi pendidikan seperti firman Allah swt dalam
surat al-Mujadilah 58 : 11.7
6
Departemen Agama RI, Proses Belajar Mengajar untuk Siswa PGAN, jilid 1, (Jakarta :
Depag, tth), h. 10
pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan
pendidikan Islam yang sebenarnya.8
Melihat fenomena saat ini banyak sekali remaja yang bertindak anarkis
dan tidak disiplin seperti adanya tawuran, aksi corat-coret dinding, merokok,
dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat memperihatinkan, oleh karenanya
sekolah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap anak didik perlu
adanya penanganan yang serius dengan memberikan nilai-nilai agama,
menyadarkan mereka bahwa pendidikan agama penting untuk masa depan
menjadi lebih baik.
Para guru pendidikan yang profesional dan secara implisit telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab orang tua siswa. Hal
ini dimaklumi karena di saat orang tua mengerahkan anak-anaknya ke sekolah
berarti sekaligus melimpahkan sebagian tanggung jawabnya ke sekolah.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh meneliti
sejauhmana Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat Berhubungan dengan
Akhlak Siswa, oleh karena itu peneliti mengambil tema “Hubungan Antara
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Siswa (Studi
Penelitian Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang Selatan”).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah, di antaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam belum terkait dengan pembentukan
akhlak siswa.
2. Pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa
belum sepenuhnya diterapkan oleh pendidik dalam lingkungan sekolah.
8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), Cet.
II, h. 50
3. Kurang diperhatikannya akhlak siswa dalam bermasyarakat di lingkungan
sekolah, seperti tidak membiasakan berperilaku sopan santun terhadap
guru.
4. Sebagian pendidik belum memberikan pembinaan yang lebih serius
terhadap akhlak siswa di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi : Keimanan, Fiqh, Akhlak
dan Sejarah/Tarikh.
2. Akhlak siswa terdiri dari beberapa indikator, yaitu: Akhlak terhadap Allah
swt, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap
orang tua, dan akhlak terhadap lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan
dibatasi di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah ada Hubungan yang Signifikan antara Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan Akhlak Siswa?”
1
A. Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,1994), h.78-79
9
10
2
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57
3
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran….., h. 59
akan mendapat tanggapan dan umpan balik yang menarik.
Pengalaman peserta didik mengenai bahan pelajaran yang telah
diberikan merupakan bahan appersepsi yang dimiliki anak didik.
b. Menggunakan Media dan Alat Pengajaran yang Cocok
Untuk mengatasi keadaan yang demikian dapat dilakukan
antara lain dengan menggunakan alat bantu media dan alat
pengajar yang cocok. Berbagai macam media dan alat pengajar
dengan berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam
memilih media dan peralatan pengajaran, maka suasana
pembelajaran akan lebih aktif, menggairahkan, dan menyenangkan.
c. Penggunaan Bentuk Motivasi
Motivasi akan terus diupayakan sehingga kondisi belajar
mengajar berada dalam kondisi stabil.
d. Memberikan Nilai
Pemberian nilai atau angka pada setiap hasil pengajaran
adalah merupakan salah satu alat untuk menumbuhkan umpan
balik belajar yang baik.
Angka yang diberikan oleh guru kepada para siswa
sebagaimana tertuang dalam raport adalah merupakan gambaran
dari hasil kerja keras yang dilakukan oleh peserta didik. Oleh
karena itu, pemberian angka harus dilakukan secara adil, objektif
dan bijaksana, sehingga para siswa tidak merasa dirugikan dengan
angka yang diberikan itu. Keadaan siswa yang tidak jujur, dalam
mendapatkan angka-angka tersebut harus ditertibkan dan ditindak
secara adil dan bijaksana, sehingga tidak merugikan mereka yang
mendapatkan angka atas hasil kerja keras, serta tidak menurunkan
gairah belajar mereka yang tekun dan rajin.
e. Pemberian Hadiah
Hadiah yang diberikan harus benar-benar dapat mendukung
penciptaan suasana belajar mengajar yang menggairahkan. itu,
maka hadiah yang diberikan hendaknya didasarkan kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1). Dilakukan secara
obyektif, yakni benar-benar diberikan kepada orang yang berhak
dan layak menerimanya yang didasarkan pada prestasi dan nilai
yang dicapai secara obyektif; 2). Tidak menimbulkan dampak
psikologis yang tidak baik, seperti mau belajar karena adanya
hadiah, dan tidak mau belajar karena tidak adanya hadiah; 3).
Diupayakan tidak menjadi sesuatu yang bersifat rutin, melainkan
bersifat kejutan, karena sesuatu yang sudah berlangsung secara
rutin menyebabkan sesuatu itu tidak menarik lagi.
f. Pemberian Pujian
Pemberian pujian juga merupakan salah satu bagian dari
alat yang digunakan untuk menumbuhkan minat dan gairah belajar.
Namun demikian, pujian tersebut jangan menyebabkan anak
tersebut menjadi sombong, merasa lebih istimewa dibanding
peserta pelajar lainnya, dan dilakukan dengan cara-cara yang tepat
dan tidak mengesankan kurang profesional, seperti pemberian
pujian yang berlebih-lebihan dan sebagainya.
g. Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan gairah dan minat belajar siswa.
Tugas tersebut diberikan harus disesuaikan dengan kadar
kesanggupan peserta didik, waktu yang tersedia, serta harus
dilakukan pemeriksaan dan penilaian atas tugas-tugas tersebut.
h. Pemberian Hukuman
Pemberian hukuman adalah merupakan salah satu bentuk
dari upaya untuk menumbuhkan semangat dan gairah belajar
sehingga dapat meningkatkan minatnya untuk berprestasi.4
Sebagian telah dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa setiap
manusia senantiasa dihinggapi oleh perasaan jenuh, bosan, dan tidak
4
Dr.Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002)cet.1 h. 75
puas. Keadaan tersebut terjadi, sebagai akibat dari kehidupan yang
dihadapi secara monoton dan menjenuhkan.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Al-
Imron: 104)
4. Ruang lingkup
Pendidikan agama Islam mencakup usaha untuk mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah swt
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
7
Muhammad Nawawi al-Jawi, Tafsir Munir, (Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-„Arabiyah,
Tth), Jil. 1, h. 40
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya
Bahan pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi 5 (lima)
unsur pokok yaitu :
a. Al-qur‟an
a) Menerapkan Hukum bacaan “Al” Syamsiyah dan “Al”Qomariyah
b. Keimanan
a) Meningkatkan keimanan kepada Allah swt melalui pemahaman
sifat-sifatNya
b) Memahami asmaul husna
c. Ibadah
a) Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci)
b) Memahami tata cara shalat
c) Memahami tata cara shalat jamaah dan munfarid (sendiri)
d. Akhlak
a) Membiasakan prilaku terpuji
e. Tarikh8
a) Memahami sejarah Muhammad saw
8
Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam,
Sekolah Umum dan Dasar… , h. 6
sosial tersebut. Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa pada
hakikatnya tujuan dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah
Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan
bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.9
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h.
135.
10
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 78.
pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim.
Secara khusus, pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3
Bab 11 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
agama Islam sehingga menjadi muslim yang bertaqwa kepada Allah swt
serta berakhlak yang mulia dalam kehidupan pribadi; bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.11
11
Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam, Sekolah
Umum dan Dasar. Jakarta; op.cit., h. 4
12
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam…., h. 134-135
7. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.13 Standar
kompetensi lulusan mencakup Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata
Pelajaran (SKL-KMP) dan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (SKL-MP).
a. Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan tingkat SMP/Mts
(SKL-SP) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam penentuan lulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
b) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c) Menunjukan sikap percaya diri.
d) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan
yang lebih luas.
e) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan
sosial ekonomi dalam lingkup nasional.
f) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan
sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif.
g) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.
h) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
i) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
j) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
k) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
13
Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M, Pd., Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)cet.2. h.26
l) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara demi terwujudnya persatuan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
m) Menghargai karya seni dan budaya nasional.
n) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk
berkarya.
o) Menerapkan hidup bersih, sehar, bugar, aman, dan memanfaatkan
waktu luang.
p) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.
q) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan
di masyarakat.
r) Menghargai adanya perbedaan pendapat.
s) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
sederhana.
t) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris sederhana.
u) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti
pendidikan menengah.14
b. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
memiliki beberapa kompetensi dasar, di antaranya :
1) Menerapkan tata cara membaca Al-Qur‟an menurut tajwid, mulai
dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai
kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.
2) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek
rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman
pada qadha dan qadar serta asmaul husna.
3) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan
tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah,
hasad, ghadab dan namimah.
14
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007)h. 93
4) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan
jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat.
5) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para
shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya
Islam di nusantara.15
Adapun hubungan antara Standar Kompetensi Lulusan Agama
dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) saling menguatkan
isi dari kurikulum Pendidikan Agama Islam itu sendiri yaitu lebih
menekankan penagamalan ajaran agama sesuai dengan perkembangan
remaja, menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
15
http://bangkok.org/news/download/kurikulum/skl-smp.pdf
16
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Malang: IAIN Sunan
Ampel, 1983), h. 21.
kedudukan dan kaitan erat antara unsur-unsur pokok materi Pendidikan
Agama Islam (PAI) tersebut.
Akidah bersifat I‟tikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
Syariah merupakan sistem norma (aturan) yang negatur hubungan
manusia dengan Allah swt, dengan sesama manusia dan dengan makhluk
lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah swt diatur dalam ibadah dalam
arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji) dan dalam hubungannya
dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti
luas.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,
dalam arti bagaiman sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah swt (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian
hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi,
sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan atau seni, iptek, olahraga
atau kesehatan dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.
Ketiga inti ajaran pokok ini dijabarkan dalam bentuk rukun iman,
rukun Islam, dan akhlak. Dari ketiganya lahirnya ilmu tauhid, ilmu fiqh
dan ilmu akhlak.
Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur‟an dan hadits serta ditambah
lagi dengan sejarah Islam (Tarikh) sehingga secara berurutan: Ilmu
Tauhid, ilmu fiqh, Al-Qur‟an, al-Hadits, akhlak dan tarikh Islam.17
Agar seluruh materi Pendidikan Agama Islam (PAI) ini dapat dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik dan mereka dapat merealisasikannya dalam
lingkungan masyarakat, maka sudah sepatutnya tugas guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) adalah berusaha secara sadar untuk membimbing,
mengajar dan/atau melatih siswa agar dapat:
17
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam….., h. 77
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama
serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi
orang lain.
c. Mampu memahami, mengilmui pengetahuan agama Islam secara
menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu
yang tersedia.
d. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
e. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
f. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham
atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan
keyakinan siswa.
g. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman serta
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.18
B. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata خلقyang asal katanya خلقyang
berarti perangai, tabiat, adat atau خلقyang berarti kejadian, buatan, ciptaan.
Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku
yang dibuat.19
Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunya Sistem Ethika
Islami akhlaq yaitu ”budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia”.20
Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh, diantaranya:
18
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan …., h.
83.
19
Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253.
20
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996),
Cet.2, h. 26.
a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pikiran.21
b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.22
c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam
Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa “Akhlak merupakan kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan,
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian” .23
21
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.
22
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)Cet. 5,. h. 3.
23
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
Cet. 2, h. 10.
24
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30.
25
Novi Hardian, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja,
(Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003), h. 156-157.
Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah agar tidak terjadi
penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam
sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab,
amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya
apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak
al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar,
ghibah, dan lain sebagainya.
3. Macam-macam Akhlak
Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak
al-madzmumah.
1) Akhlak al-Karimah
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara
lain:
a. Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia
harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal
sebagai berikut:
Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala
keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan
sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang
menciptakannya.
Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati
nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan
rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut
manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang
kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.
Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan
yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau
siap untuk dimanfaatkan.26
26
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52.
27
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama,
2001), Cet. 2 , h. 209.
28
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55.
29
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.
orang lain.30 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada
orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun contoh-
contohnya yaitu sebagai berikut.
Akhlak kepada orang tua:
Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi
didalamnya tidak terkandung kedurhakaan,
Berbicara dihadapan kedua orang tua dengan cara yang lembut dan
tidak berbicara keras dihadapan keduanya,
Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian,
Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun,
Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll.
30
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 57.
31
Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,
1998), Cet. 5 , h. 129-130.
Menepati janji.
Musyawarah.
Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll.32
2) Akhlak al-Madzmumah
Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu
akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak al-
Madzmumah yaitu sebagai berikut:
a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan
atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang
tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap
tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan
isu-isu yang tidak baik.
b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan
kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan
berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain
mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan,
menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang
terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.
c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap
sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan,
karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang
dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus
ditutupi.34
32
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.
33
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211.
34
Muchtar M. Rani, ”Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah” , dari
http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html, 23
Desember 2010.
4. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya akhlak tasawuf faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam
yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-
lain.
2) Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3) Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu
pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial.35
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 78)36
35
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 166-167.
36
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000),
Cet. 10, h. 220.
, ,
,
, .
..... ,
“tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah
(kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu
binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa
mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian
Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan
atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang
demikian itu agama yang lurus” (HR. Bukhari).37
37
Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.
38
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 168-169
refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata
mencari keridhoan Allah.39
39
Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman…, h. 157.
40
Ibnu Hibban, Al-Mustadrak Ala Sohihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990), Juz. 2,
h. 670.
yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia
harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.
2) Paksaan
Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan terus-
menerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan
telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan
mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan
dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang
bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut
sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.
3) Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi,
dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan
pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan
itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh
teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh
Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang
berbunyi:
Artinya: ”SesungguhnyaTelah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah .” (Q.S. Al-Ahzab:
21)41
4) Introspeksi Diri
Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 336.
cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak
berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan.42
Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala
kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan
pertanggungjawaban dihadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan
dan kebaikan melainkan menuliskannya.43
5) Nasihat
Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata
yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya kata-
kata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata ini biasanya berupa nasehat.
Namun nasehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan
perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena
didalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus
memerlukan pengarahan dan pembinaan.44
42
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, h. 164-166.
43
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Ma’al
mu’allimin Oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 76.
44
Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman
Harun, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1988), Cet. 2 , h. 334.
45
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, h.171-173
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan
kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang Telah mereka kerjakan.
Ayat di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari
akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal saleh. Mereka itu
akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang berlimpah
ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan masuknya ke
dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia itu
adalah keberuntungan hidup di dunia dan akhirat.
Dalam hadits banyak dijumpai keterangan tentang datangnya
keberuntungan dari akhlak. Keberuntungan tersebut di antaranya adalah:
a. Memperkuat dan menyempurnakan agama
b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat
c. Menghilangkan kesulitan
d. Selamat hidup di dunia dan akhirat46
Orang yang baik akhlaknya pasti disukai oleh masyarakatnya kesulitan
dan penderitaannya akan dibantu untuk dipecahkan, walaupun ia tidak
mengharapkannya. Peluang, kepercayaan dan kesempatan datang silih
berganti kepadanya. Kenyataan juga menunjukkan bahwa orang yang
banyak bersedekah tidak menjadi miskin atau sengsara, tetapi malah
berlimpah ruah hartanya.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan Agama Islam di sekolah menengah pertama merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik dalam upaya pencapaian
tujuan Pendidkan Nasional. Dengan diberikannya pembelajaran pendidikan
agama Islam hendaknya mampu mencetak siswa yang berilmu, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
46
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, h.173-175
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di
sekolah-sekolah terdapat ruang lingkup materi yang berisikan Al-Qur‟an
Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, Sejarah, Keimanan, Syariah, dan Bimbingan
Ibadah, yang bila kesemua materi tersebut ditanamkan kepada diri anak didik
akan menghasilkan individu yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.
Serta dapat terbentuk perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu
perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan ajaran agama Islam,
baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan
sesama manusia dan lingkungan (alam).
Dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam,
sehingga siswa akan dapat merealisasikan secara langsung apa yang telah ia
dapatkan di sekolah sehingga siswa tidak hanya mengetahui tentang teorinya
saja tetapi juga cara pelaksanaannya.
Pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak akan berpengaruh
terhadap akhlak dan prilakunya sehari-hari. Pembelajaran pendidikan agama
Islam yang tinggi akan berpengaruh pada akhlak perilaku yang semakin baik.
Individu yang memiliki tingkat pembelajaran pendidikan agama Islam yang
lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan
cepat, memiliki sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua, lebih
terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan
orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk akhlak
perilakunya sehari-hari dan di sekolah lebih baik.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam sama dengan
pendidikan akhlak, yang artinya bahwa pendidikan agam Islam sangat
dibutuhkan oleh siswa demi terciptanya akhlak al-karimah.
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut: “Semakin tinggi kualitas pembelajaran pendidikan agama
Islam maka akan semakin tinggi pula akhlak siswa”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipote
Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan p
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan p
BAB III
METODOLOGI PEN
Tempat yang akan dijadikan obyek penelitian ditetapkan di SMP Negeri 03 Kota Tangerang Selatan
Adapun waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang berhubungan den
Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), Cet. 6, h. 105.
36
37
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. 2
C. Variabel Penelitian
”Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian”.3
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai acuan
dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris mengenai
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak Siswa, yaitu:
1. Variabel bebas (Variabel Independent), yaitu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (variabel X)
2. Variabel terikat (Variabel Dependent) yaitu Akhlak Siswa (variabel Y)
2
Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, hal. 118
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, ….,h. 130
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,…., h. 131
Teknik penarikan sampel menggunakan probability sampling yaitu teknik
sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel menggunakan teknik simpel random
sampling, adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut.
Adapun tekhnik penulisan ini penulis berpedoman kepada buku pedoman
penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
6
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, (Bandung : ALFA BETA, 2009) Cet. 6, h. 69
7
Anas Sudjiono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), h. 76
Kriteria yang digunakan pada instrument angket kecerdasan
emosional ini adalah skala Likert dengan metode Sumated Ratings, yaitu
pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada situasi yang
menggambarkan dirinya dengan memilih salah satu dari empat alternatif
jawaban yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS). 8
Penulis memakai skala sikap model Likert karena memiliki
kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
a) Metodenya sederhana
b) Waktu membuatnya singkat
c) Informasi tentang jawaban subyek dapat lebih jelas dan tetap
d) Sikap yang ditampilkan subyek mudah diinterpretasikan hanya dengan
melihat jumlah skor total subyek, sikap positif atau menyetujui
terhadap obyek sikap akan terlihat dalam jumlah keseluruhan yang
tinggi. Sedangkan sikap yang negatif atau tidak menyetujui obyek
sikap akan terlihat dalam jumlah keseluruhan yang rendah.
Adapun kriteria skor alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1
Kriteria Penilaian Angket
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang penulis gunakan dalam
pembuatan angket adalah sebagai berikut :
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2006), Cet.2, hal. 238
Tabel 2
Kisi-Kisi Quisioner
Nomor Butir
No Variabel Dimensi Indikator positif negatif Jumlah Item
1 Pembelajaran Ruang lingkup - Keimanan 1,2,3, 4
Pendidikan pembelajaran - Al-Qur‟an/Hadits 5,6,8, 7
Agama Islam Pendidikan - Akhlak 9,10,11 12 20
Agama Islam - Fiqh/Ibadah 13,15,16 14
- Tarikh 17,18,19 20
2 Akhlak Siswa 1.Akhlak al- - Akhlak terhadap 1,2,4,6 3,5
Karimah Allah
- Akhlak terhadap diri 7,9,10,13,14 8,11,12
sendiri
- Akhlak terhadap 15,16,20,21 17,18,19
sesama
- Akhlak terhadap 22,23,24 25
lingkungan dan 50
alam
- Hasud
rit xixt
xt xi
2 2
Keterangan:
rit = Angka indeks korelasi antara skor butir soal dengan skor total
xi = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
xt = Jumlah kuadrat deviasi skor dari xt
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan
didapat angka koefisien korelasi rit > rtab yang dikonsultasikan pada taraf
signifikansi 0,05.
Dapat juga perhitungan validitas tersebut dilakukan dalam program
Microsoft Office Excel dengan menggunakan rumus PEARSON yang
terdapat dalam formula excel.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai berbagai arti
yaitu keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsisten dan
sebagainya.10 Dalam rangka menentukan apakah sebuah instrumen
memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum,
9
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN Jakarta
Press. 2009), hal. 32
10
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa…hal. 32
maka pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Alpha Cronbach, dengan rumus: 11
n
r11
Si
1
2
n 1 St
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir pernyataan
1 = Bilangan Konstan
St 2 = Varian total
1. Uji Korelasi
11
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),
hal. 207-208.
Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Dimana Product
Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antara
dua variable yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan
oleh Karl Pearson.
Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu:
N xy ( x)( y)
N x 2
( x)
2
N y 2
( y)
2
Keterangan:
KD = r² x 100 %
Dimana:
KD = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
t hitung = r
12
Drs. Riduwan, M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, (Bandung : ALFA BETA, 2009)Cet. 6, h. 139
Deskripsi Data
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada pengumpulan data pembelajaran pendidikan agama Islam, peneliti menggunakan angket. A
Perhitungan statistik data pembelajaran pendidikan agama Islam
Tabel 4
Deskripsi Data Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Deskripsi Nilai
Nilai maksimum 80
Nilai minimum 60
Range 20
Mean 53
45
46
Median 69
Modus 71
60
50
40
30
20
10
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa sebanyak 23 siswa dengan prosentas
agama islam.
2. Akhlak Siswa
Pada pengumpulan data akhlak siswa peneliti menggunakan angket yang
disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang terdapat pada
Bab II. Diantaranya mengukur tentang akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap
diri sendiri, akhlak terhadap orang tua, akhlak kepada guru, akhlak terhadap
teman dan akhlak terhadap lingkungan.
Perhitungan statistik data akhlak siswa menggunakan Microsoft Office
Excel dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Deskripsi Data Akhlak Siswa
Deskripsi Nilai
Nilai minimum 79
Range 29
Mean 101,91
Median 102
Modus 102,106,120
eh siswa pada tes akhlak ini sebesar 120 dan skor terendah yang diperoleh siswa 79 sehingga diperoleh nilai rentang 29. Dan
data instrument akhlak ini tidak terlalu besar yaitu 10,56 sehingga dapat
diprediksi bahwa data ini hampir mendekati sifat homogen.
Untuk menentukan tingkat kualitas dari akhlak siswa dalam kategori
tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang
(ordinal) yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah
secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Pengukuran ini sama halnya dengan pengukuran pada data pembelajaran
pendidikan agama Islam tersebut di atas.
Tabel 8
Penggolongan Tingkat Kualitas Akhlak Siswa
Hasil dari penggolongan tingkat kualitas Akhlak siswa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 9
Skor Skala Akhlak Siswa
ra 109 sampai dengan 120 sebanyak 10 siswa dengan prosentase sebesar 25% dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangk
demikian dalam penelitian ini hanya 20 % siswa saja yang mendapat skor
antara 0 sampai dengan 94 termasuk dalam kategori rendah.
GAMBAR 2
Skor Angket Akhlak Siswa
60
50
40
30
20
10
VAR00001 VAR00002
VAR00001 Pearson Correlation 1 .810(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
VAR00002 Pearson Correlation .810(**) 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4. Interpretasi Data
Dari hasil analisa dan interpretasi data diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang cukup signifikan antara pembelajaran pendidikan
agama Islam dengan akhlak siswa kelas VIII SMP Negeri 03 Tangerang
Selatan. Dengan kata lain akhlak siswa dapat ditingkatkan dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini berarti siswa yang mempunyai
tingkat pembelajaran pendidikan agama Islam yang tinggi, memiliki akhlak
yang baik dan sebaliknya siswa yang mempunyai tingkat pembelajaran
i, 57,5 % berada pada kategori sedang dan 12,5 % berada dalam kategori rendah. Disandingkan dengan hasil perhitungan sk
No
Resp X Y XY X² Y²
A1 72 103 7416 5184 10609
A2 69 115 7935 4761 13225
A3 61 79 4819 3721 6241
A4 71 106 7526 5041 11236
A5 71 108 7668 5041 11664
A6 68 102 6936 4624 10404
A7 78 106 8268 6084 11236
A8 73 116 8468 5329 13456
A9 70 111 7770 4900 12321
A10 79 119 9401 6241 14161
A11 71 102 7242 5041 10404
A12 67 94 6298 4489 8836
A13 60 93 5580 3600 8649
A14 67 100 6700 4489 10000
A15 74 99 7326 5476 9801
A16 71 103 7313 5041 10609
A17 71 107 7597 5041 11449
A18 71 106 7526 5041 11236
A19 68 107 7276 4624 11449
A20 74 106 7844 5476 11236
A21 79 120 9480 6241 14400
A22 69 96 6624 4761 9216
A23 66 94 6204 4356 8836
A24 71 101 7171 5041 10201
A25 65 97 6305 4225 9409
A26 62 81 5022 3844 6561
A27 62 99 6138 3844 9801
A28 64 91 5824 4096 8281
A29 67 92 6164 4489 8464
A30 71 109 7739 5041 11881
A31 66 102 6732 4356 10404
A32 67 103 6901 4489 10609
A33 80 111 8880 6400 12321
A34 64 96 6144 4096 9216
A35 74 102 7548 5476 10404
A36 79 120 9480 6241 14400
A37 79 120 9480 6241 14400
A38 79 120 9480 6241 14400
A39 65 105 6825 4225 11025
A40 62 92 5704 3844 8464
2797 4133 290754 196791 430915
Rxy 0,81
maka angka-angka statistik yang berada didalam tabel penolong kemudian dimasukkan kedalam rumus yang digunakan kore
an cara memasukkan angka statistik dari tabel
N XY X Y
rxy
NX 2 X NY Y
2 2 2
70159
86616, 94
r
xy
rxy
0 ,81
ngan koefisien korelasi antara variabel pembelajaran pendidikan agama islam (X) dan variabel akhlak (Y) didapat angka koefi
lain.
Pada perhitungan koefisien korelasi didapat nilai r sebesar 0,81 dengan
koefisien determinasi sebesar 66 %. Dimana tingkat hubungan akhlak oleh
peningkatan pembelajaran pendidikan agama Islam siswa cukup tinggi.
Untuk menguji signifikansi dengan menggunakan rumus t hitung :
t hitung = r
= 0,81
= 0,81
1
Wawancara dengan Ibu Hairunnisa S.Pd (guru PAI SMP Negeri 03), Jakarta 18 Januari
2011.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, mak
bahwa akhlak siswa dapat ditingkatkan dengan adanya pembinaan akhlak dari
pendidik di sekolah dalam hal pembentukan akhlak al-karimah dan dapat
menjadikan siswa yang memiliki budi pekerti yang mulia baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
2. Pembelajaran pendidikan agama Islam selalu diterapkan secara implisit oleh
instansi sekolah khususnya bagi seorang pendidik ketika proses pembelajaran
berlangsung dan sudah masuk bagian kurikulum sekolah tingkat umum.
Dalam pembinaan akhlak yang diterapkan di sekolah sangat besar
pengaruhnya terhadap akhlak siswa, seperti dalam mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler rohis/keputrian yang diadakan di sekolah.
59
60
B. Saran
Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan akhlak siswa, maka penulis memberikan
beberapa saran kepada semua pihak yang bersangkutan sebagai berikut:
1. Bagi Pendidik
a. Diharapkan dalam proses belajar mengajar pendidik memberikan pelajaran
serta pengetahuan bagi siswa tentang segala hal yang berhubungan
dengan kemampuan yang ada dalam diri termasuk pendidikan agama
Islam. Tidak hanya pengetahuan yang bersifat rasional saja yang harus
diberikan akan tetapi pengetahuan tentang ruang lingkup pendidikan
agama Islam yang menyangkut keimanan, al-Qur’an/hadits, akhlak, fiqh
dan sejarah Islam juga perlu diberikan kepada siswa guna membentuk
akhlak al-karimah.
b. Hendaknya pendidik menjadi suri tauladan yang baik bagi para siswanya.
Dengan demikian siswa akan dapat memilih seorang figur yang tepat dan
dapat mencerminkan akhlak yang baik serta menjadi pemimpin yang
amanah.
2. Bagi Siswa
a. Keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup tidak dapat terpisahkan dari
anggapan seseorang tentang diri kita. Apabila akhlak yang kita cerminkan
adalah akhlak yang tidak baik maka masyarakat dapat menilai secara
menyeluruh dan akan berimbas pada keberhasilan yang kita peroleh dan
apabila akhlak yang baik dari segala aktifitas yang sudah kita lakukan maka masyarakat akan me
b. Jagalah selalu akhlak dalam bergaul di masyarakat, baik di rumah, di sekolah dan di lingkunga
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Imam, Musnad Imam Akhmad, jilid II, Beirut : Dar al-Fikr, tth
Al-Barik, Haya binti Mubarak, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Jakarta: Darul
Falah, 1998, Cet. 5
Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Ma’al
mu’allimin Oleh Ahmad Syaikhu, Jakarta: Darul Haq, 2002
al-Jawi, Muhammad Nawawi, Tafsir Munir, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-
‘Arabiyah, Tth, Jilid. 1
Al-Syaibani, Umar Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, alih bahasa oleh Dr.
Hasan Langgung, Jakarta :Bulan Bintang, 1979
al-Taumy, Omar Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, terjemahan Hasan
Langgulung, Jakarta :Bulan Bintang, 1979
Ardani, Moh., Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat
dan Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005, Cet. 2
Arief, Dr.Armai, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet.1
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006, Cet. 13
, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Aziz, Syaikh Abdul, Shahih Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, tth
Daradjat, Zakiah, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum, Jakarta: Bulan Bintang, 1996,
Cet. 10
, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, 1995, Cet. 2
Djatnika, Rachmat, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1996, Cet.2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, Bandung: CV.
Diponegoro, 2000, Cet. 10
58
59