Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

MAKALAH
Seni musik Ul-Daul Tradisi madura
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seni musik

Disusun Oleh:
1. Ahmad Nuruddin (1706111000194)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh garis katulistiwa, sehingga
Indonesia berada pada iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu: musim panas dan
musim hujan. Tidak hanya itu Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil
bumi dengan sangat melimpah, selain itu Indonesia juga memiliki beragam
keanekaragaman budaya yang sangat banyak pula, dan terdiri atas dengan banyak
suku yang berbeda-beda.
Budaya merupakan suatu identitas bagi kelompok masyarakat. Dan budaya pula yang
paling banyak mempengaruhi penciptaan watak terhadap masyrarakat tertentu. Dan
kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, dan kepercayaan tentang perilaku manusia yang
tercermin di dalamnya. Sehingga semua itu adalah milik bersama dan apabila perilaku
itu sesuai, maka perilaku tersebut dianggap diterima dalam masyarakat. Oleh karena
itu kita harus menjaga dan terus melestarikan semua budaya yang ada dan dimiliki
oleh Indonesia untuk generasi selanjutnya, dan juga agar tidak di klain oleh negara-
negara lain. Seperti suatu kebudayaan yang ada di pulau Madura, yang memiliki
kebudayaan yang cukup banyak dan unik yang tidak mungkin ditemukan pada
daerah-daerah lain di Indonesia.
Madura merupakan salah satu pulau yang memiliki julukan sebagai pulau garam.
Selain itu Madura sangatlah erat akan budayanya yang keras dan beringas, sehingga
bagi masyrakat yang belum pernah bertemu dengan orang Madura akan merasa
enggan apabila bertatap muka dan berbicara dengan orang Madura. Karena sebagian
besar wajah-wajah orang Madura itu sendiri sangat sangar. Masyarakat luar Madura
biasanya mengenal orang-orang Madura dengan suatu budayanya yaitu “CAROK”
yang terkenal di Madura sendiri. Dan budaya ini merupakan salah satu budaya yang
sangat di takuti oleh masyarakat Madura, karena taruhannya adalah kehormatan dan
juga nyawa. Tetapi sebenarnya masyarakat di Madura sangatlah ramah tamah dan
juga saling tolong menolong. Di Madura sendiri ada suatu kebudayaan yang sangat
unik yang dimiliki oleh masyarakat di Madura. Budaya ini merupakan suatu musik
trdisional dan dikenal oleh masyarakat Madura yang disebut dengan musik “UL-
DAUL”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian musik Ul-daul?
2. Apa tujuan music Ul-daul?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian musik ul-daul.
2. Untuk mengetahui budaya music Madura.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH MUSIK UL-DAUL


Sejarah penciptaan dan pemberian nama musik Ul-Daul hingga sekarang
belum dapat diketahui. Sebagian besar orang berpendapat bahwa ul-daul
berasal dari kata “Gaul, Ul-Gaul” dan kemudian dipraktiskan menjadi “Ul-
Daul”. Dalam pengucapan dan ungkapan orang Madura misalnya, sebutan
untuk anak laki-laki “Kacong” tetapi kerap biasa dipanggil “Encung” dan
untuk perempuan “Cebbhing” tetapi juga demikian dipanggil degan
sebutan “Embeng” dan sebagainya. Musik Ul-Daul (Daol Combo)
merupakan musik kontemporer yang memiliki suatu ciri khas tersendiri,
yang berasal dari salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
Madura. Pada awalnya musik Ul-Daul dimainkan dan berkembang dari
kota Sampang. Berdirinya musik ini berawal dari suatu kebiasaan
masyarakat Madura yang sering kali memanfaatkan barang-barang di
tempat sekitar atau barang bekas yang sudah tidak bisa dipakai lagi, untuk
dijadikannya sebagai instrumen dalam memainkan bunyi-bunyian
sehingga membentuk suatu nada-nada yang etnik dan juga sangat khas.
Musik ini mulai berkembang pesat pada era tahun 1990-an yang
mempadukan dengan beragai macam aliran musik mulai dari musik
dangdut, gambus, kasidah, dan hingga lagu-lagu daerah. Musik Ul-Daul
merupakan inovasi musik Tong-Tong, sehingga sebagian besar alat-alat
musik yang digunakan untuk memainkannya terbuat dari bambu. Ada
beberapa Alat musik yang terbuat dari potongan bambu memiliki jenis
ukuran yang bereda-beda dan sesuai dengan bunyi yang akan
dihasilkannya nanti, mulai dari ukuran besar panjang sekitar setengah
sampai mencapai satu meter dengan diameter 40-50 cm. Sehingga akan
melahirkan bunyi yang sangat nyaring dan besar. Dan selanjutnya
memiliki jenis ukuran yang semakin kecil sesuai dengan kebutuhan irama
yang diperlukan untuk dapat mempadukan dan menghasilkan nada-nada
yang indah sehingga enak untuk didengarkan. Cara memainkan musik ini
dengan menggunakan pukulan monoton sehingga melahirkan irama yang
dinamis. Sejarah lahirnya musik Ul-Daul hingga sekarang belum dapat
diketahui. Tetapi dengan semakin eksisnya keberadaan dan bertambahnya
perkumpulan musik Ul-Daul di Madura ini menjadikan sebagai bukti
bahwa Madura merupakan tanah yang kaya raya akan seni dan kebudayaan
yang memiliki ciri-ciri khas tersendiri (Syaf Anton Wr).
Musik Ul-Daul yang pada awal pengembangan dari musik Tong-Tong
yang digunakan sebagai musik patrol sahur dan dimainkan dalam
membangunkan orang untuk melaksanakan ibadah sahur pada bulan suci
rhamadan. Namun dalam perkembangannya sekarang musik Ul-Daul tidak
lagi digunakan untuk membangunkan orang sahur saja. Sekarang justru
musik Ul-Daul diperlombakan pada setiap daerah-daerah di Madura.
Penilaian dalam perlombaan tersebut menilai dari aspek keindahan, dan
bagaimana cara memainkannya, Alat musik yang digunakan sama saja
seperti yang sebelumnya. Tetapi dalam ajang perlombaan tersebut alat-alat
yang digunakanpun cukup beragam.

Untuk membentuk suatu irama yang indah biasanya menggunakan


beberapa alat musik tambahan lainnya seperti: peking, kenong, gendang
serta alat wajibnya yaitu: tong-tong, dung-dung, dug-dug, bung-bung, dan
sejenisnya. Sehingga menciptakan suara yang lebih dinamis. Pada ajang
perlombaan Ul-Daul tidak hanya menampilkan keahlian masyarakat
Madura dalam memainkan alat musik saja. Melainkan juga terdapat tari-
tarian untuk memeriahkan ajang perlombaan tersebut. Selain itu bukan
hanya musik yang ditampilkan, tapi lebih jauh dalam peragaan penampilan
dengan berbagai bentuk aksesoris sangat dominan sebagai bentuk
kemeriahan penampilannya. Seiring dengan berjalannya waktu ajang
perlombaan Ul- Daul menjadi sajian rutin pada saat lebaran ketupat,
sehingga banyak berbagai grup musik Ul-Daul menunjukan aksinya.
Apalagi dalam penampilan dalam ajang perlombaan tersebut mendapatkan
dukungan sepenuhnya oleh pemerintah daerah di wilayah Madura.
Sehingga antusias para pesertanya semakin meningkat dengan berbagai
motivasi.
Penampilan dalam ajang perlombaan musik Ul-Daul membutuhkan biaya
yang cukup besar. Untuk semua biaya satu set lengkap alat musik Ul-Daul
bisa menghabiskan biaya mencapai 30-40 juta. Dan dalam proses
penggarapan media pendukungnya, tidak cukup dilakukan dalam satu hari.
Sehingga proses penggarapannya sudah disiapkan dan dilakukan jauh-jauh
hari menjelang ajang perlombaan tersebut. Dan bahkan dilengkapi dengan
kelap-kelip lampu dan juga lampu sorot untuk menjadi suatu ornamen
kemeriahan dari penampilan masing-masing peserta. Termasuk
didalamnya pengeras suara, serta mesin diesel tenaga listrik selama
perjalan perlombaan berlangsung.
Lebih menariknya lagi, musik Ul-Daul telah merambah dalam
penampilannya di wilayah, kota-kota besar, dan daerah lainnya. Dengan
mendapatkan antusias dan sambutan yang cukup menggembirakan. Maka
tidak dapat diragukan lagi musik Ul-Daul mejadi fenomena dan
merupakan suatu kebanggaan musik yang dimiliki oleh tradisi masyarakat
Madura.
Selain itu pada kabupaten Sumenep musik Ul-Daul ini dikenal sebagai
musik Tong-Tong, yang kemudian dikembangkan lagi menjadi musik
“Ghursah”. Yaitu musik ini dikembangkan sebagai pengiring lagu-lagu
daerah Madura. Musik Ghursah ini, spesifikasinya ditampilkan dalam
penanipilan terbuka sebagai tontonan umum, untuk acara hajat
perkawinan, maupun acara-acara penyambutan tamu-tamu kunjungan dan
tamu wisatawan (Wahyu Qadarillah).
Namun dari berbagai jenis musik Ul-Daul yang ada, musik tradisional Ul-
Daul di wilayah kabupaten Pamekasan memilki ciri khas tersendiri,
sehingga membedakannya dengan musik Ul-Daul pada daerah lainnya di
Madura. Sebab keberadaan musik Ul-Daul di Pamekasan lebih di picu
karena adanya pemadaman listrik pada era tahun 1990-an. Pada saat
madura mengalami pemadaman listrik, kelompok musik Ul-Daul hanya
berkembang di kabupaten Pamekasan saja, sedangkan pada ke tiga
kabupaten lainnya justru tidak ada. Bahkan jenis musik Ul-Daul yang
dikembangkan oleh warga Pamekasan ketika itu dan hingga kini terus
berlangsung yaitu menggunakan kereta dorong.

Dengan semakin eksisnya keberadaan dan banyaknya perkumpulan musik


Ul-Daul di Madura. Kini musik tersebut menjadi salah satu kesenian yang
sering banyak ditampilkan dalam berbagai kegiatan seperti yang telah
disebutkan di atas. Contohnya saja pada kabupaten Sumenep perkumpulan
musik ul-daul semakin meraja rela bahkan jumlahnya tidak dapat dihitung
dan juga diperkirakan dalam setiap desa memilki perkumpulan musik Ul-
Daul. Baik kelompok rintisan maupun kelompok yang sudah pernah unjuk
kebolehan di tingkat nasional.

B. PERKUMPULAN MUSIK UL-DAUL


Perkumpulan musik tradisional UL-Daul di Madura jumlahnya sangat
banyak. Seperti sekumpulan kelompok tradisional musik Ul-Daul
Arrisalah Gong Mania. Yang berasal dari desa bataal laok, kecamatan
Ganding, kabupaten Sumenep. Kelompok Ul-Daul satu ini berhasil
membawa nama kabupaten Sumenep, menempati urutan ke dua di pentas
lomba musik Ul-Daul tingkat Nasional. Di belakang semua itu banyak hal
yang melatarbelakangi proses untuk meraih poin itu. Baik yang bersifat
material, moral, dan semangat untuk tidak mudah pantang menyerah.
Prinsip dalam mengembangkan perkumpulan musik Ul-Daul ini, berpijak
pada semangat melestarikan warisan nenek moyang. Dan musik Ul-Daul
ini merupakan musik alam yang berciri khas ke Madura-an, sebab dalam
perkebangannya musik Ul-Daul tidak pernah lepas dangan tabuhan (alunan
musik ) bernafaskan alam Madura. Mulai dari irama musik, dan aksesoris
yang melengkapi musik tradisional itu.
Perkumpulan musik Ul-Daul Arrisalah Gong Mania pertama kali didirikan
pada tahun 2002. Dalam mendirikan perkumpulan musik tradisional ini
bukanlah suatu hal yang mudah. Pertama kalinya perkumpulan Ul-Daul ini
didirikan dengan keterbatasan, dan dalam penampilanya hanya
alasekadarnya. Meskipun hanya berbekal kesederhanaan. Komunitas ini
tetap tidak mau kalah bersaing dengan perkumpulan Ul-Daul lainnya yang
sudah lama lebih dahulu berdiri.
Pada tahun 2004 perkumpulan ini mulai berkembang, dengan semakin
banyaknya para warga yang mengundang Ul-Daul Gong Mania untuk
tampil dalam acara-acara dan dalam suatu kegiatan tertentu. Semenjak
itulah perkumpulan musik ini sedikit demi sedikit dapat dikenal oleh
masyarakat, dan sejumlah alat mulai untuk dilengkapi. Dengan hanya
mengankantongi dana yang pas-pasan, perkumpulan ini menambahkan dan
melengkapi perlengkapan yang dibutuhkan seperti, jidul, terompet, dan
membeli kerangka mobil untuk mengangkut begron Ul-Daul.
Sedangkan dalam setiap kali untuk diundang tampil perkumpulan ini
memilki tarif yang bervariasi. Untuk penampilannya pada daerah lokal
tarif sewanya Rp 1.000.000, dan jika menerima undangan dari luar kota
tarif untuk menyewanya mencapai Rp 1.500.000. Dengan tarif sewa
tersebut,perkumpulan musik tradisional ini hanyalah mendapatkan
keuntungan yang tidak banyak.

Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa tahun kemudian


perkumpulan ini berkembang semakin pesat. Sehingga membuat namanya
lebih dikenal oleh banyak masyarakat. Namun semua personel dan jajaran
pengurus dalam perkumpulan ini saeakan tidak pernah merasa puas. Dari
semakin seringnya kelompok ini tampil di berbagai pentas akbar,
perkumpulan ini menjadi semakin lebih tertantang untuk membenahi
kelompoknya.
Dari sejarahnya perkumpulan musik tradisional ini, yang pada mulanya
hanya berbekal semangat, kerja keras, dan tidak mudah untuk tetap
pantang menyerah. Sehingga membuahkan hasil prestasi yang cukup
banyak, dan mampu mengantarkan kelompok musik Ul-Daul Gong Mania
ini dapat menjuarai berbagai perlombaan yang bergengsi. Pada tahun 2006
perkumpulan ini menjadi juara 1 musik tradisional yang dilaksanakan oleh
PCNU peragaan. Dan pada tahun 2007 Gong Mania dinyatakan sebagai
juara terbaik 1 dalam Grand Prix Traditional Art Contemporer New Year
2007 yang diselenggarakan di kabupaten Sampang. Dan juga pada tahun
yang sama Gong Mania menjadi juara terbaik dekorasi dan penyaji musik
dalam pergelaran musik tradisional se-Madura yang di adakan oleh FKPPI
Sumenep. Selain itu pada tahun 2008 Gong Mania kembali menjadi juara
terbaik 1 dalam Grand Prix Traditional Art Contemporer, sehingga
perkumpulan Gong Mania di daulat untuk mewakili Madura dalam
kejuaraan musik tradisional tingkat Nasional.
Dengan sejumlah sederet prestasi yang sudah dapat dicapai tentunya Gong
Mania dapat berbangga diri. Meskipun demikian kehormatan dan anugerah
yang berdirinya perkumpulan musik Ul-Daul Gong Mania ini hanya
mengajak masyarkat untuk melestarikan budaya tradisional yang dimiliki
oleh Madura (Annynomous).
Contoh lain perkumpulan musik Ul-Daul ini, adalah perkumpulan musik
Ul-Daul Semut Ireng yang berasal dari desa Parteker kabupaten
Pamekasan. Semut Ireng didirikan pada tahun 1999. Nama Semut Ireng itu
sendiri dalam bahasa Madura memiliki arti sebagai “Billis Celleng”. Pada
mulanya grup musik tradsional ini merupakan sekelompok orang pecinta
seni yang tidak terkoordinasi. Dan pada awal berdirinya perkumpulan ini,
berawal dari pemadaman listrik yang terjadi di pulau Madura yang terjadi
selama tiga bulan pada tahun 1990-an. Sekelompok orang-orang ini
berkumpul, dan membentuk suatu perkumpulan musik tradisional Ul-Daul
untuk memberikan hiburan kepada masyarakat karena terjadinya mati
lampu. Musik Ul-Daul Semut Ireng ini memiliki ciri khas tersendiri,
sehingga membuatnya berbeda dengan musik Ul-Daul yang berasal dari
daerah lainnya di Madura.
Keunikan musik Semut Ireng dalam setiap penampilannya untuk
memberikan suatu hiburan kepada masyarakat, dengan berciri khas
gerobak besar yang di cat warna hitam dan dihiasi dengan berbagai macam
aneka janur kuning sehingga menyerupai dengan semut hitam besar. Dan
dengan suara gendang dan gong mengawali rangkaian nada musik Ul-Daul
khas Madura. Dan kemudian diikuti suara kenning, saron, peking, rebbana,
tong-tong, dan sronen sehingga menciptakan nada yang kuat dan
memekakkan telinga. Perkumpulan musik ini memilki pemain sebanyak
25 orang lengkap dengan cadangan pemainnya.

Dalam setiap penampilannya untuk memberikan hiburan kepada


masyarakat, gerobak hitam beroda dua yang berhiaskan janur kuning itu
selalu dibawa untuk memudahkan pemain perkusi bergerak dinamis.
Ketika sedang tampil beberapa pemain musik naik keatas gerobak dan
yang lainnya berjalan kaki. Biasanya perkumpulan musik tradisional ini
tampil di jalan raya pada saat acara-acara tertentu.
Prestasi yang didapatkan oleh Semut Ireng, tidak dapat diragukan lagi.
Sebagai contohnya Semut Ireng mengharumkan nama kabupaten
Pamekasan setelah berhasil menjadi juara 1 lomba parade musik dan tari
tingkat Nasional yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) pada tahun 2006 yang lalu. Dan semenjak saat itulah Semut Ireng
dilirik dan diminta untuk menjadi tim hiburan dalam menyambut tamu
negara asing (Annynomous).
Penampilan pertama Semut Ireng dalam menyambut tamu negara asing
yaitu pada tanggal 26 November 2007. Pada saat itu Semut Ireng diminta
untuk memberikan suatu hiburan untuk menyambut kedatangan Presiden
Equador. Kemudian penampilan kedua Semut Ireng terjadi pada awal
tahun 2008, yang pada saat itu untuk menyambut kedatangan Sultan
Brunai Darussalam. Pada tahun yang sama Semut ireng diminta untuk
bermain pada resepsi HUT kemerdekaan Republik Indonesia Agustus
2008.
Pada waktu kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke
Indonesia. Ibu Negara Ibu Ani Yudhoyono meminta Semut Ireng untuk
tampil menjadi penghibur dalam rangka menyambut Presiden Obama.
Dalam menyambut kedatangan Presiden Obama, di Istana Negara Semut
Ireng akan berkolaborasi dengan sanggar tari Gito Maron Surabaya. Yang
menampilkan tarian khas Madura yaitu Gellang Ro’om (Annynomous).

C. PENGENALAN MUSIK U-DAUL DALAM PERGURUAN TINGGI


Kalangan seniman dan budayawan di kebupaten Pamekasan, Madura
mulai memperkenalakan mulai memperkenalkan musik tradisional Ul-
Daul ini kepada perguruan tinggi yang ada di pulau Madura itu sendiri.
Karena pada saat ini sebagian besar kesenian tradisional di Madura hampir
mengalami kepunahan. Hal itu terjadi, karena kurangnya pengenalan
kesenian tradisional terhadap para generasi mudanya. Pengenalan kesenian
tradisional kepada perguruan tinggi sangat penting dilakukan. Agar
mereka dapat mengetahui bebagai kesenian tradisional yang ada di
Madura. Dengan cara demikian kesenian musik Ul-Daul akan tetap lestari
dan dikenang terus-menerus oleh generasi mudanya.
Pengenalan kesenian ini tidak hanya terbatas di perguruan tinggi yang ada
di Madura saja. Akan tetapi juga sejumlah universitas, baik yang negeri
maupun swatsa yang ada di luar pulau Madura. Selain memperkenalkan
kesenian ini dalam perguruan tinggi, para seniman dan budayawan di
Madura khususnya di kabupaten Pamekasan. Juga menjadi seni tradisi
sebagai materi pendidikan tambahan di erbagai lembaga pendidikan mulai
dari tingkat SD sampai ke perguruan tinggi (Annynomous).
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Madura memiliki berbagai macam jenis kebudayaan tradisional yang
sangat beragam, dan tentunya sangat berbeda dan memilki ciri khas
tersendiri jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang ada di
Indonesia. Salah satu contoh kesenian tradisional yang ada di Madura
adalah musik tradisional “UL-DAUL”. Pada awalnya musik tradisional
ini berkembang di kabupaten Sampang, Madura. Musik Ul-Daul ini
merupakan perkembangan dari musik Tong-Tong, yang biasa di
mainkan pada saat bulan rhamadan dan digunakan untuk
membangunkan orang sahur. Alat yang dipakai untuk memainkan
musik ini sebagian besar terbuat dari bambu, dan juga barang-barang
bekas lainnya yang sudah tidak terpakai lagi kemudian dimanfaatkan
sebagai alat dalam memainkan musik ini. Pada kabupaten Pamekasan
musik Ul-Daul ini juga dimainkan pada saat terjadinya pemadaman
listrik di Madura selama tiga bulan, yang bertujuan untuk memberikan
hiburan kepada seluruh masyarakat. Namun dalam perkembangannya
musik Ul-Daul ini tidak hanya digunakan untuk membangunkan orang
sahur saja. Melainkan juga diperlombakan, bahkan sampai dalam ajang
perlombaan Nasional. Alat yang digunakan untuk memainkannya sama
seperti sebelumnya, tetapi ada sebagian alat tambahan seperti: peking,
kenong , gendang. Contoh dari perkumulan musik ini yang sudah
banyak mengankantongi sejumlah pertasi di tingkat Nasional adalah
perkumpulan Ul-Daul Arissalah Gong Mania yang berasal dari
kabupaten Sumenep, dan perkumpulan Ul-Daul Semut ireng yang
mempunyai ciri khas gerobak warna hitam besar yang dihiasi dengan
aneka janur kuning dalam setiap penampilannya.

B. SARAN
Sabagai generasi muda kita seharusnya terus menerus melestarikan dan
merawatnya dengan baik kesenian tradisional yang dimilki oleh
Madura. Agar dapat dikenal oleh masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai