Anda di halaman 1dari 14

TEORI STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Linguistik Kelas A

Dosen Pengampu

Drs. Budi Suyanto, M.Hum.

Disusun oleh:

Nurul Arista 220110201066

Siti Nurhidayati 220110201070

Belgies Dewi Fortuna 220110201073

Zulkarnain Aji Kusuma 220110201082

Syahrul Anwar 220110201092

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JEMBER

2023
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas makalah dengan
judul Sejarah Perkembangan Linguistik Abad Pertengahan. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini guna memenuhi tugas Bapak Drs. Budi Suyanto, M.Hum. pada mata kuliah
Sejarah Linguistik bidang studi Sastra Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Budi Suyanto, M.Hum.selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Linguistik
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Ungkapan terima kasih juga
diucapkan kepada semua pihak yang telah kami jadikan referensi sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bisa menambah wawasan
mengenai topik sejarah linguistik khususnya pada zaman perkembangan bagi para pembaca
juga bagi para penulis, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk perkembangan dan
peningkatan penelitian terkait selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan


sesamanya untuk dapat melaksanakan rangkaian kehidupannya. Interaksi yang dilakukan
antarmanusia tidak dapat terlepas dengan komunikasi. Melalui komunikasi lah Adanya
komunikasi tentu tidak dapat dipisahkan dengan bahasa, sebagai alat mengungkapkan suatu
gagasan, ide, kehendak, tujuan atau maksud tertentu kepada manusia lain. Menurut
penyampaiannya, bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa
lisan adalah bahasa yang digunakan dengan cara lisan. Bahasa tulisan adalah bahasa yang
digunakan atau diungkapkan dengan tertulis (Rochmadi dan Nasucha, 2010: 11). Melalui
komunikasi, seluruh manusia akan terhubung satu sama lain menggunakan bahasa. Terdapat
tiga komponen yang membangun sebuah komunikasi dapat terjalin, antara lain manusia yang
bertindak sebagai pembicara atau penulis (komunikator), dan manusia lain yang bertindak
sebagai pendengar atau lawan bicara (komunikan).

Suatu komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat tersampaikan dengan tepat
dan benar mengenai maksud komunikator kepada komunikan. Terdapat kaidah-kaidah yang
membangun bahasa, kaidah-kaidah tersebut dibutuhkan untuk membantu memahami suatu
bahasa dalam kegiatan komunikasi. Tarigan (1986) mengungkapkan bahwa linguistik adalah
seperangkat ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui penerapan suatu metode ilmiah
terhadap fenomena bahasa. Sederhananya, linguistic merupakan ilmu tentang bahasa.

Berhubungan dengan hal tersebut, linguistik menjadi kebutuhan penting dalam hal
kebahasaan. Ilmu tentang linguistik telah ada dan telah banyak dibahas sejak peradaban
Babilonia. Perkembangan ilmu linguistik melahirkan banyak ahli yang turut menyumbang
kemajuan linguistik di seluruh dunia. Salah satu ahli linguistik yang telah banyak dikenal
adalah Ferdinand De Saussure, disebut sebagai bapak linguistik. Bagaimana konsep teori
linguistik yang digagas oleh Ferdinand De Sasussure adalah inti pembahasan dari kajian.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap analisis selalu didahului oleh permasalahan yang membutuhan suatu


penyelesaian. Permasalahan dalam makalah analisis perlu dibatasi agar tidak terjadi perluasan
pembahasan yang keluar dari konteks permasalahan yang sudah dipaparkan. Permasalahan
dari analisis ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan strukturalisme?


2. Bagaimana strukturalisme Ferdinand de Saussure?
3. Bagaimana gagasan strukturalisme Ferdinand de Saussure?
4. Bagaimana konsep linguistik Ferdinand de Saussure?
1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan pokok dalam penelitian adalah menemukan, mengembangkan, dan mengkaji


pengetahuan secara empiris berdasarkan pada data dan fakta (Semi, 1993: 7). Tujuan dan
manfaat merupakan suatu hal yang menjadi keinginan dan harapan yang ingin dicapai dari
hasil analisis oleh peneliti. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari analisis strukturalisme
Ferdinand de Saussure.

1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan strukturalisme Ferdinand de Saussure;
2. Mendeskripsikan gagasan-gagasan strukturalisme Ferdinand de Saussure;
3. Mendeskripsikan konsep linguistik Ferdinand de Saussure.
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari analisis strukturalisme Ferdinand de Saussure sebagai berikut:
1. Mengetahui strukturalisme;
2. Mengetahui gagasan strukturalisme oleh Ferdinand de Saussure;
3. Mengetahui konsep linguistik yang digagas oleh Ferdinand de Saussure;
4. Hasil analisis dapat berguna sebagai sumber rujukan analisis serupa berikutnya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strukturalisme

Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism, latin struere (membangun),


structura berarti bentuk bangunan. Strukturalisme adalah sebuah pandangan yang
menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama
dan tetap. Strukturalisme mulai berkembang pada pertengahan abad ke-20 tepatnya tahun
1916, saat itu Ferdinand de Saussure memperkenalkan aliran struktural melalui bukunya yang
berjudul “Course de Linguistique Generale” buku tersebut menjelaskan tentang pokok-
pokok teori struktural atau linguistik modern, melalui buku tersebut Saussure disebut sebagai
“Bapak Strukturalisme” atau “Bapak Linguistik Modern” (Soeparno, 2013:101-102).

Dardjowidjojo dalam Suhardi (2013:46) menyatakan pandangan Saussure meyakini


bahwa setiap bahasa pada waktu tertentu merupakan sistem hubungan yang terpadu. Para
penganut teori strukturalisme mengungkapkan bahwa manusia bukan lagi menciptakan
sistem melainkan mengikuti sistem, perilaku manusia mengikuti sistem bahasa dan
budayanya, tidak ada perilaku manusia yang bersifat individual dan tidak berperilaku bebas
dari suatu sistem. Keberadaan bahasa dan budaya menentukan kesadaran dan perilaku
manusia, keberadaan manusia tidak tergantung pada dirinya sendiri namun tergantung pada
kedudukannya dalam sistem bahasa dan kebudayaannya. Budaya dikatakan sebagai sebuah
struktur, karena memiliki bagian-bagian tertentu di dalamnya, yaitu berupa simbolik atau
konfigurasi sistem perlambangan, salah satu wujud dari budaya adalah tradisis adat istiadat.

Produk strukturalisme berupa bahasa merupakan sistem perlambangan yang disusun


secara arbiter. Contohnya mengapa sebuah benda dikatakan kursi, mengapa kursi adalah
benda untuk diduduki, dan seterusnya. Semua makna tersebut bersifat arbiter. Makna dari
bahasa bersifat arbiter adalah bahasa merupakan sebuah struktur yang dapat mengajak yang
kuat, sehingga seseorang akan menuruti apa yang dikehendaki dari bahasa tersebut.

Strukturalisme adalah pandangan bahwa setiap wacana merupakan sebuah struktur di


dalam bahasa, teks tidak memberikan sesuatu yang lain kecuali teks itu sendiri, dengan kata
lain tidak ada makna lain dibalik bahasa. Strukturalisme digunakan dalam memahami ilmu-
ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik yang dirintis oleh
Ferdinand de Saussure. Metodologi struktural dipergunakan untuk membahas tentang
manusia, sejarah, kebudayaan, serta hubungan antar kebudayaan dan alam. Gagasan
strukturalisme mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner
tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-
ilmu alam.

2.2 Perkembangan Strukturalisme

Strukturalisme adalah salah satu aliran pemikiran yang memiliki pengaruh yang
mendalam dalam berbagai disiplin ilmu, dari linguistik hingga antropologi, sastra, dan
bahkan filsafat. Perkembangan strukturalisme dimulai dengan kontribusi penting Ferdinand
de Saussure dalam bidang linguistik. Saussure adalah seorang ahli bahasa asal Swiss yang
memperkenalkan pemikiran revolusioner tentang bahasa sebagai sistem tanda. Konsep utama
yang diperkenalkannya adalah perbedaan antara "langue" (sistem bahasa) dan "parole"
(penggunaan bahasa dalam konteks konkret). Saussure berpendapat bahwa untuk memahami
bahasa dengan benar, kita perlu memahami struktur internalnya, yang terdiri dari elemen-
elemen yang saling berhubungan.

Salah satu konsep paling fundamental yang diperkenalkan oleh Saussure adalah
pemisahan antara "langue" (sistem bahasa) dan "parole" (penggunaan bahasa dalam konteks
konkret). Konsep ini mengajarkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem abstrak yang lebih
besar daripada sekadar serangkaian kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Dengan kata lain, bahasa tidak hanya terdiri dari kata-kata yang kita ucapkan, tetapi juga
sistem peraturan dan hubungan yang ada di balik kata-kata tersebut.

Selanjutnya, Saussure memperkenalkan konsep tanda (sign), yang terdiri dari dua
komponen utama: "signifier" (penanda) dan "signified" (penandaan). Penanda adalah bentuk
fisik dari tanda tersebut, seperti kata tertulis atau bunyi suara, sementara penandaan adalah
konsep atau makna yang terkait dengan penanda. Menurut Saussure, makna dalam bahasa
terbentuk melalui hubungan relasional antara penanda dan penandaan, bukan karena ada
hubungan intrinsik antara kata dan objek yang mereka wakili. Ini merupakan titik awal dalam
pemikiran strukturalis yang mengarah pada pemahaman bahwa makna adalah hasil dari relasi
dan struktur.

2.2.1 Pengembangan Strukturalisme dalam Linguistik


Setelah kontribusi penting Saussure dalam linguistik, sejumlah ahli bahasa dan
pemikir mengembangkan dan memperluas pemikiran strukturalisme dalam bidang ini. Salah
satu tokoh penting adalah Roman Jakobson, seorang linguistik Rusia-Amerika. Jakobson
mengembangkan konsep-konsep seperti fungsi-fungsi bahasa, yang membagi bahasa menjadi
enam komponen fungsional yang berbeda: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik,
pragmatik, dan stilistik. Ia juga membantu dalam mengembangkan teori fonologi, yang
merupakan studi tentang bagaimana suara-suar dalam bahasa membentuk sistem simbolik.

Namun, perlu dicatat bahwa meskipun Saussure dan Jakobson adalah tokoh utama
dalam pengembangan strukturalisme dalam linguistik, ada juga paham yang berkembang
seiring waktu yang menentang pandangan ini. Salah satunya adalah teori generatif
transformasional yang dikembangkan oleh Noam Chomsky. Chomsky mengkritik
strukturalisme karena dianggap terlalu deskriptif dan tidak mampu menjelaskan bagaimana
manusia bisa menghasilkan kalimat-kalimat baru yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Teori generatif Chomsky memperkenalkan gagasan bahwa manusia memiliki
struktur bawaan dalam pikiran mereka yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan
kalimat-kalimat yang tak terbatas.

2.2.2 Pengaruh Strukturalisme dalam Sastra


Strukturalisme memiliki dampak yang signifikan dalam bidang sastra. Ahli sastra
seperti Roland Barthes memperluas konsep-konsep Saussure dalam analisis sastra. Barthes
mengembangkan konsep "codes" dalam pemahaman sastra, yang merujuk pada konvensi-
konvensi yang digunakan oleh penulis dan pembaca dalam memahami teks. Ia mengajukan
bahwa untuk memahami teks secara mendalam, kita perlu memahami kode-kode yang
digunakan dalam pembentukan maknanya.

Dalam pemikiran strukturalis, analisis teks sastra melibatkan identifikasi dan analisis
elemen-elemen dalam teks serta hubungan relasional antara elemen-elemen tersebut.
Pendekatan ini membantu dalam memahami bagaimana teks sastra membentuk makna dan
pesan yang kompleks.

2.3 Strukturalisme De Saussure

Strukturalisme, terutama dalam bidang linguistik, adalah pendekatan yang berfokus


pada pemahaman bahasa dan fenomena sosial lainnya dengan menekankan pada struktur dan
hubungan antara elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Strukturalisme De
Saussure, yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, memiliki tujuan dan manfaat
khusus dalam pemahaman bahasa dan budaya. Berikut adalah tujuan dan manfaat utama dari
pendekatan strukturalisme De Saussure:
Tujuan Strukturalisme De Saussure:

1. Memahami Bahasa sebagai Sistem: Tujuan utama strukturalisme De Saussure adalah


memahami bahasa sebagai sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang saling
berhubungan, seperti fonem, morfem, dan kata-kata. Ia ingin menyelidiki bagaimana
elemen-elemen ini berinteraksi dan membentuk arti dalam bahasa.
2. Menjelaskan Perubahan Bahasa: Saussure tertarik pada bagaimana bahasa dapat
berubah dan berkembang seiring waktu. Ia ingin menjelaskan perubahan bahasa
dengan mengidentifikasi prinsip-prinsip struktural yang mendasarinya.
3. Menganalisis Hubungan antara Tanda dan Makna: Saussure memperkenalkan konsep
tanda linguistik, yang terdiri dari tanda berupa kata dan makna yang terkait
dengannya. Tujuannya adalah untuk menganalisis bagaimana hubungan antara tanda
dan makna beroperasi dalam bahasa.

Manfaat Strukturalisme De Saussure:

1. Pemahaman yang Lebih Mendalam tentang Bahasa: Strukturalisme De Saussure


membantu para peneliti dan linguis dalam memahami bahasa secara lebih mendalam.
Ia memberikan kerangka kerja untuk menggali struktur bahasa dan bagaimana bahasa
digunakan untuk berkomunikasi.
2. Analisis Bahasa yang Lebih Sistematis: Pendekatan strukturalisme De Saussure
membantu menganalisis bahasa secara lebih sistematis dengan fokus pada elemen-
elemen yang membentuknya. Ini membantu dalam pemahaman tentang bagaimana
bahasa berfungsi dan bagaimana aturan-aturan bahasa beroperasi.
3. Penerapan dalam Bidang Lain: Konsep-konsep strukturalisme De Saussure tidak
hanya relevan dalam bidang linguistik, tetapi juga dapat diterapkan dalam
pemahaman tentang struktur dan makna dalam berbagai bidang, seperti sastra,
antropologi, dan semiotika.
4. Pengaruh dalam Pengembangan Teori dan Studi Bahasa: Strukturalisme De Saussure
memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengembangan teori-teori linguistik dan
studi bahasa. Pendekatan ini menjadi dasar bagi perkembangan berbagai teori
linguistik modern, termasuk semiotika dan analisis wacana.
Meskipun strukturalisme De Saussure memiliki manfaat dan kontribusi penting dalam
pemahaman bahasa dan budaya, pendekatan ini juga telah dikritik dan digantikan oleh
pendekatan-pendekatan lain dalam bidang linguistik dan ilmu sosial. Namun, pemahaman
tentang prinsip-prinsip strukturalisme De Saussure tetap penting dalam sejarah
perkembangan studi bahasa dan budaya.

2.4 Gagasan Strukturalisme De Saussure

Ferdinand de Saussure banyak disebut orang sebagai bapak strukturalisme, walaupun


bukan orang pertama yang mengungkapkan strukturalisme. Banyak hal yang menunjukkan
bahwa Saussure adalah bapak strukturalisme. Saussure juga dikenal sebagai bapak linguistik
yang ditunjukkan dengan mengadakan perubahan besar-besaran di bidang lingustik.
Saussure adalah orang yang pertama kali merumuskan secara sistematis cara
menganalisa bahasa yang juga dapat dipergunakan untuk menganalisa sistem tanda atau
simbol dalam kehidupan masyarakat, dengan menggunakan analisis struktural. Saussure
mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mandiri, karena bahan penelitiannya, yaitu
bahasa, juga bersifat otonom.
Ilmu yang mempelajari tanda-tanda di tengah-tengah kehidupan kemasyarakatan akan
menjadi bagian dari psikologi umum yang dinamakan semiologi. Ilmu ini akan mengajarkan
tentang apa saja tanda-tanda itu, dan kaidah mana yang mengaturnya. Ilmu ini belum ada,
maka belum dapat dikatakan bagaimana ilmu ini, tetapi ia berhak hadir, dnan tempatnya telah
ditentukan lebih dahulu. Linguistik hanyalah sebahagian dari ilmu umum itu, kaidah-kaidah
yang digunakan dalam semiologi akan dapat digunakan dalam linguistik dan dengan
demikian linguistik akan terikat pada suatu bidang tertentu dalam keseluruhan fakta manusia.
De Saussure mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang mengungkapkan
gagasan, dengan demikian dapat dibandingkan dengan tulisan, abjad orang-orang bisu tuli,
upacara simbolik, bentuk sopan santun, tanda-tanda kemiliteran dan lain sebagainya. Bahasa
adalah sistem tanda yang paling lengkap sehingga untuk masuk ke dalam analisis semiotika
sering digunakan pola ilmu bahasa.
Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik yang untuk sebagian besar
mempelajari struktur dan makna bahasa yang lebih spesifik. Semiotika adalah studi tentang
tanda-tanda. Semiotika juga mempelajari sistem tanda non-linguistik. Semiotika adalah studi
tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi makna. Konsep tanda ini untuk melihat
bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang ditandai in absentia (signified) dan tanda
(signifier).
Studi semiotik tanda-tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan tanda. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide
atau penanda (signified). Tanda adalah sesuatu yang berarti sesuatu untuk orang lain.
Semiotika dibagi menjadi tiga cabang yaitu :
1. Semantik : hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat dan makna denotatif.
2. Sintaksis : hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal.
3. Pragmatik : hubungan antara tanda dan tanda menggunakan agen.

De Saussure mempunyai gagasan-gagasan strukturalisme yang secara garis besar


adalah :
1. Strukturalisme mengkaji pikiran-pikiran yang terjadi dalam diri manusia atau
menganalisa proses berfikir manusia dari mulai konsep hingga munculnya simbol-
simbol atau tanda-tanda (termasuk didalamnya upacara-upacara, tanda-tanda
kemiliteran dan sebagainya) sehingga membentuk sistem bahasa. Semua realitas sosial
dapat dianalisa berdasarkan analisa struktural yang tidak terlepas dari kebahasaan.
2. Bahasa yang diungkapkan dalam percakapan sehari-hari juga mengenai proses
kehidupan yang ada dalam kehidupan manusia, dianalisa berdasarkan strukturnya
melalui penanda (signifier) dan petanda (signified), langue dan parole, sintagmatik dan
paradikmatik serta diakronis dan sinkronis.
3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah
hubungan antara individu dan masyarakat. Penelitian suatu bidang ilmu tidak hanya
dapat dilakukan secara diakronis (menurut perkembangannya) melainkan juga secara
sinkronis (penelitian dilakukan terhadap unsur-unsur struktur yang sejaman).
4. Dalam memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya.
Ada tiga prinsip dasar yang penting dalam memahami kebudayaan, yaitu: tanda (sign),
yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan yang ditandai (signifié,
signified, petanda).
5. Dalam tanda tidak ada acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak
mempunyai nomenclature. Setiap tanda bahasa mempunyai dua sisi yang tidak
terpisahkan yaitu penanda (imaji bunyi) dan petanda (konsep), contohnya kalau kita
mendengar kata rumah langsung tergambar dalam pikiran kita konsep rumah.
6. Penanda adalah citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep.
Sintagmatik adalah hubungan antara unsur yang berurutan (struktur). Paradikmatik
(asosiatif) adalah hubungan antara unsur yang hadir dan yang tidak hadir, dan dapat
saling menggantikan dan bersifat asosiatif (sistem).
7. Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem struktural,
bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang mengandung
semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku dan bertindak
sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh sesama warga
masyarakatnya. Konsep bunyi terdiri atas tiga komponen : (1) artikulasi kedua bibir, (2)
pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar.
8. Untuk bahasa ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue dan parole :
Langue adalah penelitian bahasa yang mengandung kaidah-kaidah, telah menjadi milik
masyarakat dan telah menjadi konvensi. Langue adalah pengetahuan dan kemampuan
bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat.
Parole adalah penelitian terhadap ujaran yang dihasilkan secara individual.
Parole adalah perwujudan languepada individu. Melalui individu direalisasi tuturan
yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak,
komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.
9. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu (1) makna tanda ditentukan
oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan (2)
makna merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan
manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi
atau kebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.
2.5 Konsep Linguistik De Saussure

Ferdinand De Saussure adalah seoang linguis yang banyak dikenal dengan


gagasannya yaitu teori linguistik aliran strukturalisme. Pembahasan mengenai cara pandang
dan seluruh pemikiran Ferdinand De Saussure tertuang dalam buku yang berjudul Course in
General Linguistics (1916) karya Charles Bally dan Albert Sechehay, murid Ferdinand De
Saussure. Isi dari buku tersebut menjelaskan empat konsep mengenai linguistik menurut
Ferdinand De Saussure. Empat konsep tersebut adalah sebagai berikut.

1. Langage, Langue, Parole

Menurut Ferdinand, dalam konsep langage terdapat faktor-faktor bahasa individu


yang berasal dari pribadi si penutur. Langue adalah suatu perangkat yang berasal dari
penutur-penutur terdahulu. Parole adalah bahasa yang dihasilkan secara individu, yang
diperlukan untuk menghasilkan konstruksi berdasarkan pilihan yang bebas.
2. Significant dan Signifie

Significant merupakan bunyi yang muncul dari pikiran manusia. Misalnya, bunyi
sirine ambulan dengan sirine mobil pemadam kebakaran berbeda. Signifie adalah pemikiran
atau kesan yang berada dalam pikiran manusia. Misalnya, suara adzan adalah penanda
dimulainya waktu ibadah sholat.

3. Sinkronik dan Diakronik

Sinkronic menelaah atau mempelajari bahasa dalam jangka waktu tertentu. Misalnya,
kata alkisah yang digunakan dalam masa lampau dan sudah tidak digunakan lagi di masa
kini. Diakronic adalah bahasa yang digunakan sepanjang masa atau masih digunakan hingga
masa kini. Misalnya, kata sedap.

4. Sintagmatik dan Paradigmatik

Sintagmatik adalah hubungan dalam suatu tuturan yang tersusun. Misalnya, hubungan
fonem, frasa, dan kalimat. Paradigmatik adalah hubungan yang terdapat dalam unsur bahasa,
fungsinya dapat saling menggantikan, memiliki hubungan antara unsur-unsur sejenis yang
terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
BAB III KESIMPULAN

Strukturalisme adalah aliran pemikiran yang berkembang di berbagai disiplin ilmu,


dengan fondasi utama dalam pemikiran linguistik Ferdinand de Saussure. Strukturalisme
mengemukakan bahwa untuk memahami suatu fenomena, kita harus memahami struktur
internalnya dan hubungan antara elemen-elemen dalam struktur tersebut.
Perkembangan strukturalisme dimulai dengan kontribusi penting Saussure dalam
linguistik. Ia memperkenalkan pemisahan antara "langue" (sistem bahasa) dan "parole"
(penggunaan bahasa dalam konteks konkret), serta konsep tanda (sign) yang terdiri dari
"signifier" (penanda) dan "signified" (penandaan). Saussure berpendapat bahwa bahasa
adalah sistem tanda, dan makna terbentuk melalui relasi antara elemen-elemen dalam sistem
ini.
Gagasan strukturalisme De Saussure telah memengaruhi perkembangan
strukturalisme dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam linguistik, ini mengarah pada
pengembangan konsep-konsep seperti fungsi-fungsi bahasa oleh Roman Jakobson dan teori
generatif transformasional oleh Noam Chomsky. Dalam sastra, strukturalisme membawa
pemahaman tentang analisis teks berdasarkan elemen-elemen dan relasi-struktural dalam
teks. Dalam antropologi, strukturalisme mempengaruhi studi tentang mitos dan struktur
budaya oleh Claude Lévi-Strauss. Dalam semiotika, pemikiran strukturalisme digunakan
untuk memahami bagaimana tanda-tanda digunakan dalam berbagai konteks.

Dalam konsep linguistik De Saussure, perbedaan antara "langue" dan "parole" serta
konsep tanda membantu kita memahami bahasa sebagai sistem simbolik yang kompleks. Ia
menunjukkan bahwa makna dalam bahasa terbentuk melalui hubungan relasional antara
elemen-elemen dalam sistem, dan ini mempengaruhi cara kita memahami komunikasi dan
bahasa dalam berbagai disiplin ilmu.

Dengan demikian, strukturalisme, berawal dari kontribusi De Saussure dalam


linguistik, telah berkembang menjadi aliran pemikiran yang kuat dan berpengaruh dalam
berbagai bidang, membawa pemahaman tentang pentingnya struktur, relasi, dan sistem dalam
pemahaman dunia dan budaya kita.
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, A. 2015. Perbedaan Teori Linguistik Ferdinand de Saussure dan Noam Chomsky.
Jurnal Metamorfosa. 3(2), 21-25.
Rohman, A. 2020. Aliran Strukturalisme. https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/ [Diakses pada 3
Oktober 2023].
Yulianto, A. 2019. Linguistik: Teori Struktural. https://agus259.wordpress.com/linguistik-
teori-struktura [Diakses pada 3 Oktober 2023].

Anda mungkin juga menyukai