Anda di halaman 1dari 153

Makalah Sosiolingustik

“Pandangan Sosiolinguistik Terhadap Bahasa”

Dosen Pengampu : Dr. Erni, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Aldi Rospendi Rahmat (186210177)


2. Andriyanti Adrisilvia (186210038)
3. Andika Mega Selvina (186210356)
4. Bella Setyaningrum. P (186211067)
5. Dewi Utami (186210735)
6. Dian Adriana (186210690)

Kelas : 5c

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillahhirabilalamin, segala puji bagi Allah

SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam kami

sampai kan atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah berusaha keras

membangun akhlak manusia, hingga menjadi manusia yang beradab dan berilmu

pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis merngucapkan rasa syukur kepada-Nya karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pandangan

Sosiolingustik terhada Bahasa”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu

nilai tugas dari mata kuliah Sosiolingustik. Penulis mendapatkan bimbingan dan

arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini ibuk Dr. Erni, M.Pd.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca untuk makalah ini, supaya nanti makalah ini bisa lebih baik lagi. Apabila

terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf.

Demikian,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Pekanbaru ,05 Oktober 2020

i
Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ............................................................................................. 1


2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pandangan Sosiologi terhadap bahasa .......................................................... 3

2.2 Pandangan linguistik terhadap bahasa ........................................................ 7

2.3 Pandangan sosiolinguistik terhadap bahasa.............................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia,
bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara
internal, artinya pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern
bahasa itu saja, seperti struktur fonologisnya, struktur morfologisnya, atau
struktur sintaksisnya. Kajian secara internal ini akan menghasilkan perian-
perian bahasa itu saja tanpa dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor
yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh
para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Pengkajian secara eksternal akan menghasilkan rumusan atau kaidah-kaidah
yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam
segala kegiatan manusia di dalam masyarakat (Chaer dan Agustina, 2004:1)

Sosiolinguistik adalah salah satu bidang utama dalam disiplin linguistic.


Nama sosiolinguistik terbentuk daripada dua istilah, yaitu sosio (singkatan
daripada sosiologi disiplin yang meneliti masyarakat) dan linguistic-disiplin
yang meneliti bahasa . sosiolinguistik adalah sebagian pengajian (studies) dan
pengkajian (research) yang menggabungkan dua disiplin, yaitu sosiologi dan
linguistik. Dengan sifat penggabungan dua disiplin ini, sosilinguistik
memberikan tumpuan kepada dua entity, yaitu bahasa dan masyarakat.

Sosilinguistik menganggap bahasa dan masyarakat sebagai satu struktur,


yakni hubungan antara kedua-dua tersebut yang mempunyai kepakaran dalam
bidang bahasa yaitu berkemahiran tinggi didalam lahjah Arab, pengkajian
bahasa Arab, memahami Al-Qur’an dan mengali berbagai ilmu yang banyak
ditulis dalam bahasah Al-Qur’an itu. Kajian ini mengadaptasi kajian
kepustakaan dan lapangan dengan menggunakan kaedah temubual, kajian ini
akan menghuraikan sosiolinguistik secara konseptual dengan relevensinya
dengan profil tokoh beserta sumbangannya.

2. Rumusan Masalah
1) Apa pandangan sosiologi terhadap bahasa?
2) Apa pandangan lingustik terhadap bahasa?
3) Apa pandangan sosiolingustik terhadap bahasa?

3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui apa saja pandangan sosiologi terhadap bahasa
2) Untuk mengetahui apa saja pandangan lingustik terhadap bahasa
3) Untuk mengetahui apa saja pandangan sosiolingusik terhadap bahasa
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pandangan Sosiologi terhadap Bahasa


Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai dasar kajian (lihat kembali
hubungan antara sosiolinguistik dan linguistik) dan memandang struktur sosial
sebagai faktor penentu variabel. Keduanya dipandang sebagai gegenseitige
einbettung dan gegenseitige determination, dan hubungan antara keduanya
ditentukan oleh persyaratan manusia, organisasi pikiran manusia (dalam
bentuk argumen lahiriah), serta tuntutan intrinsik dari sebuah bidang yang
sistematis, kuat, dan efektif (Hymes,1966). LApa yang terdapat dalam
sosiologi, yang berupa fakta-fakta sosial ditransfer ke dalam sosiolinguistik,
sehingga muncullah keyakinan bahwa bahasa berhubungan dengan strata
sosial. Meskipun demikian, hubungan antara sosiolinguistik dan sosiologi
sebenarnya bersifat timbal-balik (simbiosis mutualisma).
Hubungan sosiologi – sosiolinguistik:
1) Kemajuan teori sosiologi seperti kelompok politik, mobilisasi massa,
interferensi antarkelompok digunakan dalam sosiolinguistik.
2) Metodologi dalam sosiologi seperti angket, wawancara, pengamatan
terlibat digunakan juga sebagai metode dalam sosiolinguistik;
3) Istilah-istilah sosiologi seperti funktion, rolle, dan soziale dimension
juga digunakan dalam sosiolinguistik;
4) Fakta-fakta sosial dalam sosiologi ditransfer ke dalam sosiolinguistik
yang meliputi transfer terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan dan
terhadap struktur bahasa itu sendiri.

Dengan memperhatikan fakta-fakta sosial ini, sosiolinguistik pun


mempertimbangkan situasi berbahasa, siapa yang berbicara, di mana, dan
sebagainya,, karena bagaimana pun sosiolinguistik muncul karena adanya
bantuan sosiologi.
Hubungan sosiolinguistik – sosiologi :

1) Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi


barometer untuk sosiologi;
2) Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu
masyarakat;
3) Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari
perkembanagan penegetahuan menegenai sosiologi.

Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam


mengklasifikasi strata sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam
penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam masyarakat Amerika dalam tingkat
sosial yang berbeda.

Sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dan masyarakat, yang


mengaitkan dua bidang yang dapat dikaji secara terpisah, yaitu struktur
formal bahasa oleh linguistik dan struktur masyarakat oleh sosiologi
(Wardhaugh 1984 : 4 ; Holmes 1993 : 1 ; Hudson 1996 : 2).

Istilah sosiolinguistik itu sendiri baru mulai berkembang pada akhir


tahun 60-an yang dipolopori oleh Committee on Sociolinguistics of the Social
Science Research Council (1964) dan Research Committee on
Sociolinguistics of the International Sociology Association (1967). Jurnal
sosiolinguistik baru terbit pada awal tahun 70-an, yakni Language in Society
(1972) dan International Journal of Sociology of Language (1974).Dari
kenyataan itu dapat dimengerti bahwa sosiolinguistik merupakan bidang yang
relative baru.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan


linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Apa
sosiologi dan linguistik itu? Banyak batasan telah dibuat oleh para sosiolog
mengenai sosiologi, tetapi intinya bahwa sosiologi adalah kajian yang
objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai
lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi
berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan
tetap ada..

Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah


sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi,
dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam
masyarakat.Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau
bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.

Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa


sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Sosiolinguistik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam
hubungannya dengan masyarakat dan istilah inilah yang akan digunakan
dalam buku ini.

Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri


menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik. Dalam
istilah linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosioadalah aspek utama dalam
penelitian dan merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut. Linguistik dalam
hal ini juga berciri sosial sebab bahasa pun berciri sosial, yaitu bahasa dan
strukturnya hanya dapat berkembang dalam suatu masyarakat tertentu. Aspek
sosial dalam hal ini mempunyai ciri khusus, misalnya ciri sosial yang spesifik
dan bunyi bahasa dalam kaitannya dengan fonem, morfem, kata, kata
majemuk, dan kalimat.

Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi


bahasa. Dari kedua istilah tersebut ada yang menganggap itu sama, tetapi ada
juga yang menganggap berbeda. Ada yang mengatakan digunakannya
sosiolinguistik karena penelitiannya dimasuki dari bidang linguistik;
sedangkan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki
dari bidang sosiologi. Fishman dalam mengkaji masalah ini menggunakan
judul Sosiolinguistik (1970), kemudian menggantinya dengan sosiologi
bahasa, Sociology of Language(1972). Artikel yang ditulis Fishman dalam
Giglioli (ed. 1972:45-58) memang membahas sosiolinguistik di bawah judul
Sosiologi Bahasa.

Dikatakannya bahwa “ilmu ini meneliti interaksi antara dua aspek


tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku
sosial”. J.A. Fishman mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat
kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi
sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan
bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa/dialek
dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa/dialek tertentu yang
dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan, sedangkan sosiologi bahasa
lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial, yang saling bertimbal-balik
dengan bahasa/dialek.

Bram & Dickey, (ed. 1986:146) menyatakan bahwa sosiolinguistik


megkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah
masyarakat. Mereka menyatakan pula bahwa sosiolinguistik berupaya
menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa
secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi.

Relevansi Sosiolinguistik dengan Sosiologi dan Linguistik

Dalam ilmu pengetahuan dewasa ini, terutama di bidang ilmu bahasa


terdapat beragam pendapat dalam hubungannya dengan objek linguistik.
Beberapa pengarang berbeda pandangan tentang harus dimasukkan dalam
disiplin ilmu yang mana sosiolinguistik itu. Perkembangan ilmu bahasa di
Rusia, pandangan yang berpengaruh padalah bahwa sosiolinguistik
merupakan salah satu cabang tersendiri dari ilmu pengetahuan yang
interdisipliner.

Menurut pendapat R. Grosse dan A. Neubert (1970:3-4), hubungan


timbal balik antara bahasa dan masyarakat dapat ditinjau dari berbagai
aspek, yaitu dari aspek sosiolinguistik maupun aspek sosiologi bahasa.
Yang pertama termasuk bidang linguistik, sedangkan yang kedua
termasuk bidang sosiologi. Ilmu sosiolinguistik dapat menawarkan
banyak hal kepada ilmu sosiologi. beberapa kriteria seperti berikut ini
memiliki makna yang penting untuk sosiologi, (1) menurut pandangan B.
Russel, bahasa merupakan satu-satunya alat untuk mengenal ilmu
pengetahuan, (2) penilaian yang terlalu tinggi tidak dapat diberikan
kepada interpretasi data-data bahasa untuk formulasi dan pekembangan
teori sosiolinguistik, (3) data-data sosiolinguistik memegang peranan
penting dalam cabang-cabang ilmu sosiologi.Efek timbal-balik antara
sosiolinguistik dan linguistik sangat banyak dan mendalam.
Hal itu dapat dijelaskan oleh dua ciri sosiolinguistik. Pertama, oleh
pengaruh-pengaruh yang khas dari faktor-faktor sosial terhadap fungsi
bahasa secara keseluruhan. Kedua, melalui pengaruh faktor sosial yang
khas pada struktur bahasa; tingkatan-tingkatannya; dan dan unsur-unsur
dalam struktur bahasa seperti fonologi, morfologi, tingkatan sintaktis,
fonem, kata,hubungan kata, dan kalimat. Hubungan timbal balik antara
masyarakat, linguistik, dan sosiolinguistik memiliki ciri yang rumit. Hal
itu menunjukkan bahwa sosiolinguistik memiliki peranan yang
menunjang

2. Pandangan Lingustik Terhadap Bahasa


Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang berarti bahasa.
Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Secara umum
lingustik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa sebagai objek kajian linguistik
harus dipahami dari sosok bahasa. Menurut Kridalaksana (2008:24)
“Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri”.
Dalam Linguistik modern menyatakan bahwa bahasa pada
hakikatnya merupakan sebuah sistem tanda-tanda yang diwujudkan dalam
ujaran para pemakai bahasa di kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan
ini bahasa memiliki dua perangkat, perangkat pertama adalah perangkat
sistem yang abstrak dan seragam bagi semua pemakai bahasa, sedangkan
perangkat yang kedua adalah perangkat konteks yang konkret dan beragam
pada setiap pemakai bahasa. Berdasarkan pada dua perangkat bahasa itu,
ada dua asumsi dasar yang melandasi kajian bahasa. Kedua asumsi yang
dimaksud adalah:

a) Pertama, bahasa dipandang sebagai sistem tanda yang


dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dapat
membentuk tata bahasanya.
b) Kedua, bahasa dipandang sebagai perangkat tingkah laku
yang telah ditransmisikan secara kultural atau dipakai oleh
sekelompok individu. (Ibrahim,1999:13-14)

Linguis yang menerima asumsi pertama cenderung mengkaji


secara khusus komponen kode dan berupaya memberikan proses
kombinasi perangkat simbol yang cocok untuk menciptakan pesan
(massage). Linguis yang tergolong pendukung asumsi pertama ini
cenderung mengkaji perihal yang sejajar dengan teori komunikasi dan
logika. Simbol sebagai suatu sistem yang tanpa mengindahkan
penggunaan sistem bahasa dalam pemakaian bahasa yang sebenarnya
dipakai oleh manusia. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa asumsi
linguis pertama menarik batas dominasi penggunaan sistem bahasa
sebagai kajian linguistik, sosiologi, psikologi ataupun antropologi sebagai
disiplin kajian yang berbeda

Hasil kerja linguis yang berpegang teguh pada asumsi pertama


adalah sistem atau struktur bahasa tertentu (fon dan fonem, morf dan
morfem, serta frasa, klausa, dan kalimat) cenderung bersifat disipliner.
Temuan linguis pertama ini cenderung dimasukkan dalam bidang kajian
linguistik.

Linguis yang mendukung asumsi pertama cenderung melihat


bahasa berfungsi sebagai fungsi kognitif bahasa, yaitu berhubungan
dengan kemampuan komunikatif bahasa sebagai sistem lambang. Menurut
Muliastuti (2014:17) menyatakan bahwa “Bahasa sebagai lambang
merupakan Kata atau gabungan kata dalam bahasa yang terdiri atas
lambang-lambang bunyi. Kata-kata tersebut mengacu pada suatu konsep
yang disebut makna”. Fungsi bahasa yang demikian itu cenderung menjadi
pusat bahasan linguistik. Menurut (Ibrahim,1999:16) Berdasarkan pada
fungsi kognitif bahasa, lingusitik memandang bahasa sebagai :

1) Pertama, semua bahasa adalah memadai sebagai sistem


komunikasi. Bahasa apa saja yang digunakan oleh manusia baik
yang terikat oleh kebangsaan atau ras atau suku tertentu, agama
tertentu, dan kebudayaan tertentu dipandang memadai sebagai
sistem komunikasi. Bahasa yang demikian itu dianggap sama dan
mempunyai hak yang sama sebagai objek kajian bahasa tanpa
“pandang bulu”.
2) Kedua, semua bahasa itu berpola, baik bersifat sistematis maupun
sistemis. Pola yang sistematis artinya bahasa itu tidak tersusun
secara acak atau sembarangan. Adapun yang dimaksud pola yang
sistemis adalah bahwa bahasa itu bukan sistem tunggal, melainkan
terdiri atas beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi,
morfologi, sintaksis, dan subsistem semantik.
3) Ketiga, penguasaan bahasa anak (sistem bahasa anak) terhadap
bahasa pertamanya yang relatif cukup lengkap pada usia empat
atau lima tahun dengan pembetulan-pembetulan seperlunya hingga
usia delapan atau sembilan tahun.
3. Pandangan Sosiolinguistik terhadap Bahasa
Sosiolinguistik merupakan antardisiplin antara sosiologi dan
linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat.
Maka, untuk memahami apa sosiolinguistik itu, perlu terlebih dahulu
dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik. Tentang
sosiologi telah banyak batasan yang telah dibuat oleh para sosiolog, yang
sangat bervariasi, tetapi yang intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu
adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam
masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada
di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana
masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat,
akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri
dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sedangkan
linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu
antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau
didekati sebagai bahasa sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum
melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di
dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia,
mulai dari upacara pemberian nama bayi yang baru lahir sampai upacara
pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa.
Oleh karena itu, bagaimana pun rumusan mengenai sosiolinguistik yang
diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa
dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.
Berikut beberapa rumusan mengenai sosiolinguistik dari beberapa
pakar sebagai berikut : Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah
subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan
pemakaiannya dalam masyarakat. Di dalam bukunya Abdul Chaer juga
menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah
pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat
bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan
ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. (Abdul Chaer, tahun 1994
dalam Linguistik Umum)
Sosiolinguistik yang menurut sejumlah ahli (Wardhaugh, 1985,
Holmes 1995) adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan
korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-
faktor sosiokultural pertuturannya, tentu saja mengasumsikan pentingnya
pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya, seperti:
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik edalam mengidentifikasikan,
dan menjelaskan fenomena-fenoma yang menjadi objek kajiannya, yakni
bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya (Wikipedia, diakses
Oktober 2020)
Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan
dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa
(Kridalaksana, 1978:94). Selanjutnya teori sosiolinguistik yang bisa
dipakai sebagai rujukan adalah teori dari Nababan, bahwa pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut Sosiolinguistik oleh
(Nababan, tahun 1984:2). Sedangkan J.A Fishman 1972:4) menyatakan
bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa,
fungsi-fungsi bariasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur
ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam
satu masyarakat tutur. Rene Appel , Gerad Hubert, Greus Meijer
(1976:10) berpandangan bahwa sosiolinguistik adalah kajian mengenai
bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan. Booij
beranggapan bahwa sosiolinguistik adalah subdisplin ilmu bahasa yang
mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa
dan pergaulan sosial. Criper dan widdowson mengemukakan bahwa
sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan
untuk meneliti bagaimana konvensi pemakaian bahasa berhubungan
dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial. Tidak jauh berbeda dari
pendapat sebelumnya Nancy Parrot Hickerson berpandangan bahwa
sosiolinguistik adalah penggembangan subbidang linguistik yang
memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam
suatu konteks sosial itu dengan variasi bahasa. (Chaer dan Agustina, 2004
:3-4)
Dari definisi-definisi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner
dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa
dan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.
Kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, yang lebih
berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa/dialek dalam
budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa/dialek dalam budaya tertentu,
pilihan pemakaian bahasa/dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik,
dan latar pembicaraan. Sebagai tambahan, istilah linguistik itu sendiri baru
muncul pada tahun 1952 dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan
perlu adanya penelitian mengenai hubungan anatara perilaku ujaran
dengan status sosial (Dittmar, dalam Abdul Chaer, : 5). Sedangkan fisman
sendiri dalam bukunya yang terbit tahun 1970 menggunakan nama
sosiolinguistic, tetapi pada tahun 1972 menggunakan nama Sociology of
Language. Lalu juga ada Halliday, seorang lingguis Inggris yang banyak
memperhatikan segi kemasyarakatan bahasa dalam bukunya The
Linguistics Science and Language Teaching.
Sosiolinguistik memandang bahasa tidak hanya sebagai alat
komunikasi atau alat untuk menyampaikan pikiran. Karena, yang menjadi
sorotan dalam sosiolinguistik adalah siapa yang berbicara, menggunakan
bahasa apa, kepada siapa, kapan dan apa tujuannya. Pandangan
sosiolinguistik terhadap bahasa dapat dilihat dari fungsi-fungsi bahasa
melalui sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat
pembicaraan. Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau
pribadi atau emotif. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa
yang dituturkannya. Dilihat dari segi pendengar, bahasa berfungsi direktif,
yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Finnochiaro (1974) dan Haliday
(1973) menyebutnya fungsi instrumental, sementara Jakobson (1960)
menyebutnya fungsi retorikal.
Selain itu sosiolinguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tetapi
yang berkaitan dengan struktur masyarakat; bahasa dilihat sebagai sistem
yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan nilai-nilai sosiobudaya yang
dipatuhi oleh penutur itu; jadi bahasa dilihat sebagai sistem yang terbuka.

1. Masalah-Masalah Sosiolinguistik

Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University


of California, Los Angeles, tahun 1964 telah merumuskan adanya tujuh
dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan
masalah dalam sosiolinguistik itu adalah : ( Chaer dan Agustina, 2004 :5).

1. Identitas sosial dari penutur,


2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi
3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi,
4. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial,
5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-
bentuk ujaran,
6. Tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan
7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik

Identitas sosial dari penutur adalah, antara lain dapat diketahuii dari
pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya
dengan lawan tuturnya. Maka identitas penutur dapat berupa anggota
keluarga, (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya ), teman karib,
sahabat, guru, tetangga, pejabat dan lain-lain. Identitas penutur itu dapat
mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Sedangkan Identitas sosial
dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas
pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga dan sebaginya. Identitas
pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.

Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang


keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam masjid, dan lain-lain.
Tempat peristiwa tutur terjadi dapat mempengaruhi pilihan kode dan gaya
dalam bertutur. Begitu pula dengan analisis diakroni dan sinkronik dari
dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu,
baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang
tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan
dengan kedudukan mereka sebagai anggota-anggota kelas sosial tertentu
dalam masyarakat. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap
bentuk-bentuk perilaku ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya
mempunyai kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Sedangkan
tingkatan variasi juga membuat fungsi sosial dan politik bahasa memiliki
tingkatan masing-masing, dan dimensi terakhir, yakni penerapan praktis
dari penelitian sosiolinguistik, topik yang membicarakan kegunaan
sosiolinguistik dalam menghadapi masalah praktis kebahasaan dalam
masyarakat.

2. Kegunaan Sosiolinguistik Bagi Masyarakat


Setiap bidang ilmu tentunya mempunyai kegunaan dalam
kehidupan praktis, seperti halnya ilmu sosiolinguistik. Kegunaan
sosiolinguistik secara praktis sangat banyak, karena bahasa sebagai alat
komunikasi verbal manusia yang tentunya memunyai aturan-aturan
tertentu. Dalam kaitan penggunaan, sosiolinguistik memberikan
pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik juga
memberi penjelasan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau
segi sosial tertentu, seperti yang dirumuskan oleh Fisman (1967:15) bahwa
yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah “Who speak, what
language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fisman
tersebut dapat dijabaran manfaat atau kegunaan sosiolinguistik bagi
kehidupan praktis manusia adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi. Sosiolinguistik akan memberikan
pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menujukkan bahasa,
ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita
berbicara dengan orang tertentu. Dengan demikian, antara bahasa dan
maksud yang akan kita sampaikan kepada orang lain dapat
tersampaikan dengan baik dan tepat. Misalnya saja kita adalah anak
dalam sebuah keluarga, tentu kita harus menggunakan ragam atau gaya
bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak,
atau adik. Seorang murid yang akan berbicara dengan guru, teman
sekelasnya, atau dengan teman yang kelasnya lebih tinggi tentu juga
akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda untuk setiap
lawan bicara yang dihadapi. Sosiolinguistik juga menujukkan
bagaimana kita harus berbicara apabila kita berada di dalam lingkungan
mesjid, di dalam ruang perpustakaan, di taman, di pasar, ataujuga di
lapangan sepak bola.
2. Dalam pengajaran bahasa disekolah, sosiolinguistik juga memunyai
peranan yang sangat besar. Misalnya saja kajian kita terhadap bahasa
secara internal, yang akan menghasilkan perian-perian bahasa secara
objektif deskriptif, dalam wujud berbentuk sebuah buku tata bahasa.
Jika kajian secara internal itu dilakukan secara deskriptif, itu akan
menghasilkan sebuah buku tata bahasa deskriptif. Sedangkan jika
kajian yang dilaksanakan secara normatif, itu akan menghasilkan
sebuah buku tata bahasa normatif. Kedua buku tata bahasa tersebut
mempunyai hasil perian yang berbeda. Untuk selanjutnya apabila kedua
buku tata bahasa tersebut digunakan dalam penggunaan bahasa, juga
akan mempunyai persoalan yang berbeda. Apabila dalam pengajaran
bahasa yang digunakan adalah buku tata bahasa deskriptif, maka
kesulitannya adalah bahwa ragam bahasa yang harus diajarkan adalah
ragam bahasa baku, padahal dalam buku tersebut terekam juga hasil
perian ragam nonbaku.
3. Buku-buku tata bahasa, sebagai hasil kajian internal terhadap bahasa
biasanya hanya menyajikan kaidahkaidah bahasa tanpa mengaitkannya
dengan kaidah-kaidah pengunaan bahasa. Akan tetapi dalam buku
tersebut tidak terdapat kaidah social bagaimana menggunakan dalam
kehidupan sosial masyarakat, sehingga orang yang mempelajari bahasa
Indonesia dan tidak mengenal kaidah sosial dalam menggunakan kata
ganti itu akan mendapatkan kesulitan besar. Oleh karena itu, bantuan
sosiolinguistik dalam menjelaskan penggunaan kata ganti tersebut
sangat penting. Dengan demikian, tanpa bantuan sosiolinguistik
(misalnya, kepada siapa, kapan, di mana kata ganti itu harus dipakai)
sajian kata ganti itu tidak berguna dalam percakapan yang sebenarnya.
Daftar Pustaka

Chaer, A dan Leoni A. 2004.Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka


Cipta.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1999. Modul hakikat sosiolingustik. Malang: UM Press

http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN4431-
M1.pdf
Muliastuti, Liliana. 2014. Modul bahasa dan linguistik. Diakses pada Oktober
2020 pada laman
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.
ut.ac.id/4729/3/PBIN4101M1.pdf&ved=2ahUKEwjb1q7x9qLsAhVj63MBH
Wu8BLUQFjABegQIBhAB&usg=AOvVaw2tCk3MRIPKzC8drYIo4T27&c
shid=1602089150011

Wartiningsih, Agus. “Sosiolinguistik Sebagai Ilmu Antardisipliner”. Pontianak :


Universitas Tanjungpura. Dipetik pada Oktober 2020.

Pada laman uniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/materi-sosiolinguistik.html


diakses pada Oktober 2020

Laman wikipedia “Sosiolinguistik” diakses pada Oktober 2020


Pertanyaan

1. Jelaskanlah fungsi-fungsi bahasa!

2. Jelaskanlah hakikat bahasa dilihat dari segi linguistik, dari segi sosiolinguistik,
dan dari segi komunikasi!

3. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisplin antara sosiologi dan linguistik, dua


bidang ilmu empiris tersebut mempunyai kaitan sangat erat. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan keterkaitan sosiolinguistik dan linguistik?

4. Jelaskanlah manfaat sosiolinguistik bagi pengajaran bahasa !

5. Jelaskanlah masalah-masalah linguistik secara ringkas dan jelas!

6. Jelaskanlah bagaimana kedudukan disiplin sosiolinguistik dalam studi linguistik


dan berikan contoh penerapan dari sosiolinguistik !
SOSIOLINGUISTIK

KEDWIBAHASAAN

“ALIH KODE DAN CAMPUR KODE”

Dosen Pengampu : Dra. Erni, M. Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ALDI ROSPENDI RAHMAT (186210177)


2. ANDIKA MEGA SELVIANA (186210356)
3. ANDRIYANTI ADRI S (186210038)
4. BELLA SETYANINGRUM P (186211067)
5. DEWI UTAMI (186210735)
6. DIAN ADRIANA (186210690)

KELAS : 5C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2020/2021

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 1


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kelompok 1 kemudahan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiolinguistik dengan judul
KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi besar, Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusunan makalah ini guna untuk memenuhi tugas yang diberikan selama libur
perkuliahan guna mengantisipasi adanya virus COVID`19 yang dipandu oleh Ibu dosen kami
Dra. Erni, M. Pd. sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang
kami sajikan ini bermanfaat dan bisa di gunakan dengan sebaiknya. Permohonan maaf kami
sampaikan kiranya ada kesalahan dalam penulisan.Untuk itu kami harapkan kritik dan saran
yang membangun agar kedepan kami bisa memperbaikinya

Pekanbaru , 18 November 2020

Kelompok 1

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang .................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6

A. Pengertian Ahli Kode dan Campur Kode .......................................................... 6

B. Latar BelakangTerjadinya Ahli Kode ............................................................. 12

C. Latar Belakang Terjadinya Campur Kode ....................................................... 15

D. Contok Bentuk-Bentuk Campur Kode............................................................. 16

BAB III PENUTUP .....................................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 3


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk berkehendak selalu membutuhkan orang lain dalam rangka
pemenuhan segala kebutuhan hidupnya.Manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain.Hal ini berarti terdapat hubungan ketergantungan antara manusia yang satu
dan manusia yang lain. Wujud saling ketergantungan tersebut berlangsung dalam proses
interaksi dan komunikasi di antara sesama manusia yang terhimpun dalam komunitas besar
manusia yang disebut masyarakat. Satu hal mutlak yang dibutuhkan dalam proses komunikasi
adalah alat komunikasi yang berupa bahasa.

Saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia dapat disebut sebagai masyarakat
multilingual atau dwibahasa. Seseorang dikatakan dwibahasa jika mampu menguasai dua
bahasa atau lebih dalam komunikasinya. Mackey (dalam Aslinda dan Syafyahya: 2007),
mengatakan bahwa dalam membicarakan kedwibahasaan tercakup beberapa pengertian,
seperti masalah tingkat, fungsi, pertukaran/alih kode, percampuran/campur kode, interferensi,
dan integrasi.
Penutur bahasa di Indonesia ini, pada umumnya menguasai lebih dari satu bahasa,
sekurang-kurangnya menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi
penutur bahasa tersebut, harus memilih bahasa apa yang dipakai, apakah bahasa Indonesia
atau bahasa daerah seperti bahasa Lampung atau bahasa Jawa dan lain-lain. Lebih rumitnya
lagi, dalam berkomunikasi mereka sering memasukan unsur-unsur bahasa lain ke dalam
bahasa yang dominan dipakai. Kedwibahasaan yang terjadi di daam masyarakat
menyebabkan pemakaian dua bahasa dan terjadinya suatu proses ahli kode dan campur kode
di dalamnya. Penyusun makalah ini akan coba memaparkan materi mengenai kedwibahasaan
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ahli kode dan campur kode?

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 4


2. Bagaimana proses latar belakang terjadinya ahli kode?
3. Bagaimana proses latar belakangnya campur kode?
4. Bagaimana contoh bentuk-bentuk campur kode?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisn Makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian ahli kode dan campur kode.
2. Mengetahui latar belakang terjadinya ahli kode.
3. Mengetahui latar belakang terjadinya campur kode.
4. Mengetahui contoh bentuk-bentuk campur kode.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 5


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahli Kode dan Campur Kode

Dari pembicaraan di depan dan terlebih-lebih dari pengalaman hidup di Indonesia,


kita ketahui bahwa di banyak negara, bahkan banyak daerah dan kota, terdapat orang-orang
yang memakai bahasa-bahasa yang berlainan. Biasanya juga trdapat orang-orang yang dapat
memakai lebih dari satu bahasa, umapamanya bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Suatu
daerah atau masyarakat di mana terdapat dua bahasa disebut daerah atau masyarakat yang
berdwibahasa atau bilingual. Orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut
dwibahasawan atau orang yang bilingual (berdwibahasa). Pembicaraan tersebut mungkin
agam membingungkan ataupun sukar untuk dapat dimengerti.

Istilah kedwibahasaan dapat dipakai untuk perorangan dan dapat juga dipakai untuk
masyarakat. Jika kita perhatikan kedwibahasaan dalam satu masyarakat, dapat kita lihat dua
keadaan teoritis yang ekstrem. Yang pertama ialah keadaan dimana semua anggota
masyarakat itu tahu dua bahasa dan menggunakan kedua bahasa tersebut setiap hari dalam
pekerjaan maupun interaksi sosial. Keadaan ekstrem kedua ialah bila ada dua bahasa dalam
masyarakat itu, tetapi setiap orang tahu hanya satu bahasa dan dengan begitu masyarakat itu
terdiri dari da jaringan komunikasi (atau masyarakat bahasa) yang monolingual dan
tersendiri. Dalam keadaan yang sebenarnya, kedua keadaan kedwibahasaan yang ekstrem ini
tidak kedapatan terkecuali dalam masyarakat-masyarakat yang amat kecil dan terpencil
(Gumperz, 1968).

1. Membedaan pengertian alih kode dan campur kode


Manusia sebagai makhluk berkehendak selalu membutuhkan orang lain dalam rangka
pemenuhan segala kebutuhan hidupnya.Manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain.Hal ini berarti terdapat hubungan ketergantungan antara manusia yang
satu dan manusia yang lain. Wujud saling ketergantungan tersebut berlangsung dalam
proses interaksi dan komunikasi di antara sesama manusia yang terhimpun dalam
komunitas besar manusia yang disebut masyarakat. Satu hal mutlak yang dibutuhkan
dalam proses komunikasi adalah alat komunikasi yang berupa bahasa. Seseorang yang
tidak menguasai bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat tentu merasakan
kesulitan berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam masyarakat tersebut. Hal ini

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 6


sesuai dengan definisi bahasa menurut KBBI (2005) yang menyatakan “bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berintraksi, dan mengidentifikasikan diri”. Komunikasi
efektif tidak akan terjalin jika pihak yang berkomunikasi tidak memiliki referensi
kebahasaan yang sama.
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran utama bahasa adalah
pelaksanaan fungsinya sebagai alat komunikasi. Satu hal yang tidak dapat dihindari dari
implementasi peran bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat adalah terjadinya
kontak bahasa. Kontak bahasa yang dimaksud adalah bertemunya dua bahasa atau lebih
dalam suatu proses komunikasi sosial.
Berkenaan dengan pengertian kontak bahasa,Jendra (2001) menyatakan:
Language contact is a sociolinguistics circumstance where two or more
languages, elements of different languages, or varieties within a
language, used simultaneoualy or mixed one over the others. The concept
has been used to cover a situation where people choose to switch from
using a language to another for particular reasons as well as for no
obvious reasons. Forms of language contact have been also described to
result from spontaneous acts of the speakers (hlm. 67).

Pengertian tersebut menandaskan bahwa kontak bahasa merupakan kondisi


sosiolinguistik yang memungkinkan terjadinya tindakan spontan seorang penutur untuk
mengganti kode bahasa yang sedang digunakan dalam suatu proses komunikasi.
Penggantian kode bahasa tersebut dapat terjadi secara keseluruhan, memasukkan unsur
bahasa lain dalam bahasa yang sedang digunakan, atau pergantian variasi sebuah bahasa.
Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu alasan tertentu yang memungkinkan suatu komunikasi
dapat lebih mudah untuk dimengerti oleh mitra tutur.

Adanya kecenderungan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan yang menjadi


amanat globalisasi, mendorong masyarakat global untuk berlombalomba
memaksimalkan potensi diri khususnya dalam penguasaan bahasa. Hal ini
mengakibatkan berkembangnya pula fenomena kontak bahasa yang tidak lagi sebatas
antara bahasa nasional dan bahasa daerah, namun juga antara bahasa nasional dengan
bahasa asing, bahasa daerah dengan bahasa asing, bahkan kontak antara ketiga bahasa
baik bahasa nasional, daerah, dan asing dalam suatu komunikasi. Peristiwa inilah yang

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 7


pada akhirnya mengakibatkan terjadinya fenomena kebahasaan berupa alih kode dan
campur kode.

Alih kode dan campur kode bukanlah bentuk kesalahan berbahasa yang disebabkan
lemahnya penguasaan penutur terhadap bahasa yang digunakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Muharram (2008) yang menyatakan bahwa “alih kode bukanlah merupakan
suatu kebetulan atau terjadi secara sembarang, dan bukan pula merupakan kekacauan
pemakaian bahasa seperti banyak dikatakan orang, melainkan ditentukan oleh berbagai
keadaan sosial dan situasional serta sarat dengan makna sosial”.

Pada umumnya kecenderungan alih kode dan campur kode lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi dalam wacana lisan. Namun, alih kode dan campur kode
dapat juga terjadi pada wacana tulis yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab tertentu,
misalnya tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sebagai
‘pemanis’ dalam cerita fiksi (karya sastra), dan sebab-sebab lainnya. Bilingualisme
merupakan kondisi kebahasaan yang muncul sebagai akibat terjadinya kontak bahasa
dalam proses komunikasi. Berpijak pada pernyataan Jendra (2001) dapat disimpulkan
bahwa kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat bilingual memungkinkan seseorang
untuk melakukan alih kode (code switching) ataupun campur kode (code mixing) dalam
proses komunikasi sistem ungkapan yang dipakai dalam menggambarkan makna
tertentu, dan bahasa manusia adalah sejenis kode; (2) sistem bahasa dalam suatu
masyarakat; (3) variasi tertentu dalam bahasa”. Secara sederhana, Wardhaugh (1988)
menyatakan bahwa, kode adalah semacam sistem yang dipakai dua orang atau lebih
untuk berkomunikasi (Rahardi, 2001: 22).

a. Alih Kode
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam
masyarakat bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau
multilingual mungkin sekali seorang penutur menggunakan berbagai kode dalam
tindak tuturnya sesuai dengan situasi dan berbagai aspek yang melingkupinya.
Jendra (2001) menerangkan bahwa alih kode adalah situasi di mana seorang
pembicara dengan sengaja mengganti kode bahasa yang sedang ia gunakan karena
suatu alasan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Pietro (1977) menyatakan bahwa
code switching is the use of more than one language by communicants in the
execution of a speech act (Jendra, 2001: 74).

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 8


Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa alih kode
adalah fenomena yang biasa terjadi dalam masyarakat bilingual atau multilingual.
Definisi tersebut juga mengisyaratkan bahwa alih kode juga dapat terjadi dalam
percakapan tunggal. Dengan kata lain, jika seorang dwibahasawan menggunakan
bahasa daerah dalam percakapan sehari-harinya dan berganti dengan bahasa
Indonesia ketika ia berada di sekolah, maka aktivitas ini dapat dikategorikan sebagai
alih kode.
Salah satu ciri alih kode adalah adanya aspek ketergantungan bahasa di dalam
masyarakat multilingual. Artinya di dalam masyarakat multilingual hampir tidak
mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak tanpa sedikitpun
memanfaatkan bahasa lain. Ciri yang lain diungkapkan oleh Suwito (1985) bahwa,
“Pemakaian dua bahasa atau lebih dalam alih kode ditandai oleh: 1) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, dan 2)
fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan
perubahan kodenya”. Hal ini berarti, alih kode dapat dikatakan memiliki fungsi
sosial.
Berdasarkan sifatnya, alih kode dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu:
 Alih kode intern. Alih kode intern adalah alih kode yang terjadi
antarbahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, misalnya bahasa
Jawa dan bahasa Madura.
 Alih kode ekstern. Alih kode ekstern merupakan alih kode yang terjadi
antara bahasa asli dengan bahasa asing, misalnya bahasa Indonesia dengan
bahasa Inggris.
Dalam keadaan kedwibahasaan (bilingualisme), akan sering terdapat orang
menggnti bahasa atau ragam bahasa. Hal ini tergantung pada keadaan atau keperluan
berbahasa itu. Umpanya, sewaktu kita berbahasa A dengan si P datang si Q yang
tidak dapat berbahasa A memasuki situasi berbahasa itu, maka kita beralih memakai
bahasa B yang dimengerti oleh si Q. Kejadian seperti itu dapat kita sebut Alih Kode.
Konsep alih kode ini mencakup juga kejadian di mana kita beralih dari stau ragam
fungsiolek (umpamanya ragam santai) ke ragam lain (umpanya ragam formal), atau
dari satu dialek ke dalek yang lain dan sebagainya.
Situasi berbahasa yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi alih kode
ialah terdiri dari faktor-faktor yang menentukan tindak laku bahasa seperti pemeran

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 9


serta, lokasi, jalur, tujuan, dan lain sebagainya. Seseorang baru dapat dikatakan
menguasai suatu bahasa kalau dia dapat beralih kode dengan sewajarnya.

b. Campur Kode
Pembahasan tentang alih kode selalu diikuti pembahasan tentang campur
kode. Pasalnya kedua gejala tersebut seringkali terjadi secara bersamaan dalam
sebuah peristiwa sosiolinguistik. Kachru mendefinisikan campur kode sebagai
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa
yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain secara konsisten (Suwito, 1985: 89).
Sementara itu, Chaklander berpendapat bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat
dalam peristiwa campur kode itu terbatas pada unsur klausa, apabila di dalam
tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di
dalam satu klausa yang sama, maka peristiwa itu di sebut campur kode (Suwito,
1985:89).
Suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau
lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau
discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
penvampuran bahasa itu. Dalama keadaan demikian, hanya kesantaian penutur atau
kebiasaannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian dapat kita sebut dengan
Campur Kode. Di Indonesia, campur kode ini sering sekali terdapat di dalam
keadaan orang berbincang-bincang yang dicampur ialah bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Jikalau yang berbincang-bincang itu orang-orang yang ‘terpelajar’,
kita dapat juga melihat campur kode antara bahasa Indonesia (bahasa daerah)
dengan bahasa asing (Inggris dan Belanda).
Chaeer dan Agustina (2004) menyatakan, “Dalam campur kode ada sebuah
kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan
keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu
hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian
sebagai sebuah kode”.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau
terdapat campur kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan karena tidak ada
ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai
kata atau ungkapan dari bahasa asing dalam bahasa tulisan, hal ini kita nyatakan

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 10


dengan mencetak miring atau menggarisbawahi kata atau ungkapan bahasa asing
yang bersangkutan. Kadang-kadang terdapat juga campur kode ini bila pembicara
ingin memamerkan ‘keterpelajarannya’ atau ‘kedudukannya’.
Campur kode (code mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan
suatu bahasa secara dominan, mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar
belakang sosial, tingkat pendidikan, serta rasa keagamaan. Biasanya ciri
menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal, namun bisa juga terjadi karena
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada adanannya, sehingga
ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi
(Azhar, dkk,2011:16-17).
Berdasarkan hubungan kekerabatan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran,
Indra (2008) mengklasifikasikan campur kode menjadi tiga jenis, yaitu campur kode
ke dalam (inner code-mixing), campur kode ke luar (outer codemixing), dan campur
kode campuran (hybrid code mixing).
Alih kode dan campur kode merupakan fenomena sosiolinguistik yang
memiliki kemiripan. Oleh karenanya, faktor-faktor pendorong terjadinya kedua
peristiwa tersebut juga sulit dibedakan dan tidak jarang tumpang tindih. Beberapa
ahli pun memerikan faktor-faktor tersebut secara bervariasi. Jendra (2001)
menyatakan, “Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang dwibahasawan
melakukan alih kode. Beberapa alasan tersebut antara lain: 1) mengutip pendapat
seseorang; 2) penegasan identitas kelompok atau solidaritas; 3) masuk atau
keluarnya seseorang dari suatu percakapan; 4) menaikkan status sosial; 5)
meunjukkan keahlian berbahasa”.
Indra (2008: 36) menyusun klasifikasi tersendiri tentang faktor-faktor yang
mendorong terjadinya campur kode. Dikemukakan dalam sebuah penelitiannya
bahwa secara garis besar faktor pendorong terjadinya campur kode dibedakan
menjadi dua, yaitu (1) ekstralinguistik dan (2) intralinguistik. Faktor ekstralingustik
dipengaruhi oleh hal-hal di luar kebahasaan. Misalnya, terkait dengan tujuan
pembicaraan, situasi pembicaraan, tingkat pendidikan, status sosial, lawan bicara,
dan sifat pembicaraan. Faktor ekstralingustik bisa juga muncul dari adanya
keinginan penutur untuk menjelaskan, menyatakan prestise, melucu, menggunakan
bahasa yang bermakna kias, dan sebab-sebab lainnya. Faktor intralingustik berkaitan
dengan hal-hal yang ada dalam bahasa itu sendiri. Misalnya, tidak adanya leksikon

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 11


dari bahasa asli untuk konsep-konsep tertentu, leksikon bahasa asli belum atau tidak
mewahanai kosep yang dimaksud dalam bahasa lain, dan sebab-sebab lainnya.

B. Latar Belakang Terjadinya Alih Kode

Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum, penyebab alih kode itu
disebabkan antara lain adalah : (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur,
(3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal
atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan. Oleh Chaer dan Leonie Agustina
(2010: 108-113) menjelaskan sebagai berikut :

Faktor Penutur. Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode
untuk mendapatkan “keuntungan”atau “manfaat” dari tindakannya itu. Misalnya , ketika
bercakap-cakap mengenai suatu urusan, si A baru tahu bahwa lawan bicaranya si B itu
berasal dari daerah yang sama dengan dia pula dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama.
Maka dengan maksud agar urusannya cepat selesai dia melakukan alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa daerah. Jika si B terpancing untuk menggunakan bahasa daerah, maka
bisa diharapkan urusan menjadi lancar. Tetapi jika si B tetap menggunakan bahasa Indonesia,
bahasa resmi untuk urusan kantor, maka mungkin urusan itu tidak berjalan lancar, karena
kesamaan satu masyarakat tutur yang ingin dikondisikan tidak berhasil, yang mengakibatkan
tidak adanya rasa keakraban. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah
dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh
“keuntungan”ini biasanya dilakukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur mengharapkan
bantuan lawan tuturnya.

Faktor Lawan Tutur. Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya
alih kode. Ini disebabkan oleh keinginan untuk mengimbangi kemampuan berbahasa lawan
tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang
karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur berlatar belakang
bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan
varian, ragam, gaya, atau register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak
sama dengan si penutur, maka yang terjadi adalah alih bahasa.

Faktor hadirnya penutur ketiga. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak
berlatar belakang bahasa yang sma dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 12


lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya pada ilustrasi, sewaktu
Nanang dan Ujang bercakap-cakap dalam bahasa sunda, masuklah togar yang tidak
menguasai bahasa sunda. Maka, Nanang dan Ujang segera beralih kode dari bahasa sunda ke
bahasa Indonesia. Jika Togar mengerti bahasa sunda mungkin alih kode tidak dilakukan oleh
Nanang dan Ujang. Status orang ketiga dalam alih kode juga menentukan bahasa atau varian
yang harus digunakan.

Faktor perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya. Perubahan situasi bicara
dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya pada ilustrasi, percakapan yang dimulai
dalam bahasa Indonesia karena tempatnya di kantor dan yang dibicarakan adalah tentang
surat. Jadi, situasinya formal. Namun begitu yang dibicarakan bukan lagi tentang surat,
melainkan tentang pribadi orang yang di kirimi surat, maka situasi ini menjadi tidak formal,
terjadilah alih kode, bahasa Indonesia diubah menjadi bahasa jawa.

Faktor perubahan topik pembicaraan. berubahnya topik pembicaraan dapat juga


menyebabkan terjadinya alih kode. Contohnya pada percakapan antara sekretaris dan majikan
diatas sudah dapat dilihat ketika topiknya tentang surat dinas, maka percakapan itu
berlangsung dalam bahasa Indonesia. Tetapi ketika topiknya bergesar pada pribadi orang
yang dikirimi surat, terjadilah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa jawa. Dalam kasus
pertuturan sekretariat dan majikan di atas tampaknya penyebab alih kode itu, yaitu
perpindahan topik yang menyebabkan terjadinya perubahan situasi dari situasi formal
menjadi situasi tidak formal merupakan penyebab ganda. Jadi, penyebab alih kode dalam
kasus percakapan sekretariat dengan majikan di atas adalah berubahnya situasi dari formal ke
situasi tidak formal.

Dari lima faktor penyebab terjadinya alih kode diatas, sebenarnya masih banyak
faktor atau variable lain yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Penyebab-penyebab
ini berkaitan dengan verbal repertoire yang terdapat dalam suatu masyarakat tutur serta
bagaimana status sosial yang dikenakan oleh para penutur terhadap bahasa-bahasa atau
ragam-ragam bahasa yang terdapat dalam masyarakat tutur. Widjajakusumah (1981) dalam
Chaer dan Leonie (2010:112) “Melaporkan hasil penelitiannya mengenai sebab-sebab
terjadinya alih kode dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia, dan sebaliknya dari bahasa
Indonesia ke bahasa sunda di kota bandung.”

Menurut Widjajakusumah terjadinya alih kode dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia
karena:

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 13


1) Kehadiran orang ketiga
2) Perpindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis
3) Beralihnya suasana bicara
4) Ingin dianggap “terpelajar”
5) Ingin menjauhkan jarak
6) Menghindari adanya bentuk kasar dan halus dalam bahasa sunda
7) Mengutip pembicaraan orang lain
8) Terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia
9) Mitra berbicaranya lebih mudah
10) Berada di tempat umum
11) Menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa sunda
12) Beralih media/cara bicara

Sedangkan penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa sunda adalah karena:

1) Perginya orang ketiga


2) Topiknya beralih dari hal teknis ke hal nonteknis
3) Suasana beralih dari resmi ke tidak resmi; dan situasi kesundaan ke keindonesiaan
4) Merasa ganjil untuk tidak berbahasa sunda dengan orang sekampung
5) Ingin mendekatkan jarak
6) Ingin beradab-adab dengan menggunakan bahasa sunda halus, dan beradab-adab
dengan menggunakan bahasa sunda kasar
7) Mengutip dari peristiwa bicara yang lain
8) Terpengaruh oleh lawan bicara yang berbahasa sunda
9) Perginya generasi muda, mitra bicara lain yang lebih muda
10) Merasa dirumah sendiri, bukan ditempat umum
11) Ingin menampakkan bahasa pertamanya adalah bahasa Sunda
12) Beralih bicara biasa tanpa alat-alat seperti telepon

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 14


C. Latar Belakang Terjadinya Campur Kode

Proses terjadinya campur kode, sebenarnya suatu keadaan saat penutur melakukan
percampuran dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindakan situasi berbahasa nonformal.
Suwito (1983:75) mengungkapkan “terdapat dua campur kode yang melatar belakangi
penutur melakukan campur kode, yaitu latar belakang sikap (attitude) dan tipe campur kode
kebahasaan (linguistik)”. Peran penutur dalam melakukan campur kode sangat ditentukan
sikap penutur saat komunikasi. Identifikasi peranan penutur dapat diukur dengan melihat
keadaan sosial, registral dan edukasional saat bertutur. Sosial penutur saat komunikasi terjadi
akan menentukan jenis variasi bahasa yang digunakan disesuaikan dengan situasi dan
pendidikan dari lawan tutur.

Menurut Nababan (1984:32) tentang penyebab campur kode sebagai berikut :

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal.
Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat campur
kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam
bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa
asing; dalam bahasa tulisan, hal ini kita nyatakan dengan mencetak miring atau
menggarisbawahi kata /ungkapan bahasa asing yang bersangkutan. Kadang-kadang terdapat
juga campur kode ini bila pembicara ingin memamerkan “keterpelajarannya” atau
“kedudukannya”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa campur kode biasanya digunakan pada situasi
santai atau tidak formal, kalaupun dipakai dalam situasi formal dikarenakan tidak ada
padanan kata atau ungkapan yang tepat dalam bahasa Indonesia. Pemakaian campur kode ini
disebabkan oleh penutur ingin menunjukkan tingkat pendidikan dan kedudukannya dalam
lingkungan tersebut. Senada dengan hal tersebut, Chaer (2007: 69) tentang penyebab campur
kode seperti yang diungkapkan di bawah ini.

Dalam peristiwa campur kode, peristiwa itu terjadi dengan disadari oleh si pembicara.
Dia memasukkan unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakannya karena sebab
yng lain. Misalnya, karena ingin santai, atau karena bahasa yang digunakannya tidak
memiliki ungkapan untuk konsep yang akan dikemukakannya.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 15


Pendapat tersebut maksudnya, campur kode dilakukan oleh penutur dengan sadar. Hal
tersebut dikarenakan keadaan santai dan tidak ada ungkapan dalam bahasa Indonesia yang
sesuai dengan yang akan dikemukakannya.

Identifikasi ragam bahasa penutur juga akan menentukan proses melakukan campur
kode. Dalam hal ini penutur akan menempatkan diri ke dalam status sosial tertentu. Penutur
akan menentukan sikap untuk menandai hubungan terhadap orang lain. Sikap penutur saat
berinteraksi dalam komunikasi merupakan deskripsi penjelasan maksud dan tujuan penutur.
Dari sikap yang ditunjukan penutur terhadap lawan tutur akan mengandung suatu maksud
permasalahan dan penafsiran. Misalnya, sikap mengakrabkan, persahabatan, dan
kekeluargaan.

Dari sejumlah pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa campur kode terjadi dalam
suasana santai atau informal ketika suatu tuturan atau percakapan sedang terjadi. Keadaan
yang didasarkan pada tempat dan suasana serta objek pembicaraan berubah dalam berbagai
situasi dengan lawan tutur. Selain itu, faktor tidak ada ungkapan atau kata dalam bahasa
Indonesia yang tepat sehingga penutur melakukan campur kode dengan bahasa lain.

D. Contoh bentuk-bentuk campur kode

Dalam campur kode bahasa yang digunakan adalah dua bahasa atau lebih, atau dua
varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Di dalam campur kode ada sebuah
kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya
sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-
serpihan (pieces) saja , tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur
misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa
daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya , akan muncul satu
ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Jawa)
atau bahasa Indonesia yang kesunda-sundaan (kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Sunda).
(Chaer, 114-115:2005)

Menurut Rokhman (2011) campur kode ialah pemakaian dua bahasa atau lebih dengn
saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara
konsisten. Peristiwa bahasa ini sering terjadi dalam kegiatan interkasi dimasyarakat seperti

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 16


lingkungan kampus, sekolah, kantin, gelanggang olahrga, bahan bacaan dan lingkup
pertelevisian khususny pada program gelar wicara.

Gelar wicara merupakan suatu jenis acara televisi atau radio yang berisi perbincangan
atau diskusi seorang atau sekelompok orang tentang suatu topik tertentu yang dipandu oleh
pemandu acara. Gelar wicara biasanya menghadirkan beberapa tamu yang terdiri dari orang-
orang yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan topik
perbincangan. Gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya formal maupun tidak formal dan
dapat menerima tanggapan dari pemirsa luar studio berupa telepon atau sosial media.

Metro TV menghadirkan berbagai acara gelar wicara yang dikemas dengan beragam
konsep, salah satunya adalah gelar wicara Republik SentilanSentilun. Acara Republik
Sentilan Sentilun disiarkan setiap hari Sabtu pukul 19.30 WIB.

Program Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun bertemakan sosial politik. Republik
Sentilan Sentilun dipandu oleh dua budayawan senior yaitu Slamet Rahardjo sebagai Sentilan
dan Butet Kertaradjasa sebagai Sentilun. Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun berlatar
dikediaman seorang ningrat Jawa, yaitu Sentilan yang menjadi juragan atau majikan yang
disebut Ndoro, sedangkan Sentilun adalah seorang asisten rumah tangga atau batur.

Konsep latar dan suasana Jawa pada gelar wicara ini mengisyaratkan bahwa
menggunakan bahasa Indonesia tetapi potensial beralih kode dan campur kode dalam bahasa
daerah khususnya bahasa Jawa. Percakapan antara pembawa acara dan narasumber terkadang
mengalihkan dan menyisipkan bahasa daerah, bahasa asing. Pengalihan dan penyisipan
bahasa dalam percakapan merupakan suatu gejala bahasa, yakni alih kode dan campur kode.
Terjadinya alih kode dan campur kode disebabkan oleh beberapa hal seperti, pembicara,
pendengar, perubahan situasi dan kondisi, perubahan topik pembicaraan, dan latar belakang
penutur.

Contoh Bentuk Campur kode pada materi ini adalah penelitian yang diteliti oleh
(Rizqi Ulya Areista, Sumarti, dan Eka Sfia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung dengan judul penelitian “ Ahli Kode dan Campur Kode pada Gelar
Wicara Republik Sentilan-Sentilun dan Impilikasinya Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMA”. Lingkup pertelevisian atau perbincangan pembawa acara dengan narasumber yang
kemudian diimplikasikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian yang
diteliti diimplikasikan pada pembelajaran kelas XI. Percakapan dalam gelar wicara ini berupa

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 17


video yang diunduh dari website Metro TV, empat tayangan video Gelar Wicara Republik
Sentilan Sentilun yang dicatat percakapannya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknikpengamatan dan


pencatatandata. Peneliti mengamati dan mencatat peristiwa tutur antara pembawa acara dan
narasumber. Pengamatan ini dilangsungkan secara penuh. Pengamat penuh adalah penelitian
yang penelitinya dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya namun subjeknya sama
sekali tidak mengetahui apakah mereka sedang diamati (Moleong, 2005: 177).

Hasil Bentuk Campur Kode dari Penelitian tersebut adalah :

1. Campur Kode Berbentuk Kata

Campur kode berbentuk kata merupakan penyisipan serpihan bahasa berupa kata
asing atau penutur ke struktur bahasa penutur. Campur kode berbentuk katayang digunakan
dalam tuturan di Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun, meliputi penyisipan katabahasa
Inggris, Jawa, dan Sunda ke dalam struktur bahasa Indonesia. Berikut ini contoh data beserta
analisisnya :

Marwoto: Ini tukang sapu kok,

sukurkoe (Dt-72/CK62-Kt45/Jw/P43).

Campur kode pada data (72) ditemukan dalam tuturan Marwoto ketika meledek
Susilo yang kakinya dikenai sapu oleh Oppie. Marwoto menyisipkan kata “koe”. Kata
tersebut termasuk kata bahasa Jawa yang berarti „kamu‟. Campur kode tersebut termasuk
campur kode berbentuk kata karena unsur yang disisipkan merupakan satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri dan terjadi darimorfem tunggal.

2. Campur Kode Berbentuk Frasa

Campur kode berbentuk frasamerupakan penyisipan serpihan bahasa berupa frasabahasa


asing atau serumpun ke dalam struktur bahasa penutur. Campur kode berbentuk frasa yang
digunakan dalam tuturan di Gelar Wicara Hitam Putih, meliputi penyisipan frasa bahasa
Inggris, dan Jawa kedalam struktur bahasa Indonesia.Berikut ini data beserta analisisnya.
Sentilan: Itu tidak bisa in advance

(Dt-23/CK19-Fr5/Ing/K6)?

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 18


Data (23) merupakan campur kode. Data (23) berupa campur kode adalah in advance(Dt-
23/CK19-Fr5/Ing/K6).Campur kode tersebut digunakandalam tuturan Sentilan saat dia
berinteraksi berupa tanya jawab dengan bintang tamu.Campur kode pada data (23) adalah
campur berbentuk frasa.Serpihan in advance„ di muka‟merupakan sebuah frasa. Serpihan
tersebut dikatakan campur kode berbentuk frasa karena serpihan yang disisipkan adalah suatu
konstruksi yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis
tertentu dalam kalimat tetapi tidak melampaui batas klausa atau dapat dikatakan
nonpredikatif.

3. Campur Kode Berbentuk Baster

Campur kode berbentuk baster merupakan penyisipan gabungan bahasa asli penutur
dengan bahasa penutur. Campur kode baster yang digunakan ialah penyisipan
gabungan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Berikut ini data beserta analisisnya.

Asrorun: Itu sepertinya anak kita banget ya sekarang ini secara umum, tetapi itu juga
kemudian karena salah satunya adalah factor orang tua juga yang tidak cukup melek terkait
dengan layanan kepada anak. Cuma sering kali orang tua di tengah kesibukannya merasa
ilfeel. (Dt101/CK83-Bs1/Ing/K25) merasa bersalah begitu ya, saya sudah kerja siang jadi
malam malam jadi siang hanya untuk kepentingan anak banyak uang anak minta fasilitas
saya berikan yang terbaik tetapi tidak disertai dengan kontrol. Data (101) berupa campur
kode adalah ilfeel (Dt-101/CK83-Bs1/Ing/K25). Data (101) merupakan campur kode
berbentuk baster. Hal ini karena serpihan yang disisipkan merupakan gabungan kata asli
bahasa penutur dengan bahasa asing.

4. Campur Kode Berbentuk Perulangan Kata

Campur kode berbentuk perulangan katamerupakan penyisipan unsur-unsur bahasa asing


atau serumpun berupa perulangan kata (proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai
akibat fonologis atau gramatikal) ke dalam struktur bahasa penutur. Campur kode perulangan
kata tidak terdapat pada tuturan Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 19


5. Campur Kode Berbentuk Ungkapan

Campur kode ungkapan adalah penyisipanunsur-unsur bahasa lain berupa penyisipan


ungkapan atau idiom . Campur kode ungkapan tidak terdapat pada tuturan gelar wicara
Republik Sentilan Sentilun.

6. Campur Kode Berbentuk Klausa

Campur kode berbentuk klausamerupakan penyisipan unsur-unsur dari bahasa asing


atau serumpun berupa penyisipan satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan memunyai potensi untuk menjadi kalimat
ke dalam stuktur bahasa penutur. Campur kode berbentuk klausayang digunakan dalam
tuturan di Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilunberupa penyisipan klausabahasa Jawa
dan bahasa Indonesia ragam gaul ke dalam struktur bahasa Indonesia. Berikut ini contoh
data beserta analisisnya.

Cak Lontong: Usman tau gak?

Suroboyo rame tenan(Dt-39/CK35-Kl1/Jw/K

Data (39) merupakan campur kode. Data (39) berupa campur kode adalah Suroboyo
rame tenan (Dt-39/CK35-Kl1/Jw/K12). Campur kode pada data (39) merupakan
campurkode berbentuk klausa. Hal ini karena serpihan yang disisipkan merupakansatuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan
predikat, dan memunyai potensi untuk menjadi kalimat. Terdapat tiga kata, yaitu
Suroboyo „Surabaya‟, rame „ramai‟, dan tenan „sekali/amat‟. Ketiga kata tersbut
memiliki makna leksikalnya masing-masing namun ketiga kata tersebut digabungkan
menjadi satu konstruksi sintaksis. Serpihan tersebut menduduki fungsi sebagai subjek pada
kata Suroboyo„Surabaya‟, predikat pada frasa rame tenan „ramai sekali‟. Hal inilah yang
membuat campur kode pada data (39) tergolong berbentuk klausa.

Contoh lain Campur Kode adalah pada penelitian skripsi mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Univeristas Islam Riau sebagai berikut : (Arsip Perpustakaan UIR)

1. Campur Kode Tuturan Mahasiswa Patani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Faultas Keguruan Dan Ilmu Pendidilan Universitas Islam Riau.
2. Campur Kode Tuturan Penyiar Radio Dalam Acara Guten Morgen Di Stasiun Radio
PERSADA Pekanbaru.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 20


3. Campur Kode Tuturan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 21


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat
bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau multilingual
mungkin sekali seorang penutur menggunakan berbagai kode dalam tindak tuturnya
sesuai dengan situasi dan berbagai aspek yang melingkupinya.
Campur kode (code mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu
bahasa secara dominan, mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar
belakang sosial, tingkat pendidikan, serta rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya
berupa kesantaian atau situasi informal, namun bisa juga terjadi karena keterbatasan
bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada adanannya, sehingga ada
keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi
(Azhar, dkk,2011:16-17).
Alih kode dan campur kode merupakan fenomena sosiolinguistik yang memiliki
kemiripan. Oleh karenanya, faktor-faktor pendorong terjadinya kedua peristiwa
tersebut juga sulit dibedakan dan tidak jarang tumpang tindih. Beberapa ahli pun
memerikan faktor-faktor tersebut secara bervariasi. Jendra (2001) menyatakan,
“Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang dwibahasawan melakukan alih kode.
Beberapa alasan tersebut antara lain: 1) mengutip pendapat seseorang; 2) penegasan
identitas kelompok atau solidaritas; 3) masuk atau keluarnya seseorang dari suatu
percakapan; 4) menaikkan status sosial; 5) menunjukkan keahlian berbahasa”.

Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum, penyebab alih kode itu
disebabkan antara lain adalah : (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan
tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal
ke informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan. Oleh Chaer dan
Leonie Agustina (2010: 108-113).

Proses terjadinya campur kode, sebenarnya suatu keadaan saat penutur


melakukan percampuran dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindakan situasi
berbahasa nonformal. Suwito (1983:75) mengungkapkan “terdapat dua campur kode

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 22


yang melatar belakangi penutur melakukan campur kode, yaitu latar belakang sikap
(attitude) dan tipe campur kode kebahasaan (linguistik)”.
Contoh Bentuk Campur kode pada materi ini adalah penelitian yang diteliti
oleh (Rizqi Ulya Areista, Sumarti, dan Eka Sfia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung dengan judul penelitian “ Ahli Kode dan Campur
Kode pada Gelar Wicara Republik Sentilan-Sentilun dan Impilikasinya Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Lingkup pertelevisian atau perbincangan
pembawa acara dengan narasumber yang kemudian diimplikasikan dengan
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian yang diteliti diimplikasikan pada
pembelajaran kelas XI. Percakapan dalam gelar wicara ini berupa video yang diunduh
dari website Metro TV, empat tayangan video Gelar Wicara Republik Sentilan
Sentilun yang dicatat percakapannya.Yang menghasilkan campur kode berupa campur
kode frasa, campur kode kata, campur kode baster, campur kode klausa, campur kode
perulangan kata dan sebagainya.

B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penyusun mengharapkan
kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk
memperbaikinya. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat
penyusun akan selalu ditunggu oleh penyusun.

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 23


DAFTAR PUSTAKA

Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rohmani, Siti., Amir Fuady, dan Atikah Anindyarini. 2013. Analisis Alih Kode dan Campur
Kode Pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. BASASTRA Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor 1, April
2013, ISSN I2302-6405.

Chaer, Abdul dan Leoine Agustin. 2010. SOSIOLINGUSTIK PERKENALAN AWAL. Jakarta :
Rineka Cipta.

Ariesta, Rizqy Ulya dkk. Alih Kode dan Campur Kode Pada Gelar Wicara Republik Sentilan
Sentilun. Diakses pada 18 November 2020

di laman http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO1/article/.down;oad/12311/8777

Arsip Perpustakaan Universitas Islam Riau (Skripsi) pada 23 Oktober 2020

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 24


Pertanyaan

1. Jelaskanlah bagaimana hubungan antara sosioliguistik dengan kedwibahasaan “alih kode


dan campur kode” !

2. Jelaskanlah dan sertakan contoh penjelasan mengenai latar belakang sikap pada campur
kode seperti apa!

3. Jelaskanlah ahli kode intern dan ekstern dan berikan contohnya mengenai alih kode
internal dan eksternal!

4. Jelaskanlah bagaimana penaruh alih kode dan campur kode dalam pembelajaran!

5. Jelaskanlah dampak positif dan negatif alih kode dan campur kode!

6. Jelaskanlah menurut pendapat anda kemungkinan seorang penutur bilingual tidak


menggunakan bahasa atau ragam bahasa menurut fungsinya!

KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE 25


MAKALAH
SOSIOLINGUISTIK
(MASYARAKAT BAHASA )

Dosen Pengampu: Dr. Erni, M.Pd

Disusun oleh:

Erlin Nur Rohmah (186210716)


Fadhlur Rahman (186210576)
Fitria Rahmi (186210699)
Fuji Arianti (186210459)
Ifra Yunda Mardani (186210644)
Ilham Wahyudi (186210623)
Intan Nurrahma S. (186211001)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakkatuh

Setinggi puji sedalam syukur kita ucapkan atas ke hadiran Allah


SWT. yang telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Kami bersyukur bisa menyelesaikan makalah mata kuliah


SOSIOLINGUISTIK, Kami berharap makalah ini bisa memberi manfaat
dan menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Demikianlah tugas makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wababarakatuh.

Siak, 4 Oktober 2020

Kelompok 2

DAFTAR ISI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i

DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii

BAB I

PENDAHULUAN
....................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
....................................................................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulis
....................................................................................................................................
1

BAB II

PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
3

ii
2.1 Pengertian Masyarakat Bahasa
....................................................................................................................................
1

2.2 Mengidentifikasi Ciri-Ciri Masyarakat Bahasa


....................................................................................................................................
5

2.3 Menjelaskan Terbentunya Masyarakat Bahasa


....................................................................................................................................
6

BAB III

PENUTUP
....................................................................................................................................
9

3.1 Simpulan
....................................................................................................................................
9
3.2 Saran
....................................................................................................................................
9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan


penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat (Nababan, 1993 : 2). Sosiolinguistik
mengkaji bahasa, masyarakat dan hubungan bahasa dengan masyarakat. Fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki
manusia. Di dalam kehidupannya bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga
menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan
dengan alat-alat komunikasi lain termasuk juga alat komunikasi yang digunakan
para hewan.

Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang


dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2001: 21). Dengan perkataan lain
semua manusia di dunia ini sama-sama berbudaya dengan fasilitas bahasa. Di mana
pun bahasa dihasilkan dengan alat-alat ujaran yang sama dan dipakai untuk
kepentingan komunikasi; jelasnya untuk berbicara.

Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak hanya dilihat atau didekati
sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat
atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi didalam masyarakat manusia
(Chaer dan Agustina, 2004:3). Bahasa juga sangat berhubungan erat dengan ilmu
lainnya. Sehingga pada penyajian ini di arahkan dalam upaya memahami
bahasa. Maka jelaslah, bahwa sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan
hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.

Sosiolinguistik mengkaji bahasa dimasyarakat yang berfungsi sebagai alat


komunikasi. Untuk memperdalam dan memahami tentang ilmu sosiolinguistik

1
tentang bahasa dan masyarakat inilah, kita perlu mempelajari tentang pandangan
sosiolinguistik tentang bahasa dan dan hubungan bahasa dengan bahasa lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi titik permasalahan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian masyarakat bahasa?
2. Apa saja ciri-ciri masyarakat bahasa?
3. Bagaimana terbentuknya masyarakat bahasa?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan supaya dapat memberikan pemahaman


yang lebih luas tentang konsep pemahaman bahasa pada suatu masyarakat. Selain
pemahaman dalam proses bahasa masyarakat. Makalah ini juga bertujuan
pentingnya pengetahuan tentang bagaimana proses bahasa masyarakat itu
berlangsung sehingga tercipta suatu pemahan bahasa yang baik disekelompok
masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa yang dimaksudkan di sini tidak hanya berdasarkan
pada perkembangan bahasa, tetapi berdasarkan pada sejarah, budaya, dan
politik. Pada tahap abstraksi yang cukup tinggi ditempatkan ciri-ciri kelompok
yang memiliki kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan di bidang linguistik
terutama kesamaan bahasa atau variasi bahasa. Pada tahap abstraksi yang lebih
rendah realitas bahasa tercermin melalui kelompok-kelompok yang
bersemuka. Pengertian masyarakat bahasa yang berdasarkan kesamaan bahasa
akan menjadi bermasalah jika kita akan menjelaskan apa arti “menggunakan
bahasa yang sama” dalam situasi nyata di suatu lingkungan bahasa.
Sebagai satuan dasar pengertian dan pemahaman tentang masyarakat
bahasa dapat berpegang pada bahasa-bahasa, kelompok sosial, jaringan sosial,
hirarki dan individu-individu yang sekaligus merupakan gambaran secara
hierarkis tahapan-tahapan abstraksi. Bloomfield yang berdasarkan sistem
bahasa yang monolitik berpendapat bahwa masyarakat bahasa adalah
sekelompok orang yang menggunakan sistem tanda bahasa yang sama.
Konsep linguistik yang hampir sama, yang dipengaruhi kuat oleh pendapat
bahasa yang homogen adalah konsep Lyons tentang satuan dasar masyarakat
bahasa (1970:326). Menurut Lyons masyarakat bahasa adalah semua orang
yang menggunakan suatu bahasa tertentu (dialek).
Sebagai masyarakat bahasa, untuk sementara dapat berarti kelompok
penutur yang berdasarkan pandangan hidup mereka membentuk kelompok
berdasarkan bahasa yang sama. Titik tolak definisi Mattheire kelompok sosial
dan bahasa namun, dalam definisi ini objektivitas bahasa yang sama bersifat
relatif. Sehubungan dengan tahap abstraksi, telah kita tinggalkan tahap makro
dan kita sampai kepada komunikasi bersemuka yang nyata.

A. Masyarakat Bahasa Berdasarkan SikapSosial

3
Model paguyuban bahasa yang klasik tidak dapat mencakup perubahan
dialek perkotaan yang cepat. Bentuk yang diidealisasikan tidak cukup
mencerminkan realitas. Labov menyimpulkan bahwa anggota masyarakat
bahasa perkotaan lebih diikat oleh sikap dan prasangka yang sama dalam
berbahasa, yang luar biasa stabil dibandingkan dengan ikatan pemakaian
bahasa yang sama (1972:293). Menurut Labov pada kenyataannya sangat jelas
bahwa masyarakat bahasa didefinisikan sebagai sekelompok penutur yang
memiliki sederetan sikap sosial terhadap bahasa. Misalnya, seorang yang
berasal dari New York (orang dari kota besar) memiliki gambaran yang jelas
tentang norma-norma bahasa dan ia mengetahui jika ia menyimpang dari
norma yang ada.
B. Masyarakat Bahasa BerdasarkanInteraksi
Gumpertz mendefinisikan masyarakat bahasa (pada masa yang
lampau) ke arah komunikatif interaksi, yang dalam analisis fungsional
berpangkal pada varietas bahasa suatu masyarakat bahasa yang khas sebagai
kelompok sosial, dan bukan dari kesatuan bahasa. Definisi Gumpertz juga
memungkinkan beberapa varietas bahasa hidup berdampingan: kita
definisikan masyarakat bahasa sebagai kelompok sosial yang monolingual
atau multilingual, yang merupakan satu kesatuan karena sering terjadi interaksi
sosial dan yang dipisahkan dari sekelilingnya oleh interaksi sosial yang
melemah. Masyarakat bahasa dapat terdiri atas kelompok kecil yang
hubungannya bersemuka atau terdiri dari seluruh bahasa, tergantung dari
tingkat abstraksi yang akan dicapai(1962:101).
C. Masyarakat Bahasa Berdasarkan JaringanSosial
Jaringan sosial sebagai substratum paguyuban bahasa sebagai titik tolak
analisis bahasa dalam sosiolinguistik dikenalkan untuk menganalisis
komunikasi sehari-hari dan konvensi interaksi. Dalam hal ini jaringan
hubungan seorang individu termasuk di dalamnya dan kesatuan kelompok
sosialnya merupakan phenomena dalam berbagai tataranabstraksiGumpertz
memperhitungkan hal ini dan memasukkan dalam konsep mikronya,
paguyuban bahasa (pada tataran abstraksi yang terendah), dan konsep jaringan
4
sosial. Dengan bantuan konsep ini sebagai soerang linguis, ia akan meneliti
perilaku bahasa dalam suatu paguyuban dengan memperhatikan interpretasi
norma dan nilai yang sesuai dengankenyataan.
D. Masyarakat Bahasa Sebagai InterpretasiSubjektif- Psikologis
Bolinger (1975:33) menunjukkan kompleksitas yang bersifat
psikologis dan ciri subjektif konsep paguyuban bahasa, ia mengemukakan:
tidak ada batas untuk cara manusia berkelompok guna mencari jati diri,
keamanan, keuntungan, hiburan, kepercayaan atau tujuan lain secara bersama,
sebagai akibat hal ini tidak ada batasan sehubungan dengan jumlah dan
keanekaragaman paguyuban bahasa yang kita jumpai dalam masyarakat kita.
Setiap populasi menurut definisi Bolinger dapat terdiri atas sejumlah besar
paguyuban bahasa, yang sehubungan dengan keanggotaan dan varietas
bahasanya tumpang tindih. Realitas psikologis paguyuban bahasa yang
tergantung dari interpretasi angota-anggotanya diperhitungkan dalam
pendapat Le Page (1968), baginya keberadaan kelompok sebagai paguyuban
bahasa dengan ciri-ciri khusus yang digolongkan oleh penutur sendiri, bukan
oleh sosiolog penting. Tergantung bagaimana seorang penutur menempatkan
dirinya dalam ruang yang multidimensi (Hudson, 1980:27), ia ikut
berpartisipasi dalam berbagai paguyuban bahasa yang dimensi atau
perbandingan luasnya ditentukan oleh kelompok di sekelilingnya. Setiap
penutur menciptakan sistem perilaku bahasanya yang mirip dengan kelompok
tempat ia ingin mengidentifikasikan dirinya dari waktu ke waktu, dengan
syarat a) ia dapat mengidentifikasikan dirinya ke kelompok tersebut, b) ia
memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengamati dan menganalisis
perilaku mereka, c) memiliki motivasi yang kuat dan merasa berkewajiban
untuk memilih dan mengubah perilakunya, dan d) ia masih sanggup
menyesuaikanperilakunya.

2.2 Mengidentifikasi Ciri-Ciri Masyarakat Bahasa


Ciri masyarakat bahasa adalah menggunakan bahasa sebagai media
komunikasi dengan orang lain. Masyarakat bahasa dapat diartikan sebgai suatu
5
kelompok yang menggunakan bahasa yang sama atau bahasa yang berbeda tetapi
memiliki isyarat yang memungkinkan terjadinya saling pengertian (komunikasi) di
antara mereka. Ciri-ciri masyarakat bahasa juga dapat ditempatakan kepada
kelompok yang memiliki kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan bidang
linguistik terutama kesamaan bahasa atau variasi bahasa.

Ciri-ciri masyarakat bahasa dapat dilihat dari anggota masyarakat bahasa


yang diperkotaan lebih diikat oleh sikap dan prasangka yang sama dalam berbahasa,
yang dapat dikatakan stabil dibandingkan dengan ikatan pemakaian bahasa
dipedesaan. Ciri-ciri masyarakat bahasa

Berdasarkakn pengertian masyarakat bahasa, dapat diambil beberapa ciri dari


masyarakat bahasa, yaitu:

1. Sekelompok orang yang menggunkaan bahasa atau isyarat bahasa yang


sama,
2. Sekelompok orang yang memiliki perasaan yang sama antar penuturnya
bahwa bahasa yang digunakan sama
3. Sekelompok orang yang menggunakan norma-norma bahasa yang sama

2.3 Terbentuknya Masyarakat Bahasa

Pada intinya masyarakat tutur terbentuk karena adanya saling pengertian


(mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode
linguistik secara terinci dalam aspek-aspeknya, yaitu sistem bunyi, sintaksis, dan
semantik. Dalam saling pengertian itu ternyata ada dimensi sosial psikologi yang
subyektif. Dalam setiap populasi ada terdapat banyak masyarakat bahasa (speech
community). Ada 3 macam masyarakat bahasa, yaitu sebahasa dan saling mengerti,
sebahasa tapi tidak saling mengerti, dan berbeda bahasa tapi saling mengerti.

6
Verbal repertoir adalah semua bahasa beserta ragam-ragamnya yang dimiliki atau
dikuasai oleh seorang penutur. Berdasarkan luas dan sempitnya verbal repertoir
sebuah masyarakat tutur dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Verbal repertoir yang menjadi milik masyarakat tutur secara keseluruhan,


menunjukkan keseluruhan alat-alat verbal yang ada dalam masyarakat tutur
serta norma-norma untuk menentukan pilihan variasi sesuai dengan fungsi
dan situasinya.
2. Verbal repertoire yang dimiliki setiap penutur secara individual,
menunjukkan keseluruhan alat-alat verbal yang dikuasai oleh setiap
penutur, pemilihan bentuk dan norma-norma bahasa sesuai dengan fungsi
dan situasinya.

Dalam sosiolinguistik, Dell Hymnes tidak membedakan secara eksplisit antara


bahasa sebagai sistem dan tutur sebagai keterampilan. Keduannya disebut sebagai
kemampuan komunikatif (communicative competence). Kemampuan komunikatif
meliputi kemampuan bahasa yang dimiliki oleh penutur beserta keterampilan
mengungkapkan bahasa tersebut sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma
pemakaian dalam konteks sosialnya. Kedua jenis masyarakat tutur ini terdapat baik
dalam masyarakat yang termasuk kecil dan tradisional maupun masyarakat besar
dan modern. Hanya seperti yang dikatakan Fishman (1971) dan juga Gumperz
(1968), masyarakat modern mempunyai kecendrungan memiliki masyarakat tutur
yang terbuka dan cendrung menggunakan berbagai variasi dalam bahasa yang
sama, sedangkan masyarakat tradisional bersifat lebih tertutup dan cendrung
menggunakan variasi dan beberapa bahasa yang berlainan. Penyebab kecendrungan
itu adalah faktor sosial dan faktor kultural. Sedangkan berdasarkan verbal reseptoir
yang dimiliki oleh masyarakat, masyarakat bahasa dibedakan menjadi tiga, yaitu
masyarakat monolingual (satu bahasa), masyarakat bilingual (dua bahasa), dan
masyarakat multilingual (lebih dari 2 bahasa).

Pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruh oleh faktor sosio linguisti, tetapi juga
dipengaruhi oleh factor non sosiolinguistik. Faktor-faktor yang nonlinguistik yang
dimaksud, yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Hubungan-hubungan antara
7
faktor-faktor sosio-situasional dalam pemakaian bahasa, serta terjadinya saling
mempengaruhi antara kaidah-kaidah gramatikal dan norma-norma pemakaian
sesuai dengan fungsi dan situasinya, dapat digambarkan seperti di atas.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor


situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh
lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa: 1) faktor ekologis, misal
kondisi alam atau iklim; 2) faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang;
3) faktor temporal, misal keadaan emosi, suasana perilaku, misal cara berpakaian
dan cara berbicara; 4) faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan
karakteristik sosial individu; 5) faktor lingkungan psikososial yaitu persepsi
seseorang terhadap lingkungannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masyarakat bahasa yang dimaksudkan di sini tidak hanya berdasarkan pada


perkembangan bahasa, tetapi berdasarkan pada sejarah, budaya, dan politik. Pada
tahap abstraksi yang cukup tinggi ditempatkan ciri-ciri kelompok yang memiliki

8
kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan di bidang linguistik terutama kesamaan
bahasa atau variasi bahasa.

Berdasarkan pengertian masyarakat bahasa, dapat diambil beberapa cirri dari


masyarakat bahasa, yaitu:

1. Sekelompok orang yang menggunkaan bahasa, kode-kode linguistic atau


isyarat yang sama

2. Sekelompok orang yang memiliki perasaan yang sama antar penuturnya


bahwa bahasa yang digunakan sama

3. Sekelompok orang yang menggunakan norma-norma bahasa yang sama.

Pada intinya masyarakat tutur terbentuk karena adanya saling pengertian


(mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode
linguistik secara terinci dalam aspek-aspeknya, yaitu sistem bunyi, sintaksis, dan
semantik.

3.2 SARAN

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan adanya makalah ini semoga dapat membatu pembaca untuk
memahami makalah mengenai Masyarakat Bahasa. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya menjadi lebih baik lagi.
Apabila ada kesalahan dari makalah ini kami mohon maaf sebesar-besarnya. Untuk
pembaca selanjutnya kedepannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Malabar, Sayama. 2015. Sosiolinguistik. Gorontalo. Ideals publishing.

Puspasari, A. (2018, June). MASYARAKAT BAHASA. Jurnal Ilmiah Bina


Bahasa, XI, 16-17.

10
Pertanyaan

1. Jelaskan apakah masyarakat bahasa berdasarkan sikap sosial dengan masyarakat


bahasa berdasarkan interaksi, saling berkaitan ?
2. sebutkan ciri-ciri masyarakat bahasa ?
3. berdasarkan makalah, disebutkan bahwa ciri-ciri masyarakat bahasa dapat di
lihat dari anggota masyarakat bahasa. Bisa dijelaskan kenapa hal tersebut bisa
terjadi ?
4. jelaskan faktor mempengaruhinya masyarakat bahasa dalam kehidupan !
5. jelaskan bentuk hubungan masyarakat dan bahasa !
6. mengapa pada masyarakat bahasa pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruhi
oleh sosiolinguistik tetapi juga dipengaruhi oleh faktor non sosiolinguistik ?
7. apa perbedaan masyarakat bahasa berdasarkan sikap sosial dan masyarakay
bahasa berdasarkan jaringan sosial ?

11
MAKALAH
SOSIOLINGUISTIK
( DIGLOSIA )

Dosen Pengampu: Dr. Erni, M.Pd

Disusun oleh:

Erlin Nur Rohmah (186210716)

Fadhlur Rahman (186210576)

Fitria Rahmi (186210699)

Fuji Arianti (186210459)

Ifra Yunda Mardani (186210644)

Ilham Wahyudi (186210623)

Intan Nurrahma S. (186211001)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakkatuh

Setinggi puji sedalam syukur kita ucapkan atas ke hadiran Allah


SWT. yang telah melimpahkan rahmatnya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Kami bersyukur bisa menyelesaikan makalah mata kuliah


SOSIOLINGUISTIK, Kami berharap makalah ini bisa memberi manfaat
dan menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Demikianlah tugas makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wababarakatuh.

Siak, 18November 2020

Kelompok 2

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i

DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii

BAB I

PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
....................................................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulis
....................................................................................................................................
2

BAB II

PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
4

2.1 Pengertian Diglosia


....................................................................................................................................
4

ii
2.2 Latar Belakang Situasi Diglosia
....................................................................................................................................
5

2.3 Situasi Dioglosia di beberapa Negara


....................................................................................................................................
6

2.4 Situasi Diglosia di Indonesia


....................................................................................................................................
9

BAB III

PENUTUP
....................................................................................................................................
10

3.1 Simpulan
....................................................................................................................................
10
3.2 Saran
....................................................................................................................................
10

DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan


penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat (Nababan, 1993:2). Sosiolinguistik
mengkaji bahasa, masyarakat dan hubungan bahasa dengan masyarakat. Fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki
manusia. Di dalam kehidupannya bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga
menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan
dengan alat-alat komunikasi lain termasuk juga alat komunikasi yang digunakan
para hewan.

Masyarakat yang tertutup, yang tidak tersentuh oleh masyarakat tutur lain,
entah karena letaknya yang jauh terpencil atau karena sengaja tidak mau
berhubungan dengan masyarakat tutur lain, maka masyarakat tutur ini akan tetap
menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang
monolingual. Sebaliknya, masyarakat tutur yang terbuka, artinya yang mempunyai
hubungan dengan masyrakat tutur lain tentu akan mengalami apa yang disebut
kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya.
Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak
bahasa adalah apa yang di dalam sosiolingistik disebut bilingualisme dan diglosia.
Negara Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ragam bahasa yang
sangat banyak. Sehingga menyebabkan banyaknya suku-suku bangsa di Indonesia
yang memiliki bahasa yang berbeda-beda, inilah yang memungkinkan
masyarakatIndonesia memiliki dan menggunakan lebih dari satu bahasa. Penggunaan
lebih dari satu bahasa ini disebut dengan bilingualisme dan pengguna bahasa lebih dari satu
bahasa disebut bilingual. Meskipun demikian, Indonesia hanya memiliki satu bahasa yang

1
kemudian dijadikan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai diglosia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi titik permasalahan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian diglosia?
2. Bagaimanakan latar belakang situasi diglosia?
3. Bagaimana sitiasi diglosia dibeberapa negara?
4. Bagaimanakan situsi diglosia di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menjelaskan diglosia?
2. Untuk menjelaskan latar belakang situasi diglosia?
3. Untuk menjelaskan sitiasi diglosia dibeberapa negara?
4. Untuk menjelaskan situsi diglosia di Indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diglosia
Kata diglosia berasal dari bahasa Prancis diglossie, yang pernah digunakan
oleh Marcais, seorang linguis Prancis. Tetapi istilah itu menjadi terkenal dalam
studi linguistik setelah digunakan oleh seorang sarjana dari Stanford University,
yaitu C.A.Ferguson tahun 1958 dalam suatu simposium tenteng “Urbanisasi dan
bahasa-bahasa standar” yang diselenggarakan oleh American Anthropological
Association di Washignton DC. Kemudian Ferguson menjadikan lebih terkenal lagi
dengan sebuah artikelnya yang berjudul “Diglosia” yang dimuat dalam majalah
Word tahun 1959. Artikel Ferguson itu dipandang sebagai referensi klasik
mengenai diglosia.
Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional
atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang
dimaksud bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak
resmi atau non-formal. Contohnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa
tulis dan bahsa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian
fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam
atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana
tidak resmi di rumah). Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa
Perancis diglossie yang diserap dari bahas Yunani oleh bahasawan Yunani
LoanniPsycharis. Pada tahun 1930, istilah ini digunakan juga oleh ahli bahasa Arab,
William Marcais.

Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas


varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk
penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih
kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan

3
dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan
saluran komunikasi lisan.( Kridalaksana,2008:50)

Menurut henscyber, diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih


dalam masyarakat, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan
yang berbeda dalam konteks sosial. Ada pembagian peranan bahasa dalam
masyarakat dwibahasawan terlihat dengan adanya ragam tinggi dan rendah,
digunakan dalam ragam sastra dan tidak, dan dipertahankan dengan tetap ada dua
ragam dalam masyarakat dan dilestarikan lewat pemerolehan dan belajar bahasa.

Chaer dan Agustina (1995: 148) menerangkan bahwa Ferguson


menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana
terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu. Bila disimak, definisi Ferguson memberikan
pengertian:

(1) diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain
terdapat sejumlah dialek-dialek utama ( lebih tepat ragam-ragam utama) dari suatu
bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain.

(2) Dialek-dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah dialek standar atau
sebuah standar regional.

(3) Ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama) itu memiliki ciri :

Sudah sangat terkodifikasi

Gramatikalnya lebih komplek

Merupakan wahana kesusatraan tertulis yang sangat luas dan dihormati

Dipelajari melalui pendidikan formal

Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal

Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun) untuk percakapan sehari-


hari.

4
2.2 Latar Belakang Situasi Diglosia

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan


manusia karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi
sesama manusia. Menurut Janet Holmes (2001:3) “Languages provide a variety of
ways of saying the same thing – addressing and greeting others, describing thing,
paying compliments”. Penuturan Holmes itu menunjukan bahwa bahasa merupakan
alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat disampaikan melalui berbagai


bentuk baik media masa, cetak maupun elektronik. Penyampaian komunikasi yang
poluler dewasa ini adalah melalui media elektronik seperti televisi, radio dan
internet. Namun media cetak seperti novel tidak kalah populernya bagi para
peminat pembaca buku. Beberapa penggalan-penggalan kalimat pada sebuah novel
terdapat percakapan dari karakter-karakter di dalamnya, dan ada hal-hal yang
menarik dari percakapan tersebut seperti setting, topik, partisipan dan fungsi yang
dapat menyebabkan terjadinya Diglosia. Dalam percakapan tersebut terkadang
terjadi perbedaan diantaranya percakapan diglosia tinggi dan diglosia rendah.
Menurut H. Ronald Wardhaugh (1992:90)

Diglosia merupakan dua variasi bahasa yang sama. Seperti pendapat Holms
(2001:30) “diglossia is characteristic of speech rather than individuals. Individuals
may be bilingual.” Dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari selalu
terdapat diglosia oleh setiap individu. Terdapatnya diglosia tinggi dan rendah
merupakan ciri penggunaan diglosia dalam percakan sehari-hari oleh setiap penutur
dan mitra tutur.

Adapun contoh pengunaan diglosia tinggi seperti; pada khotbah, rapat


parlemen pemerintahan atau legislatif, pidato poilitk, siaran berita radio dan
televisi. Holmes (2001:29) “People generally admire the H variety even when they
can’t understand it. Attitudes to it are usually very respectful. It has prestige in the
sense of high status”. Kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Diglosia tinggi
selalu menggunakan bahasa formal dan digunakan pada acara formal.

5
Diglosia rendah pun memiliki perananya sendiri, dan diglosia rendah
digunakan pada situasi; seperti surat pribadi, percakapan dengan keluarga dan
teman sejawat, sastra rakyat serta pada sandiwara radio. Holmes (2001:29) “People
generally do not think of the L variety as worth describing. However, attitudes to
the L variety are varied and often ambivalent”. Dari kutipan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan diglosia rendah selalu menggunakan bahasa tidak
formal dan pada saat yang tidak formal pula.

Dari pemaparan beberapa ahli di atas, dapat diambil sintesis bahwa diglosia
merupakan situasi kebahasaan yang menunjukkan adanya penggunaan bahasa
tinggi (ragam T) dan bahasa rendah (ragam R) yang disesuaikan dengan situasi
komunikasinya. Ragam tinggi digunakan untuk berkomunikasi pada situasi resmi
seperti pada lingkup pemerintahan dan pendidikan, sedangkan ragam rendah
digunakan pada situasi tidak resmi seperti percakapan dengan teman, saat terjadi
transaksi jual beli, dan lain sebagainya.

.3 Situasi Diglosia di Beberapa Negara

1. Paraguay

Fishman mengemukakan kasus di Paraguay di mana masyarakat


mengenaldua bahasa, yaitu bahasa Guarani, yang termasuk rumpun bahasa
Indian,dan bahasa Spanyol, yang termasuk rumpun bahasa Roman. Di
Paraguay bahasa Spanyol dianggap sebagai bahasa T, sedangkan bahasa Guraniad
alah bahasa R. lebih dari separuh penduduk Paraguay merupakan penutur bilingual;
bahasa Spanyol dan bahasa Guarani.

Banyak pendudukParaguay di desa-desa yang tadinya monolingual


(Guarani), lalumenjadikan bahasa Spanyol sebagai alat interaksi sosial
yang berhubungan dengan pendidikan, pemerintah, dan agama. Sebaliknya, banya
k penduduk kota yang tetap mempertahankan penggunaan bahasaGuarani untuk
kegiatan-kegiatan santai demi solidaritas kelompok Kalau Ferguson melihat
diglosia hanya sebagai adanya adanya pembedaanfungsi ragam T dan ragam R
dalam sebuah bahasa sampai adanya perbedaan fungsi, mulai dari perbedaan

6
stilistik dari sebuah bahasa sampaiadanya perbedaan fungsi dari dua buah bahasa
berbeda. Jadi, di dalamnyatermasuk perbedaan yang terdapat antara dialek register,
atau variasi bahasa secara fungsional (Fishman 1972).

2. Tanzania

Pakar sosiologi yang lain, yakni Fasold (1984) mengembangkankonsep


diglosia ini menjadi apa yang disebutkan broad diglosia (diglosialuas). Di dalam
konsep broad diglosia perbedaan itu tidak hanya antaradua bahasa atau dua ragam
atau dua dialek secara biner, melainkan bisalebih dari dua bahasa atau dua dialek
itu. Dengan demikian termasuk jugakeadaan masyarakat yang di dalamnya ada
diperbedakan tingkatan fungsikebahasaan, sehingga muncullah apa yang disebut
Fasold diglosia ganda dalam bentuk yang disebut double overlapping diglosia,
double nesteddiglosia, dan linear polyglosia.

Yang dimaksudkan dengan double overlapping diglosia adalah


adanyasituasi pembedaan derajat dan fungsi bahasa secara berganda.
Sebagaicontoh adalah situasi kebahasaan di Tanzania, seperti yang
dilaporkanAbdulaziz Mkilifi dan dikutip oleh Fasold (1984). Di Tanzania ada
digunakan bahasa Inggris, bahasa Swahili, dan sejumlah bahasa daerah. Pada satu
situasi, bahasa Swahili adalah bahasa T, dan ada yang menjadi bahasa R-nya adalah
sejumlah bahasa daerah. Pda situasi lain, bahasa Swahili menjadi bahasa R,
sedangkan bahasa T nya adalah bahasa inggris. Jadi, bahasa Swahili mempunyai
status ganda: sebagai bahasa T terhadap bahasa daerah, dan sebagai bahasa R
terhadap bahasa Inggris.

3. India

Dalam masyarakat tutur Khalapur ada dua bahasa, yaitu bahasa Hindi
dan bahasa Khalapur, yaitu salah satu variasi bahasa Hindi dengan sejumlah persa
maan dan perbedaam dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis,dan
leksikon.Bahasa Khalapur dipelajari di rumah, dan digunakan olehsetiap orang di
desa untuk hubungan local sehari-hari. Sedangkan bahasaHindi dipelajari di
sekolah, atau melalui warga yang bermukim di kota,maupun melalui kontak luar.

7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaKhalapur adalah masyarakat diglosis
dengan bahasa Hindi sebagai bahasaT, dan bahasa Khalapur sebagai bahasa R.
namun disamping itu, baik bahasa India maupun bahasa Khalapur mempunyai dua
variasi bahasa T dan variasi bahasa R. Bahasa Khalapur mempunyai dua variasi,
yaitu satu desebut dengan Moti boli, dan yang lainnya safboli.

4. Malaysia dan Singapura

Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan linear polyglosia Fasold(1984)


mengemukakan hasil penelitian Platt (1977) mengenai situas kebahasaan
masyarakat Cina yang berbahasa Inggris di Malaysia danSingapura.Masyarakat
Cina di kedua Negara itu mempunyai verbal repertoire yangterdiri dari bahasa Cina
(yang antaranya dominan secara regional), bahasaInggris formal (dan berbagai jenis
bahasa Inggris informal), bahasaMelayu standar (bahasa Malaysia), dan bahasa
Melayu bukan standar.Kalau kita mengikuti pola yang terjadi di Khalapur, maka
dapat dilihat adatiga pasangan diglosia, yaitu:

a. Bahasa Cina yang dominan versus bahasa Cina yang bukandominan

b. Bahasa Inggris formal versus bahasa Inggris nonformalc.

Bahasa Melayu standar versus bahasa Melayu nonstandard.Kalau dalam


situasi kebahasaan di Khalapur disebutdouble nesteddiglosia,maka di kedua negara
itu bisa disebuttriple-nested diglosia.Konsep seperti yang dipakai di Khalapur
menghendaki bahwa bentukR-nya bahasa yang mana pun mempunyaikedudukan
lebih tinggidaripada bentuk T bahasa yang lain dalam rangkaian itu, seperti
halnyadengan bahasa Hindi R, yaitu bahasa Hindi percakapan lebih tinggidaripada
bentuk T bahasa Khalapur, yang disebut Saf Boli.Namun, hal ini tidak terjadi pada
masyarakat Cina Malaysia yang terdidik dalam bahasa Inggris. Bahasa Melayi
Tinggi yaitu bahasa Malaysia merupakan variasi linguistik tertinggi kedua yang
digunakan dalam masyarakat itu. Sedangkan bahasa Melayu informal yang disebut
bahasa Melayu Bazar mempunyai kedudukan bahasa yang sangat rendah, berada di
bawah bahasa manapun. Bahasa Inggris dan variasi bahasa Cina kedudukannya
lebih tinggi dari pada bahasa Melayu Bazarini. Disamping itu terdapat bahasa Cina

8
Mandarin yang mempunyai kedudukan khusus, dan harus dimasukkan dalam
deretan repertoire bahasa itu. Penataan terhadap repertoire bahasa-bahasa penduduk
Cina Malaysia yang berbahasa Inggris di Malaysia ini secara actual disebut linear
polyglosssia.

2.4 Situasi Diglosia di Indonesia

Situasi Diglosia di Indonesia

Di Indonesia juga ada pembedaan ragam Tdan ragam R bahasa Indonesia,


ragam R digunakan dalam situasi formal seperti di dalam pendidikan ;sedangkan
ragam R digunakan dalam situasi nonformal seperti dalam pembicaraan dengan
tema karib, atau sebagainya.

Dalam masyarakat Indonesia pun ragam bahasa Indonesia baku dianggap


lebih bergengsi daripada ragam bahasa Indonesia nonbaku. Dalam masyarakat
Melayu /Indonesia beberapa puluh tahun yang lalu juga ada perbedaan bahasa
Melayu dan bahasa Melayu R, dimana yang pertama menjadi bahasa sekolah, dan
yang kedua menjadi bahasa pasar. Di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa
tulis dan bahasa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian
fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam
atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana
tidak resmi di rumah).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud
bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak resmi atau
non-formal. Contohnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan
bahsa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas
variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (contohnya ragam atau
bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana
tidak resmi di rumah).

Ferguson mengunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat


dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-
masing punya peranan tertentu. Ferguson membahas diglosia ini dengan
mengemukakan sembilan topik, yaitu fungsi, prestise, warisan sastra, pemerolehan,
standarisasi, stabilitas, gramatika, leksikon, dan fonologi.

3.2 SARAN

Dengan membaca makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan adanya
makalah ini semoga dapat membatu pembaca untuk memahami makalah mengenai
Diglosia Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya
menjadi lebih baik lagi. Apabila ada kesalahan dari makalah ini kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Untuk pembaca selanjutnya kedepannya dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Vicky enggal saputra.2017.analisis fernomena diglosia dalam masyarakat.vol(3)

https://www.academia.edu/35308732/Makalah_Diglosia_docx

fajar, isan. 2017. Diglosia, Bandung. Academia.edu. hal 10-15


https://www.academia.edu/35308732/Makalah_Diglosia_docx

11
Pertanyaan

1. Sebutkan dua variasi bahasa menurut Ferguson ?


2. Apa sajakah peranan diglosia tinggi dan rendah pada pemakai bahasa dalam
situai formal maupun tidak formal ?
3. Apa pengaruh diglosia di dalam masyarakat ?
4. Jelaskan perbedaan ragam rendah dengan ragam tinggi dalam sehari-hari,
sertakan contohnya ?
5. Apa yang dimaksud dengan diglosia ?
6. Apa hubungan bilingualisme dengan diglosia ?
7. Jelaskan apa itu diglosia menurut pandangan para ahli !

12
MAKALAHSOSI
OLI
NGUI
STI
K

Var
iasi
Bahasa

DosenPembi
mbi
ng

Dr
.Er
ni,
M.Pd

Ol
eh

Kel
ompok3

Kel
as5C

1)I
NTANROLI
TA 186210445

2)LI
DYAAYUSELVI
ANA 186211072

3)LORASESMI
TA 186210731

4)MELLAFI
TRI
LIANI 186210273

5)NASYADI
LAALKHAI
RA 186210224

6)NOVASELVI
A 186210997

7)NURANI
NDI
TA 186210910

8)TI
TANI
AARI
SAPUTRI 176210629

PROGRAM STUDIBAHASADANSASTRAI
NDONESI
A

1
FAKULTASKEGURUANDANI LMUPENDI
DIKAN
UNIVERSI
TASISLAM RI
AU
PEKANBARU
2020

KATAPENGANTAR

Pujidansy ukur kehadir


atAllahswt .Kar
enaatasrahmatdankar uni
a-Nya
kami dapat meny el
esaikan makal ah untuk memenuhi studi mata kul i
ah
Sosiol
inguist
iki
ni.Sertatak lupa shalawatdan sal
am kamisampai kan kepada
Rosulull
ahMuhammadSAW,di amanaber kat
nyakit
atel
ahmemasukiduni ay ang
penuhilmupenget ahuanini.

Ucapanteri
makasihkamiungkapkankepadadosenpengampumatakuli
ah
Sosi
oli
ngui
sti
kI bu Dr. Er
ni,M.Pdat
as bimbingan dan masukan ser
ta i
l
mu
penget
ahuandimatakul
iahi
ni.

Materii
nidisusunber dasar
kanhasi
ldiskusikamidanber asaldar
iberbagai
sumber.Materii
nidiperunt
ukanbagimahasiswadandosendal am kegiat
anbelajar
mengajar
. Kami ber usaha meny aj
i
kan bahasa y ang sederhana dan mudah
dimenger
tiol
ehmahasi swaunt ukmempermudahdalam pencapaiankompetensi
.

Taklupapul akamiucapkant er
imakasihkepadat eman- t
emany angtelah
memberikan dukungan kepada kamiunt uk meny el
esaikan materiini.Kami
menyadarimater
iinij
auhdarisempurna.Kamiucapkanbany akter
imakasi
hkepada
semuarekanyangt el
ahmember i
kansumbangsaranuntukpeny el
esai
anmat er
iini
.

Demikianl
ah yang dapatkamisampai kan dal
am pengantarini,semoga
makal
ah y ang kamisajikan ber
manfaat dan dapat digunakan sebagai
mana
semest
inya.Ol
eh kar
ena i
tu,kamimenerima kr i
ti
kserta sar
an yang posi
ti
fdan
membangun dar irekan-r
ekan pembaca unt uk penyempurnaan pada mater
i
sel
anj
utny
a.

Pekanbar
u,Okt
ober2020

Kel
ompok3

2
DAFTARI
SI

KATAPENGANTAR 2

DAFTARI
SI 3

BABIPENDAHULUAN 4

1.
1.Lat
arBel
akang 4

1.
2.RumusanMasal
ah 4

1.
3.Tuj
uan 4

BABI
IPEMBAHASAN 5

A. Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa 5

B. Mengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa 5

C. Bent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa 6

D. Bent
uk-
Bnet
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah 8

BABI
IIPENUTUP 11

A.KESI
MPULAN 11

DAFTARPUSTAKA 12

3
BABI

PENDAHULUAN

1.
1. LATARBELAKANG

Perbedaan keadaan geogr af


ist elah memi sahkan masy arakatmenj adi
kelompok- kel
ompoky angter di
ridariberbagaisukubangsa.Keber agaman
sukubangsat ersebutt el
ahmel ahir
kanper bedaankebuday aant ermasuk
didalamnyabahasadanv ari
asinya.Fakt orstatussosi al,sit
uasiber bahasa,
wakt u,budaya,dani ndivi
dualj ugatelahmeny ebabkanmuncul nyav ari
asi-
variasibahasa.Bahasadanbuday asal i
ngber pengar uh.Dalam penggunaan
bahasadapatdi ketahuibahwaadahubunganant arastruktursosialdancara
masy ar
akatdal am menggunakanbahasat ersebuty angdapatmengar ah
padapembent ukanper il
akulinguist
ikt er
sebut.

Manusi aadalahmakhl uksosial,dalamhidupy angsel al


uber hubungan
satu sama lai
n.Manusi at i
dak dapatber di
risendir
it anpa bekerjasama
denganor anglain.Untukmencipt akanker j
asamadalam masy ar
akatt entu
perl
ual atkomuni kasi
yai
tubahasa.Denganbahasal ahmanusi amembent uk
danmeny ampaikanpi ki
ran,perasaan,danmaksudny akepadaor angl ai
n.
Jadibahasamempuny aifungsidanper ananyangpent i
ngdal amkehidupan
bermasy ar
akat
.

1.
2. RUMUSANMASALAH

1.ApaPenger
ti
anVar
iasi
Bahasa?

2.Bagai
manaMengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa?

3.Bagai
manaBent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa?

4.Bagai
manaBent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah?

1.
3. TUJUAN

1.Unt
ukmenget
ahui
Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa.

4
2.Unt
ukMengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa.

3.Unt
ukmenget
ahui
Bent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa.

4.Unt
ukmenget
ahui
Bent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah.

5
BABI
I

PEMBAHASAN

A.Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa

Fungsibahasa y
ang ut
ama adal
ah unt
uk ber
komuni
kasi
. Komuni
kasi
di
l
akukanol
ehmanusi
ayangmer
upakanmahl
uksosi
al.Manusi
asebagaimahkl
uk
sosi
aly
angsel
aludi
tunt
utunt
ukber
int
eraksidenganmanusi
ayangl
ain.Manusi
a
mer
upakanmahkl
uky
angdi
cipt
akanunt
ukhi
dupber
hubungandenganor
angl
ain.
Pr
oses i
nter
aksit
ersebutmembut
uhkan al
atbant
u unt
uk ber
hubungan dengan
i
ndi
vi
duy
angl
ain.At
asdasarhalt
ersebutkemudi
anmuncul
ahapay
angdi
sebut
v
ari
asibahasa.Var
iasibahasasendi
rimunculkar
enapr
osesi
nter
aksisosi
aldar
i
par
apel
akubahasay
angber
agam.Bahasamer
upakansal
ahsat
ual
atbant
uunt
uk
ber
int
eraksi
denganmanusi
alai
n.Semuagagasan,
ide,
maupunmaksuddar
ipenut
ur
di
sampai
kanmel
alui
bahasa.

Var
iasibahasaadal
ahj
eni
sragam bahasay
angpemakai
any
adi
sesuai
kan
denganf
ungsidansi
tuasit
anpamenghasi
l
kankai
dah-
kai
dahpokoky
angber
laku
dal
am bahasay
angber
sangkut
an(
Suwi
to,1985:29)
.Var
iasibahasaber
kenaan
denganpenggunanny
a,pemakai
nyaat
auf
ungsi
nyadi
sebutf
ungsiol
ekr
agam at
au
r
egi
ster
.Var
iasii
nibi
asany
adi
bicar
akanber
dasar
kanbi
dangpenggunaangay
aat
au
t
ingkatkef
ormal
andansar
anapenggunaan(
Nababandal
am Chaer
,1995:89-
90)
.
Ci
riv
ari
asibahasay
angt
erj
adikar
enaadany
aper
bedaanbi
dangpemakai
anant
ara
l
ainl
eksi
kogr
amat
is,f
onol
ogi
s.Penger
ti
an Var
iasiBahasa Dal
am pandangan
sosi
oli
ngui
sti
k,bahasa t
idak saj
a di
pandang sebagaigej
alai
ndi
vi
dual
,tet
api
mer
upakangej
alasosi
al.Sebagaigej
alasosi
al,
bahasadanpemakai
anbahasat
idak
hany
a di
tent
ukan ol
eh f
akt
or-
fakt
orl
i
ngui
sti
k,t
etapij
uga ol
eh f
akt
or–f
akt
or
nonl
i
ngui
sti
k.Var
iasibahasa adal
ah sej
eni
sragam bahasa y
ang pemakai
anny
a
di
sesuai
kandenganf
ungsidansi
tuasi
nya,t
anpamengabai
kankai
dah-
kai
dahpokok
y
angber
lakudal
am bahasay
angber
sangkut
an.

B.Mengi
dent
if
ikasi
sebab-
sebabt
erj
adi
nyaVar
iasi
Bahasa

Ter
jadi
nyaker
agamanat
aukev
ari
asi
anbahasai
nibukanhany
adi
sebabkan

6
olehparapenut urny
ay angt idakhomogen,t et
apijugakar enakegi
atanint
eraksi
sosialyang mer eka lakukan sangatber agam.Set i
ap kegiat
an menyebabkan
terj
adi
nyaker agamanbahasai tu.Keragamani niakansemaki nbertambahkalau
bahasatersebutdigunakanol ehpenutury angsangatbany aksert
adalam wil
ayah
yangsangatluas.Dalam halvari
asiat
aur agam bahsainiadaduapandangan.

Pert
ama,v ar
iasiat au ragam bahasa i
tu di
l
ihat sebagaiaki
bat adanya
keragamansosialpenuturbahasaitudanker
agamanfungsibahasai
tu.Jadivar
iasi
atau ragam bahasa itut er
jadisebagaiaki
batadanya keragaman sosialdan
keragamanfungsibahasa.

Kedua,vari
asiat aur agam bahasaitusudahadaunt ukmemenuhif ungsiny
a
sebagaial
ati nt
eraksidal am kegiatan masyarakatyang ber
anekar
agam.Kedua
pandanganinidapatsaj adi t
eri
maat aupundi t
olak.Yangjel
asvari
asiataur agam
bahsaitudapatdiklasifi
kasikanberdasar
kanadany akeragamansosialdanf ungsi
kegi
atandi
dalam masy ar
akatsosial
.

C.Bent
uk-
bent
ukVar
iasi
Bahasa

Var i
asibahasaadal ahj eni
sr agam bahasay angpemakai any
adi sesuaikan
denganf ungsidansi t
uasit anpamenghasi l
kankai dah- kaidahpokoky angber l
aku
dalam bahasay angber sangkut an( Suwito,1985:29) .Var iasibahasaber kenaan
denganpenggunanny a,pemakai nyaat aufungsinyadi sebutf ungsiolekragam at au
regist
er.Variasii
nibiasanyadi bicar
akanber dasarkanbi dangpenggunaangay aat au
ti
ngkatkef ormalandansar anapenggunaan( Nababanmel aluiChaer,1995:89- 90) .
Cirivari
asibahasay angt erjadikarenaadany aper bedaanbi dangpemakai anant ara
l
ainl eksikogramati
s,f onologis,ciripenunjuky ang ber upa bent ukkat at er
tent u,
penandagr amatistertentu,at aubahkanpenandaf onol ogiy angmemi l
ikif ungsi
untuk member itanda kepada par a pelaku bahasa bahwa i ni
lah registery ang
dimaksud.

Var
iasi bahasa di
bedakan ber
dasar
kan penut
ur dan penggunaany
a.
Ber
dasar
kan penut
ur ber
art
isi
apa y
ang menggunakan bahasa i
tu,dimana
t
inggal
nya,bagai
mana kedudukan sosi
alny
a didal
am masy
arakat
,apa j
eni
s
kel
ami
nny
a,dan kapan bahasa i
tu di
gunakanny
a.Ber
dasar
kan penggunaanny
a,
ber
art
ibahasai
tudi
gunakanunt
ukapa,
dal
am bi
dangapa,
apaj
alurdanal
atny
a,dan
bagai
manasi
tuasi
kef
ormal
anny
a.

1.Var
iasi
dar
iSegi
Penut
ur
Var
iasibahasaper
tamay
angki
tal
i
hatber
dasar
kanpenut
urny
aadal
ahv
ari
asi
bahasay
angdi
sebuti
diol
ek,y
akniv
ari
asibahasay
angber
sif
atper
seor
angan.
Menur
utkonsep i
diol
ek,set
iap or
ang mempuny
aiv
ari
asibahasany
a at
au
i
diol
ekny
amasi
ng-
masi
ng.Var
iasii
diol
eki
niber
kenaandengan“
war
na”suar
a,

7
pi
l
ihan kat
a,gay
a bahasa,susunan kal
i
mat
,dan sebagai
nya.Namun y
ang
pal
i
ngdomi
nanadal
ah“
war
na”suar
ait
u,sehi
nggaj
i
kaki
tacukupakr
abdengan
seseor
ang,hany
adenganmendengarsuar
abi
car
any
atanpamel
i
hator
angny
a,
ki
tadapatmengenal
i
nya.
Var
iasibahasakeduaber
dasar
kanpenut
urny
aadal
ahy
angdi
sebutdi
alek,
y
akniv
ari
asibahasadar
isekel
ompokpenut
ury
angj
uml
ahny
arel
ati
f,y
ang
ber
adapadasat
utempat
,wi
l
ayah,
atauar
eat
ert
ent
u.
Var
iasiket
igaber
dasar
kanpenut
uradal
ahy
angdi
sebutkr
onol
ekat
audi
alek
t
empor
al,y
akniv
ari
asibahasay
angdi
gunakanol
ehkel
ompoksosi
alpada
masat
ert
ent
u.Umpamany
a,v
ari
asibahasaI
ndonesi
apadamasat
ahunt
iga
pul
uhan,v
ari
asiy
ang di
gunakan t
ahun l
i
ma pul
uhan,dan v
ari
asiy
ang
di
gunakanpadamasaki
ni.

2.Var
iasi
dar
iSegi
Pemakai
an
Var
iasi bahasa ber
kenaan dengan penggunaany
a, pemakai
any
a, 
 at
au
f
ungsi
nyadi
sebutf
ungsi
olek(
Nababan1984)
,ragam,at
aur
egi
ster
.Var
iasii
ni
bi
asany
a di
bicar
akan ber
dasar
kan bi
dang penggunaan,gay
a,at
au t
ingkat
kef
ormal
an,dan sar
ana penggunaan.Var
iasibahasa ber
dasar
kan bi
dang
pemakai
ani
niadal
ahmeny
angkutbahasai
tudi
gunakanunt
ukkeper
luanat
au
bi
dangapa.Mi
sal
nya,bi
dangsast
raj
urnal
i
sti
k,mi
l
iter
,per
tani
an,pel
ayar
an,
per
ekonomi
an,per
dagangan,pendi
dikan,dan kegi
atan kei
l
muan.Var
iasi
bahasaber
dasar
kanbi
dangkegi
atani
niy
angpal
i
ngt
ampakci
ri
nyaadal
ah
dal
am bi
dang kosakat
a.Set
iap bi
dang kegi
atan i
nibi
asany
a mempuny
ai
sej
uml
ahkosakat
akhususat
aut
ert
ent
uyangt
idakdi
gunakandal
am bi
dang
l
ain.Namundemi
ki
an,v
ari
asiber
dasar
kanbi
dangkegi
atani
nit
ampakpul
a
dal
am t
atar
anmor
fol
ogi
dansi
ntaksi
s.

3.Var
iasi
dar
iSegi
Kef
ormal
an

Ber
dasar
kan t
ingkat
an kef
ormal
anny
a, Mar
ti
n Joos (
1967) dal
am
bukuny
a The Fi
ve Cl
ock 
membagiv
ari
asibahasa at
as l
i
ma macam gay
a
(
Inggr
is:
Sty
le)
,yai
tu gay
a at
au r (
agam beku f
rozen)

gay
a at
au r
agam
r (
esmi
 for
mal
),
 gay
a at
au r
agam (
usaha konsul
tat
if
),
 gay
a at
au r
agam
sant
ai(
 casual
),
 dan gay
a at
au r
agam akr (
ab i
nti
mat
e).
 Dal
am pembi
car
aan
sel
anj
utny
aki
tasebutsaj
aragam.
Ragam bekuadal
ahv
ari
asibahasay
ang

8
pal
i
ng f
ormal
,yang di
gunakan dal
am si
tuasi
-si
tuasikhi
dmat
,dan upacar
a-
upacar
aresmi
.Mi
sal
nya,dal
am upacar
akenegar
aan,khot
bahdimasj
i
d,t
ata
car
apengambi
l
ansumpah;ki
tabundang-
undang,
akt
anot
ari
es,
dansur
at-
sur
at
keput
usandi
sebutr
agam bekukar
enapol
adankai
dahny
asudahdi
tet
apkan
secar
amant
ap,
tidakbol
ehdi
ubah.

4.Var
iasi
dar
iSegi
Sar
ana
Var
iasibahasadapatpul
adi
l
ihatdar
isegisar
anaat
auj
alury
angdi
gunakan.
Dal
am hali
nidapatdi
sebutadany
aragam l
i
sandanr
agam t
uli
s,at
auj
uga
r
agam dal
am ber
bahasadenganmenggunakansar
anaat
aual
att
ert
ent
u,y
akni
,
mi
sal
nya,dal
am ber
tel
epondanber
tel
egr
af.Adany
aragam bahasal
i
sandan
r
agam bahasat
uli
sdi
dasar
kanpadakeny
ataanbahwabahasal
i
sandanbahasa
t
uli
smemi
l
iki
wuj
udst
rukt
ury
angt
idaksama.

D.Bent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah

Menur utWar idah( 2015:84)“ Bahasaadal ahsal ahsatuci r


ikhasy angdi mili
ki
manusi ay angmembedakanny adar imakhl uk-makhlukl ai
n.Ilmuy angmempel aj
ari
hakikat serta ciri
-ciribahasa di sebut l inguist
ik”.Ki ta menget ahuit i
dak ada
masy arakaty ang sama t etapidal am masy arakatt erdapatadany a kelompok-
kelompokmasy arakaty angber bedasat usamal ain.Menur utKridal
aksana( 1984:204)
” v
ariasiadalahwuj udpel bagaimani festasiber syaratmaupunt akber syaratdari
satu-satuankonsepy angmencakupv ariabeldanv arian,dengandemi ki
ankitadapat
mel i
hatadany avariasibahasa”y angmaksudny aadal ahperbedaan- per
bedaany ang
terdapatpadasuat ubahasay angmempuny aiartiat aumaknay angsama.Var i
asi
bahasadapatki tali
hatdi dal am pengucapan, diksi,danstrukturkali
mat .

Ber
ikutadal
ahbent
uk-
bent
ukv
ari
asi
bahasadar
isuat
udaer
ah:

1.Var
iasi
bahasai
nidi
kut
ipdar
ijur
nal
penel
i
tiany
angber
judul
:

VARI
ASI BAHASA DI
LIHAT DARI SEGI PEMAKAI PADA RANAH SOSI
AL
MASYARAKAT TUTUR PERBATASAN JAWA TENGAH -JAWA BARAT DI
MAJENANGKABUPATENCILACAP(Lat
if
ah,
2017)

Ber
dasarkanpenel
it
ianyangtel
ahdil
akukan,pal
i
ngbany akdi
temukandal
am
bentukrol
,sebabr olmerupakanperanany angdipegangolehsipenut
uritu

9
sendir
i.Rolsangatmempengar uhiprosespenut urandar isipenuturkepadami t
ra
tut
ursebabr olmembawapengar uht erhadapsi tuasitutur.Sedangkanbent uk
yangpalingsediki
tditemukanadalahstatussosi al,sebabpenel i
ti
ani nidi
lakukan
dipasar,sedangkanpasarmer upakantempatber kumpul nyaor angor angy ang
berkepenti
nganunt ukmembel isesuat ubar ang.St atussosi alinitidakbegitu
berpengaruhdalam prosespenuturanyangt erdapatdipasar ,sehinggabent ukini
pali
ng sediki
tdi t
emukan dalam pr oses penel i
ti
an.Sebagaigambar an nyata,
beri
kutiniadalahdatayangsesuaidengankar akterbent ukdari r
ol.

PR :
”Li
i
ii
i,
nyongny
elanggunt
ingesedel
anggonggunt
ingki
e”

(
Lii
i
i,say
api
njamgunt
ingny
asebent
arbuat
meggunt
ingi
ni)

SR :
”ni
kiWa,(sambi
lberj
alanmenuj
ur ukoperbaikanjam t
ersebutdan
member
ikangunt
ingmil
ikny
a)l
haguntingeuwanetengpundi
?”

(
Ini
Pakdhe,
gunt
ingny
aPakdhedi
mana?
)

SR :
”l
hakael agidisi
l
ihanakeMarwan”
(
itusedangdipinj
am anaknyaMarwan)
PR :
“oal
ahnggi h(sambilber
jal
anmenujur
ukony
asendi
ri
)”
(
oalahiya)

Percakapandi atasmer upakanper cakapanantaraorangtuay angber


jualandi
sampi ng
tokonyadanseor anganakmuda.Padasaatanakmuday akniSR dipinjami
gunting oleh PR maka t i
ndakan sopan y ang dil
akukan adalah megantarkan
guntingt ersebutkepadaPR kar enaPR l ebi
ht ua.Selai
ni t
uSR menghor mati
orangt uadengancar aberbahasahal us.Selai
nit
uPRmendomi nasipembicaraan
karenabel i
aul ebihdisegani.SRmenunj ukkansikapy angsehar usny
adilakukan
kepadaor angt ua,
y aknimenghor matidanmenghar gai.

2.Var
iasi
bahasai
nidi
kut
ipdar
ijur
nal
penel
i
tiany
angber
judul
:

VARI
ASIBAHASA DALAM NGARES,DESA KADIRESO,KECAMATAN TERAS,
KABUPATENBOYOLALI(KAJI
ANSOSI
OLI
NGUI
STIK)INTERAKSISOSI
ALWARGA
DUKUH(Kusuma,
2012)

Vari
asi bahasadalam int
eraksisosi
alwar
gadukuhNgares, desaKadir
eso,
kecamat an Ter as,kabupaten Boy ol
aliadal
ah sebuah wacana dar ihasil
percakapan
ataudi al
og.Var iasibahasamer upakansuatukeadaany angt erj
adididalam
suatu
masy arakattentangpenggunaanbahasay angberagam karenaf akt
orpenutur

10
yang
heter
ogen.Keragamanpenut
urdapatdi
sebabkankar
enausi
a,j
eni
skel
ami
n,j
eni
s
pekerj
aan,danstat
ussosi
almasyar
akat
.

Wacana2

O1 :
Nakny apukisengt enanan.Gelem or
ajaneki
?
(
Kalauny apuituyangbener an?Mautidakit
u?’
)
O2 : Ngel
eh,durungsar apan.
(
Lapar,belum sarapan)
(Sumber:Minggu,4Desember2011pukul08. 00WI B,per
cakapanant
arapemuda
danpemudiketi
kaacar agot ongroyong)
.

Wacana3

O2 :Nggoneki Nangdi Nduk.


(‘
TempatKadi Nggadi ngNduk’.
)
O1 : O..kathahta?
(O..
bany akta?)
O2 : Kat hah,mungdi enggodeweeNduk.
(Bany ak,Cumadi pakaisendi
riaj
aNduk)
O1 : Nggekpapr i
ng-papri
ngannikata?
(Dipohon- pohonbambui t
uta?)
O2 : I
nggi h.
.nggonejembar eoraumum.
(I
ya..tempatnyaluassekali’
)
(Sumber:Rabu, 21Desember2011pukul 15.
00WIB,
per
cakapanant
ara
pemudidanper empuant uadihalamanrumah).

Idi
olekremajaterdapatdalam wacana2danwacana3y angberupakatakidanta.
O1mengucapkanki dant adalam seti
aptut
urannyasebany
akduakal i
.Bisasaj
adi
dalam tut
uranyangl ai
nO1akanmengul angkiataut
adalam set
iaptutur
annya
sebanyakl ebi
hdar iduakal isehinggaakanmembuator angyangmendengar kan
hafaldenganidiol
eknya.

11
BABI
II

PENUTUP

A.KESI
MPULAN

Var
iasibahasasendi
rimunculkar
enapr
osesi
nter
aksisoci
aldar
ipar
apel
aku
bahasay
angber
agam.Bahasamer
upakansal
ahsat
ual
atbant
uunt
ukber
int
eraksi
dengan manusi
a l
ain. Semua gagasan,i
de,maupun maksud dar
i penut
ur
di
sampai
kanmel
alui
bahasa.Sei
ri
ngdenganper
kembanganzaman,
bahasat
ersebut
j
uga mengal
amiper
kembangan.Per
kembangan t
eknol
ogij
uga i
kut
an di
l
dal
am
per
kembanganbahasa.Per
bedaangol
ongan,peker
jaan,akt
ivi
tas,komuni
tas,j
uga
member
ikan andi
lter
hadap keanekar
agaman bahasa. Hal
-hal t
ersebut bi
as
di
kat
akan sebagaisal
ah sat
u peny
ebab muncul
nyav
ari
asibahasa.Ter
jadi
nya
ker
agaman at
au kev
ari
asi
an bahasa i
tut
idak hany
a di
sebabkan ol
eh par
a
penut
urny
ayangt
idakbi
ashi
dupsendi
ri
,tet
apij
ugakar
enakegi
atani
nter
aksisosi
al
y
angmer
ekal
akukanber
beda-
beda.Set
iapor
angmempuny
aikegi
atany
angber
beda
-
bedapul
a.Set
iapi
ndi
vi
dupenut
urmeny
ebabkankeber
agamanbahasat
ersebut
.
Penut
ury
angber
adadi
wil
ayahy
angsangatl
uasakanmeni
mbul
kankeber
agaman
bahasay
angl
ebi
hbany
ak.

Ragam bahasai
l
miahy
angj
ugadi
kenaldenganci
ri
nyay
angl
ugas,j
elas,dan
bebasdar
ikeambi
guan,ser
tasegal
amacam-
macam met
afor
adani
diom.Bebas
dar
isegal
akeambi
guankar
enabahasai
l
miahhar
usmember
ikani
nfor
masi
kei
l
muan
secar
ajel
as,t
anpaker
aguanakanmakna,dant
erbebasdar
ikemungki
nant
afsi
ran
maknay
angber
beda.Ol
ehkar
enai
tul
ahj
uga,bahasai
l
miaht
idakmenggunakan
segal
amacam met
afor
adani
diom.

12
Daf
tarPust
aka

Asl
i
ndadanLeniSy
afy
ahy
a.2007.Pengant
arSosi
oli
ngui
sti
k.Bandung:
PT Ref
ika
Adi
tama

Chaer
,AbduldanLeoni
eAgust
ina.2004.Sosi
oli
ngui
sti
k:
Per
kenal
anAwal
.Jakar
ta:
PTRi
nekaCi
pta.

Al
wi,
dkk.2010.
 Tat
aBahasaBakuBahasaI
ndonesi
a.Jakar
ta:
Bal
aiPust
aka.

Kr
idal
aksana,
H.1983.KamusLi
ngui
sti
k.Jakar
ta:
P.T.Gr
amedi
a

Nababan,
PWJ.1986.Sosi
oli
ngui
sti
kSuat
uPengant
ar.Jakar
ta:
Gramedi
aPr
ess

Kusuma,
A.D.( .ARI
2012) ASIBAHASADALAM I
NTERAKSISOSI
ALWARGADUKUH
VARI
ASIBAHASADALAM I
NTERAKSISOSI
ALWARGADUKUHNGARES,
DESA
KADI
RESO,
KECAMATANTERAS,
KABUPATENNGARES,
DESAKADI
RESO,
KECAMATANTERAS,
KABUPATENBOYOLALI(
KAJI
ANSOSI
OLI
NGUI
STI
K).
Uni
ver
sit
asMuhammadi
yahSur
akar
ta.

Lat
if
ah,
L.( .VARI
2017) ASIBAHASADI
LIHATDARISEGIPEMAKAIPADARANAH
SOSI
ALMASYARAKATTUTURPERBATASANJAWATENGAH-
JAWABARATDI
MAJENANGKABUPATENCI
LACAP.Sur
akar
ta.

War
idah.( .PenggunaanBahasadanVar
2015) iasiBahasadal
am Ber
bahasadan
Ber
buday
a.1(
Apr
il
),84–92.

13
MAKALAHSOSI
OLI
NGUI
STI
K

(
HubunganBahasadenganKont
eksSosi
al)

DosenPengaj
ar:
Dr.Er
ni,
M.Pd.

Ol
eh

Kel
ompok3

Kel
as5C

1)I
NTANROLI
TA 186210445

2)LI
DYAAYUSELVI
ANA 186211072

3)LORASESMI
TA 186210731

4)MELLAFI
TRI
LIANI 186210273

5)NASYADI
LAALKHAI
RA 186210224

6)NOVASELVI
A 186210997

7)NURANI
NDI
TA 186210910

8)TI
TANI
AARI
SAPUTRI 176210629

PROGRAM STUDIBAHASADANSASTRAINDONESIA
FAKULTASKEGURUANDANI LMUPENDI
DIKAN
UNIVERSI
TASISLAM RI
AU

14
PEKANBARU
2020

KATAPENGANTAR

Pujisy
ukurkehadi
ratAll
ahSWTy angtelahmember
ikankesempatankepada
kamisehi
nggadapatmeny el
esai
kanpenyusunanmakal
ahi
nibaikdal
am bentukdan
i
siyangsangatseder
hana.

Harapan kamisemoga makal ah inidapat menambah wawasan dan


pengetahuanparapembacayangber
kaitandenganpembel
ajar
anHubunganBahasa
denganKont eksSosi
al,t
erl
ebi
hlagidapatmenj adi
kanmakalahi
nisebagaisal
ah
satuacuan,petunj
ukmaupunpedoman.

Kamiyaki
nbahwadalam penyusunanmakal
ahinimasi
hbanyakkekur
angan.
Olehsebabi
tukamiberharapkepadapar apembacauntukber
sedi
amember ikan
sarandanmasukan-masukanyangbersif
atmembangununtukper
baikanmakalah
i
ni.

Ri
au,
21Nov
ember2020

Peny
usun

15
DAFTARI
SI

KATAPENGANTAR i

DAFTARI
SI i
i

BABIPENDAHULUAN 2

1.
4.Lat
arBel
akang 2

1.
5.RumusanMasal
ah 2

1.
6.Tuj
uan 2

BABI
IPEMBAHASAN 3

2.
1. Ket
erkai
tanBahasadenganMasy
arakat 3

2.
2. Ket
erkai
tanBahasadenganBuday
a 8

2.
3. Haki
katKebuday
aan 9

2.
4. HubunganBahasadanKebuday
aan 10

2.
5. BahasadanBuday
a 10

2.
6. Et
ikaBer
bahasa 10

2.
7. Ket
erkai
tanBahasadenganJeni
sKel
ami
n 11

2.
8. Per
bedaanBahasal
aki
-l
aki
danPer
empuan 13

BABI
IIPENUTUP 15

A.KESI
MPULAN 15

B.SARAN 15

DAFTARPUSTAKA 16

16
1.
1Lat
arBel
akang

Bahasamer upakanalatkomuni kasiyangber upasist


em lambangbuny iyang
dihasi
lkanalatucapmanusi a.Bahasasendiridigunakanuntukber
komunikasiantar
sesama unt uk menyampai kan suatu aspirasi,gagasan atau pi
kir
an dal am
masy arakat.Tanpaadany abahasa,manusi asebagaimakhl uksosi
alakan sul i
t
untukber komunikasidengansesamany a.Tentuki t
aketahuibahwadiI ndonesia
memi li
kiberbagaimacam bahasay angberbeda

sesuaidenganwi layahyangada.Dariwi
layahSabangsampaiMer aukeji
kakita
j
elajahisecaralangsung,pastij
arangaday angmenggunakanbahasay angsama
kecualibahasaNasi onalnegar
akita,namunjikakit
at emukandi dal
am pedalaman
wil
ay ahdinegar
aki t
a, past
iadasukuyangti
dakmenget ahuibahasanasionalkarena
tel
aht er
biasamenggunakanbahasapenghant ardiwil
ayahnyatersebut
.

Dal
am penggunaanbahasai tusendi ri
,adapenempat andal am ber bahasasesuai
dengankebut uhanmasi ng-masi ng.Makat akjar angdikot a-kotabesarsekal i
pun,
seseorangy angber bahasasesuaidengankont ekssosi alyangada.Dal am bahasa
mempuny aikel assosi al(sosi alclass)y angmengacukepadagol onganmasy ar
akat
yangmempuny aikesamaant ertentudal am bidangkemasy arakatanseper t
iekonomi ,
pekerj
aan, pendi dikan,kedudukan, kasta,dansebagai ny
a.Kar enakitaket ahuibahwa,
adaduaaspeky angmendasardal am penger ti
anmasy arakat .Yangper t
amai alah
bahwaanggot a-anggot asuat umasy arakathi dupdanber usahaber samasecar a
berkel
ompok- kel ompok.Aspek y ang kedua i alah bahwa anggot a-anggota dan
kel
ompok- kel ompokmasy arakatdapathi dupber samakar enaadasuat uperangkat
hukum danadatkebi asaany angmengat urkegi atandant indakl akumer eka,ter
masukt i
ndakl akuber bahasa.Judulmakal ahi nisengaj adi pi
li
hkar enamenar i
k
perhat
ianpenul isunt ukdi cermat idanper l
umendapatdukungandar isemuapi hak
yangpedul iter hadapbahasadal am kont ekssosi al.

1.
2RumusanMasal
ah

Dar
ideskr
ipsiy
angdi
j
abarkanpadal
atarbel
akangdiat
as,
adabeber
apar
umusan
masal
ahyangakandi
bahasyai
tu:

1)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganmasy
arakat
?

2)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganbuday
a?

3)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganj
eni
skel
ami
n?

1.
3Tuj
uanPenul
i
san

Sebagai
manatel
ahdiurai
kandalam l
atarbel
akangdanr
umusanmasal
ahdiat
as,
tuj
uanpenul
i
sanmakal
ahiniy
ait
u:

1)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganmasy
arakat
.

2)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganbuday
a.
17
3)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganj
eni
skel
ami
n.

BAB2

PEMBAHASAN

2.
1Ket
erkai
tanBahasadenganMasy
arakat

Sebelum membahas mengenaiket erkait


an bahasa dengan masy arakatnya ki
ta
harusmenget ahuiterl
ebihdahul uapai tu‘Bahasa”,Bahasadapatdi kat
akansebagai
al
atkomuni kasidanal atinteraksiy anghany adimil
ikimanusi asebabbahasai tu
bersif
atmanusi awiy angdi keluarkandar ialatucapmanusi a,pengkajianbahasa
dengan masy arakatnya dapatdi l
ihatdar ikajian secara ekster
nal,sebab kaj i
an
eksternalmenj elaskan keterkaitan bahasa dengan masy ar
akat
ny ay ang berada
dil
uarbahasadankaj i
ani nijugaber kai t
andenganpemakai anbahasai t
uol ehpara
penuturnyadidal am kelompok- kelompoksosi alkemasy arakat
an.Pengkajiansecara
eksternalbahasadenganmasy ar akatiniakanmenghasi lkan

rumusan-r
umusan at au kaidah-kaidah y
ang ber kenaan dengan kegunaan dan
penggunaanbahasat ersebutdalam segal
akegi atanmanusi adidalam masy ar
akat,
Pengkaji
an secar a ekster
nalekst ernali
nitidak hany a menggunakan teoridan
prosedurlinguist
iksaja,t et
apijugamenggunakant eoridanprosedurdisipl
inlai
n
yangberkaitandenganpenggunaanbahasai tudidal am suatumasy ar
akat
, misal
nya
disi
pli
nsosi ologi
,disi
plinpsikol
ogidandi si
plinant ropol
ogi.Kaj
ianbahasasecar a
ekster
nalinimel i
bat
kanduadi si
pli
nilmuataulebihdal am suat
u

masy arakat,sehinggawujudnyaber upailmuant ardi


si pli
ny angnamany amer upakan
gabungandar idisipl
i
nilmu-i
lmuy angber gabung,Umpamany a,sosiol
inguisti
ky ang
mer upakangabunganant aradisipli
nsosiologidandi sipl
inl i
nguisti
k,psi koli
nguisti
k
yangmer upakangabungandi sipli
npsi kologidanl ingui stik,ant r
opoli
ngui st
iky ang
mer upakangabunganant aradi si
pli
nant r
opol ogidanl ingui sti
k,denganadany a
suatu si stem y ang ber gabung t erbent ukl
ah ket er kaitan bahasa dengan
masy arakatny a,sebabsosioli
ngui st
ikialahsubdi si
pl i
nl ingui sti
ky angmempel ajari
Hubungan ant ara bahasa dan masy ar akat. Kajian l inguist
ik yang ber sif
at
antardi
sipli
ni nisel
ainuntukmer umuskankai dah-kai
dah

teoretis ant ardisipli


n,j uga ber si
fatt erapan.Ar t
inya ,hasi l
nya digunakan unt uk
memecahkandanmengat asimasal ah-masal ahy angadadidal am kehidupanpr akti
s
kemasy arakat an,ber beda dengan kaj ian secar ai nt
ernaly ang t er
utama hany a
meny usunkai dahat aut eor ilinguist i
k“ mur ni”
,dal am hali niseseorangt erjunke
dalam kegi atankaj ianekst ernaly angant ardi
siplinit
u,di at er
lebihdahul uhar us
menggel utikaj i
ani nternallinguistik, t
anpapemahamany angcukupmengenaikaj i
an
i
nt ernal,seseor angt entuakanmendapatkesul it
an,mel ainkant i
dakakandapat
mel akukankaj iansecar aekst ernali tuy angmenj el
askanket erkait
anbahasadengan
masy arakatny a,dal am st udilingui stikumum kaj i
anekst ernallazim disebutkaj i
an
bidangmi krolingui stik.Didal am Sosi olinguisti
kbahasamemangsangatber kaitan
denganmasy arakatsebabdi masy ar akatpast ibutuhbahasay angakhirnyadijadikan

18
suat
upr
osesuntukber
int
eraksidanmengidenti
fi
kasidi
ri
.Sosi
oli
ngui
sti
kmer
upakan
Il
muant
ardi
sipl
i
nantar
asosiologidanl
i
nguist
ik,dua

bidang i l
mu empi risy ang mempuny aikai t
an y ang sangater at .Maka unt uk
memahamiapa sosi oli
ngui stik per l
u di bicar akan apa y ang di maksud dengan
sosiologidanl i
ngui stiki t
u.Tent angsosi ologibany aky angt elahdi buatol ehpar a
sosiolog,y angsangatber variasi,t etapii ntinyaki ra-kir
aadal ahbahwasosi ol
ogii tu
suat ukaj i
any angobj ektifdani l
mi ahmengenaimanusi adidal am masy arakat,dan
mengenail embaga- l
embaga ,dan pr oses sosi alsosi aly ang ada didal am
masy arakat.Sosi ologiber usahamenget ahuibagai manamasy arakati tuter j
adi,serta
berlangsungdant etapada.Denganmempel ajarilembaga- l
embagasosi aldansegal a
masal ah sosi aldal am sat u masy ar
akat ,mi sal nya seper timasal ah seper t
i
kebahasaan dal amsuat u masy arakatkar ena bahasa dan masy arakati tu suat u
keterkaitan,past inyadidal am masy arakatt erdapatmasal ahper bedaanbany akny a
vari
asi -vari
asi bahasa at au r agam bahasa. Dengan memper lajari di suat u
masy arakatakan dapatber sosi alisasi,dan menempat kan diridal am t empat ny a
masi ng- masi ngdidal am masy ar akat.Sedangkanl i
nguistikadal ahbi dangi l
muy ang
mempel aj
aribahasa,at au bi dang i lmu y ang mengambi lbahasa sebagaiobj ek
kaji
anny a.dengan mempel ajaribi dang i lmu keduany at er
sebutdapatdi katakan
bahwasosi olingui sti
kadal ahbi dangi lmuant ardisi
plinyangmempel ajaribahasadan
kait
anny adenganpenggunaanbahasadidal am masy arakat .Ser tadal am kai tan
bahasadenganmasy ar akatj ugaakanmenj el askanmengapa

masy arakatberbicaraat auber bahasasecaraber bedadal am kontekssosialyang


berbeda,bahkant i
mbul nyav ari
asibahasay angdi sebabkanolehadany akegi
at an
i
nteraksisosi aly ang di l
akukan ol eh masyar
akatat au kel
ompok y ang sangat
beragam dandi karenakanol ehpenut ur
nyayangtidakhomogen.Denganmenget ahui
kai
tan bahasa dengan masy arakat ,ki t
a dapat menget ahui tuj
uan dal am
mempel aj
arisosioli
nguistiksupay a dapatmemahamipemakai an bahasa dalam
suatumasy ar
akatser t
adal am suat uproseskomuni kasi.DeSaussur e(1916)pada
awal abadke-20i nit
elahmeny ebutkanbahwabahasaadal ah

salahsatul embagakemasy arakatan,yangsamadenganl embagakemasy arakatan


l
ain,seper
tiper kawinan,per warisan harta peninggal an,dan sebagai ny
a.dengan
adany akemasy arakatandapatmember ibahasat er
jadinyaragam-r
agam bahasa.
Dil
ihatdarisudutl ain,ragam- ragam bahasai nibukanhany adapatmenunj ukkan
adany aperbedaansosi aldalam masy ar
akat,tetapijugamember ii
ndikasimengenai
si
tuasiberbahasa,danmencer mi nkantujuan,
topik,kai
dah, danpenggunaanbahasa.
Sebagaiobj ekdal am sosi oli
ngui st
ik,bahasa t i
dakdi l
ihatatau di
dekatisebagai
bahasa,

sebagaimanadi l
akukanol
ehli
nguist
ikumum, melai
nkandi l
ihatdandidekatisebagai
sarana int
eraksiatau komunikasididal am masy arakatmanusi a,jadikai t
an
masy ar
akatdenganbahasaj ugat erdapatpadakegi atanmasy ar
akatmul aidari
upacarapember iannamabay iyangbarulahirsampaiupacar apemakamant i
dak
ter
lepasdaripenggunaanbahasa.ol
ehkarenaituti
dakakant er
lepasdarihubungan

19
bahasadengankegiatanaspekkemasyarakat
an.Dal
am ket
erkai
tanbahasadengan
masyarakatadaduaisti
l
ahsosiol
i
ngui
stikdan

sosiol
ogi,keduai st
il
aht ersebutber beda.Sebabsosi oli
nguistikdi masukidal am
bi
dangl i
nguisti
k,sedangkani sti
lahsosi ol
ogibahasadi gunakankal aupenel it
iani tu
di
masukibi dang sosiologi.Sosi oli
nguist
ikl ebi
h berhubungan dengan per incian-
peri
ncian penggunaan bahasa y ang sebenar nya,seper t
i deskr ipsi pol a-pola
pemakai anbahasaat audi alekt ertent
uy angdi l
akukanpenut ur,topik,danl atar
pembi caraan.sedangkansosi ologibahasal ebihberhubungandenganf aktor-faktor
sosial,y angsal i
ngber ti
mbalbal i
kdenganbahasaat audi alek.y
angdi bicarakan
misalnya,perkembangan bi l
ingualisme ,perkembangan pembakuan bahasa ,dan
perencanaanbahasadinegar a-
negar aberkembang.Dal am kaitanbahasadengan
masy arakatnyaterdapatmasal ah-masalahdal am

sosiol
inguistiky angterdapattujuhdimensiy ait
u(1)identit
assosi aldar
ipenut ur,
(2)
i
dent i
tas sosi aldar ipendengar y ang terli
bat dalam pr oses komuni kasi,(3)
l
ingkungansosi altempatper i
stiwatuturterj
adi,
(4)analisi
ssi nkr
onikdandi akr
onik
daridi al
ek-dialek sosial
,( 5)peni l
aian sosialyang ber beda oleh penut urakan
membent ukper i
lakubentuk-bentukujaran,
(6)ti
ngkatanv ari
asidanr agam lingui
stik,
dan (7)pener apan pr akti
s dar ipeneli
ti
an sosioli
nguisti
k .I denti
tas sosialdar i
penuturadal ah, antar
alaindapatdiketahuidaripert
anyaanapadan

siapapenut urtersebut,danbagai manahubunganny adenganl awant uturnya,maka


i
dent i
taspenut urdapatber upaanggot akel uarga,berupat emankar i
b,at asanat au
bawahan ( di tempat ker ja)
,guru,
mur i
d,tetangga,pej
abat .Identitas sosi al dar i
pendengart entuhar usdili
hatdar ipihakpenut urmaka,i denti
taspendengari tupun
dapatber upaanggot akel
uar ga,temankar i
b,guru,muri
d,tet
angga.Lingkungansosi al
tempatper i
sti
wat ut urberupar uangkel uar gadidal am sebuahr umaht angga,di
dalam masj id,dil apangansepakbol a,dir uangkul iah,diper pustakaan,at audi
pinggirj alan.Tempatper isti
wa t uturt entu akan mempenggar uhigay a dalam
bertut
ur .Mi salnya,dir uangper pustakaant entunyakitahar usber bicaradengan
suaray angt idakker as,di
lapangansepakbol abol ehki
taber bi
caraker as-keras.

Anal
i
sisdi
akr
oni
kdansi
nkr
oni
kdar
idi
alek-
dial
eksosi
alber
upadeskr
ipsi
pol
a-pol
a

dial
ek-
dial
eksosialitu,
baiky angberl
akupadamasat er
t entuatauyangberl
akupada
masay angtidakt er
bat
as.Di al
eksosi
aldigunakanpar
apenut ursehubungandengan
kedudukanmer ekasebagai anggot
akelas-kel
assosi
altertent
udi dal
am masyar
akat
.
Penil
aiansosialyangberbedaolehpenuturter
hadapbent uk-
bentukperi
l
akuujar
an.

Maksudny a set
iap penuturtentunya mempunyaikelas sosi
altert
entu didalam
masyarakat,makaber dasarkankelassosialny
a,diamempuny aipenil
aiansendir
i
yangtentunyasamaat auberbeda,ti
dakterl
alujauhdar
ikelassosialnya,t
erhadap
bent
uk-bentukperi
lakuujaranyangberl
angsung.

20
Tingkatan var
iasi at
au l
i
ngui
sti
k, maksudny
a bahwa sehubungan dengan
heterogenny
a

anggotasuatumasy ar
akattut
ur,adanyaberbagaif
ungsisosi
aldanpoli
ti
kbahasa,
sertaadany ati
ngkatkesempurnaankode,makaal atkomunikasi
,manusi
ay ang
disebutbahasaitumenjadisangatbervar
iasi
.Dimensiter
akhi
r,pener
apanprakti
s
daripenel
it
iansosi
oli
ngui
sti
k,merupakantopik

yangmembi car
akankegunaanpenel i
ti
ansosi oli
ngui
stikunt
ukmengat asimasal ah-
masalah prakt
is dal
am masy arakat, misalnya masalah pengajaran bahasa.
Keter
kait
anbahasadalam masyarakatnyasangatber gunadalam kehi
dupanpr akti
s,
begit
ujugadengansosioli
ngui
stik,sebabbahasasebagaial atkomunikasiverbal
manusia, tent
unya mempuny ai at uran-
aturanter
tentu. Dalam sosi ol
ingui
stik
member i
kanpenget
ahuanbagai
manacar amenggunakanbahasa.

Per
tama,penget
ahuansosi
oli
ngui
sti
kdapatki
tamanf
aat
kandal
am ber
komuni
kasi
at
au

beri
nteraksi. Sosiol
i
nguisti
k akan member i
kan pedoman kepada ki ta dalam
berkomuni kasidenganmenunj ukkanbahasa,ragam bahasaataugay abahasaapa
yanghar uski t
agunakanj i
kaki taberbi
caradenganor angtert
ent
u.j
ikakit
aadal ah
anakdal am satukeluarga,tentukitaharusmenggunakanr agam at
augay abahasa
yang ber beda ji
ka lawan bi cara ki
ta ayah atau i
bu.Dengan adany a bant
uan
sosiol
inguisti
kdapatmenj el
askankat aganti,
misalny
a(kepada

si
apa,kapan,di
manakat agantiit
udi pakai)misal
nyaseor
angdosenbi l
aberbi
cara
denganmahasi swanyadiruangkul i
ahakanmeny ebutdi
ri
nyasendir
idengankata
gantisaya.
untukmeny apamahasiswa,dosenumumny atidakmenggunakankata
gantikamu at au engkau tetapikat a gantianda.Namun mahasi swa ti
dak
menggunakan kat a kamu,mel ainkan kata bapak.Dalam berint
eraksiketi
ka
menggunakanbahasadi suat
umasy arakathar
us

menggunakantigakomponen( 1)pihaky angberpar


ti
sipanatauadapengi ri
m dan
peneri
ma (2)Infor
masiy ang dikomunikasi
kan (3)alatyang digunakan dalam
komunikasiit
u.Jika sudah terdapattiga komponen ter
sebutmaka kegi atan
beri
nter
aksidapatl
ah berl
angsung dengan baik.Tet apiji
ka komuni kasitidak
berl
angsungdenganbenar
,karenakesadarandaripi
hak

peneri
ma pesan t i
dak ada ,dalam komuni kasimenjaditiadanya kesadaran
merupakangangguanat auhambat andal am proseskomunikasi,gangguanat au
hambatanmisalny
a,dayapendengaransalahsatupart
isi
panyangkurangbaik,suara
bisi
ngditempatkomunikasi
ber
langsung,ataujugakemampuanpenggunaanbahasa
yangkurang.Bahasay angkurangt epatdalam komunikasidalam suatubahasa
sangat

mempenggar
uhiti
dak ef
ekt
ifsuat
u komuni
kasidan menyebabkan komuni
kasi
menj
aditi
dakbai
k.Bahasayangdi
gunakandal
am komuni
kasiinitent
unyahar
us

21
ber
upakodeyangsama-samadi
pahamiol
ehpihakpenuturdanpi
hakpendengar
.
Dal
am suat
umasyarakaty
angi
ngi
nberkomuni
kasidenganmenggunakanbahasa
maka

semakint i
nggikemampuan ber bahasa darikedua pihak y ang berkomunikasi
i
tu,
maka semaki n l ancarl
ah proses komuni kasi i
tu t er
jadi. Bahasa dapat
mempengar uhiperi
lakumanusi a,makakalausipenuturinginmenget ahuir
esponsi
pendengarterhadaptut ur
annya,diabisamenggunakanumpanbal i
k.Dalam kait
an
bahasadenganmasy arakatnyat
erdapatmasyarakatt
utur
, yai
tu

masyarakaty angbukanhany asekelompokor angy angmenggunakanbahasay ang


sama,mel ai
nkan kelompok orang y ang mempuny ainor ma y ang sama dal am
menggunakanbent uk-bentukbahasa.Denganpenger tianmasy arakatitu,maka
set
iap kelompok or ang yang kar
ena t empatatau daer ahnya,profesiny
a,hobiny a,
menggunakanbahasay angsama,ser t
amempuny aipenil
aiany angsamat erhadap
nor
ma-nor mapemakai anbahasaitu,mungkinmembent uksuat umasy arakatt utur.
Dal
am kaitanbahasadenganmasy arakatmembahasmasy arakattutursebenar nya

sangatber agam,y angbar angkal


iant arasat udenganl ainnyaagaksukarunt uk
diper t
emukan. masy arakatt uturyangbesardanber agam memper olehv erbaldar i
pengal aman adany a kegi atan tertentu.Kai tan bahasa dengan masy arakatny a
memper olehhubunganant ar abentuk-bentukbahasat er
tentu,yangdi sebutv ariasi
,
ragam at au di alekdengan penggunaany aunt ukfungsi-f
ungsit ert
entu didal am
masy ar akat .Mi salnyaunt ukkegi atanpendi dikankitamenggunakanr agam bagu,
unt ukkegi atansehar i-
hariat audir umahmenggunakanr agam t idakbaku,unt uk
kegi atanber bisnismenggunakanr agam usaha.Kai tanlainnyamengenaibahasa
denganmasy arakatny adilihatdarisuat umasy ar
akatpadapenut urmenggunakan
variasiat aur agam bahasay angber beda-bedaseper tibahasaj awa,mel ayuat au
mi nangdanbahasal ainnya.Didal am kai tanbahasadenganmasy arakatnyaj uga
ber l
angsungper i
stiwat utury angmel i
batkanduapi hakant arapenut urdanl awan
tutur.Dapatki talihatdal am suatumasy arakatmisalnyadisuat upasari nteraksi
ant ara

Pedagangdanpembel idipasarpadawakt ut ert


entudenganmenggunakanbahasa
sebagaial atkomunikasinya.per i
sti
wat uturlai
nnyadapatdi amatidiacar
ar apat
dinaskantor,dansebagai nya.Jikapercakapandenganr agam bahasayangberganti
-
gant iser
tapokokpembahasanny atidakmenent u,t anpatuj
uan,t i
dakdikatakan
peristi
wat uturkar
enar agam bahasany at idakmenent uterdapatpencampur an.
Ketikainginpembahasanber bahasadalam masy ar
akatber
langsungdenganbai k,
ki
t a

sebagaipenuturhar
usmenggunakandelapankomponeny ai
tuSpeaking,S:set
ti
ng,
P:Parti
cipant
s,E:End,A:Actsequence,K:Key,I:inst
rumental
it
ies,N :Norm of
i
nteract
ionandinter
pret
ati
on,
G: Genr
es.

2.
2Ket
erkai
tanBahasadenganBuday
a

22
Sebel
um membahas mengenaiket erkaitan bahasa dengan buday a,kita harus
mengetahuiterlebihdahuluapai tu“ Bahasa” .Bahasadapatdi katakansebagaial at
komunikasidanal ati
nteraksiy anghany adi mil
ikimanusia.sebabbahasai tubersifat
manusiawiy anghany adi keluarkandar ial atucapmanusi a.Sertaki tajugahar us
mengetahuiapai tu“Buday a”sebel um menget ahuilebi
hlanjutketerkait
an“ Bahasa”
dan“Buday a”.Buday aadal ahsuat ubagi andar iakaldanbudimanusi a.Buday a
merupakanpol aat aucar ahi dupy angt erusber kembangol ehsekel ompokor ang
yang diturunkan pada gener asi ber ikutny a. Budaya dapat mempengar uhi
agama,poli
ti
k,adatist
iadat,bahasa,bangunan,pakai an,bahkandal am suat ukar ya
senit
aklekangol ehpengar uhbuday a.Denganadany abuday akit
aj ugamenget ahui
budayalahirdariasaldimanamanusi ait
ut i
nggaldi l
ahi
rkan.Kebuday aanl ahi
rdar i
kebi
asaan seseor ang berprilaku ter hadap l i
ngkungan hi dup sekitar.Dal am hal
ter
sebutadaber bagaiteoriyangmengat akanbahasai tumer upakanbagi an

darikebudayaan,t
etapiadapul ay angmengatakanbahwabahasadankebuday aan
mer upakanduahaly angber beda,namunmempuny aihubungany angsangater at
,
sehingga ti
dakdapatdi pisahkan.Ada yang mengat akan bahwa bahasa sangat
dipengaruhiol
ehkebuday aan,sehinggasegal
ahaly angadadidal am kebuday aan
akant ercer
minkedal am bahasa.Sebaliknyaadaj ugay angmengat akanbahasa
sangatmempengar uhikebuday aan,dan car
aber pi
kirmanusi aatau masyarakat
penuturnya.

2.
2.2Haki
katKebuday
aan

Kr
oeber dan Kl
uckhom (
1952) t
elah mengumpul
kan ber
pul
uh-
pul
uh def
ini
si
mengenai

kebuday
aan,
danmengel
ompokkanny
amenj
adi
enam def
ini
siy
ait
u:

1)Def
ini
siy
angDeskr
ipt
ifDef
ini
siy
angmenekankanpadaunsur
-unsurkebuday
aan.

2)Defi
nisiy
angHist
orisDef
ini
siy
angmenekankanbahwakebuday
aani
tudi
war
isi
secar
akemasyar
akatan.

3)Defi
nisiNor
mat
ifDefi
nisiy
angmenekankanpadahaki
katkebuday
aansebagai
at
uranhi
dupdanti
ngkahl
aku.

4)Defi
nisiPsi
kol
ogisDefi
nisiy
angmenekankanpadakegunaankebuday
aandal
am
peny
esuaiandir
ikepada

5)Defi
nisist
ructur
alDef
ini
siyangmenekankansi
fatkebuday
aansebagaisuat
u
sy
stem yangberpol
adant
eratur
.

6)Defi
nisiGenet
ikDef
ini
siy
angmenekankanpadat
erj
adi
nyakebuday
aansebagai
hasi
lkar
y amanusi
a.

2.
2.3HubunganBahasadanKebuday
aan

Menur
utKoent
jani
ngr
atdiat
as bahwa bahasa bagi
an dar
ikebuday
aan.Jadi
23
hubunganant arabahasadankebuday aanmer upakanhubungany angsubor di
nat i
f,
dimana bahasa ber ada dibawah l ingkup kebuday aan.Namun pendapatl ain
mengat akanbahwabahasadankebuday aanmempuny aihubungankoor dinat
if,
yaitu
hubungany angseder ajat,yangkedudukanny asamat i
nggi .Mengenaihubungan
bahasa dan kebuday aan y ang bersifat koor dinati
f ada dua haly ang per l
u
dicatat.
pert
ama,ada y ang megat akan hubungan kebahasaan dan kebuday aan
seper t
ianakkembarsi am,duabuahf enomenay angt erikater at.Jadipendapati ni
mengat akanbahwakebahasaandankebuday aanmer upakanduaf enomenay ang
berbeda,tetapihubunganny asangater at,sehinggat idakdapatdi pisahkan.Bahasa
bukanhany amenent ukancor akbuday at etapij ugamenent ukancar adanj alan
piki
ranmanusi a,ol
ehkar enai t
umemenggar uhit ingkahl akuny a.
kal aubahasai tu
mempengar uhikebuday aandanj al
anpi ki
ranmanusi a,makaci ri
-cir
iy angadadal am
suatubahasaakant er
cer minpadasi kapdanbuday apenut urnya.

2.
2.4BahasadanBuday
aDal
am

BukuLi nguistikumum ( AbdulChaer )mengat akansat ul agiy angmenj adiobjek


kaj
iannya dal am bahasa dengan buday ay ai
tul i
ngui sti
k mi kroy ang mengenai
hubunganbahasadenganbuday aat aukebuday aan.Dal am sej ar
ahLi nguistikada
suatuhipotesi sy angsangatt er
kenalmengenaihubunganbahasadankebuday aan
i
ni.Hipotesi
si nidikeluarkanol ehduaor angpakar ,yait
uEdwar dSapi rdanBenj amin
Lee Whor fy ang meny atakan bahwa bahasa mempengar uhikebuday aan.At au
denganl ebi
hj el
as,bahasai tumempengar uhicar aber pikirdanber ti
ndakmanusi a.
Apay angdilakukanmanusi aselaludipengar uhiol ehsifat-sif
atbahasany a.Mi sal
nya
katanya dalam bahasa- bahasa y ang mempuny ai kat egori kala at au wakt u,
masy ar
akatpenut urnyasangatmenghar gaidansangatt eri
katolehwakt u.Segala
halyangmer ekal akukansesuaidenganwakt uyangt el
ahdi j
adwalkan.Tet apidal
am
bahasa-bahasay angt idakmempuny aikat egor ikal amasy arakatnyasangatt i
dak
menghar gaiwakt u.I t
ulah bar angkalidiI ndonesi a ada ungkapan “ Jam kar et”
sedangkandi Eropat i
dakada.Jadi kebuday aanl ahy angmempengar uhibahasa.

2.
2.5Et
ikaBer
bahasa

Setelahmenget ahuiBahasadanKebuday aanmempuny aihubungaterat,tentujuga


dalam ber bahasamemer lukanet i
kay angbai k.Eti
kaber bahasainieratkai t
anny a
dengan10pemi l
ihankodebahasa,nor ma- normasoci aldansy stem buday ayang
berlakudal am satumasy arakat.Olehkarenai tueti
kaber bahasainiakanmengat ur
(a)apa y ang har us ki t
a kat akana pada wakt u dan keadaan t er
tentu kepada
seseorangpar t
isipant ertentuber kenaandenganst atussoci aldanbuday adal am
masy arakatitu.(b)r agam bahasaapay angpal i
ngwaj arki t
agunakandal am situasi
sosioli
nguisti
kt ertentu.( c) kapan dan bagai mana ki ta menggunakan gi l
iran
berbicara.(d)kapanki t
ahar usdiam.(e)bagai manakual itassuaradansi kapf i
sik
kit
adidal am ber bicarai tu.Sebab seseor ang barudi katakanpandaiber bahasa
apabilamenguasait atacar aetikaberbahasai t
ukarenaet i
kaberbahasamer upakan
subsistem kebuday aan.

24
2.
3Ket
erkai
tanBahasadenganJeni
sKel
ami
n

Sosi oli
nguistik menempat kan kedudukan bahasa dal am hubunganny a dengan
pemakai anbahasai tudal am masy arakat,sehi nggamemandangbahasasebagai
sistem sosi aldan si stem komuni kasi.pemakai an bahasa mer upakan bent uk
i
nt eraksisosi alyangter
jadidal am situasikongr et( apple,1976:
9) .Dengandemi ki
an
bahasat i
dakhany amemi li
kigejalai ndiv i
dualt et apijugagej alasosi al
.Sebagai
gejalasosi albahasadanpemakai anbahasat idakhany aditentukanol ehfaktor
l
ingui sti
k,tetapij ugadipengaruhiol ehf akt orsosi aldansi t
uasi onal.Faktorsosi al
mi salnya:st atussosial,tingkatpendi dikan, umur ,t i
ngkatekonomi ,
jeniskel
ami n.
Fakt orsituasional mi
sal
ny a: si
apay angber bicar
a, denganbahasaapa, kepadasiapa,
kapan,dimana,dan mengenaimasal ah apa.Dal am masy arakatser i
ng terj
adi
ketidakjelasandankesal ahpahamant entangi sti
lah

j
enderdanj eniskelamin,keduai
sti
lahtersebutsebenarnyamemi l
ikiperbedaan
makna.Nugroho(2008)mengemukakanbahwaadal ahperbedaanperanperempuan
danlaki
-l
akidimanay angmembentukadalahkontr
uksisosialdankebudayaan,jadi
bukankarenakontr
uksi

yangdibawasej aklahi
r.Jikajeni
skelaminadalahsesuatuy angdibawasejakl ahir
,
maka“ jender”adalahsesuatuy angdibentukkarenapemahamandant umbuhdan
berkembang dal am masy ar
akat.Jendermengacu pada di mensisosial-buday a
seseorangsebagail aki-
lakiatauperempuan.Sal ahsatuaspekj endermelahi rkan
suatu peran jender(general
)y ang merupakan suatu har
apan yang menet apkan
bagaimana sehar usnya perempuan dan l aki
-l
akiberpiki
r,berti
ngkah laku dan
berper
asaan ( Annisa,2007) .Dalam sosioli
nguist
ik,bahasa dan jenis kelami n
memi l
ikihubungany angsangaterat.

Karena ada beber apa f aktorwani tal ebi h suka menggunakan bahasa st andar
dibandingkanpr ia.Ber kaitandengani t
u,pat utdicer matibahasasebagaibagi an
sosial,per buatan y ang ber isinil
ai,y ang mencer minkan ker uwet an jaringan
sosial,
poli
tik,buday a,danhubunganusi adanmasy ar akat.Terdapatj ugaper bedaan
berbahasaant arawnai tadanpr i
a,diantar anyadal am f onologi,mor fol
ogidandi ksi
.
Dalam segif onologi,ant arapr iadanwani tamemi l
ikibeber apaper bedaan,seper t
i
halnyadiamer ika,wani tamenggunakanpal atarv elartidakber aspirasi,sepertikata
Kjatsa( di
ucapkan ol eh wani ta)dan djat sa( diucapkan ol eh pria).Genderdapat
berartisebagaiper andant anggungj awaby angdi t
egaskansecar asosi alkepada
kaum per empuandanl aki
-lakidalam suat ukebuday aanat aul okasit ertentuy ang
didukungol ehst ruktur-
st r
ukt urmasy arakat.Genderdapatber ubahdar iwakt uke
wakt u,darisuat umasy arakatkemasy arakatlainny a.Tidakdapatdi sangkal ,baikdi
Indonesiamaupundi negar a-negaral
ain, i
suj ender

mer upakanpengaruhger akanwanitasekitartahun1970- an.Ger akaninimemi cu


berbagaipenelit
ian mengenaii su-
isu wanit
a,t er
utama y ang berkai
tan dengan
subordinasi wanit
a dalam ber bagai aspek: pendidikan,hukum,pol it
ik,dan
sebagainya.Padaakhir
ny a,bahasapunt i
dakluputdar ilahananal i
sispar
al i
nguis,

25
sosiol
ogdanbuday awan.St udibahasadanj endermemusat kanperhat
ianpada
bagaimanapengar uht erhadappemakai anbahasa.Jendermer upakanfaktory
ang
berpengar
uhterhadapv ari
asibahasameski punsamapisaati nist
udibahasapada
umumny amembi arkanper bedaanjenderdalam pemakaianbahasa.Padaper i
ode
awal t
ahun1960-an, peneli
ti
aninter
aksibahasadi
dominasi ol
eh

paradigma y ang mengel ompokkan penut ur menur ut seks bi ologi


s dengan
menggunakan met ode kuant i
tati
f. Pada per iode i ni penel i
ti
an lebi
h bany ak
menekankan pada per bedaan jenis kelamin dal am pel afal
an dan tat
a bahasa.
Hasi l
nyamenunj ukkanbahwaadany aper bedaanf onol ogisdangr amatikalyang
disaji
kan dal am angka- angka pr osentase. Tes st ati
sti
k digunakan unt uk
menunj ukkansi gnif
ikansiperbedaani tu.Pendekat ani nidi kembangkanolehLabov
(1972) .Paradigma penel iti
annya biasa di sebutpar adi gma v ari
asioni
s.Tr udgi
l
l
adalah sal ah seor ang pengi kut par adi
gma i ni. Hal t er
sebut tampak pada
peneliti
annyat entangv ari
asif oneti
sdanf onologisdal am bahasaI nggri
sdikot a
Nor wich.Per i
odesel anjutnyai al
ahpenel iti
andenganst rat
egipercakapany ang
dil
akukanpr ia

dan wani ta.Penel it


ian pada periode i
niberger
akmeni nggalkan masa li
nguisti
k
tradi
sioanalyang t erfokus pada f onet
ik/
fonol
ogidan mor fol
ogi
/si
ntaksisy ang
dikai
tkan dengan j enis kelamin. Peneli
ti
an lebih terarah pada kompet ensi
komuni katif
,seperticar akaum priadanwani tamember ikandanmembal aspuj i
an
ataucar apr i
adanwani t
amemi nt amaaf.Peneli
tipadaper i
odeiniadalahBrown
(1980)y angmemf okuskanpadabahasapr iadanwanitapadasukuMay adi Meksiko.
Penelit
iansel anj
utnyaber pij
akpadapemakai anstr
ategipercakapanyangdapat

digunakanuntukmeni ngkatkandomi nasipercakapan.Konsepdomi nasipercakapan


mengacupadast r
ategiyangdi gunakanpeser t
at ut
uruntukmendomi nasipasangan
percakapan.Konsepdomi nasimengacukepadast r
ategiy angdigunakanpeser ta
tuturuntukmendomi nasipasanganper cakapan.Padaper i
odei nibanyakt er
fokus
padaper cakapancampur anant arakaum pr i
adanwani tadal am berbagairagam
kontekssosial.Hubunganant arabahasadangenderdapatt er
eli
sasidalam t i
ga
macam hubunganmenur utpandanganGr addoldanjoan( 2003:13)yai
tu

1)Bahasamencer minkanpembagiangenderPenggunaanbahasaber si
fatsensit
ive
ter
hadap pola-pol
a hidup dan pola-polainter
aksisehingga teri
ndi
kasibahwa
perbedaan pengal
aman sosialantaral aki
-l
akidan perempuan mempuny aief ek
ter
tentu dal
am peril
aku ber
bahasa.dengan demikian bahasa di
pandang sebagai
cerminanmasy ar
akat.

2) Bahasa menci ptakan pembagi an gender Pandangan Pandangan i ni


mengimpli
kasi
kanbahwabahasamempuny aiperananyangpenti
ngdalam kontr
uksi
danpelest
ari
anpembagiangender.Car abahasadigunakandal
am berbagaikonteks
kehi
dupansosialdapatmempr oy
eksikanbiasmengenail aki
-l
akidanper empuan
yangimpli
kasi
nyamendef i
nisi
kanperanansosialyangdihar
apkandariyanglaki
-laki
danperempuan.Dalam pemakaianbahasahubunganant ar
abahasa,kosakatadan

26
j
eni
skelaminpenuturny
adapatditi
njausecarasosioli
nguist
ikkarenamenyangkut
masal
ah sosi
aly ait
u masyarakat dan li
nguist
iky ait
u bahasa.Wani t
al ebih
mempert
ahankanbahasasedangkanlaki
-l
akiber
sif
atinovati
sidanpembahar
uan.

2.
3.1Per
bedaanBahasal
aki
-l
aki
danPer
empuan

Sejakkecil,ki
tasudahmempel ajaribahasamel al
uipemerolehanbahasay angki
ta
dapatkandar iLi
ngkungankeluarga.Dal am pemakaianbahasahubunganant ara
bahasa , kosakat
a dengan j enis kelami n penut
urnya dapat dit
inj
au secara
sosiol
inguisti
kkarenameny angkutmasal ahsosialyai
tumasy ar
akatdanl i
ngui
sti
k
yai
tu bahasa.Sumar sono meny atakan ada beber
apa faktoryang ber
hubungan
denganper bedaan

bahasaant aralaki
-lakidanperempuan, di
antar
any aadalahfaktorsuar ayangarti
ny a
bunyiy angdi hasi
lkankar enaber get
arnyapitasuar adalam l ar
ing( Kri
dalaksana,
Harimurti
.2008: 229)dan i nt
onasiy ai
tu pola perubahan nada y ang dihasil
kan
pembicaraanpadawakt umengucapkanuj ar
anat aubagian-bagiannya.Jadidal am
ti
pest udiyangdi t
elit
iinimenggunakanst udikorel
asionalyangmengkaj ihubungan
antarakondisisosi alseseorangdenganpenggunaanbahasany a.Mi sal
nyaapakah
adahubunganbahasadenganj eni
skelamindenganbahasay angdigunakanpenut ur
.
Bahasadangenderber kai
tandenganbagaimanagendermemengar uhicarakit
a

menggunakanbahasadanpenggunaanbahasal ainny a.Kawasanpeneli


ti
anbahasa
dangendery angdapatdi kajimel i
putiantaralain:per bedaanpenggunaanbahasa
antarapriadanwani ta,pol
a-polaper bedaanpenggunaanbahasaant arapriadan
wanitay ang dapatdi amatimasy ar
akat,per bedaan car apriadan wanitadalam
kel
ompokt ertentu,penggambar an pr i
a dan wani ta sebagaikomunikatordalam
berbagaimedi a,bahasaseksis,sikapmasy ar
akatt erhadapbahasapriadanwani ta,
peran perbedaan genderdal am per ubahan bahasa,ser ta bagai
mana anak-anak
belaj
arberbicaradanmenul issesuaidengangender nyaatauperkembanganbahasa
sesuaigender.

BAB3PENUTUP

3.
1Kesi
mpul
an

Bahasadapatdikatakansebagaial
atkomunikasidanal ati
nteraksiy anghanya
di
mili
kimanusiasebabbahasai tubersi
fatmanusiawiyangdikeluarkandarial
at
ucapmanusia,pengkaji
anbahasadenganmasy ar
akatny
adapatdi l
i
hatdarikaji
an
27
secar
aekst ernal
,sebabkajianekst
ernalmenjel
askanketer
kait
anbahasadengan
masyarakatnyay angberadadil
uarbahasadankaj ianinij
ugaber kaitandengan
pemakaianbahasai tuolehparapenuturny
adidal am kel
ompok-kelompoksosi al
kemasyarakatan.bahasaitumerupakanbagiandarikebudayaan,tetapiadapula
yangmengat akanbahwa

bahasa dan kebudayaan merupakan dua halyang ber


beda,namun mempunyai
hubungan yang sangater at,sehingga t
idak dapatdipi
sahkan.Dalam Dal
am
sosi
oli
nguist
ik,bahasadanjeni
skelaminmemi l
iki
hubunganyangsangater
at.

Karena ada beber apa faktorwanital


ebi
h suka menggunakan bahasa st
andar
di
bandi ngkanpr i
a.Berkaitandenganit
u,pat
utdicermatibahasasebagaibagian
sosial,perbuat
any angber isini
l
ai,y
angmencerminkanker
uwetanjari
ngansosial
,
poli
tik,budaya,
danhubunganusi adanmasyar
akat.

3.
2Sar
an

Kamiselakupenuli
smenyadaribahwamakalahinimasihj
auhdar
ikatasempur na.
Untukit
u,kamimengharapkankri
ti
ksert
asarandaripembacaunt
ukmakal ahyang
kamibuatini
,supayanant
inyamakalahi
nidapatmenjadil
ebi
hbai
klagi.Kemudian,
apabi
labanyakkesal
ahanpadamakalahi
nikamimohonmaafsebesar-
besarnya.

28
DAFTARPUSTAKA

Chaer
,AbduldanLeoni
eAgust
ina.Sosi
oli
ngui
sti
kPer
kenal
anaAwal
.Jakar
ta:Ri
neka
Ci
pta,

2010.Chaer
,Abdul
.Li
ngui
sti
kUmum.Jakar
ta:
RinekaCi
pta,
2012.

29
Per
tany
aan:

1.Jel
askananal
i
sisdi
akor
oni
kdansi
nkr
oni
kdar
idi
alek-
dial
eksosi
alber
upa
deskr
ipsipol
a-pol
a di
alek-
dial
eksosi
ali
tu bai
kyang ber
laku pada masa
t
ert
ent
uat
auy
angber
lakupadamasay
angt
idakt
erbat
as?

2.Adakahper
samaanat
auper
bedaanbahasaber
dasar
kankel
assosi
aldi
set
iap
daer
aht
empatt
inggal
?Jel
askan!

3.Bagai
manacar
nyaunt
ukmengur
angit
erj
adi
nyakesal
ahpahamani
nfor
masi
ant
arv
ari
asi
bahasat
ersebut
?

4. Ant
arabahasadankebuduy
aan,
manakahy
angmuncull
ebi
hdahul
u?Apakah
bahasay
angmuncult
erl
ebi
hdahul
ukemudi
anmembent
ukkebuday
aan,
atau
kebuday
aany
ang muncult
erl
ebi
hdahul
ukemudi
amenghasi
l
kanbahasa?
Jel
askan.

5.Dal
am v
ari
asidar
isegipenut
urdi
bagimenj
adi3y
ait
uvar
iasibahasaper
tama,
keduadanket
iga,
jel
askan!

6.Apakahbenarbahasabi
samempengar
uhibuday
a?Ji
kai
yat
olongber
ikan
cont
ohdenganl
ebi
hjel
asdi
kehi
dupanber
masy
arakat
?

7.Adany
aragam l
i
sandanr
agam t
uli
sdanj
ugaadar
agam dal
am ber
bahasa
y
angmenggunakansar
anaat
aual
att
ert
ent
u.Sebut
kancont
ohny
a!

8.Ket
erkai
tanbahasadengankont
ekssosi
alt
ent
udapatmer
umuskankai
dah
t
eor
it
isant
ardi
sipl
i
nyangber
sif
att
erapan,cobaj
elaskanber
sif
att
erapan
y
angbagai
mandal
am suat
umasy
arakatdanber
ikancont
ohny
aser
taapakah
member
ipengar
uhbagi
masy
arakat
?

30
MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

KOMUNIKASI BAHASA

NAMA KELOMPOK 4:

1. Nurul Dwi Siswati ( 186210539)


2. Nurul Mashita ( 186210531)
3. Putri Rahmanisa ( 186210312)
4. Rindi Rahma Dani (186210308)
5. Ririn Afrila ( 186210512)
6. Riska ( 186210632)
7. Robiatul Husna Siregar ( 186210268)
8. Sartika (186210496)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Komunikasi Bahasa”. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpahkan curahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh ibu Dr. Hj. Erni, M.Pd pada matakuliah Sosiolinguistik. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengetahuan kita terhadap bahasa yang yang kita
gunakan dalam kehidupan serta mengetahui hakikat dan fungsi bahasa pada manusia dan hakikat
komunikasi serta mengetahui tentang keistimewaan bahasa manusia.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terhadap banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada ibu Dr. Hj.
Erni, M.Pd yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terimakasih

Siak Sri Indrapura, 09 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa..................................................................................................6
B. Fungsi Bahasa....................................................................................................9
C. Hakikat Komunikasi.........................................................................................10
D. Keistimewaan Bahasa Manusia........................................................................11

BAB IIII
PENUTUP
A. SIMPULAN.....................................................................................................14
B. SARAN.............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa adalah kesatuan perkataan beserta sistem penggunaannya yang berlaku umum dalam
pergaulan antar anggota suatu masyarakat atau bangsa. Masyarakat atau bangsa merupakan
sekelompok manusia atau komunitas dengan kesamaan letak geografi, kesamaan budaya, dan
kesamaan tradisi. Selain memiliki fungsi utama sebagai wahana komunikasi, bahasa juga
memiliki peran sebagai alat ekspresi budaya yang mencerminkan bangsa penuturnya.

“Para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambahkan dengan yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri” ( Chaer,
2009:30). Arbiter mempunyai makna bahwa bahasa manusia menggunakan lambang yang
bersifat sewenang- wenang yang artinya antara lambang tidak mempunyai hubugan makna.
Bahasa merupakan hasil kesepakatan bersama atau konvensi.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan yang dikemukakan pada latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang
harus di bahas pada di dalam pembahasan, yaitu:

a. Hakikat dan Fungsi Bahasa


b. Hakikat Komunikasi
c. Keistimewaan Bahasa Manusia

C. Tujuan Penulisan
Adanya tujuan penulis untuk memberi gambaran umum terkait apa yang di bahas di dalam
bagian pembahasan mengenai Hakikat, Fungsi Bahasa dan Hakikat Komunikasi Serta
Keistimewaan Bahasa Manusia, yaitu:

4
a. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai Hakikat dan Fungsi Bahasa
b. Menjelaskan hal-hal yang terkait pada Hakikat Komunikasi
c. Memberikan penjelasan terhadap Keistimewaan Bahasa Manusia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia
yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu
terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media,
yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media. Terkadang kita
berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa
yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur
bahasa itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita
itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama
menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua orang atau
lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu,
maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat berupa: mengeluarkan lagi
arusbunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu.
Menurut Devianty (2017 : 227) Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota
masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian
bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti
atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang
merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti atau makna, yaitu isi yang terkandung di
dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar.
Sedangkan menurut KBBI, Bahasa merupakan system lambang yang arbiter, yang
digunakan oleh para masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri dikehidupannya masing-masing, baik formal ataupun
nonformal.
Menurut Chaer (2020: 11-14) Bahasa mempunyai beberapa ciri-ciri khusus yang
menandai sebuah Bahasa, diantaranya yaitu :
a. Bahasa adalah sebuah sistem, yang merupakan susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi. Sistem ini dibentuk
oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan

6
secara fungsional. Begitu juga sistem bahasa, bahasa terdiri dari unsur-unsur atau
komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk satu kesatuan. Dengan maksud bahwa bahasa itu merupakan
kumpulan aturan, pola, atau kaidah yang secara singkat disebut dengan system.
Sebagai sebuah system, Bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
merupakan Bahasa yang tersusun menurut pola tertentu, tidak disusun secara
teracak. Sedangkan simetis merupakan Bahasa yang bukan merupakan sebuah
system tunggal namun mempunyai beberapa subsistem diantaranya fonologi,
sintaksis, morfologi, dan leksikon. Sistem Bahasa dilambangkan dengan bentuk
bunyi. Artinya, lambing-lambang itu berbentuk bunyi yang melambangkan
makna atau konsep. Seperti, lambing Bahasa yang berbunyi “kuda” yang
melambangkan makna hewan berkaki empat yang biasa digunakan untuk
mengangkut barang. Oleh karena itu, Bahasa juga bersifat unik yang mempunyai
ciri khas dan bersifat universal yang ada pada semua Bahasa.
b. Lambang bunyi Bahasa itu bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan yang
bersifat wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan sesuatu
yang dilambangkan beserta konsep atau pengertiannya. Contoh, masyarakat
Indonesia menyebut sesuatu benda yang terbuat dari papan yang digunakan untuk
menulis dengan sebutan papan tulis, masyarakat Inggris menyebutnya dengan
blackboard (walaupun kadang-kadang papan tulis itu dicat selain warna hitam),
masyarakat arab menyebutnya dengan assaburatun, dan masyarakat Jawa
mungkin menyebutnya blabak. Mengapa masayarkat bahasa menyebut benda
yang sama dengan sebutan yang berbeda? Jawabannya adalah karena adanya sifat
arbitrer (kesewenangan) bahasa. Andaikan tidak bersifat arbitrer, tentu bahasa di
dunia ini sama, padahal kenyataannya bahasa itu sangat beraneka ragam.
Mesikipun arbiter, tetapi juga bersifat konvensional. Yang artinya setiap penutur
suatu Bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya.
c. Bahasa itu bersifat produktif, artinya , walaupun jumlah unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat disusun
satuansatuan bahasa yang jumlahnya relatif tidak terbatas, sesuai dengan sistem

7
yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Contoh, bahasa Indonesia
mempunyai 30 buah fonem, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan ribuan
kata yang mengandung fonem itu. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia ada lima
pola kalimat dasar yang dapat dikembangkan menjadi kalimat-kalimat lain yang
jumlahnya relatif tidak terbatas.
d. Bahasa itu bersifat dinamis, artinya Bahasa itu tidak terlepas dari berbagai
kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahasa mempunyai
keterikatan dan keterkaitan dengan manusia, segala kegiatan dan gerak manusia
tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa, tidak ada kegiatan manusia yang
tidak disertai dengan bahasa,. Oleh karena itu, sejalan dengan perubahan
kehidupan atau ilmu pengetahuan manusia (masyarakat penutur bahasa), maka
bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap atau tidak statis.
Keadaan inilah yang membuat bahasa itu bersifat dinamis. Seperti kata kempa,
perigi dan centang-perenang yang dulu ada digunakan dalam Bahasa Indonesia
kini tidak dikenal lagi.
e. Bahasa itu beragam, artinya meskipun Bahasa memiliki kaidah atau pola tertentu
yang sama, namun digunakan oleh masyarakat yang penutur bahasa itu terdiri
dari berbagai orang yang memiliki berbagai berbagai latar belakang sosilan dan
kebiasaan yang berbeda. Umpamannya penutur suatu bahasa itu ada yang
berpendidikan tinggi, ada yang tidak, ada yang berprofesi sebagai pegawai
kantor, guru, petani, buruh, nelayan dan sebagainya. Ada yang tinggal di kota,
ada yang tinggal di daerah pedesaan, ada orang dewasa, ada pula anak-anak,
sehingga bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam.
Berhubungan dengan variasi (ragam) bahasa ini, ada tiga istilah yang digunakan,
yakni idiolek, dialek dan ragam. Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat
perorangan, setiap penutur suatu bahasa tentu memiliki ciri khas bahasanya
masing-masing.
f. Bahasa itu bersifat manusiawi, artinya bahasa itu hanya milik manusia dan hanya
dapat digunakan oleh manusia. Hewan memiliki alat komunikasi, tetapi hanya
bersifat terbatas untuk makan, menyelamatkan diri atau keperluan biologis
lainnya yang dimilikinya secara instingtif. Hewan tidak memiliki akal budi serta

8
segala kemampuan yang dilakukan dengan akal budinya itu, oleh karena itulah
alat komunikasi binatang tetap saja, tidak berubah.

B. Fungsi-fungsi Bahasa
Menurut Chaer (2010: 14-17), fungsi Bahasa dapat dilihat dari bebrapa sudut
pandang, diantaranya :
a. Dari sudut penuntur, maka Bahasa itu bersifat personal atau peibadi. Sipenutur
menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkan. Sipenutur mengungkapkan
emosi lewat bahsa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan
tuturannya.
b. Dari segi pendengar atau lawan bicara, maka Bahasa itu bersifat direkter artinya
mengatur tingkah laku pendengar. Hal ini dapat dilihat ketia penutur
menggunakan kalimat-kalimat perintah. Dengan demikian Bahasa disini bersifat
fatik artinya fungsi menjalin hubungsn, memelihara, memperlihatkan perasaan
sahabat, atau soladaritas sosial. Ungakapan-ungkapan fatik biasanya juga disertai
unsur paralinguistic, seperti mengangguk kepala, senyum dan lain sebgainya. Hal
tersebut tidak mempunyai arti dalam memberikan informasi namun hanya
membangunkantak intraksi antar para partisipan.
c. Dari segi topik Ujaran, maka Bahasa itu bersifat referensial, ada juga dnotatif tau
sungsi informatif. Bahsa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek
atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya. Fungsi
referensial yang melahirkan pikiran untuk menyatakan bagaimana pendapat
sipenutur tentang dunia atau sekelilingnya.
d. Dari segi kode yang digunakan, maka Bahasa itu bersifat yaitu metalingual atau
metalingustik yakni Bahasa yang dgunakan untuk membicarakan Bahasa itu
sendiri. Maksudnya yaitu Bahasa dilihat dari proses pembelajaran Bahasa dimana
kaidah-kaidah atau aturan-aturan Bahasa yang dijelaskan dengan bahsa.
e. Dari segi amanat yang akan disampaikan, maka Bahasa itu bersifat imaginative.
Sesungguhnya bahsa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan, baik imagiratif yang berupa karya sen ( puisi, cerita, dongeng,
lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun pendengar.

9
C. Hakikat Komunikasi
Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Dalam
Webster s New Collegiate Dictionary (1981:225) dikatakan
Communication is a process by which information is exchange between individuals
through a common system of symbols, signs, or behavior . (Komunikasi adalah proses
pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol, tanda, atau tungkah laku
yang umum)
Dari batasan di atas, maka didapatkan tiga komponen yang harus ada dalam setiap
proses komunikasi yaitu : (1) Pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima
informasi yang dikomunikasikan yang lazim disebut partisipan. (2) Informasi yang
dikomunikasikan. (3) Alat yang digunakan dalam komunikasi itu.

Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang atau dua
kelompok orang, yaitu yang mengirim (sender) informasi dan yang menerima (receiver)
informasi. Informasi yang disampaikan tentunya berupa suatu ide, gagasan, keterangan
atau pesan. Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa simbol/lambang seperti bahasa
berupa tanda-tanda seperti rambu-rambu lalu lintas, gambar, atau petunjuk dan juga dapat
berupa gerak-gerik anggota badan. Suatu proses komunikasi memang sering kali tidak
dapat berjalan dengan mulus karena adanya gangguan atau hambatan. Tiadanya
kesadaran dari salah satu pihak merupakan suatu hambatan.

Komponen ketiga dalam peristiwa komunikasi adalah alat komunikasi yang


digunakan, yaitu bahasa, tanda-tanda dan gerak gerik tubuh. Berdasarkan alat yang
digunakan ini dibedakan menjadi dua macam komunikasi, yaitu (1) komunikasi non
verbal dan (2) komunikasi verbal (komunikasi bahasa). Komunikasi nonverbal adalah
komunikasi yang menggunakan alat bukan bahasa, seperti bunyi peluit, cahaya (lampu,
api) dan lain-lain. Sedangkan komunikasi verbal ataua komunikasi bahasa adalah
komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya. Bahasa yang digunakan dalam
komunikasi tentunya harus berupa kode yang sama-sama dipahami oleh pihak penutur
dan pihak pendengar.

10
D. Keistimewaan Bahasa Manusia

Menurut Chaer (2010 : 26-29) Berikut ini merupakan kelebihan atau keistimewaan
bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang ada
pada dunia hewan. Ada tiga pakar yang tertarik dalam masalah ini, yaitu Hockett, Mc Neil
dan Chomsky. Keistimewaan bahasa itu adalah sebagai berikut :

1. Bahasa menggunakan jalur vokal auditif. Banyak hewan, termasuk jangkrik, katak dan
burung yang sistem komunikasinya dapat didengar. Namun, tidak semuanya merupakan
bunyi vokal. Kata, burung dan orang utan ini juga mempunyai jalur vokal auditif ini,
seperti yang dimiliki manusia. Tetapi sistem komunikasinya itu tidak mempunyai 15 ciri
lainnya yang dimiliki manusia.
2. Bahasa dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimaannya terarah. Maksudnya, bunyi
bahasa yang diucapkan dapat didengar di semua arah karena suara atau bunyi bahasa itu
merambat melalui udara; tetapi penerima atau pendengar dapat mengetahui dengan tepat
dari mana arah bunyi bahasa itu datang.
3. Lambang bahasa yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah diucapkan. Hal ini berbeda
dengan tanda atau lambang lain, seperti bekas tapak kaki hewan, dan patung
kepahlawanan yang dapat bertahan lama. Oleh karena ciri cepat hilangnya, maka sejak
dulu orang berusaha melestarikan lambang bunyi bahasa ini dalam bentuk tulisan. Pada
zaman modern kini bunyi bahasa itu sudah dapat direkam dengan peralatan elektronik,
dan sewaktu-waktu dapat diperdengarkan kembali.
4. Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi (interchangeability).
Artinya, seorang penutur bisa menjadi seorang pengirim lambang dan dapat juga menjadi
penerima lambang itu
5. Lambang bahasa itu dapat menjadi umpan balik yang lengkap. Artinyam pengirim
lambang (penutur) dapat mendengar sendiri lambang bahasa itu. padahal dalam beberapa
macam komunikasi kinetik (gerakan) dan visual (penglihatan) seperti dalam tarian lebah,
si pengirim informasi tidak dapat melihat bagian-bagian penting dari tariannya.
6. Komunikasi bahasa mempunyai spesialisasi. Maksudnya, manusia dapat berbicara tanpa
harus mengeluarkan gerkan-gerakan fisik yang mendukung proses komunikasi itu.

11
manusia dapat berbicara sambil mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan
dengan topik pembicaraan.
7. Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada
hal-hal tertentu. Umpamanya kata kuda mengacu pada sejenis hewan berkaki empat yang
biasa dikendarai. Kalimat Dika menendang bola mempunyai makna seseorang yang
bernama Dika melakukan perbuatan atau tindakan yaitu menendang bola. Begitu juga
dengan lambang-lambang lain.
8. Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan ditentukan oleh adanya suatu
ikatan antara keduanya; tetapi ditentukan oleh suatu persetujuan atau konvensi di antara
para penutur suatu bahasa. jadi hubungan antara lambang bunyi [kuda] dengan
maknanya, yaitu „sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai‟ bersifat arbitrer,
semuanya.
9. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan,
yakni, kalimat, kata, morfem, dan fonem. Padahal alat komunikasi makhluk lain
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
10. Rujukan atau yang sedang dibicarakan dalam bahasa tidak harus selalu ada pada tempat
dan waktu kini. Kita dapat menggunakan bahasa untuk sesuatu yang telah lalu, yang akan
datang atau yang berada di tempat yang jauh. bahkan juga yang hanya ada dalam
khayalan.
11. Bahasa bersifat terbuka. Artinya, lambang-lambang ujaran baru dapat dibuat sesuai
dengan keperluan manusia.
12. Kepandaian dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan
berbahasa manusia diperoleh dari belajar, bukan melalui gen-gen yang dibawa sejak
lahir.
13. Sehubungan dengan ciri no. 12 di atas, maka bahasa itu dapat dipelajari. Artinya,
seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan, misalnya, dalam bahasa A dapat mempelajari
bahasa lain, yang bukan bahasa lingkungannya.
14. Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan yang benar dan yang tidak bear, atau juga
yang tidak bermakna secara logika. Misalnya kita dapat mengatakan, “penduduk Jakarta
dewasa ini ada satu juta orang,” atau juga, “Ibu kota Kerajaa Inggris adalah Oxford”.

12
Mengatakan sesuatu yang tidak benar hanya dapat dilakukan dalam komunikasi bahsa,
pada komunikasi hewan hampir tidak ditemukan.
15. Bahasa memiliki dua subsistem, yaitu subsistem buni dan subsistem makna, yang
memungkinkan bahasa itu memiliki keekonomisan fungsi. Keekonomisan fungsi ini
terjadi karena bermacam-macam unit bunyi yang fungsional bisa dikelompokkan dan
dikelompokkan lagi ke dalam unit-unit yang bearti.
16. Ciri terakhir adalah bahasa itu dapat kita gunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. alat komunikasi dari hewan tak ada yang dapat digunakan untuk membicarakan
alat komunikasi hewan itu sendiri.

13
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bahasa merupakan alat ataupun sarana untuk berkomunikasi yang digunakan oleh setiap
anggota masyarakat dan berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam
proses berbahasa memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk
menghasilkan kata-kata ataupun kalimat yang mempunyai artian atau makna. Adanya ciri
bahasa pada manusia menunjukkan bahwa manusia memiliki ciri khas tersendiri dalam
berbahasa, seperti yang kita ketahui bahasa manusia bersifat manasuka.
Proses komunikasi terbagi menjadi tiga komponen, yakni; (1) Partisipan, (2) Informasi,
(3) Alat Komunikasi. Partisipan adalah pihak yang berkomunikasi yaitu si pengirim (sender)
dan si penerima (receiver). Informasi,yaitu suatu bahasan yang ingin disampaikan dalam
komunikasi. Alat komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu; (a) Komunikasi non- Verbal dan (b)
Komunikasi Verbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan alat bukan
bahasa, seperti bunyi peluit, cahaya (lampu, api) dan lain-lain. Sedangkan komunikasi verbal
ataua komunikasi bahasa adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya.

B. SARAN
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf sebesar- besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A dan Leoni, A. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta

15
SOSIOLINGUISTIK
“HUBUNGAN BAHASA DENGAN KONTEKS SOSIAL”
Dosen Pengampu: Dr. Erni, M. Pd

Kelas: 5 C
Disusun Oleh: Kelompok 4
Nurul Dwi Siswati (186210539)
Nurul Mashita (186210531)
Putri Rahmanisa (186210312)
Rindi Rahma Dani (186210308)
Ririn Afrila (186210512)
Riska (186210632)
Robiatul Husna Siregar (186210268)
Sartika (186210496)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi studi mata kuliah Sosiolinguistik ini. Serta tak lupa
shalawat dan salam kami sampaikan kepada Rosulullah Muhammad SAW, diamana berkatnya kita
telah memasuki dunia yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Ucapan terima kasih kami ungkapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiolinguistik, ibu
Dr. Erni, M.Pd.. atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan di mata kuliah ini.
Materi ini disusun berdasarkan hasil diskusi kami dan berasal dari berbagai sumber. Materi ini
diperuntukan bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar. Kami berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mahasiswa untuk mempermudah
dalam pencapaian kompetensi.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan kepada kami untuk menyelesaikan materi ini. Kami menyadari materi ini jauh dari
sempurna. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua rekan yang telah memberikan
sumbang saran untuk penyelesaian materi ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang kami
sajikan bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, kami menerima
kritik serta saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
pada materi selanjutnya.

Pekanbaru, Desember 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4

TUJUAN ....................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Keterkaitan Bahasa dengan Usia ................................................................... 5

2.2. Keterkaitan Bahasa dengan Kelas Sosial ....................................................... 6

2.3. keterkaitan Bahasa dengan Komunikasi ........................................................ 9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................................... 11

3.2. Saran ............................................................................................................ 11

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, melainkan harus selalu
berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu, manusia menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas suatu kelompok. Manusia merupakan mahluk
sosial yang selalu berkembang dari segala hal. Dinamika ini menyebabkan terciptanya berbagai
perubahan dalam tiap aspek kehidupan manusia, termasuk tataran sosial. Perkembangan yang
terjadi di masyarakat; kebudayaan, teknologi bahkan agama, telah menuntun manusia untuk
membentuk kelompok-kelompok kelas sosial tertentu.
Didorong kondisi tersebut, manusia memerlukan interaksi dengan pihak lain. Dalam konteks
inilah bahasa memainkan peran penting, karena melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi
dalam interaksinya dengan orang lain. Adalah sesuatu yang sangat sulit, untuk tidak mengatakan
mustahil, dilakukan jika manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi tanpa melibatkan unsur
bahasa. Perkembangan bahasa yang setali dengan perkembangan kehidupan manusia dan zaman
pada abad ini juga mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi atau alat bergaul
dengan sesamanya, yang melahirkan gaya bahasa atau biasa disebut dengan variasi bahasa.
1.2. Rumusan Masalah

Dari deskripsi yang dijabarkan pada latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu:
1) Bagaimana kaitan antara bahasa dengan usia?

2) Bagaimana kaitan antara bahasa dengan kelas sosial?

3) Bagaimana kaitan antara bahasa dengan komunikasi?


1.3. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui keterkaitan bahasa dengan usia.

2. Mengetahui keterkaitan bahasa dengan kelas sosial

3. Mengetahui keterkaitan bahasa dengan komunikasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan Bahasa dengan Usia

Umur secara langsung membagi masyarakat menjadi beberapa golongan usia, yaitu anak-
anak, remaja, dan dewasa. Batasan antar golongan usia di sini tidak dapat ditentukan secara pasti.
Jika membicarakan hubungan antara bahasa dengan umur atau usia pengguna bahasa itu sendiri,
berarti secara langsung mengkaitkan hal di atas dengan dialek sosial (sosiolek), yakni variasi bahasa
yang berkaitan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Menurut Chaer dan Agustina dalam Malabar (2015:84), berdasarkan usia, dapat dilihat
perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anakanak, para remaja, orang dewasa, dan orang
yang tergolong lansia (lanjut uisa). Anak-anak dalam menggunakan bahasanya menggunakan ragam
tutur yang berbeda dengan ragam tutur remaja maupun dewasa. Ragam tutur ini bercirikan adanya
pengurangan (reduksi). pada kata-kata penghubung, kata sambung, kata depan, partikel, dan
sebagainya. Seperti disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan bervariasi.
Keunikan tersebut disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang suka membentuk
kelompokkelompok yang bersifat eksklusif yang membedakan dengan kelompok lain sehingga
menghasilkan bahasa-bahasa yang terkesan rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota
kelompok tersebut. Adapun ragam orang dewasa dalam masyarakat dicirikan dengan keteraturan
atau kesesuaian dengan kaidah kebahasaan yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa tersebut.
Namun demikian, variasi tutur tersebut sifatnya temporer karena pengguna ragam tutur
tersebut juga mengalami perubahan usia, seiring dengan perubahan usia tersebut maka ragam tutur
yang digunakan seseorang akan berubah, sebagai contohnya ketika seorang anak menginjak usia
remaja, maka anak tersebut meninggalkan ragam tutur anak-anaknya yang terkesan sederhana dan
beralih ke ragam tutur remaja yang lebih unik dan bervariasi. Labov dalam Malabar (2015:84),
mengatakan, makin tinggi umur seseorang, maka makin banyak kata yang dikuasainya, begitu juga
pemahamanya dalam struktur bahasanya. Anak- anak dalam menggunakan bahasanya
menggunakan ragam tutur yang berbeda dengan ragam tutur remaja maupun dewasa. Ragam tutur
ini bercirikan adanya pengurangan (reduksi) pada kata-kata penghubung, kata sambung, kata depan,
partikel, dan sebagainya. Seperti disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan
bervariasi. Keunikan tersebut

5
disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang suka membentuk kelompok-kelompok yang
bersifat eksklusif yang membedakan dengan kelompok lain sehingga menghasilkan bahasa-
bahasa yang terkesan rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok tersebut.
Adapun ragam orang dewasa dalam masyarakat dicirikan dengan keteraturan atau kesesuaian
dengan kaidah kebahasaan yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa tersebut.
Dengan demikian keterkaitan Bahasa dengan anak dapat dilihat dalam
pemakaiannya, Berdasarkan usia kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh kanak- kanak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia. Contohnya
pada anak- anak sering menggunakan kata pipis apabila akan buang air kecil namun para
remaja, orang dewasa, dan orang tergolong lansia tidak akan menggunakan kata pipis lagi
untuk ijin buang air kecil, namun akan menggunakan kata “izin ke belakang”. Orang yang
sudah remaja sampai tergolong lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan
untuk izin buang air kecil.
2.2. Keterkaitan Bahasa dengan kelas sosial

Masyarakat adalah sekelompok individu yang bekerja sama satu sama lain. Artinya,
mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kerja sama antar individu itu diwujudkan lewat
bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama,
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu
sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti
atau makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi
terhadap hal yang kita dengar. Masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya saling
pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode
linguistik yaitu sistem bunyi, sintaksis dan semantik. Dengan demikian dalam pengertian
masyarakat sudah terkandung makna interaksi melalui komunikasi yaitu dengan bahasa.
Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus
sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya berbagai
bahasa di dunia yang memiliki ciri- ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan
bahasa lainnya. Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Definisi ini
memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendidi-sendidi
atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang lebih sama. Mereka yang
memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih

6
sama pula. Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam
suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar
dari status yang rendah sampai yang tinggi
Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua
masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan
dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki
golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu
masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua
orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.

Kelompok sosial merupakan istilah sosiologis yang mengacu pada perbedaan penduduk
atau kelompok ke dalam kelas-kelas secara berkelompok atas dasar kekuasaan, pendapatan,
kedudukan, dan jenis pekerjaan. Kekuasaan biasanya dikaitkan dengan politik, pendapatan
dikaitkan dengan ekonomi, kedudukan dikaitkan dengan martabat dan jenis pekerjaan
dikaitkan dengan profesi. Keempat aspek ini biasanya mempunyai karakter sosial tertentu dan
variasi bahasa tertentu pula. Perbedeaan dalam kekuasaan juga menghasilkan variasi bahasa
yang digunakan oleh penuturnya. Tiap orang mempunyai atribut untuk menyatakan
kekuasaannya. Misalnya, seorang Kepala SD akan lain bahasanya dengan seorang kepala
rumah tangga. Seorang kepala rumah tangga tidak mudah bertemu dengan Kepala Dinas
Kecamatan dan andai kata berjumpa lagi maka suasana kebahagian akan berbeda jika Kepala
Dinas tadi berbicara dengan Kepala SD. Cara berbahasa Kepala Dinas akan berbeda dan akan
berubah apabila menghadapi orang yang berbeda kekuasaannya. Perbedaan tingkat
kesejahteraan dan pendapatan mempengaruhi variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat
tersebut. Masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan dan pendapatan yang lebih tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas karena mereka lebih banyak memperoleh informasi
terutama informasi yang membutuhkan materi seperti majalah, surat kabar, tv, radio, dan lain-
lain. Namun sejauh mana pengaruh tingkat kesejahteraan dan pendapatan terhadap variasi
bahasa kiranya perlu diadakan penelitian.
Perbedaan tingkat pendidikan juga akan menghasilkan variasi bahasa. Orang yang
berpendidikan tinggi berbeda variasi bahasa yang digunakan dengan orang yang
berpendidikan rendah apalagi orang tersebut tidak berpendidikan (pendidikan akademik).

7
Perbedaan ini terutama terlihat pada penggunaan struktur dan pilihan kosa kata yang
digunakannya pada waktu berinteraksi. Penggunaan kosa kata dalam kaitannya dengan tingkat
pendidikan ini biasanya erat hubungannya dengan disiplin ilmu atau profesi penutur bahasa
itu. Seorang dokter akan lebih sering menggunakan kata-kata bidang kedokteran. Seorang
insinyur mesin akan banyak menggunakan kata bidang permisinan. Seorang guru akan banyak
menggunakan istilah keguruan dan pendidikan.
2.2.1. Ragam Bahasa Kelas sosial

Kelas sosial mempunyai beberapa ragam Bahasa. Batas perbedaan itu bertepatan
dengan batas-batas alam seperti laut, sungai, gunung, jalan raya, hutan dan sebagainya. Secara
linguistik, dapat dikatakan, bahwa dua dialek regional berdampingan, di dekat perbatasan bisa
menyebabkan kedua unsur dialek itu akan “bercampur”. Semakin jauh dari batas itu,
perbedaan itu semakin “besar”. Bahasa-bahasa di Indonesia mengenal adanya ragam bahasa
berdasarkan kelas sosial. Situasi pada ragam sosial berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Anggota masyarakat atau guyup tutur (speech community) dari suatu dialek tertentu tetap
berkumpul dengan anggota masyarakat tutur dari dialek-dialek sosial yang lain di dalam suatu
wilayah tertentu. Tetapi kedekatan tersebut tidak selalu membawa kedekatan bentuk bahasa
bahkan perbedaan bentuk bahasa dalam kelas sosial yang satu dengan kelas sosial yang lain
sangat jauh berbeda, lebih jauh dari perbedaan yang ada pada dua dialek regional.
Salah satu contoh diantaranya adalah bahasa Jawa. Pada bahasa Jawa dialek Surabaya
atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang
dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian
masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat
dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun sebenarnya tidak ada bahasa yang kasar
atau halus. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih luas masih dipakai oleh
beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian
penggunaan bahasa jawa halus (madya sampai karma) di kalangan orang-orang Surabaya
kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama di daerah Yogyakarta dan Surakarta
dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar .Berikut ini Contoh beberapa
kosa kata berdasarkan kelas sosial yang ada di Surabaya, yaitu

Tabel perbedaaan regional dan kelas sosial dalam bahasa Jawa dialek Surabaya
Surabaya
Bahasa Indonesia Ngoko Krama Alus Krama Inggil

8
Makan Mangan Dhahar nedi

Pergi Lungo Keso tindak

Kepala Ndas Sirah mustaka

2.2.2. . Kelas sosial dan ragam baku

Kita melihat di Indonesia kelas sekelompok masyarakat yang berpendidikan rendah.


Mereka cenderung menggunakan ragam bahasa nonbaku. Ragam bahasa mereka dapat
dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran –kan yang dilafalkan –ken. Jadi perbedaan atau
penggolongan kelompok masyarakat tercermin dalam ragam bahasa golongan masyarakat itu.
Dapat disimpulkan semakin tinggi kelas sosial, semakin kecil penggunaan kalimat non baku.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa bahasa dengan segala variasinya
berhubungan dengan kelas sosial suatu masyarakat. kelas sosial dalam suatu masyarakat
menimbulkan ragam bahasa yang selanjutnya memperkokoh kelas sosial. kelas ini sangat
mempengaruhi pemilihan bahasa dalam tingkatan-tingkatan bahasa. Artinya, masyarakat
kelas rendah mengalami rintangan atau hambatan dalam berkomunikasi karena kosakata tidak
memadai/terbatas jika dibandingkan dengan kelompok sosial yang mempunyai kedudukan
lebih tinggi.

2.3. Ketterkaitan Bahasa dengan Komunikasi

Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Dari kedua pengertian tersebut di
atas bila dikaitkan dengan pengertian komunikasi, maka bisa didapatkan bahwa keduanya
memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Bahasa merupakan alat untuk
terciptanya sebuah komunikasi yang baik. Begitu pula komunikasi, bahasa merupakan satu
hal yang primer untuk mencapai komunikasi yang baik.
Sedangkan Komunikasi merupakan alat dengan mana hubungan kemanusiaan
berlangsung, Bahasa ialah arus yang telah mengalir sepanjang sejarah manusia, yang selalu
memperluas wawasan seseorang dengan jalur-jalur informasinya. Komunikasi adalah
keterampilan manusia dalam berbahasa yang paling luar biasa. Komunikasi adalah suatu
proses dengan mana informasi antar individual ditukarkan melalui simbol, tanda, atau tingkah
laku yang umum. Dari definisi komunikasi di atas bahwa komunikasi sebagai satu proses
melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan, (3) alat
komunikasi.

9
Ada dua macam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah.
Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap sebagai
penerima. Misalnya, dealam komunikasi yang bersifat memberitahukan, khotbah di mesjid
atau gereja, ceramah yang tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara
berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi
pengirim.Komunikasi dua arah ini terjadi

dalam rapat, perundingan, diskusi dan sebagainya. Sebagai alat komunikasi, bahasa itu
terdiri dari dua aspek yaitu: 1) Aspek linguistic, Aspek linguistik mencakup tataran fonologis,
morfologis, dan sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan,
yaitu semantik (yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea tau konsep. 2) Aspek
nonlinguistik atau paralinguistik, Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis,
dan sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu
semantik (yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea tau konsep). Aspek paralinguistik
mencakup: a) Kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang seperti falsetto (suara tinggi),
staccato (suara terputus-putus), dan sebagainya.b) Unsur supra segmental, yaitu tekanan
(stress), nada (pitch), dan intonasi. c) Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan
tangan,anggukan kepala, dan sebagainya. d) Rabaan, yakni yang berkenaan dengan indera
perasa (pada kulit). Aspek linguistik dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi,
bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam
proses komunikasi.
Dengan demikian Bahasa dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dan.
Hubungan keduanya tercermin dalam pengertian bahasa menurut rumusan linguistik dan
tinjauan komunikasi, yaitu bahasa sebagai alat atau media komunikasi yang digunakan oleh
manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Sebaliknya komunikasi, membutuhkan media
yaitu bahasa. Komunikasi terbagi dua yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi
verbal adalah bentuk yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
atau lisan. Komunikasi nonverbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak
efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi nonverbal dengan baik
dalam waktu bersamaan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. keterkaitan Bahasa dengan anak dapat dilihat dalam pemakaiannya, Berdasarkan usia
kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh kanak-kanak, para
remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia. Contohnya pada anak-anak
sering menggunakan kata pipis apabila akan buang air kecil namun para remaja, orang
dewasa, dan orang tergolong lansia tidak akan menggunakan kata pipis lagi untuk ijin
buang air kecil, namun akan menggunakan kata “izin ke belakang”. Orang yang sudah
remaja sampai tergolong lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan
untuk izin buang air kecil..
2. Keterkaita bahasa dengan kelas sosial suatu masyarakat.. kelas sosial dalam suatu
masyarakat menimbulkan ragam bahasa yang selanjutnya memperkokoh kelas sosial.
kelas ini sangat mempengaruhi pemilihan bahasa dalam tingkatan-tingkatan bahasa.
Artinya, masyarakat kelas rendah mengalami rintangan atau hambatan dalam
berkomunikasi karena kosakata tidak memadai/terbatas jika dibandingkan dengan
kelompok sosial yang mempunyai kedudukan lebih tinggi.
3. keterkaitan Bahasa dengan Komunikasi, Bahasa dan komunikasi memiliki hubungan
yang sangat erat dan. Hubungan keduanya tercermin dalam pengertian bahasa menurut
rumusan linguistik dan tinjauan komunikasi, yaitu bahasa sebagai alat atau media
komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya
3.2.Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami
makalah mengenai keterkaitan Bahasa dengan konteks sosial. Maka dari itu kami
mengahrapkan kriti dan saran, agar menjadikan sebuah point untuk memberpaiki keliruan
kami. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan untuk penulis
selanjutnya semoga dapat membuat maklah lebih luas jangkauan materinya

11
DAFTAR PUSTAKA

Malabar, Sayama. (2015). Sosiolinguistik. Ideas Publishing, Gorontalo.

Warida. (2016). Berkomunikasi Dengan Berbahasa Yang Efektif Dapat Meningkatkan


Kinerja. Jurnal Simbolika/Volume 2/Nomor2/Oktober2016. Universitas Medan Area.

R. Tangson. Pangaribuan. Hubungan Variasi Bahasa Dengan Kelompok Sosial Dan


Pemakaian Bahasa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan .

Rahardjo, Mudjia. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Publik Dan Pembangunan Wacana.
Fakultas Humaniora dan Budaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Badudu. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mansoer Pateda. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

12
SOAL
1. (Riska)
Apa Yang Akan Terjadi Jika Di Dalam Masyarakat Tidak Mempunyai Kategori Golongan
Sosial Yang Sama Jelaskan?
2. (Ririn)
Mengapa Semakin Tinggi Kelas Sosial Dalam Masyarakat Maka Semakin Sedikit
Penggunaan Kalimat Non Baku?
3. (Sartika)
Setelah Membaca Dan Memahami Keterkaitan Bahasa Dan Usia, Coba Simpulkan
Kembali Mengapa Dalam Faktor Usia, Sosiolinguistik Menaruh Perhatian Utamanya Pada
Variasi Bahasa/ Perubahan Bahasa? Jelaskan Menurut Pemahaman Anda Masing-Masing!
4. (Nurul Dwi Siswati)
Didalam Makalah Terdapat Tiga Komponen Ketika Proses Komunikasi, Apakah Semua
Komponen Tersebut Terlaksana Bersamaan? Dan Bagaimana Jika Salah Satu Tersebut
Tidak Digunakan Waktu Komunikasi Berlangsung?
5. (Rindi Rahmadani)
Bahasa Selalu Berada Pada Konteks Penggunaan. Konteks Seperti Itu Disebut Konteks
Sosial. Jelaskan Dua Macam Konteks Sosial Yang Selalu Bertautan Dengan Penggunaan
Bahasa!
6. (Nurul Mashita)
Jelaskan Kelebihan Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Manusia Dibandingkan Dengan Alat
Komunikasi Yang Dimiliki Hewan Seperti Bahasa Yang Menggunakan Jalur Vokal
Auditif?
7. (Robiatul Husna Siregar)
Coba Jelaskan Bagaimana Berlangsungnya Proses Komunikasi-Bahasa Tersebut!
8. Putri Rahmanisa
Stelah mempelajari hubungan Bahasa dengan kelas sosial, dapat ditemukan sebuah
pertanyaan yaitu apakah Bahasa yang menyebabkan adanya kelas sosial dalam
masyarakat atau sebalikanya ?

13
SOSIOLINGUISTIK

“Keadaan Sosiolinguistik diIndonesia”

Dosen Pengampu : Dr. Erni, M.Pd

Kelas : 5C

Disusun Oleh Kelompok 5

Sasa Dwi Artika (186210483)

Sri Angeli Lubis (186210391)

Sri Devi (186210460)

Sri Setiarti (186211079)

Vonica Septiana (186210564)

Wahyu Fiansyah (186211058)

Yoktaviani (186210475)

Yuyun Nurafni Latifah (186210376)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi studi mata kuliah Sosiolinguistik ini. Serta tak lupa
sholawat dan salam kami sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana berkatnya
kita telah memasuki dunia yang penuh ilmu pengetahuan ini.

Ucapan terima kasih kami ungkapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Sosiolinguistik, ibu Dr. Erni, M.Pd. atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan di
mata kuliah ini.

Materi ini disusun berdasarkan hasil diskusi kami dan berasal dari berbagai sumber.
Materi ini diperuntukkan bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar. Kami
berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mahasiswa untuk
mempermudah dalam pencapaian kompetensi..

Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang
kami sajikan bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu,kami
menerima kritik serta saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk
penyempurnaan pada materiselanjutnya.

Pekanbaru, 19 Desember2020

Kelompok5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BABI PENDAHULUAN......................................................................................................... iii

A. Latar
Belakang… ..................................................................................................................... 4

B. Rumusan
Masalah… ..................................................................................................................... 4

C. Tujuan
Penulisan… ................................................................................................................ 5

BABII PEMBAHASAN .........................................................................................................IV

A. Keadaan sosiolinguistik di Indonesia


…………………………………………………...6
B. kaitan sosiolinguistik denganpembelajaranbahasa ......................................... 10
C. Peran sosiolinguistik dalammenentukankonten ................................................... 10
D. Aplikasi sosiolinguistik dalam penggunaanvariasibahasa .......................... 11

BABIIIPENUTUP ................................................................................................................... V

A. Kesimpulan……………………………………………………………….....................
...........14
B. Saran.……………………………………………………………………………...........
........…...…..14

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………....................…...
.15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat interdisipliner yang mengkaji masalah bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat dalam situasi yang
bervariasi. Bahasa dalam studi sosiolinguistik tidak hanya dipandang sebagai struktur saja,
tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi dan bagian dari kebudayaan
masyarakat tertentu. ragam bahasa merupakan variasi pemakaian bahasa dalam suatu
masyarakat yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat
tertentu yang menunjukkan salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian
bahasa.

Bahasa manapun semua konsep dinyatakan dengan kata/rangkaian kata.Kita dapat


menguasai bahasa hanya jika kita menguasai sejumlah kata. Meskipun demikian, menguasai
kata-kata saja belum berarti menguasai bahasa. Kata-kata harus digunakan secara tepat dan
sesuai dengan kebutuhan. Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan, terutama
melalui tulisan merupakan suatu pekerjaan yang cukup sulit.

Sosiolinguistikmengkajiwujudbahasayangberagamkarenadipengaruhiolehfaktordiluar
bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di
luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan
pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang dilakukan tidak
meninggalkan objek bahasa itusendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Dari deskripsi yang dijabarkan pada latar belakang di atas, ada beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas yaitu :
1) Bagaimana keadaan sosiolinguistik di Indonesia?
2) Apa kaitan sosiolinguistik dengan pembelajaran bahasa?

1.1 Tujuan Penulisan


Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1) Mengetahui keadaan sosiolinguistik diIndonesia

4
2) Memahami kaitan sosiolinguistik dengan pembelajaranbahasa

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Keadaan Sosioliguistik diIndonesia


Pengkajian linguistik merupakan masalah kebahasaan yang dapat dipecahkan. Pada
awalnya bahasa diteliti oleh manusia hanya terbatas pada strukturnya karena masalah yang
muncul hanya pada masalah strukturnya saja. Seiring dengan kemajuan zaman yang cukup
pesat mulailah bermunculan permasalahan bahasa yang semakin kompleks. Hal ini
mengakibatkanpenelitianbahasamemerlukandisiplin-disiplinilmuyanglain.MenurutAbdul
Chaer dan Leonie Agustina (1995: 2) disiplin ilmu itu antara lain antropologi, psikologi, dan
sosiologi. Hubungan antara antropologi dan linguistik menimbulkan
multidisiplinantropolinguistik, hubungan antara psikologi dengan linguistik menimbulkan
multidisplin psikolinguistik, dan hubungan antara sosiologi dan linguistik menimbulkan
multidisiplinsosiolinguitik.
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian
bahasa dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan
kebudayaan.
Bahasa tidak lepas dari masyarakat pemakainya karena bahasa dipandang sebagai gejala
sosial.Sebagai gejalasosial,bahasadanpemakainyatidakbisaditentukanolehfaktorlinguistik saja
tetapi juga faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik terdiri dari faktor sosial dan faktor
situasional. Faktor sosial tersebut antara lain status sosial, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi,umur,jeniskelamin,dansebagainya.Adapunfaktorsituasionaltersebutadalahsiapa yang
berbicara, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki beribu-ribu suku bangsa dan setiap suku bangsa pasti memiliki
bahasa tersendiri. Dengan kata lain, bahasa yang terdapat di Indonesia jumlahnya ribuan.
Bahasa yang digunakan di masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Adanya tiga bahasa tersebut,
menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi bilingual, bahkan multilingual. Abdul Chaer,
(1994:65) menyatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh
penutur bahasa tersebut bisa dikatakan saling kontak. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur
secara individual dalam masyarakat. Kontak bahasa antarindividu juga terjadi di masyarakat
Indonesia. Jadi, kontak bahasa ini terjadi dalam konteks sosial.Kontak bahasa itu terjadi dalam
situasi konteks sosial, yaitu situasi seorang belajar bahasa keduadi

6
dalam masyarakatnya. Dalam situasi seperti itu dapat dibedakan antara: situasi belajarbahasa,
proses pemerolehan bahasa, dan orang belajar bahasa. Dalam situasi belajar bahasa terjadi
kontak bahasa sehingga proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan
(bilingualisasi) dan orang yang belajar kedua dinamakandwibahasawan.
Sosiolinguistik di Indonesia memiliki keadaan yang mempunyai nilai baik mengapa
demikian Hal ini dikarenakan sosiolinguistik sangat memiliki keterkaitan di dalam beberapa
bidang apalagi mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan sosiolinguistik lebih berhubungan
dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola,
pemakaian bahasa atau dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa atau dialek
tertentu dilakukan penutur, topik dan latar pembicaraan.
Menurut (Bram dan Dickey dalam Rokhman, 2013:2) yaitu mengkhususkan
sosiolinguistik dalam kajian pada Bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat yaitu
seperti di tengah masyarakat Indonesia. Mereka menyatakan pula bahwa sosiolinguistik
berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara
tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. Sosiolinguistik juga menyangkut individu, sebab
unsur yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu sebagai
makhluk sosial. (Deseriev dalam Rokhman, 2013:2).
MenurutChaer(2010:7-8)KeadaansosiolinguistikdiIndonesiajugadapatdilihatdarisegi
pengajaran bahasa di sekolah terutama di sekolah-sekolah yang terdapat di Indonesia.
sosiolinguistik juga mempunyai peranan yang sangat besar. Yaitu seperti kajian bahasa secara
internal akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif deskriptif, dalam wujud
berbentuksebuahbukutataBahasa.kalaukajiansecarainternalitudilakukansecaradeskriptif, dia
akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa deskriptif. Kalau kajian itu dilakukan secara
normatif, dia akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa normatif Namun kedua buku tata
bahasa ini mempunyai hasil perian yang berbeda . Sebagai contoh yaitu: kita dapat melihat
buku pembentukan kata dalam bahasa Indonesia karya Kridalaksana pada tahun 1989. Tanpa
bantuanataupenjelasansosiolinguistikbukutersebuttidakdapatdigunakandalampendidikan
formal, sebab prefiks Nasal nge-, n-, m-, dan ny-, serta sufiks -in terekam juga sebagai
Khazanah afiks bahasaIndonesia.
Sebaliknya, buku tata bahasa baru bahasa Indonesia karya Sutan Takdir Alisjahbana pada
tahun1981,cetakanke-43.Yangsangatbersifatnormatifitujugatidakdapatdigunakandalam
pendidikan formal tanpa bantuan sosiolinguistik, sebab norma-norma yang digunakan sudah
"ketinggalan zaman" dari norma ragam bahasa Indonesia baku yang berlaku pada saat ini.
Contoh, kata ekspres harus ditulis experes, kata struktur, harus ditulis seteruktur,dan kata

7
ulangsebaik-baiknyaharusditulisse-baik2nya.Alasannya,karenamenurutnorma(lama)
bahasaindonesiatidakadapolasukukataKKVKdanKKKVK,sedangkanuntukpengulangan
sudahlazimdigunakanangka2:yanglainnya,hurufxlebihhematdaripadagabunganhuruf
Ks.JadiolehsebabitudapatdipahamibahwakeadaansosiolinguistikdiIndonesiasangat mempunyai
nilai baik hal ini diperkuat pada penjelasan-penjelasan diatas.Dansosiolinguistik sangat
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan Indonesia terutama bahasa diIndonesia.
Sebagai contoh lain bagaimana keadaan Sosiolinguistik di Indonesia yaitu dapat dilihat
dari Bagan berikut Menurut Chaer (2010:8-9):

Orang ke Tunggal Jamak


I
Yang berbicara Aku, saya Kami, kita
II
Yangdiajakberbicara Engkau, kamu, anda Kalian, kamu, sekalian
III
Yang dibicarakan Ia, dia, nya Mereka

Bagan tersebut Cukup jelas. Tetapi kaidah sosial Bagaimana menggunakannya tidak ada,
sehingga orang yang baru mempelajari bahasa Indonesia dan tidak mengenal kaidah sosial
dalam menggunakan kata ganti itu akan mendapat kesulitan besar. Oleh karena itu, bantuan
sosiolinguistik dalam menjelaskan penggunaan kata ganti tersebut sangat penting. Dan jika
tanpabantuansosiolinguistik(misalnya:kepadasiapa,kapan,dandimanakatagantiituharus
dipakai)sajiankatagantiitutidakbergunadalampercakapanyangsebenarnya.Sebagaicontoh yaitu
seorang dosen bila berbicara dengan mahasiswanya di ruang kuliah akan menyebut dirinya
sendiri dengan kata ganti Saya. Begitu juga para Mahasiswa tersebut. Untuk menyapa
MahasiswanyasangDosenumumnyatidakmenggunakankatagantiKamuatauEngkau,tetapi
menggunakan kata ganti Anda atau kata dari istilah perkerabatan saudara. Namun, sang
mahasiswatidakmenggunakankataKamu,Engkau,Anda,AtauSaudaraterhadapsangDosen;
melainkan kata Bapak. Andaikata ada mahasiswa yang menggunakan kata Kamu, Engkau,
Anda atau Saudara terhadap sang dosen, tentu situasinya sangat istimewa sekali. Jadi oleh
sebab itu sosiolinguistik sangat dibutuhkan dalam mengetahui kata ganti penyebutan terhadap
seseorang baik kepada yang lebih tua atau sebaya dan yang dibawahkita.

8
Keadaan sosiolinguistik di Indonesia juga dapat ditemukan yaitu dari negara-negara yang
multilingual seperti Indonesia dan negara-negara lainnya yang multilingual. Yaitu dimana
masalah-masalah politis sehubung dengan pemilihan bahasa untuk keperluan menjalankan
administrasi kenegaraan dan pembinaan bangsa. Pemilihan bahasa mana yang harus diambil
menjadi bahasa resmi kenegaraan dapat menimbulkan ketegangan politik dan ada
kemungkinan berlanjut menjadi bentrok fisik. Dan di Indonesia tampaknya dapat
menyelesaikanmasalahpemilihanbahasanasional,bahasanegara,danbahasaresmiitudengan
baik, Yakni dengan memilih bahasa Melayu, yang dalam sejarahnya telah menjadi di
Linguafranca dan telah tersebar luas di seluruh Nusantara, meskipun jumlah penutur aslinya
jauh lebih dekat daripada penutur bahasa daerah Sunda atau Jawa. Tak ada ketegangan politik
dan bentrok fisik karena semuanya menyadari bahwa secara sosiolinguistik bahasa Melayu
mempunyai peranan yang lebih mungkin sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di
Indonesia. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan prinsip-prinsip
sosiolinguistik akan dapat memberi sumbangan dalam mengatasi ketegangan politik akibat
persoalan bahasa.

Jadi dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa keadaan sosiolingustik di Indonesia


sangat memiliki nilai yang berarti terutama untuk bahasa sendiri dan di Indonesia
sosiolinguistikmemilikiperananyangsangatpentingdalammengkajimasalah-masalahbahasa dari
tingkat bahasa atau dialek sehari-hari dimasyarakat, sekolah- sekolah , perbukuan dan politik
diIndonesia.

2.2 Kaitan Sosiolinguistik dengan pembelajaran bahasa

(Mayasari, 2020) menuliskan bahwa sosiolinguistik memiliki peran dalam pembelajaran


bahasa, yakni adanya berbagai sumbangan terhadap pengajaran bahasa sebagai menifestasi
sosiolinguistik dalam bidang linguistik terapan. Sosiolinguistik sebagai bagian dari linguistik
makrotidakhanyamembahasaspek-aspekyangsempit,namunjugaberbagaiaspekyangluas,
seperti variasi bahasa yang digunakan dalam sekolah, interferensi sebagai bentuk
penyimpangan bahasa, dan etnografi komunikasi sebagai wujud masyarakat yang beraneka
budaya.Bahanataumateridalampengajaranbahasajugaditentukanolehsosiolinguistik,yakni
untuk menentukan variasi bahasa yang muncul di sekolah, adanya kesalahan bahasa karena
pengaruh kontak bahasa sehingga muncul interferensi, serta adanya etnografikomunikasi.

1. Peran sosiolinguistik dalam menentukan content(bahan, materi) dan sequent (urut-


urutanpenyampaian).

9
Sosiolinguistik berperan penting dalam penentuan teks yang akan digunakan dalam
pembelajaran, yakni dalam rangka pemilihan teks harus sesuai dengan bahasa yang sudah
familiar dengan kelas yang akan kita ajarkan.
Kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa dapat dilihat melalui aplikasi
linguistic, yakni bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan
pembelajaran, silabus dan pelaksanaan pengajaran bahasa. Parera dalam (Mayasari, 2020)
menyebutkan bahwa terdapat tiga tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik dalam
pengajaran bahasa sebagai berikut.

1) Tahap deskripsilinguistik
Tahapan ini memberi jawaban atas pertanyaan general tentang hakikat bahasa yang
diajarkan. Teori struktural dan sosiolinguistik merupakan bagian dari linguistik yang
menyumbangkan teorinya dalam penyusunan bahan pengajaran bahasa.
2) Berhubungan dengan isisilabus
Kita tidak akan mengajarkan keseluruhan bahasa dalam pembelajaran, namun
mengajarkan bahasa yang dibutuhkan oleh peserta didik kita. Dalam tahapan ini kita akan
melakukan desain hasil untuk itu akan dilakukan pemilihan bahan. Kriteria pemilihan bahan
pembelajaran dapat bermacam-macam pandangan. Misalnya manfaat bagi pembelajar, apa
yangdiperlukanpembelajardalamkehidupansehari-hariberkaitandenganbahasayangakan
dipelajarinya, dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa yang akan dipelajarinya.
Pemilihan bahan ini sangat erat sekali dengan aplikasi sosiolinguistik terutama jika bahan
pembelajaran ingin menyiapkan bagi pembelajaran bahasa Indonesia untuk pengguna asing,
seluk beluk variasi dialek, perbandingan interlingual dan perbandingan antara duabahasa.
3) Tahap kegiatan pembelajaranbahasa
Karena pada tahap kedua belum dapat membuat silabus yang lengkap dan utuh tentang
bahasa, maka kaidah-kaidah penyusunan silabus ini harus memperhatikan faktor linguistik,
psikolinguistik maupun sosiolinguistik sebagai bahan pengajaran dan pendekatan proses
belajar mengajar.
2. Aplikasi sosiolinguistik dalam penggunaan variasi bahasa termasuk (pronominal
persona) interferensi dan etnografikomunikasi
Chaer dan Agustina dalam (Mayasari, 2020) menyebutkan bahwa sosiolinguistik
menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu dengan
memperhatikan “whospeak, whatlanguage, towhom, when, andtowhatend”.

10
Peran berikutnya penggunaan pronominal persona kaitannya dengan variasi bahasa yang
digunakan dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:49) yang menjelaskan
pronominal persona sebagai berikut.

Persona pertama bermakna tunggal : saya, aku, ku-, -ku

Persona pertama bermakna jamak eksklusif : kami

Persona pertama bermakna jamak inklusif : kita

Persona kedua bermakna tunggal : engkau, kamu, anda, dikau, kau, -mu

Persona kedua bermakna jamak netral : kalian, kamu, sekalian, anda

Persona ketiga bermakna tunggal : ia, dia, beliau, -nya

Persona ketiga bermakna jamak netral : mereka

Bagi pembelajar bahasa Indonesia tahap pemula (BIPA) tanpa bantuan penjelasan
sosiolinguistik mengenai kaidah sosial penggunaan pronominal persona tersebut pengguna
bahasa akan kesulitan. Bagaimana kaidah sosial penggunaan kata ganti tersebut? Kepada siapa?
Kapan dan dimana kata ganti tersebut harus dipakai? Sosiolinguistik menjelaskan
penggunaanpronominaltersebutdenganmengklasifikasikanvariasibahasaberdasarkanumur,
pendidikan, tingkat keformalan, topic dan jalur pembicaraan dengan klasifikasi tersebut
pengguna bahasa akan dengan mudah menggunakan masing-masing Prominapersona.

Interferensi merupakan kesalahan bahasa yang sering muncul dalam pengajaran bahasa
baik terjadi dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Sebagai contoh :

Hari ini saya datang ke sekolah pagi sendiri→hari ini saya datang ke sekolah paling pagi .

KatasendiritersebutteinterferensidarikalimatbahasaJawayangberbunyidinoikiakuteko ning
sekolah isukdhewe. Dengan demikian interferensi merupakan salah satu penyimpangan bahasa
yang sering dilakukan oleh para peserta didik. Hal ini karena bahasa pertama peserta didik
adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia sebagai bahasakedua.

Spolsky dalam (Mayasari, 2020) mengatakan pada etnografi komunikasi sosiolinguistik


dibutuhkan untuk mengetahui dialek atau cara berbicara masyarakat kelas menengah kulit
putih,kelaspekerjakulitputih,dankelaspekerjakulithitamyangmemilikiperbedaan.Halini karena
proses pengajaran verbalisasi dan literasi yang telah dibiasakan oleh orang tuamereka.

11
Melalui sosiolinguistik akan diketahui masing-masing dialek tersebut dan bagaimana
menyikapi para peserta didik yang berasal dari kelas putih maupun kelas kulit hitam.
Menyikapi fenomena tersebut Dell Hymes dalam (Mayasari, 2020) dengan teorinya mengenai
etnografi komunikasi dapat diaplikasikan guru dalam interaksi belajar mengajar. Komponen
tutur sangat berguna sebagai landasan dalam melaksanakan pengajaran bahasa Indonesia bagi
penggunabahasaasing.HalinikarenapembelajarBIPAterdiridaribahasa,budaya,kebiasaan
dansikapyangberanekaragam.DenganmengaplikasikankomponentuturDellhymestersebut
maka pelaksanaan pembelajaran akan mencapai kompetensi yang diajarkan dengan
menentukan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat melalui analisis komponen tutur
tersebut.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keadaan sosiolingustik di Indonesia sangat memiliki nilai yang berarti terutama untuk
bahasa sendiri dan di Indonesia sosiolinguistik memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengkaji masalah-masalah bahasa dari tingkat bahasa atau dialek sehari-hari dimasyarakat,
sekolah- sekolah , perbukuan dan politik di Indonesia.

Sosiolinguistik memiliki kaitan dengan pembelajaran bahasa, yakni berupa 1) peran


sosiolinguistik dalam menentukan content (bahan, materi) dan sequent (urut-urutan
penyampaian) dan 2)aplikasi sosiolinguistik dalam penggunaan variasi bahasa termasuk
(pronominal persona) interferensi dan etnografi komunikasi

3.2 Saran

Dalam membuat makalah berjudul keadaan sosiolinguistik di Indonesia, sebaiknya calon


penulismencaridanmenggunakanreferensiyangbanyakuntukmenghasilkankaryatulisyang
berkualitas dan lengkap. Untuk calon penulis, pemakalah tidak menyarankan pembuatan
makalah menggunakan sistem kebut semalam guna menghindari bergadang dan menjaga
kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.

Mayasari, Diana & Irwansyah. 2020. Peran Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). 3(1), 189-199.

Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam


Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Khairunnisa, & Sagita, M. (2019). Pengembangan Sosiolinguistik Dalam Pengajaran Bahasa


(Secara Teoritis Dan Penerapan) Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa. Jurnal Sains
Riset (JSR) , 9.

Mukhlis,M.PengajaranBahasaDalamPerspektifSosiolinguistik.Journal(1)47-93-1.STAIN
samarinda Retrieved from https://journal1.iain-
samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/47/46

Maisah, Riyadul. (Desember, 2018). Situasi Sosiolinguistik Di Indonesia. Bandung.


Retrieved From http://disdik.bandung.go.id/literasi/wp-
content/uploads/2018/12/SITUASI SOSIOLINGUISTIK-DI-INDONESIA.pdf

14
PERTANYAAN SETIAP ANGGOTA KELOMPOK:

1. Sri devi :

Mengapa keadaan sosiolinguistik di indonesia perlu untuk diketahui,


apakah pembeajaran sosiolingistik itu berkaitan dengan masyarakat di
indonesia?

2. Yuyun Nurafni Latifah

apakah terdapat hambatan atau kesulitan sosiolinguistik dalam menjalankan


perannya menentukan content(bahan, materi) dan sequent (urut-
urutanpenyampaian)? Jika ya, jelaskanlah!

3. Vonica Septiana

Sebutkan dan jelaskan faktor yang menyebabkan sosiolinguistik itu berperan penting
dalam penentuan teks yang akan digunakan dalam pembelajaran!

4. Sri setiarti

Mengapa Sosiolinguistik di katakan memilikiperananyangsangatpenting

dalammengkajimasalah-masalahbahasadaritingkatbahasaataudialek

sehari-haridimasyarakat,sekolah-sekolah,perbukuandan

politikdiIndonesia?

5. Sasa Dwi Artika

Seberapa pentingnya sosiolinguistik itu dalam pembeljaran bahasa , dan


apa pengaruhnya didalam pembelajaran bahasa tersebut?

6. Yoktaviani

Bagaimana peran etnografi dalam sosiolinguistik bagi peserta didik yang


memiliki keragaman bahasa ?

7. Sri Angeli Lubis

Sebutkan dan jelaskan apa saja sumbangan utama sosiolinguistik terhadap

15
pengajaran bahasa

8. Wahyu Fiansyah

Jelaskan mengapa Peran sosiolinguistik dalam menentukan content(bahan,


materi) dan sequent (urut- urutan penyampaian)!

16

Anda mungkin juga menyukai