Kelas : 5c
PEKANBARU
2020
1
KATA PENGANTAR
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam kami
sampai kan atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah berusaha keras
membangun akhlak manusia, hingga menjadi manusia yang beradab dan berilmu
Sosiolingustik terhada Bahasa”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
nilai tugas dari mata kuliah Sosiolingustik. Penulis mendapatkan bimbingan dan
arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini ibuk Dr. Erni, M.Pd.
terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya nanti makalah ini bisa lebih baik lagi. Apabila
i
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia,
bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Kajian secara
internal, artinya pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern
bahasa itu saja, seperti struktur fonologisnya, struktur morfologisnya, atau
struktur sintaksisnya. Kajian secara internal ini akan menghasilkan perian-
perian bahasa itu saja tanpa dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor
yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh
para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Pengkajian secara eksternal akan menghasilkan rumusan atau kaidah-kaidah
yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam
segala kegiatan manusia di dalam masyarakat (Chaer dan Agustina, 2004:1)
2. Rumusan Masalah
1) Apa pandangan sosiologi terhadap bahasa?
2) Apa pandangan lingustik terhadap bahasa?
3) Apa pandangan sosiolingustik terhadap bahasa?
3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui apa saja pandangan sosiologi terhadap bahasa
2) Untuk mengetahui apa saja pandangan lingustik terhadap bahasa
3) Untuk mengetahui apa saja pandangan sosiolingusik terhadap bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masalah-Masalah Sosiolinguistik
Identitas sosial dari penutur adalah, antara lain dapat diketahuii dari
pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya
dengan lawan tuturnya. Maka identitas penutur dapat berupa anggota
keluarga, (ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya ), teman karib,
sahabat, guru, tetangga, pejabat dan lain-lain. Identitas penutur itu dapat
mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur. Sedangkan Identitas sosial
dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas
pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga dan sebaginya. Identitas
pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN4431-
M1.pdf
Muliastuti, Liliana. 2014. Modul bahasa dan linguistik. Diakses pada Oktober
2020 pada laman
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.
ut.ac.id/4729/3/PBIN4101M1.pdf&ved=2ahUKEwjb1q7x9qLsAhVj63MBH
Wu8BLUQFjABegQIBhAB&usg=AOvVaw2tCk3MRIPKzC8drYIo4T27&c
shid=1602089150011
2. Jelaskanlah hakikat bahasa dilihat dari segi linguistik, dari segi sosiolinguistik,
dan dari segi komunikasi!
KEDWIBAHASAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS : 5C
2020/2021
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kelompok 1 kemudahan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiolinguistik dengan judul
KEDWIBAHASAAN : AHLI KODE DAN CAMPUR KODE dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi besar, Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusunan makalah ini guna untuk memenuhi tugas yang diberikan selama libur
perkuliahan guna mengantisipasi adanya virus COVID`19 yang dipandu oleh Ibu dosen kami
Dra. Erni, M. Pd. sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Penyusun menyadari
bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang
kami sajikan ini bermanfaat dan bisa di gunakan dengan sebaiknya. Permohonan maaf kami
sampaikan kiranya ada kesalahan dalam penulisan.Untuk itu kami harapkan kritik dan saran
yang membangun agar kedepan kami bisa memperbaikinya
Kelompok 1
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk berkehendak selalu membutuhkan orang lain dalam rangka
pemenuhan segala kebutuhan hidupnya.Manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
dari pihak lain.Hal ini berarti terdapat hubungan ketergantungan antara manusia yang satu
dan manusia yang lain. Wujud saling ketergantungan tersebut berlangsung dalam proses
interaksi dan komunikasi di antara sesama manusia yang terhimpun dalam komunitas besar
manusia yang disebut masyarakat. Satu hal mutlak yang dibutuhkan dalam proses komunikasi
adalah alat komunikasi yang berupa bahasa.
Saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia dapat disebut sebagai masyarakat
multilingual atau dwibahasa. Seseorang dikatakan dwibahasa jika mampu menguasai dua
bahasa atau lebih dalam komunikasinya. Mackey (dalam Aslinda dan Syafyahya: 2007),
mengatakan bahwa dalam membicarakan kedwibahasaan tercakup beberapa pengertian,
seperti masalah tingkat, fungsi, pertukaran/alih kode, percampuran/campur kode, interferensi,
dan integrasi.
Penutur bahasa di Indonesia ini, pada umumnya menguasai lebih dari satu bahasa,
sekurang-kurangnya menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi
penutur bahasa tersebut, harus memilih bahasa apa yang dipakai, apakah bahasa Indonesia
atau bahasa daerah seperti bahasa Lampung atau bahasa Jawa dan lain-lain. Lebih rumitnya
lagi, dalam berkomunikasi mereka sering memasukan unsur-unsur bahasa lain ke dalam
bahasa yang dominan dipakai. Kedwibahasaan yang terjadi di daam masyarakat
menyebabkan pemakaian dua bahasa dan terjadinya suatu proses ahli kode dan campur kode
di dalamnya. Penyusun makalah ini akan coba memaparkan materi mengenai kedwibahasaan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ahli kode dan campur kode?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisn Makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian ahli kode dan campur kode.
2. Mengetahui latar belakang terjadinya ahli kode.
3. Mengetahui latar belakang terjadinya campur kode.
4. Mengetahui contoh bentuk-bentuk campur kode.
PEMBAHASAN
Istilah kedwibahasaan dapat dipakai untuk perorangan dan dapat juga dipakai untuk
masyarakat. Jika kita perhatikan kedwibahasaan dalam satu masyarakat, dapat kita lihat dua
keadaan teoritis yang ekstrem. Yang pertama ialah keadaan dimana semua anggota
masyarakat itu tahu dua bahasa dan menggunakan kedua bahasa tersebut setiap hari dalam
pekerjaan maupun interaksi sosial. Keadaan ekstrem kedua ialah bila ada dua bahasa dalam
masyarakat itu, tetapi setiap orang tahu hanya satu bahasa dan dengan begitu masyarakat itu
terdiri dari da jaringan komunikasi (atau masyarakat bahasa) yang monolingual dan
tersendiri. Dalam keadaan yang sebenarnya, kedua keadaan kedwibahasaan yang ekstrem ini
tidak kedapatan terkecuali dalam masyarakat-masyarakat yang amat kecil dan terpencil
(Gumperz, 1968).
Alih kode dan campur kode bukanlah bentuk kesalahan berbahasa yang disebabkan
lemahnya penguasaan penutur terhadap bahasa yang digunakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Muharram (2008) yang menyatakan bahwa “alih kode bukanlah merupakan
suatu kebetulan atau terjadi secara sembarang, dan bukan pula merupakan kekacauan
pemakaian bahasa seperti banyak dikatakan orang, melainkan ditentukan oleh berbagai
keadaan sosial dan situasional serta sarat dengan makna sosial”.
Pada umumnya kecenderungan alih kode dan campur kode lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi dalam wacana lisan. Namun, alih kode dan campur kode
dapat juga terjadi pada wacana tulis yang dilatarbelakangi oleh sebab-sebab tertentu,
misalnya tidak adanya ungkapan yang tepat dalam bahasa yang dipakai itu, sebagai
‘pemanis’ dalam cerita fiksi (karya sastra), dan sebab-sebab lainnya. Bilingualisme
merupakan kondisi kebahasaan yang muncul sebagai akibat terjadinya kontak bahasa
dalam proses komunikasi. Berpijak pada pernyataan Jendra (2001) dapat disimpulkan
bahwa kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat bilingual memungkinkan seseorang
untuk melakukan alih kode (code switching) ataupun campur kode (code mixing) dalam
proses komunikasi sistem ungkapan yang dipakai dalam menggambarkan makna
tertentu, dan bahasa manusia adalah sejenis kode; (2) sistem bahasa dalam suatu
masyarakat; (3) variasi tertentu dalam bahasa”. Secara sederhana, Wardhaugh (1988)
menyatakan bahwa, kode adalah semacam sistem yang dipakai dua orang atau lebih
untuk berkomunikasi (Rahardi, 2001: 22).
a. Alih Kode
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam
masyarakat bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau
multilingual mungkin sekali seorang penutur menggunakan berbagai kode dalam
tindak tuturnya sesuai dengan situasi dan berbagai aspek yang melingkupinya.
Jendra (2001) menerangkan bahwa alih kode adalah situasi di mana seorang
pembicara dengan sengaja mengganti kode bahasa yang sedang ia gunakan karena
suatu alasan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Pietro (1977) menyatakan bahwa
code switching is the use of more than one language by communicants in the
execution of a speech act (Jendra, 2001: 74).
b. Campur Kode
Pembahasan tentang alih kode selalu diikuti pembahasan tentang campur
kode. Pasalnya kedua gejala tersebut seringkali terjadi secara bersamaan dalam
sebuah peristiwa sosiolinguistik. Kachru mendefinisikan campur kode sebagai
pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa
yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain secara konsisten (Suwito, 1985: 89).
Sementara itu, Chaklander berpendapat bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat
dalam peristiwa campur kode itu terbatas pada unsur klausa, apabila di dalam
tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di
dalam satu klausa yang sama, maka peristiwa itu di sebut campur kode (Suwito,
1985:89).
Suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau
lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau
discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut
penvampuran bahasa itu. Dalama keadaan demikian, hanya kesantaian penutur atau
kebiasaannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian dapat kita sebut dengan
Campur Kode. Di Indonesia, campur kode ini sering sekali terdapat di dalam
keadaan orang berbincang-bincang yang dicampur ialah bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Jikalau yang berbincang-bincang itu orang-orang yang ‘terpelajar’,
kita dapat juga melihat campur kode antara bahasa Indonesia (bahasa daerah)
dengan bahasa asing (Inggris dan Belanda).
Chaeer dan Agustina (2004) menyatakan, “Dalam campur kode ada sebuah
kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan
keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu
hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian
sebagai sebuah kode”.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau
terdapat campur kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan karena tidak ada
ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai
kata atau ungkapan dari bahasa asing dalam bahasa tulisan, hal ini kita nyatakan
Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum, penyebab alih kode itu
disebabkan antara lain adalah : (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur,
(3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal
atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan. Oleh Chaer dan Leonie Agustina
(2010: 108-113) menjelaskan sebagai berikut :
Faktor Penutur. Seorang pembicara atau penutur seringkali melakukan alih kode
untuk mendapatkan “keuntungan”atau “manfaat” dari tindakannya itu. Misalnya , ketika
bercakap-cakap mengenai suatu urusan, si A baru tahu bahwa lawan bicaranya si B itu
berasal dari daerah yang sama dengan dia pula dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama.
Maka dengan maksud agar urusannya cepat selesai dia melakukan alih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa daerah. Jika si B terpancing untuk menggunakan bahasa daerah, maka
bisa diharapkan urusan menjadi lancar. Tetapi jika si B tetap menggunakan bahasa Indonesia,
bahasa resmi untuk urusan kantor, maka mungkin urusan itu tidak berjalan lancar, karena
kesamaan satu masyarakat tutur yang ingin dikondisikan tidak berhasil, yang mengakibatkan
tidak adanya rasa keakraban. Dengan berbahasa daerah rasa keakraban pun lebih mudah
dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh
“keuntungan”ini biasanya dilakukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur mengharapkan
bantuan lawan tuturnya.
Faktor Lawan Tutur. Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya
alih kode. Ini disebabkan oleh keinginan untuk mengimbangi kemampuan berbahasa lawan
tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau agak kurang
karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur berlatar belakang
bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan
varian, ragam, gaya, atau register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak
sama dengan si penutur, maka yang terjadi adalah alih bahasa.
Faktor hadirnya penutur ketiga. Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak
berlatar belakang bahasa yang sma dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur dan
Faktor perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya. Perubahan situasi bicara
dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya pada ilustrasi, percakapan yang dimulai
dalam bahasa Indonesia karena tempatnya di kantor dan yang dibicarakan adalah tentang
surat. Jadi, situasinya formal. Namun begitu yang dibicarakan bukan lagi tentang surat,
melainkan tentang pribadi orang yang di kirimi surat, maka situasi ini menjadi tidak formal,
terjadilah alih kode, bahasa Indonesia diubah menjadi bahasa jawa.
Dari lima faktor penyebab terjadinya alih kode diatas, sebenarnya masih banyak
faktor atau variable lain yang dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Penyebab-penyebab
ini berkaitan dengan verbal repertoire yang terdapat dalam suatu masyarakat tutur serta
bagaimana status sosial yang dikenakan oleh para penutur terhadap bahasa-bahasa atau
ragam-ragam bahasa yang terdapat dalam masyarakat tutur. Widjajakusumah (1981) dalam
Chaer dan Leonie (2010:112) “Melaporkan hasil penelitiannya mengenai sebab-sebab
terjadinya alih kode dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia, dan sebaliknya dari bahasa
Indonesia ke bahasa sunda di kota bandung.”
Menurut Widjajakusumah terjadinya alih kode dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia
karena:
Sedangkan penyebab alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa sunda adalah karena:
Proses terjadinya campur kode, sebenarnya suatu keadaan saat penutur melakukan
percampuran dua atau lebih ragam bahasa dalam suatu tindakan situasi berbahasa nonformal.
Suwito (1983:75) mengungkapkan “terdapat dua campur kode yang melatar belakangi
penutur melakukan campur kode, yaitu latar belakang sikap (attitude) dan tipe campur kode
kebahasaan (linguistik)”. Peran penutur dalam melakukan campur kode sangat ditentukan
sikap penutur saat komunikasi. Identifikasi peranan penutur dapat diukur dengan melihat
keadaan sosial, registral dan edukasional saat bertutur. Sosial penutur saat komunikasi terjadi
akan menentukan jenis variasi bahasa yang digunakan disesuaikan dengan situasi dan
pendidikan dari lawan tutur.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal.
Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode. Kalau terdapat campur
kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan karena tidak ada ungkapan yang tepat dalam
bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa
asing; dalam bahasa tulisan, hal ini kita nyatakan dengan mencetak miring atau
menggarisbawahi kata /ungkapan bahasa asing yang bersangkutan. Kadang-kadang terdapat
juga campur kode ini bila pembicara ingin memamerkan “keterpelajarannya” atau
“kedudukannya”.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa campur kode biasanya digunakan pada situasi
santai atau tidak formal, kalaupun dipakai dalam situasi formal dikarenakan tidak ada
padanan kata atau ungkapan yang tepat dalam bahasa Indonesia. Pemakaian campur kode ini
disebabkan oleh penutur ingin menunjukkan tingkat pendidikan dan kedudukannya dalam
lingkungan tersebut. Senada dengan hal tersebut, Chaer (2007: 69) tentang penyebab campur
kode seperti yang diungkapkan di bawah ini.
Dalam peristiwa campur kode, peristiwa itu terjadi dengan disadari oleh si pembicara.
Dia memasukkan unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakannya karena sebab
yng lain. Misalnya, karena ingin santai, atau karena bahasa yang digunakannya tidak
memiliki ungkapan untuk konsep yang akan dikemukakannya.
Identifikasi ragam bahasa penutur juga akan menentukan proses melakukan campur
kode. Dalam hal ini penutur akan menempatkan diri ke dalam status sosial tertentu. Penutur
akan menentukan sikap untuk menandai hubungan terhadap orang lain. Sikap penutur saat
berinteraksi dalam komunikasi merupakan deskripsi penjelasan maksud dan tujuan penutur.
Dari sikap yang ditunjukan penutur terhadap lawan tutur akan mengandung suatu maksud
permasalahan dan penafsiran. Misalnya, sikap mengakrabkan, persahabatan, dan
kekeluargaan.
Dari sejumlah pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa campur kode terjadi dalam
suasana santai atau informal ketika suatu tuturan atau percakapan sedang terjadi. Keadaan
yang didasarkan pada tempat dan suasana serta objek pembicaraan berubah dalam berbagai
situasi dengan lawan tutur. Selain itu, faktor tidak ada ungkapan atau kata dalam bahasa
Indonesia yang tepat sehingga penutur melakukan campur kode dengan bahasa lain.
Dalam campur kode bahasa yang digunakan adalah dua bahasa atau lebih, atau dua
varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Di dalam campur kode ada sebuah
kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya
sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanya berupa serpihan-
serpihan (pieces) saja , tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur
misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa
daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya , akan muncul satu
ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Jawa)
atau bahasa Indonesia yang kesunda-sundaan (kalau bahasa daerahnya adalah bahasa Sunda).
(Chaer, 114-115:2005)
Menurut Rokhman (2011) campur kode ialah pemakaian dua bahasa atau lebih dengn
saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara
konsisten. Peristiwa bahasa ini sering terjadi dalam kegiatan interkasi dimasyarakat seperti
Gelar wicara merupakan suatu jenis acara televisi atau radio yang berisi perbincangan
atau diskusi seorang atau sekelompok orang tentang suatu topik tertentu yang dipandu oleh
pemandu acara. Gelar wicara biasanya menghadirkan beberapa tamu yang terdiri dari orang-
orang yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan topik
perbincangan. Gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya formal maupun tidak formal dan
dapat menerima tanggapan dari pemirsa luar studio berupa telepon atau sosial media.
Metro TV menghadirkan berbagai acara gelar wicara yang dikemas dengan beragam
konsep, salah satunya adalah gelar wicara Republik SentilanSentilun. Acara Republik
Sentilan Sentilun disiarkan setiap hari Sabtu pukul 19.30 WIB.
Program Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun bertemakan sosial politik. Republik
Sentilan Sentilun dipandu oleh dua budayawan senior yaitu Slamet Rahardjo sebagai Sentilan
dan Butet Kertaradjasa sebagai Sentilun. Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun berlatar
dikediaman seorang ningrat Jawa, yaitu Sentilan yang menjadi juragan atau majikan yang
disebut Ndoro, sedangkan Sentilun adalah seorang asisten rumah tangga atau batur.
Konsep latar dan suasana Jawa pada gelar wicara ini mengisyaratkan bahwa
menggunakan bahasa Indonesia tetapi potensial beralih kode dan campur kode dalam bahasa
daerah khususnya bahasa Jawa. Percakapan antara pembawa acara dan narasumber terkadang
mengalihkan dan menyisipkan bahasa daerah, bahasa asing. Pengalihan dan penyisipan
bahasa dalam percakapan merupakan suatu gejala bahasa, yakni alih kode dan campur kode.
Terjadinya alih kode dan campur kode disebabkan oleh beberapa hal seperti, pembicara,
pendengar, perubahan situasi dan kondisi, perubahan topik pembicaraan, dan latar belakang
penutur.
Contoh Bentuk Campur kode pada materi ini adalah penelitian yang diteliti oleh
(Rizqi Ulya Areista, Sumarti, dan Eka Sfia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung dengan judul penelitian “ Ahli Kode dan Campur Kode pada Gelar
Wicara Republik Sentilan-Sentilun dan Impilikasinya Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMA”. Lingkup pertelevisian atau perbincangan pembawa acara dengan narasumber yang
kemudian diimplikasikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian yang
diteliti diimplikasikan pada pembelajaran kelas XI. Percakapan dalam gelar wicara ini berupa
Campur kode berbentuk kata merupakan penyisipan serpihan bahasa berupa kata
asing atau penutur ke struktur bahasa penutur. Campur kode berbentuk katayang digunakan
dalam tuturan di Gelar Wicara Republik Sentilan Sentilun, meliputi penyisipan katabahasa
Inggris, Jawa, dan Sunda ke dalam struktur bahasa Indonesia. Berikut ini contoh data beserta
analisisnya :
sukurkoe (Dt-72/CK62-Kt45/Jw/P43).
Campur kode pada data (72) ditemukan dalam tuturan Marwoto ketika meledek
Susilo yang kakinya dikenai sapu oleh Oppie. Marwoto menyisipkan kata “koe”. Kata
tersebut termasuk kata bahasa Jawa yang berarti „kamu‟. Campur kode tersebut termasuk
campur kode berbentuk kata karena unsur yang disisipkan merupakan satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri dan terjadi darimorfem tunggal.
(Dt-23/CK19-Fr5/Ing/K6)?
Campur kode berbentuk baster merupakan penyisipan gabungan bahasa asli penutur
dengan bahasa penutur. Campur kode baster yang digunakan ialah penyisipan
gabungan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Berikut ini data beserta analisisnya.
Asrorun: Itu sepertinya anak kita banget ya sekarang ini secara umum, tetapi itu juga
kemudian karena salah satunya adalah factor orang tua juga yang tidak cukup melek terkait
dengan layanan kepada anak. Cuma sering kali orang tua di tengah kesibukannya merasa
ilfeel. (Dt101/CK83-Bs1/Ing/K25) merasa bersalah begitu ya, saya sudah kerja siang jadi
malam malam jadi siang hanya untuk kepentingan anak banyak uang anak minta fasilitas
saya berikan yang terbaik tetapi tidak disertai dengan kontrol. Data (101) berupa campur
kode adalah ilfeel (Dt-101/CK83-Bs1/Ing/K25). Data (101) merupakan campur kode
berbentuk baster. Hal ini karena serpihan yang disisipkan merupakan gabungan kata asli
bahasa penutur dengan bahasa asing.
Data (39) merupakan campur kode. Data (39) berupa campur kode adalah Suroboyo
rame tenan (Dt-39/CK35-Kl1/Jw/K12). Campur kode pada data (39) merupakan
campurkode berbentuk klausa. Hal ini karena serpihan yang disisipkan merupakansatuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan
predikat, dan memunyai potensi untuk menjadi kalimat. Terdapat tiga kata, yaitu
Suroboyo „Surabaya‟, rame „ramai‟, dan tenan „sekali/amat‟. Ketiga kata tersbut
memiliki makna leksikalnya masing-masing namun ketiga kata tersebut digabungkan
menjadi satu konstruksi sintaksis. Serpihan tersebut menduduki fungsi sebagai subjek pada
kata Suroboyo„Surabaya‟, predikat pada frasa rame tenan „ramai sekali‟. Hal inilah yang
membuat campur kode pada data (39) tergolong berbentuk klausa.
Contoh lain Campur Kode adalah pada penelitian skripsi mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Univeristas Islam Riau sebagai berikut : (Arsip Perpustakaan UIR)
1. Campur Kode Tuturan Mahasiswa Patani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Faultas Keguruan Dan Ilmu Pendidilan Universitas Islam Riau.
2. Campur Kode Tuturan Penyiar Radio Dalam Acara Guten Morgen Di Stasiun Radio
PERSADA Pekanbaru.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat
bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau multilingual
mungkin sekali seorang penutur menggunakan berbagai kode dalam tindak tuturnya
sesuai dengan situasi dan berbagai aspek yang melingkupinya.
Campur kode (code mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu
bahasa secara dominan, mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar
belakang sosial, tingkat pendidikan, serta rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya
berupa kesantaian atau situasi informal, namun bisa juga terjadi karena keterbatasan
bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada adanannya, sehingga ada
keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi
(Azhar, dkk,2011:16-17).
Alih kode dan campur kode merupakan fenomena sosiolinguistik yang memiliki
kemiripan. Oleh karenanya, faktor-faktor pendorong terjadinya kedua peristiwa
tersebut juga sulit dibedakan dan tidak jarang tumpang tindih. Beberapa ahli pun
memerikan faktor-faktor tersebut secara bervariasi. Jendra (2001) menyatakan,
“Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang dwibahasawan melakukan alih kode.
Beberapa alasan tersebut antara lain: 1) mengutip pendapat seseorang; 2) penegasan
identitas kelompok atau solidaritas; 3) masuk atau keluarnya seseorang dari suatu
percakapan; 4) menaikkan status sosial; 5) menunjukkan keahlian berbahasa”.
Dalam berbagai kepustakaan linguistic secara umum, penyebab alih kode itu
disebabkan antara lain adalah : (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan
tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) perubahan dari formal
ke informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik pembicaraan. Oleh Chaer dan
Leonie Agustina (2010: 108-113).
B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penyusun mengharapkan
kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk
memperbaikinya. Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat
penyusun akan selalu ditunggu oleh penyusun.
Nababan, PWJ. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rohmani, Siti., Amir Fuady, dan Atikah Anindyarini. 2013. Analisis Alih Kode dan Campur
Kode Pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi. BASASTRA Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor 1, April
2013, ISSN I2302-6405.
Chaer, Abdul dan Leoine Agustin. 2010. SOSIOLINGUSTIK PERKENALAN AWAL. Jakarta :
Rineka Cipta.
Ariesta, Rizqy Ulya dkk. Alih Kode dan Campur Kode Pada Gelar Wicara Republik Sentilan
Sentilun. Diakses pada 18 November 2020
di laman http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO1/article/.down;oad/12311/8777
2. Jelaskanlah dan sertakan contoh penjelasan mengenai latar belakang sikap pada campur
kode seperti apa!
3. Jelaskanlah ahli kode intern dan ekstern dan berikan contohnya mengenai alih kode
internal dan eksternal!
4. Jelaskanlah bagaimana penaruh alih kode dan campur kode dalam pembelajaran!
5. Jelaskanlah dampak positif dan negatif alih kode dan campur kode!
Disusun oleh:
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
3
ii
2.1 Pengertian Masyarakat Bahasa
....................................................................................................................................
1
BAB III
PENUTUP
....................................................................................................................................
9
3.1 Simpulan
....................................................................................................................................
9
3.2 Saran
....................................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak hanya dilihat atau didekati
sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat
atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi didalam masyarakat manusia
(Chaer dan Agustina, 2004:3). Bahasa juga sangat berhubungan erat dengan ilmu
lainnya. Sehingga pada penyajian ini di arahkan dalam upaya memahami
bahasa. Maka jelaslah, bahwa sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan
hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.
1
tentang bahasa dan masyarakat inilah, kita perlu mempelajari tentang pandangan
sosiolinguistik tentang bahasa dan dan hubungan bahasa dengan bahasa lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa yang dimaksudkan di sini tidak hanya berdasarkan
pada perkembangan bahasa, tetapi berdasarkan pada sejarah, budaya, dan
politik. Pada tahap abstraksi yang cukup tinggi ditempatkan ciri-ciri kelompok
yang memiliki kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan di bidang linguistik
terutama kesamaan bahasa atau variasi bahasa. Pada tahap abstraksi yang lebih
rendah realitas bahasa tercermin melalui kelompok-kelompok yang
bersemuka. Pengertian masyarakat bahasa yang berdasarkan kesamaan bahasa
akan menjadi bermasalah jika kita akan menjelaskan apa arti “menggunakan
bahasa yang sama” dalam situasi nyata di suatu lingkungan bahasa.
Sebagai satuan dasar pengertian dan pemahaman tentang masyarakat
bahasa dapat berpegang pada bahasa-bahasa, kelompok sosial, jaringan sosial,
hirarki dan individu-individu yang sekaligus merupakan gambaran secara
hierarkis tahapan-tahapan abstraksi. Bloomfield yang berdasarkan sistem
bahasa yang monolitik berpendapat bahwa masyarakat bahasa adalah
sekelompok orang yang menggunakan sistem tanda bahasa yang sama.
Konsep linguistik yang hampir sama, yang dipengaruhi kuat oleh pendapat
bahasa yang homogen adalah konsep Lyons tentang satuan dasar masyarakat
bahasa (1970:326). Menurut Lyons masyarakat bahasa adalah semua orang
yang menggunakan suatu bahasa tertentu (dialek).
Sebagai masyarakat bahasa, untuk sementara dapat berarti kelompok
penutur yang berdasarkan pandangan hidup mereka membentuk kelompok
berdasarkan bahasa yang sama. Titik tolak definisi Mattheire kelompok sosial
dan bahasa namun, dalam definisi ini objektivitas bahasa yang sama bersifat
relatif. Sehubungan dengan tahap abstraksi, telah kita tinggalkan tahap makro
dan kita sampai kepada komunikasi bersemuka yang nyata.
3
Model paguyuban bahasa yang klasik tidak dapat mencakup perubahan
dialek perkotaan yang cepat. Bentuk yang diidealisasikan tidak cukup
mencerminkan realitas. Labov menyimpulkan bahwa anggota masyarakat
bahasa perkotaan lebih diikat oleh sikap dan prasangka yang sama dalam
berbahasa, yang luar biasa stabil dibandingkan dengan ikatan pemakaian
bahasa yang sama (1972:293). Menurut Labov pada kenyataannya sangat jelas
bahwa masyarakat bahasa didefinisikan sebagai sekelompok penutur yang
memiliki sederetan sikap sosial terhadap bahasa. Misalnya, seorang yang
berasal dari New York (orang dari kota besar) memiliki gambaran yang jelas
tentang norma-norma bahasa dan ia mengetahui jika ia menyimpang dari
norma yang ada.
B. Masyarakat Bahasa BerdasarkanInteraksi
Gumpertz mendefinisikan masyarakat bahasa (pada masa yang
lampau) ke arah komunikatif interaksi, yang dalam analisis fungsional
berpangkal pada varietas bahasa suatu masyarakat bahasa yang khas sebagai
kelompok sosial, dan bukan dari kesatuan bahasa. Definisi Gumpertz juga
memungkinkan beberapa varietas bahasa hidup berdampingan: kita
definisikan masyarakat bahasa sebagai kelompok sosial yang monolingual
atau multilingual, yang merupakan satu kesatuan karena sering terjadi interaksi
sosial dan yang dipisahkan dari sekelilingnya oleh interaksi sosial yang
melemah. Masyarakat bahasa dapat terdiri atas kelompok kecil yang
hubungannya bersemuka atau terdiri dari seluruh bahasa, tergantung dari
tingkat abstraksi yang akan dicapai(1962:101).
C. Masyarakat Bahasa Berdasarkan JaringanSosial
Jaringan sosial sebagai substratum paguyuban bahasa sebagai titik tolak
analisis bahasa dalam sosiolinguistik dikenalkan untuk menganalisis
komunikasi sehari-hari dan konvensi interaksi. Dalam hal ini jaringan
hubungan seorang individu termasuk di dalamnya dan kesatuan kelompok
sosialnya merupakan phenomena dalam berbagai tataranabstraksiGumpertz
memperhitungkan hal ini dan memasukkan dalam konsep mikronya,
paguyuban bahasa (pada tataran abstraksi yang terendah), dan konsep jaringan
4
sosial. Dengan bantuan konsep ini sebagai soerang linguis, ia akan meneliti
perilaku bahasa dalam suatu paguyuban dengan memperhatikan interpretasi
norma dan nilai yang sesuai dengankenyataan.
D. Masyarakat Bahasa Sebagai InterpretasiSubjektif- Psikologis
Bolinger (1975:33) menunjukkan kompleksitas yang bersifat
psikologis dan ciri subjektif konsep paguyuban bahasa, ia mengemukakan:
tidak ada batas untuk cara manusia berkelompok guna mencari jati diri,
keamanan, keuntungan, hiburan, kepercayaan atau tujuan lain secara bersama,
sebagai akibat hal ini tidak ada batasan sehubungan dengan jumlah dan
keanekaragaman paguyuban bahasa yang kita jumpai dalam masyarakat kita.
Setiap populasi menurut definisi Bolinger dapat terdiri atas sejumlah besar
paguyuban bahasa, yang sehubungan dengan keanggotaan dan varietas
bahasanya tumpang tindih. Realitas psikologis paguyuban bahasa yang
tergantung dari interpretasi angota-anggotanya diperhitungkan dalam
pendapat Le Page (1968), baginya keberadaan kelompok sebagai paguyuban
bahasa dengan ciri-ciri khusus yang digolongkan oleh penutur sendiri, bukan
oleh sosiolog penting. Tergantung bagaimana seorang penutur menempatkan
dirinya dalam ruang yang multidimensi (Hudson, 1980:27), ia ikut
berpartisipasi dalam berbagai paguyuban bahasa yang dimensi atau
perbandingan luasnya ditentukan oleh kelompok di sekelilingnya. Setiap
penutur menciptakan sistem perilaku bahasanya yang mirip dengan kelompok
tempat ia ingin mengidentifikasikan dirinya dari waktu ke waktu, dengan
syarat a) ia dapat mengidentifikasikan dirinya ke kelompok tersebut, b) ia
memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengamati dan menganalisis
perilaku mereka, c) memiliki motivasi yang kuat dan merasa berkewajiban
untuk memilih dan mengubah perilakunya, dan d) ia masih sanggup
menyesuaikanperilakunya.
6
Verbal repertoir adalah semua bahasa beserta ragam-ragamnya yang dimiliki atau
dikuasai oleh seorang penutur. Berdasarkan luas dan sempitnya verbal repertoir
sebuah masyarakat tutur dibagi menjadi dua, yaitu:
Pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruh oleh faktor sosio linguisti, tetapi juga
dipengaruhi oleh factor non sosiolinguistik. Faktor-faktor yang nonlinguistik yang
dimaksud, yaitu faktor sosial dan faktor non sosial. Hubungan-hubungan antara
7
faktor-faktor sosio-situasional dalam pemakaian bahasa, serta terjadinya saling
mempengaruhi antara kaidah-kaidah gramatikal dan norma-norma pemakaian
sesuai dengan fungsi dan situasinya, dapat digambarkan seperti di atas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
8
kesamaan agama, usia, kelompok etnis, dan di bidang linguistik terutama kesamaan
bahasa atau variasi bahasa.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan adanya makalah ini semoga dapat membatu pembaca untuk
memahami makalah mengenai Masyarakat Bahasa. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya menjadi lebih baik lagi.
Apabila ada kesalahan dari makalah ini kami mohon maaf sebesar-besarnya. Untuk
pembaca selanjutnya kedepannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
Pertanyaan
11
MAKALAH
SOSIOLINGUISTIK
( DIGLOSIA )
Disusun oleh:
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
4
ii
2.2 Latar Belakang Situasi Diglosia
....................................................................................................................................
5
BAB III
PENUTUP
....................................................................................................................................
10
3.1 Simpulan
....................................................................................................................................
10
3.2 Saran
....................................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat yang tertutup, yang tidak tersentuh oleh masyarakat tutur lain,
entah karena letaknya yang jauh terpencil atau karena sengaja tidak mau
berhubungan dengan masyarakat tutur lain, maka masyarakat tutur ini akan tetap
menjadi masyarakat tutur yang statis dan tetap menjadi masyarakat yang
monolingual. Sebaliknya, masyarakat tutur yang terbuka, artinya yang mempunyai
hubungan dengan masyrakat tutur lain tentu akan mengalami apa yang disebut
kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa kebahasaan sebagai akibatnya.
Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak
bahasa adalah apa yang di dalam sosiolingistik disebut bilingualisme dan diglosia.
Negara Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ragam bahasa yang
sangat banyak. Sehingga menyebabkan banyaknya suku-suku bangsa di Indonesia
yang memiliki bahasa yang berbeda-beda, inilah yang memungkinkan
masyarakatIndonesia memiliki dan menggunakan lebih dari satu bahasa. Penggunaan
lebih dari satu bahasa ini disebut dengan bilingualisme dan pengguna bahasa lebih dari satu
bahasa disebut bilingual. Meskipun demikian, Indonesia hanya memiliki satu bahasa yang
1
kemudian dijadikan bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai diglosia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Diglosia
Kata diglosia berasal dari bahasa Prancis diglossie, yang pernah digunakan
oleh Marcais, seorang linguis Prancis. Tetapi istilah itu menjadi terkenal dalam
studi linguistik setelah digunakan oleh seorang sarjana dari Stanford University,
yaitu C.A.Ferguson tahun 1958 dalam suatu simposium tenteng “Urbanisasi dan
bahasa-bahasa standar” yang diselenggarakan oleh American Anthropological
Association di Washignton DC. Kemudian Ferguson menjadikan lebih terkenal lagi
dengan sebuah artikelnya yang berjudul “Diglosia” yang dimuat dalam majalah
Word tahun 1959. Artikel Ferguson itu dipandang sebagai referensi klasik
mengenai diglosia.
Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional
atas varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang
dimaksud bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak
resmi atau non-formal. Contohnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa
tulis dan bahsa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian
fungsional atas variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (misal ragam
atau bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana
tidak resmi di rumah). Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa
Perancis diglossie yang diserap dari bahas Yunani oleh bahasawan Yunani
LoanniPsycharis. Pada tahun 1930, istilah ini digunakan juga oleh ahli bahasa Arab,
William Marcais.
3
dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan
saluran komunikasi lisan.( Kridalaksana,2008:50)
(1) diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, dimana selain
terdapat sejumlah dialek-dialek utama ( lebih tepat ragam-ragam utama) dari suatu
bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain.
(2) Dialek-dialek utama itu diantaranya bisa berupa sebuah dialek standar atau
sebuah standar regional.
(3) Ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama) itu memiliki ciri :
4
2.2 Latar Belakang Situasi Diglosia
Diglosia merupakan dua variasi bahasa yang sama. Seperti pendapat Holms
(2001:30) “diglossia is characteristic of speech rather than individuals. Individuals
may be bilingual.” Dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari selalu
terdapat diglosia oleh setiap individu. Terdapatnya diglosia tinggi dan rendah
merupakan ciri penggunaan diglosia dalam percakan sehari-hari oleh setiap penutur
dan mitra tutur.
5
Diglosia rendah pun memiliki perananya sendiri, dan diglosia rendah
digunakan pada situasi; seperti surat pribadi, percakapan dengan keluarga dan
teman sejawat, sastra rakyat serta pada sandiwara radio. Holmes (2001:29) “People
generally do not think of the L variety as worth describing. However, attitudes to
the L variety are varied and often ambivalent”. Dari kutipan tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan diglosia rendah selalu menggunakan bahasa tidak
formal dan pada saat yang tidak formal pula.
Dari pemaparan beberapa ahli di atas, dapat diambil sintesis bahwa diglosia
merupakan situasi kebahasaan yang menunjukkan adanya penggunaan bahasa
tinggi (ragam T) dan bahasa rendah (ragam R) yang disesuaikan dengan situasi
komunikasinya. Ragam tinggi digunakan untuk berkomunikasi pada situasi resmi
seperti pada lingkup pemerintahan dan pendidikan, sedangkan ragam rendah
digunakan pada situasi tidak resmi seperti percakapan dengan teman, saat terjadi
transaksi jual beli, dan lain sebagainya.
1. Paraguay
6
stilistik dari sebuah bahasa sampaiadanya perbedaan fungsi dari dua buah bahasa
berbeda. Jadi, di dalamnyatermasuk perbedaan yang terdapat antara dialek register,
atau variasi bahasa secara fungsional (Fishman 1972).
2. Tanzania
3. India
Dalam masyarakat tutur Khalapur ada dua bahasa, yaitu bahasa Hindi
dan bahasa Khalapur, yaitu salah satu variasi bahasa Hindi dengan sejumlah persa
maan dan perbedaam dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis,dan
leksikon.Bahasa Khalapur dipelajari di rumah, dan digunakan olehsetiap orang di
desa untuk hubungan local sehari-hari. Sedangkan bahasaHindi dipelajari di
sekolah, atau melalui warga yang bermukim di kota,maupun melalui kontak luar.
7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaKhalapur adalah masyarakat diglosis
dengan bahasa Hindi sebagai bahasaT, dan bahasa Khalapur sebagai bahasa R.
namun disamping itu, baik bahasa India maupun bahasa Khalapur mempunyai dua
variasi bahasa T dan variasi bahasa R. Bahasa Khalapur mempunyai dua variasi,
yaitu satu desebut dengan Moti boli, dan yang lainnya safboli.
8
Mandarin yang mempunyai kedudukan khusus, dan harus dimasukkan dalam
deretan repertoire bahasa itu. Penataan terhadap repertoire bahasa-bahasa penduduk
Cina Malaysia yang berbahasa Inggris di Malaysia ini secara actual disebut linear
polyglosssia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas
varian-varian bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud
bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dangan tidak resmi atau
non-formal. Contohnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan
bahsa lisan. Diglosia adalah situasi kebahasaan dengan pembagian fungsional atas
variasi bahasa atau bahasa yang ada dalam masyarakat (contohnya ragam atau
bahasa A untuk suasana resmi di kantor dan ragam atau bahasa B untuk suasana
tidak resmi di rumah).
3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan adanya
makalah ini semoga dapat membatu pembaca untuk memahami makalah mengenai
Diglosia Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, supaya
menjadi lebih baik lagi. Apabila ada kesalahan dari makalah ini kami mohon maaf
sebesar-besarnya. Untuk pembaca selanjutnya kedepannya dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
https://www.academia.edu/35308732/Makalah_Diglosia_docx
11
Pertanyaan
12
MAKALAHSOSI
OLI
NGUI
STI
K
Var
iasi
Bahasa
DosenPembi
mbi
ng
Dr
.Er
ni,
M.Pd
Ol
eh
Kel
ompok3
Kel
as5C
1)I
NTANROLI
TA 186210445
2)LI
DYAAYUSELVI
ANA 186211072
3)LORASESMI
TA 186210731
4)MELLAFI
TRI
LIANI 186210273
5)NASYADI
LAALKHAI
RA 186210224
6)NOVASELVI
A 186210997
7)NURANI
NDI
TA 186210910
8)TI
TANI
AARI
SAPUTRI 176210629
PROGRAM STUDIBAHASADANSASTRAI
NDONESI
A
1
FAKULTASKEGURUANDANI LMUPENDI
DIKAN
UNIVERSI
TASISLAM RI
AU
PEKANBARU
2020
KATAPENGANTAR
Ucapanteri
makasihkamiungkapkankepadadosenpengampumatakuli
ah
Sosi
oli
ngui
sti
kI bu Dr. Er
ni,M.Pdat
as bimbingan dan masukan ser
ta i
l
mu
penget
ahuandimatakul
iahi
ni.
Materii
nidisusunber dasar
kanhasi
ldiskusikamidanber asaldar
iberbagai
sumber.Materii
nidiperunt
ukanbagimahasiswadandosendal am kegiat
anbelajar
mengajar
. Kami ber usaha meny aj
i
kan bahasa y ang sederhana dan mudah
dimenger
tiol
ehmahasi swaunt ukmempermudahdalam pencapaiankompetensi
.
Taklupapul akamiucapkant er
imakasihkepadat eman- t
emany angtelah
memberikan dukungan kepada kamiunt uk meny el
esaikan materiini.Kami
menyadarimater
iinij
auhdarisempurna.Kamiucapkanbany akter
imakasi
hkepada
semuarekanyangt el
ahmember i
kansumbangsaranuntukpeny el
esai
anmat er
iini
.
Demikianl
ah yang dapatkamisampai kan dal
am pengantarini,semoga
makal
ah y ang kamisajikan ber
manfaat dan dapat digunakan sebagai
mana
semest
inya.Ol
eh kar
ena i
tu,kamimenerima kr i
ti
kserta sar
an yang posi
ti
fdan
membangun dar irekan-r
ekan pembaca unt uk penyempurnaan pada mater
i
sel
anj
utny
a.
Pekanbar
u,Okt
ober2020
Kel
ompok3
2
DAFTARI
SI
KATAPENGANTAR 2
DAFTARI
SI 3
BABIPENDAHULUAN 4
1.
1.Lat
arBel
akang 4
1.
2.RumusanMasal
ah 4
1.
3.Tuj
uan 4
BABI
IPEMBAHASAN 5
A. Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa 5
B. Mengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa 5
C. Bent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa 6
D. Bent
uk-
Bnet
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah 8
BABI
IIPENUTUP 11
A.KESI
MPULAN 11
DAFTARPUSTAKA 12
3
BABI
PENDAHULUAN
1.
1. LATARBELAKANG
1.
2. RUMUSANMASALAH
1.ApaPenger
ti
anVar
iasi
Bahasa?
2.Bagai
manaMengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa?
3.Bagai
manaBent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa?
4.Bagai
manaBent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah?
1.
3. TUJUAN
1.Unt
ukmenget
ahui
Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa.
4
2.Unt
ukMengi
dent
if
ikasi
Sebab-
SebabTer
jadi
nyaVar
iasi
Bahasa.
3.Unt
ukmenget
ahui
Bent
uk-
Bent
ukVar
iasi
Bahasa.
4.Unt
ukmenget
ahui
Bent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah.
5
BABI
I
PEMBAHASAN
A.Penger
ti
anVar
iasi
Bahasa
Fungsibahasa y
ang ut
ama adal
ah unt
uk ber
komuni
kasi
. Komuni
kasi
di
l
akukanol
ehmanusi
ayangmer
upakanmahl
uksosi
al.Manusi
asebagaimahkl
uk
sosi
aly
angsel
aludi
tunt
utunt
ukber
int
eraksidenganmanusi
ayangl
ain.Manusi
a
mer
upakanmahkl
uky
angdi
cipt
akanunt
ukhi
dupber
hubungandenganor
angl
ain.
Pr
oses i
nter
aksit
ersebutmembut
uhkan al
atbant
u unt
uk ber
hubungan dengan
i
ndi
vi
duy
angl
ain.At
asdasarhalt
ersebutkemudi
anmuncul
ahapay
angdi
sebut
v
ari
asibahasa.Var
iasibahasasendi
rimunculkar
enapr
osesi
nter
aksisosi
aldar
i
par
apel
akubahasay
angber
agam.Bahasamer
upakansal
ahsat
ual
atbant
uunt
uk
ber
int
eraksi
denganmanusi
alai
n.Semuagagasan,
ide,
maupunmaksuddar
ipenut
ur
di
sampai
kanmel
alui
bahasa.
Var
iasibahasaadal
ahj
eni
sragam bahasay
angpemakai
any
adi
sesuai
kan
denganf
ungsidansi
tuasit
anpamenghasi
l
kankai
dah-
kai
dahpokoky
angber
laku
dal
am bahasay
angber
sangkut
an(
Suwi
to,1985:29)
.Var
iasibahasaber
kenaan
denganpenggunanny
a,pemakai
nyaat
auf
ungsi
nyadi
sebutf
ungsiol
ekr
agam at
au
r
egi
ster
.Var
iasii
nibi
asany
adi
bicar
akanber
dasar
kanbi
dangpenggunaangay
aat
au
t
ingkatkef
ormal
andansar
anapenggunaan(
Nababandal
am Chaer
,1995:89-
90)
.
Ci
riv
ari
asibahasay
angt
erj
adikar
enaadany
aper
bedaanbi
dangpemakai
anant
ara
l
ainl
eksi
kogr
amat
is,f
onol
ogi
s.Penger
ti
an Var
iasiBahasa Dal
am pandangan
sosi
oli
ngui
sti
k,bahasa t
idak saj
a di
pandang sebagaigej
alai
ndi
vi
dual
,tet
api
mer
upakangej
alasosi
al.Sebagaigej
alasosi
al,
bahasadanpemakai
anbahasat
idak
hany
a di
tent
ukan ol
eh f
akt
or-
fakt
orl
i
ngui
sti
k,t
etapij
uga ol
eh f
akt
or–f
akt
or
nonl
i
ngui
sti
k.Var
iasibahasa adal
ah sej
eni
sragam bahasa y
ang pemakai
anny
a
di
sesuai
kandenganf
ungsidansi
tuasi
nya,t
anpamengabai
kankai
dah-
kai
dahpokok
y
angber
lakudal
am bahasay
angber
sangkut
an.
B.Mengi
dent
if
ikasi
sebab-
sebabt
erj
adi
nyaVar
iasi
Bahasa
Ter
jadi
nyaker
agamanat
aukev
ari
asi
anbahasai
nibukanhany
adi
sebabkan
6
olehparapenut urny
ay angt idakhomogen,t et
apijugakar enakegi
atanint
eraksi
sosialyang mer eka lakukan sangatber agam.Set i
ap kegiat
an menyebabkan
terj
adi
nyaker agamanbahasai tu.Keragamani niakansemaki nbertambahkalau
bahasatersebutdigunakanol ehpenutury angsangatbany aksert
adalam wil
ayah
yangsangatluas.Dalam halvari
asiat
aur agam bahsainiadaduapandangan.
Pert
ama,v ar
iasiat au ragam bahasa i
tu di
l
ihat sebagaiaki
bat adanya
keragamansosialpenuturbahasaitudanker
agamanfungsibahasai
tu.Jadivar
iasi
atau ragam bahasa itut er
jadisebagaiaki
batadanya keragaman sosialdan
keragamanfungsibahasa.
Kedua,vari
asiat aur agam bahasaitusudahadaunt ukmemenuhif ungsiny
a
sebagaial
ati nt
eraksidal am kegiatan masyarakatyang ber
anekar
agam.Kedua
pandanganinidapatsaj adi t
eri
maat aupundi t
olak.Yangjel
asvari
asiataur agam
bahsaitudapatdiklasifi
kasikanberdasar
kanadany akeragamansosialdanf ungsi
kegi
atandi
dalam masy ar
akatsosial
.
C.Bent
uk-
bent
ukVar
iasi
Bahasa
Var i
asibahasaadal ahj eni
sr agam bahasay angpemakai any
adi sesuaikan
denganf ungsidansi t
uasit anpamenghasi l
kankai dah- kaidahpokoky angber l
aku
dalam bahasay angber sangkut an( Suwito,1985:29) .Var iasibahasaber kenaan
denganpenggunanny a,pemakai nyaat aufungsinyadi sebutf ungsiolekragam at au
regist
er.Variasii
nibiasanyadi bicar
akanber dasarkanbi dangpenggunaangay aat au
ti
ngkatkef ormalandansar anapenggunaan( Nababanmel aluiChaer,1995:89- 90) .
Cirivari
asibahasay angt erjadikarenaadany aper bedaanbi dangpemakai anant ara
l
ainl eksikogramati
s,f onologis,ciripenunjuky ang ber upa bent ukkat at er
tent u,
penandagr amatistertentu,at aubahkanpenandaf onol ogiy angmemi l
ikif ungsi
untuk member itanda kepada par a pelaku bahasa bahwa i ni
lah registery ang
dimaksud.
Var
iasi bahasa di
bedakan ber
dasar
kan penut
ur dan penggunaany
a.
Ber
dasar
kan penut
ur ber
art
isi
apa y
ang menggunakan bahasa i
tu,dimana
t
inggal
nya,bagai
mana kedudukan sosi
alny
a didal
am masy
arakat
,apa j
eni
s
kel
ami
nny
a,dan kapan bahasa i
tu di
gunakanny
a.Ber
dasar
kan penggunaanny
a,
ber
art
ibahasai
tudi
gunakanunt
ukapa,
dal
am bi
dangapa,
apaj
alurdanal
atny
a,dan
bagai
manasi
tuasi
kef
ormal
anny
a.
1.Var
iasi
dar
iSegi
Penut
ur
Var
iasibahasaper
tamay
angki
tal
i
hatber
dasar
kanpenut
urny
aadal
ahv
ari
asi
bahasay
angdi
sebuti
diol
ek,y
akniv
ari
asibahasay
angber
sif
atper
seor
angan.
Menur
utkonsep i
diol
ek,set
iap or
ang mempuny
aiv
ari
asibahasany
a at
au
i
diol
ekny
amasi
ng-
masi
ng.Var
iasii
diol
eki
niber
kenaandengan“
war
na”suar
a,
7
pi
l
ihan kat
a,gay
a bahasa,susunan kal
i
mat
,dan sebagai
nya.Namun y
ang
pal
i
ngdomi
nanadal
ah“
war
na”suar
ait
u,sehi
nggaj
i
kaki
tacukupakr
abdengan
seseor
ang,hany
adenganmendengarsuar
abi
car
any
atanpamel
i
hator
angny
a,
ki
tadapatmengenal
i
nya.
Var
iasibahasakeduaber
dasar
kanpenut
urny
aadal
ahy
angdi
sebutdi
alek,
y
akniv
ari
asibahasadar
isekel
ompokpenut
ury
angj
uml
ahny
arel
ati
f,y
ang
ber
adapadasat
utempat
,wi
l
ayah,
atauar
eat
ert
ent
u.
Var
iasiket
igaber
dasar
kanpenut
uradal
ahy
angdi
sebutkr
onol
ekat
audi
alek
t
empor
al,y
akniv
ari
asibahasay
angdi
gunakanol
ehkel
ompoksosi
alpada
masat
ert
ent
u.Umpamany
a,v
ari
asibahasaI
ndonesi
apadamasat
ahunt
iga
pul
uhan,v
ari
asiy
ang di
gunakan t
ahun l
i
ma pul
uhan,dan v
ari
asiy
ang
di
gunakanpadamasaki
ni.
2.Var
iasi
dar
iSegi
Pemakai
an
Var
iasi bahasa ber
kenaan dengan penggunaany
a, pemakai
any
a,
at
au
f
ungsi
nyadi
sebutf
ungsi
olek(
Nababan1984)
,ragam,at
aur
egi
ster
.Var
iasii
ni
bi
asany
a di
bicar
akan ber
dasar
kan bi
dang penggunaan,gay
a,at
au t
ingkat
kef
ormal
an,dan sar
ana penggunaan.Var
iasibahasa ber
dasar
kan bi
dang
pemakai
ani
niadal
ahmeny
angkutbahasai
tudi
gunakanunt
ukkeper
luanat
au
bi
dangapa.Mi
sal
nya,bi
dangsast
raj
urnal
i
sti
k,mi
l
iter
,per
tani
an,pel
ayar
an,
per
ekonomi
an,per
dagangan,pendi
dikan,dan kegi
atan kei
l
muan.Var
iasi
bahasaber
dasar
kanbi
dangkegi
atani
niy
angpal
i
ngt
ampakci
ri
nyaadal
ah
dal
am bi
dang kosakat
a.Set
iap bi
dang kegi
atan i
nibi
asany
a mempuny
ai
sej
uml
ahkosakat
akhususat
aut
ert
ent
uyangt
idakdi
gunakandal
am bi
dang
l
ain.Namundemi
ki
an,v
ari
asiber
dasar
kanbi
dangkegi
atani
nit
ampakpul
a
dal
am t
atar
anmor
fol
ogi
dansi
ntaksi
s.
3.Var
iasi
dar
iSegi
Kef
ormal
an
Ber
dasar
kan t
ingkat
an kef
ormal
anny
a, Mar
ti
n Joos (
1967) dal
am
bukuny
a The Fi
ve Cl
ock
membagiv
ari
asibahasa at
as l
i
ma macam gay
a
(
Inggr
is:
Sty
le)
,yai
tu gay
a at
au r (
agam beku f
rozen)
,
gay
a at
au r
agam
r (
esmi
for
mal
),
gay
a at
au r
agam (
usaha konsul
tat
if
),
gay
a at
au r
agam
sant
ai(
casual
),
dan gay
a at
au r
agam akr (
ab i
nti
mat
e).
Dal
am pembi
car
aan
sel
anj
utny
aki
tasebutsaj
aragam.
Ragam bekuadal
ahv
ari
asibahasay
ang
8
pal
i
ng f
ormal
,yang di
gunakan dal
am si
tuasi
-si
tuasikhi
dmat
,dan upacar
a-
upacar
aresmi
.Mi
sal
nya,dal
am upacar
akenegar
aan,khot
bahdimasj
i
d,t
ata
car
apengambi
l
ansumpah;ki
tabundang-
undang,
akt
anot
ari
es,
dansur
at-
sur
at
keput
usandi
sebutr
agam bekukar
enapol
adankai
dahny
asudahdi
tet
apkan
secar
amant
ap,
tidakbol
ehdi
ubah.
4.Var
iasi
dar
iSegi
Sar
ana
Var
iasibahasadapatpul
adi
l
ihatdar
isegisar
anaat
auj
alury
angdi
gunakan.
Dal
am hali
nidapatdi
sebutadany
aragam l
i
sandanr
agam t
uli
s,at
auj
uga
r
agam dal
am ber
bahasadenganmenggunakansar
anaat
aual
att
ert
ent
u,y
akni
,
mi
sal
nya,dal
am ber
tel
epondanber
tel
egr
af.Adany
aragam bahasal
i
sandan
r
agam bahasat
uli
sdi
dasar
kanpadakeny
ataanbahwabahasal
i
sandanbahasa
t
uli
smemi
l
iki
wuj
udst
rukt
ury
angt
idaksama.
D.Bent
uk-
Bent
ukv
ari
asi
Bahasadar
isuat
uDaer
ah
Ber
ikutadal
ahbent
uk-
bent
ukv
ari
asi
bahasadar
isuat
udaer
ah:
1.Var
iasi
bahasai
nidi
kut
ipdar
ijur
nal
penel
i
tiany
angber
judul
:
VARI
ASI BAHASA DI
LIHAT DARI SEGI PEMAKAI PADA RANAH SOSI
AL
MASYARAKAT TUTUR PERBATASAN JAWA TENGAH -JAWA BARAT DI
MAJENANGKABUPATENCILACAP(Lat
if
ah,
2017)
Ber
dasarkanpenel
it
ianyangtel
ahdil
akukan,pal
i
ngbany akdi
temukandal
am
bentukrol
,sebabr olmerupakanperanany angdipegangolehsipenut
uritu
9
sendir
i.Rolsangatmempengar uhiprosespenut urandar isipenuturkepadami t
ra
tut
ursebabr olmembawapengar uht erhadapsi tuasitutur.Sedangkanbent uk
yangpalingsediki
tditemukanadalahstatussosi al,sebabpenel i
ti
ani nidi
lakukan
dipasar,sedangkanpasarmer upakantempatber kumpul nyaor angor angy ang
berkepenti
nganunt ukmembel isesuat ubar ang.St atussosi alinitidakbegitu
berpengaruhdalam prosespenuturanyangt erdapatdipasar ,sehinggabent ukini
pali
ng sediki
tdi t
emukan dalam pr oses penel i
ti
an.Sebagaigambar an nyata,
beri
kutiniadalahdatayangsesuaidengankar akterbent ukdari r
ol.
PR :
”Li
i
ii
i,
nyongny
elanggunt
ingesedel
anggonggunt
ingki
e”
(
Lii
i
i,say
api
njamgunt
ingny
asebent
arbuat
meggunt
ingi
ni)
SR :
”ni
kiWa,(sambi
lberj
alanmenuj
ur ukoperbaikanjam t
ersebutdan
member
ikangunt
ingmil
ikny
a)l
haguntingeuwanetengpundi
?”
(
Ini
Pakdhe,
gunt
ingny
aPakdhedi
mana?
)
SR :
”l
hakael agidisi
l
ihanakeMarwan”
(
itusedangdipinj
am anaknyaMarwan)
PR :
“oal
ahnggi h(sambilber
jal
anmenujur
ukony
asendi
ri
)”
(
oalahiya)
2.Var
iasi
bahasai
nidi
kut
ipdar
ijur
nal
penel
i
tiany
angber
judul
:
VARI
ASIBAHASA DALAM NGARES,DESA KADIRESO,KECAMATAN TERAS,
KABUPATENBOYOLALI(KAJI
ANSOSI
OLI
NGUI
STIK)INTERAKSISOSI
ALWARGA
DUKUH(Kusuma,
2012)
Vari
asi bahasadalam int
eraksisosi
alwar
gadukuhNgares, desaKadir
eso,
kecamat an Ter as,kabupaten Boy ol
aliadal
ah sebuah wacana dar ihasil
percakapan
ataudi al
og.Var iasibahasamer upakansuatukeadaany angt erj
adididalam
suatu
masy arakattentangpenggunaanbahasay angberagam karenaf akt
orpenutur
10
yang
heter
ogen.Keragamanpenut
urdapatdi
sebabkankar
enausi
a,j
eni
skel
ami
n,j
eni
s
pekerj
aan,danstat
ussosi
almasyar
akat
.
Wacana2
O1 :
Nakny apukisengt enanan.Gelem or
ajaneki
?
(
Kalauny apuituyangbener an?Mautidakit
u?’
)
O2 : Ngel
eh,durungsar apan.
(
Lapar,belum sarapan)
(Sumber:Minggu,4Desember2011pukul08. 00WI B,per
cakapanant
arapemuda
danpemudiketi
kaacar agot ongroyong)
.
Wacana3
Idi
olekremajaterdapatdalam wacana2danwacana3y angberupakatakidanta.
O1mengucapkanki dant adalam seti
aptut
urannyasebany
akduakal i
.Bisasaj
adi
dalam tut
uranyangl ai
nO1akanmengul angkiataut
adalam set
iaptutur
annya
sebanyakl ebi
hdar iduakal isehinggaakanmembuator angyangmendengar kan
hafaldenganidiol
eknya.
11
BABI
II
PENUTUP
A.KESI
MPULAN
Var
iasibahasasendi
rimunculkar
enapr
osesi
nter
aksisoci
aldar
ipar
apel
aku
bahasay
angber
agam.Bahasamer
upakansal
ahsat
ual
atbant
uunt
ukber
int
eraksi
dengan manusi
a l
ain. Semua gagasan,i
de,maupun maksud dar
i penut
ur
di
sampai
kanmel
alui
bahasa.Sei
ri
ngdenganper
kembanganzaman,
bahasat
ersebut
j
uga mengal
amiper
kembangan.Per
kembangan t
eknol
ogij
uga i
kut
an di
l
dal
am
per
kembanganbahasa.Per
bedaangol
ongan,peker
jaan,akt
ivi
tas,komuni
tas,j
uga
member
ikan andi
lter
hadap keanekar
agaman bahasa. Hal
-hal t
ersebut bi
as
di
kat
akan sebagaisal
ah sat
u peny
ebab muncul
nyav
ari
asibahasa.Ter
jadi
nya
ker
agaman at
au kev
ari
asi
an bahasa i
tut
idak hany
a di
sebabkan ol
eh par
a
penut
urny
ayangt
idakbi
ashi
dupsendi
ri
,tet
apij
ugakar
enakegi
atani
nter
aksisosi
al
y
angmer
ekal
akukanber
beda-
beda.Set
iapor
angmempuny
aikegi
atany
angber
beda
-
bedapul
a.Set
iapi
ndi
vi
dupenut
urmeny
ebabkankeber
agamanbahasat
ersebut
.
Penut
ury
angber
adadi
wil
ayahy
angsangatl
uasakanmeni
mbul
kankeber
agaman
bahasay
angl
ebi
hbany
ak.
Ragam bahasai
l
miahy
angj
ugadi
kenaldenganci
ri
nyay
angl
ugas,j
elas,dan
bebasdar
ikeambi
guan,ser
tasegal
amacam-
macam met
afor
adani
diom.Bebas
dar
isegal
akeambi
guankar
enabahasai
l
miahhar
usmember
ikani
nfor
masi
kei
l
muan
secar
ajel
as,t
anpaker
aguanakanmakna,dant
erbebasdar
ikemungki
nant
afsi
ran
maknay
angber
beda.Ol
ehkar
enai
tul
ahj
uga,bahasai
l
miaht
idakmenggunakan
segal
amacam met
afor
adani
diom.
12
Daf
tarPust
aka
Asl
i
ndadanLeniSy
afy
ahy
a.2007.Pengant
arSosi
oli
ngui
sti
k.Bandung:
PT Ref
ika
Adi
tama
Chaer
,AbduldanLeoni
eAgust
ina.2004.Sosi
oli
ngui
sti
k:
Per
kenal
anAwal
.Jakar
ta:
PTRi
nekaCi
pta.
Al
wi,
dkk.2010.
Tat
aBahasaBakuBahasaI
ndonesi
a.Jakar
ta:
Bal
aiPust
aka.
Kr
idal
aksana,
H.1983.KamusLi
ngui
sti
k.Jakar
ta:
P.T.Gr
amedi
a
Nababan,
PWJ.1986.Sosi
oli
ngui
sti
kSuat
uPengant
ar.Jakar
ta:
Gramedi
aPr
ess
Kusuma,
A.D.( .ARI
2012) ASIBAHASADALAM I
NTERAKSISOSI
ALWARGADUKUH
VARI
ASIBAHASADALAM I
NTERAKSISOSI
ALWARGADUKUHNGARES,
DESA
KADI
RESO,
KECAMATANTERAS,
KABUPATENNGARES,
DESAKADI
RESO,
KECAMATANTERAS,
KABUPATENBOYOLALI(
KAJI
ANSOSI
OLI
NGUI
STI
K).
Uni
ver
sit
asMuhammadi
yahSur
akar
ta.
Lat
if
ah,
L.( .VARI
2017) ASIBAHASADI
LIHATDARISEGIPEMAKAIPADARANAH
SOSI
ALMASYARAKATTUTURPERBATASANJAWATENGAH-
JAWABARATDI
MAJENANGKABUPATENCI
LACAP.Sur
akar
ta.
War
idah.( .PenggunaanBahasadanVar
2015) iasiBahasadal
am Ber
bahasadan
Ber
buday
a.1(
Apr
il
),84–92.
13
MAKALAHSOSI
OLI
NGUI
STI
K
(
HubunganBahasadenganKont
eksSosi
al)
DosenPengaj
ar:
Dr.Er
ni,
M.Pd.
Ol
eh
Kel
ompok3
Kel
as5C
1)I
NTANROLI
TA 186210445
2)LI
DYAAYUSELVI
ANA 186211072
3)LORASESMI
TA 186210731
4)MELLAFI
TRI
LIANI 186210273
5)NASYADI
LAALKHAI
RA 186210224
6)NOVASELVI
A 186210997
7)NURANI
NDI
TA 186210910
8)TI
TANI
AARI
SAPUTRI 176210629
PROGRAM STUDIBAHASADANSASTRAINDONESIA
FAKULTASKEGURUANDANI LMUPENDI
DIKAN
UNIVERSI
TASISLAM RI
AU
14
PEKANBARU
2020
KATAPENGANTAR
Pujisy
ukurkehadi
ratAll
ahSWTy angtelahmember
ikankesempatankepada
kamisehi
nggadapatmeny el
esai
kanpenyusunanmakal
ahi
nibaikdal
am bentukdan
i
siyangsangatseder
hana.
Kamiyaki
nbahwadalam penyusunanmakal
ahinimasi
hbanyakkekur
angan.
Olehsebabi
tukamiberharapkepadapar apembacauntukber
sedi
amember ikan
sarandanmasukan-masukanyangbersif
atmembangununtukper
baikanmakalah
i
ni.
Ri
au,
21Nov
ember2020
Peny
usun
15
DAFTARI
SI
KATAPENGANTAR i
DAFTARI
SI i
i
BABIPENDAHULUAN 2
1.
4.Lat
arBel
akang 2
1.
5.RumusanMasal
ah 2
1.
6.Tuj
uan 2
BABI
IPEMBAHASAN 3
2.
1. Ket
erkai
tanBahasadenganMasy
arakat 3
2.
2. Ket
erkai
tanBahasadenganBuday
a 8
2.
3. Haki
katKebuday
aan 9
2.
4. HubunganBahasadanKebuday
aan 10
2.
5. BahasadanBuday
a 10
2.
6. Et
ikaBer
bahasa 10
2.
7. Ket
erkai
tanBahasadenganJeni
sKel
ami
n 11
2.
8. Per
bedaanBahasal
aki
-l
aki
danPer
empuan 13
BABI
IIPENUTUP 15
A.KESI
MPULAN 15
B.SARAN 15
DAFTARPUSTAKA 16
16
1.
1Lat
arBel
akang
sesuaidenganwi layahyangada.Dariwi
layahSabangsampaiMer aukeji
kakita
j
elajahisecaralangsung,pastij
arangaday angmenggunakanbahasay angsama
kecualibahasaNasi onalnegar
akita,namunjikakit
at emukandi dal
am pedalaman
wil
ay ahdinegar
aki t
a, past
iadasukuyangti
dakmenget ahuibahasanasionalkarena
tel
aht er
biasamenggunakanbahasapenghant ardiwil
ayahnyatersebut
.
Dal
am penggunaanbahasai tusendi ri
,adapenempat andal am ber bahasasesuai
dengankebut uhanmasi ng-masi ng.Makat akjar angdikot a-kotabesarsekal i
pun,
seseorangy angber bahasasesuaidengankont ekssosi alyangada.Dal am bahasa
mempuny aikel assosi al(sosi alclass)y angmengacukepadagol onganmasy ar
akat
yangmempuny aikesamaant ertentudal am bidangkemasy arakatanseper t
iekonomi ,
pekerj
aan, pendi dikan,kedudukan, kasta,dansebagai ny
a.Kar enakitaket ahuibahwa,
adaduaaspeky angmendasardal am penger ti
anmasy arakat .Yangper t
amai alah
bahwaanggot a-anggot asuat umasy arakathi dupdanber usahaber samasecar a
berkel
ompok- kel ompok.Aspek y ang kedua i alah bahwa anggot a-anggota dan
kel
ompok- kel ompokmasy arakatdapathi dupber samakar enaadasuat uperangkat
hukum danadatkebi asaany angmengat urkegi atandant indakl akumer eka,ter
masukt i
ndakl akuber bahasa.Judulmakal ahi nisengaj adi pi
li
hkar enamenar i
k
perhat
ianpenul isunt ukdi cermat idanper l
umendapatdukungandar isemuapi hak
yangpedul iter hadapbahasadal am kont ekssosi al.
1.
2RumusanMasal
ah
Dar
ideskr
ipsiy
angdi
j
abarkanpadal
atarbel
akangdiat
as,
adabeber
apar
umusan
masal
ahyangakandi
bahasyai
tu:
1)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganmasy
arakat
?
2)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganbuday
a?
3)Bagai
manaket
erkai
tanbahasadenganj
eni
skel
ami
n?
1.
3Tuj
uanPenul
i
san
Sebagai
manatel
ahdiurai
kandalam l
atarbel
akangdanr
umusanmasal
ahdiat
as,
tuj
uanpenul
i
sanmakal
ahiniy
ait
u:
1)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganmasy
arakat
.
2)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganbuday
a.
17
3)Menget
ahui
ket
erkai
tanbahasadenganj
eni
skel
ami
n.
BAB2
PEMBAHASAN
2.
1Ket
erkai
tanBahasadenganMasy
arakat
rumusan-r
umusan at au kaidah-kaidah y
ang ber kenaan dengan kegunaan dan
penggunaanbahasat ersebutdalam segal
akegi atanmanusi adidalam masy ar
akat,
Pengkaji
an secar a ekster
nalekst ernali
nitidak hany a menggunakan teoridan
prosedurlinguist
iksaja,t et
apijugamenggunakant eoridanprosedurdisipl
inlai
n
yangberkaitandenganpenggunaanbahasai tudidal am suatumasy ar
akat
, misal
nya
disi
pli
nsosi ologi
,disi
plinpsikol
ogidandi si
plinant ropol
ogi.Kaj
ianbahasasecar a
ekster
nalinimel i
bat
kanduadi si
pli
nilmuataulebihdal am suat
u
18
suat
upr
osesuntukber
int
eraksidanmengidenti
fi
kasidi
ri
.Sosi
oli
ngui
sti
kmer
upakan
Il
muant
ardi
sipl
i
nantar
asosiologidanl
i
nguist
ik,dua
bidang i l
mu empi risy ang mempuny aikai t
an y ang sangater at .Maka unt uk
memahamiapa sosi oli
ngui stik per l
u di bicar akan apa y ang di maksud dengan
sosiologidanl i
ngui stiki t
u.Tent angsosi ologibany aky angt elahdi buatol ehpar a
sosiolog,y angsangatber variasi,t etapii ntinyaki ra-kir
aadal ahbahwasosi ol
ogii tu
suat ukaj i
any angobj ektifdani l
mi ahmengenaimanusi adidal am masy arakat,dan
mengenail embaga- l
embaga ,dan pr oses sosi alsosi aly ang ada didal am
masy arakat.Sosi ologiber usahamenget ahuibagai manamasy arakati tuter j
adi,serta
berlangsungdant etapada.Denganmempel ajarilembaga- l
embagasosi aldansegal a
masal ah sosi aldal am sat u masy ar
akat ,mi sal nya seper timasal ah seper t
i
kebahasaan dal amsuat u masy arakatkar ena bahasa dan masy arakati tu suat u
keterkaitan,past inyadidal am masy arakatt erdapatmasal ahper bedaanbany akny a
vari
asi -vari
asi bahasa at au r agam bahasa. Dengan memper lajari di suat u
masy arakatakan dapatber sosi alisasi,dan menempat kan diridal am t empat ny a
masi ng- masi ngdidal am masy ar akat.Sedangkanl i
nguistikadal ahbi dangi l
muy ang
mempel aj
aribahasa,at au bi dang i lmu y ang mengambi lbahasa sebagaiobj ek
kaji
anny a.dengan mempel ajaribi dang i lmu keduany at er
sebutdapatdi katakan
bahwasosi olingui sti
kadal ahbi dangi lmuant ardisi
plinyangmempel ajaribahasadan
kait
anny adenganpenggunaanbahasadidal am masy arakat .Ser tadal am kai tan
bahasadenganmasy ar akatj ugaakanmenj el askanmengapa
sebagaimanadi l
akukanol
ehli
nguist
ikumum, melai
nkandi l
ihatdandidekatisebagai
sarana int
eraksiatau komunikasididal am masy arakatmanusi a,jadikai t
an
masy ar
akatdenganbahasaj ugat erdapatpadakegi atanmasy ar
akatmul aidari
upacarapember iannamabay iyangbarulahirsampaiupacar apemakamant i
dak
ter
lepasdaripenggunaanbahasa.ol
ehkarenaituti
dakakant er
lepasdarihubungan
19
bahasadengankegiatanaspekkemasyarakat
an.Dal
am ket
erkai
tanbahasadengan
masyarakatadaduaisti
l
ahsosiol
i
ngui
stikdan
sosiol
ogi,keduai st
il
aht ersebutber beda.Sebabsosi oli
nguistikdi masukidal am
bi
dangl i
nguisti
k,sedangkani sti
lahsosi ol
ogibahasadi gunakankal aupenel it
iani tu
di
masukibi dang sosiologi.Sosi oli
nguist
ikl ebi
h berhubungan dengan per incian-
peri
ncian penggunaan bahasa y ang sebenar nya,seper t
i deskr ipsi pol a-pola
pemakai anbahasaat audi alekt ertent
uy angdi l
akukanpenut ur,topik,danl atar
pembi caraan.sedangkansosi ologibahasal ebihberhubungandenganf aktor-faktor
sosial,y angsal i
ngber ti
mbalbal i
kdenganbahasaat audi alek.y
angdi bicarakan
misalnya,perkembangan bi l
ingualisme ,perkembangan pembakuan bahasa ,dan
perencanaanbahasadinegar a-
negar aberkembang.Dal am kaitanbahasadengan
masy arakatnyaterdapatmasal ah-masalahdal am
sosiol
inguistiky angterdapattujuhdimensiy ait
u(1)identit
assosi aldar
ipenut ur,
(2)
i
dent i
tas sosi aldar ipendengar y ang terli
bat dalam pr oses komuni kasi,(3)
l
ingkungansosi altempatper i
stiwatuturterj
adi,
(4)analisi
ssi nkr
onikdandi akr
onik
daridi al
ek-dialek sosial
,( 5)peni l
aian sosialyang ber beda oleh penut urakan
membent ukper i
lakubentuk-bentukujaran,
(6)ti
ngkatanv ari
asidanr agam lingui
stik,
dan (7)pener apan pr akti
s dar ipeneli
ti
an sosioli
nguisti
k .I denti
tas sosialdar i
penuturadal ah, antar
alaindapatdiketahuidaripert
anyaanapadan
Anal
i
sisdi
akr
oni
kdansi
nkr
oni
kdar
idi
alek-
dial
eksosi
alber
upadeskr
ipsi
pol
a-pol
a
dial
ek-
dial
eksosialitu,
baiky angberl
akupadamasat er
t entuatauyangberl
akupada
masay angtidakt er
bat
as.Di al
eksosi
aldigunakanpar
apenut ursehubungandengan
kedudukanmer ekasebagai anggot
akelas-kel
assosi
altertent
udi dal
am masyar
akat
.
Penil
aiansosialyangberbedaolehpenuturter
hadapbent uk-
bentukperi
l
akuujar
an.
Maksudny a set
iap penuturtentunya mempunyaikelas sosi
altert
entu didalam
masyarakat,makaber dasarkankelassosialny
a,diamempuny aipenil
aiansendir
i
yangtentunyasamaat auberbeda,ti
dakterl
alujauhdar
ikelassosialnya,t
erhadap
bent
uk-bentukperi
lakuujaranyangberl
angsung.
20
Tingkatan var
iasi at
au l
i
ngui
sti
k, maksudny
a bahwa sehubungan dengan
heterogenny
a
anggotasuatumasy ar
akattut
ur,adanyaberbagaif
ungsisosi
aldanpoli
ti
kbahasa,
sertaadany ati
ngkatkesempurnaankode,makaal atkomunikasi
,manusi
ay ang
disebutbahasaitumenjadisangatbervar
iasi
.Dimensiter
akhi
r,pener
apanprakti
s
daripenel
it
iansosi
oli
ngui
sti
k,merupakantopik
yangmembi car
akankegunaanpenel i
ti
ansosi oli
ngui
stikunt
ukmengat asimasal ah-
masalah prakt
is dal
am masy arakat, misalnya masalah pengajaran bahasa.
Keter
kait
anbahasadalam masyarakatnyasangatber gunadalam kehi
dupanpr akti
s,
begit
ujugadengansosioli
ngui
stik,sebabbahasasebagaial atkomunikasiverbal
manusia, tent
unya mempuny ai at uran-
aturanter
tentu. Dalam sosi ol
ingui
stik
member i
kanpenget
ahuanbagai
manacar amenggunakanbahasa.
Per
tama,penget
ahuansosi
oli
ngui
sti
kdapatki
tamanf
aat
kandal
am ber
komuni
kasi
at
au
beri
nteraksi. Sosiol
i
nguisti
k akan member i
kan pedoman kepada ki ta dalam
berkomuni kasidenganmenunj ukkanbahasa,ragam bahasaataugay abahasaapa
yanghar uski t
agunakanj i
kaki taberbi
caradenganor angtert
ent
u.j
ikakit
aadal ah
anakdal am satukeluarga,tentukitaharusmenggunakanr agam at
augay abahasa
yang ber beda ji
ka lawan bi cara ki
ta ayah atau i
bu.Dengan adany a bant
uan
sosiol
inguisti
kdapatmenj el
askankat aganti,
misalny
a(kepada
si
apa,kapan,di
manakat agantiit
udi pakai)misal
nyaseor
angdosenbi l
aberbi
cara
denganmahasi swanyadiruangkul i
ahakanmeny ebutdi
ri
nyasendir
idengankata
gantisaya.
untukmeny apamahasiswa,dosenumumny atidakmenggunakankata
gantikamu at au engkau tetapikat a gantianda.Namun mahasi swa ti
dak
menggunakan kat a kamu,mel ainkan kata bapak.Dalam berint
eraksiketi
ka
menggunakanbahasadi suat
umasy arakathar
us
peneri
ma pesan t i
dak ada ,dalam komuni kasimenjaditiadanya kesadaran
merupakangangguanat auhambat andal am proseskomunikasi,gangguanat au
hambatanmisalny
a,dayapendengaransalahsatupart
isi
panyangkurangbaik,suara
bisi
ngditempatkomunikasi
ber
langsung,ataujugakemampuanpenggunaanbahasa
yangkurang.Bahasay angkurangt epatdalam komunikasidalam suatubahasa
sangat
mempenggar
uhiti
dak ef
ekt
ifsuat
u komuni
kasidan menyebabkan komuni
kasi
menj
aditi
dakbai
k.Bahasayangdi
gunakandal
am komuni
kasiinitent
unyahar
us
21
ber
upakodeyangsama-samadi
pahamiol
ehpihakpenuturdanpi
hakpendengar
.
Dal
am suat
umasyarakaty
angi
ngi
nberkomuni
kasidenganmenggunakanbahasa
maka
semakint i
nggikemampuan ber bahasa darikedua pihak y ang berkomunikasi
i
tu,
maka semaki n l ancarl
ah proses komuni kasi i
tu t er
jadi. Bahasa dapat
mempengar uhiperi
lakumanusi a,makakalausipenuturinginmenget ahuir
esponsi
pendengarterhadaptut ur
annya,diabisamenggunakanumpanbal i
k.Dalam kait
an
bahasadenganmasy arakatnyat
erdapatmasyarakatt
utur
, yai
tu
sebagaipenuturhar
usmenggunakandelapankomponeny ai
tuSpeaking,S:set
ti
ng,
P:Parti
cipant
s,E:End,A:Actsequence,K:Key,I:inst
rumental
it
ies,N :Norm of
i
nteract
ionandinter
pret
ati
on,
G: Genr
es.
2.
2Ket
erkai
tanBahasadenganBuday
a
22
Sebel
um membahas mengenaiket erkaitan bahasa dengan buday a,kita harus
mengetahuiterlebihdahuluapai tu“ Bahasa” .Bahasadapatdi katakansebagaial at
komunikasidanal ati
nteraksiy anghany adi mil
ikimanusia.sebabbahasai tubersifat
manusiawiy anghany adi keluarkandar ial atucapmanusi a.Sertaki tajugahar us
mengetahuiapai tu“Buday a”sebel um menget ahuilebi
hlanjutketerkait
an“ Bahasa”
dan“Buday a”.Buday aadal ahsuat ubagi andar iakaldanbudimanusi a.Buday a
merupakanpol aat aucar ahi dupy angt erusber kembangol ehsekel ompokor ang
yang diturunkan pada gener asi ber ikutny a. Budaya dapat mempengar uhi
agama,poli
ti
k,adatist
iadat,bahasa,bangunan,pakai an,bahkandal am suat ukar ya
senit
aklekangol ehpengar uhbuday a.Denganadany abuday akit
aj ugamenget ahui
budayalahirdariasaldimanamanusi ait
ut i
nggaldi l
ahi
rkan.Kebuday aanl ahi
rdar i
kebi
asaan seseor ang berprilaku ter hadap l i
ngkungan hi dup sekitar.Dal am hal
ter
sebutadaber bagaiteoriyangmengat akanbahasai tumer upakanbagi an
darikebudayaan,t
etapiadapul ay angmengatakanbahwabahasadankebuday aan
mer upakanduahaly angber beda,namunmempuny aihubungany angsangater at
,
sehingga ti
dakdapatdi pisahkan.Ada yang mengat akan bahwa bahasa sangat
dipengaruhiol
ehkebuday aan,sehinggasegal
ahaly angadadidal am kebuday aan
akant ercer
minkedal am bahasa.Sebaliknyaadaj ugay angmengat akanbahasa
sangatmempengar uhikebuday aan,dan car
aber pi
kirmanusi aatau masyarakat
penuturnya.
2.
2.2Haki
katKebuday
aan
Kr
oeber dan Kl
uckhom (
1952) t
elah mengumpul
kan ber
pul
uh-
pul
uh def
ini
si
mengenai
kebuday
aan,
danmengel
ompokkanny
amenj
adi
enam def
ini
siy
ait
u:
1)Def
ini
siy
angDeskr
ipt
ifDef
ini
siy
angmenekankanpadaunsur
-unsurkebuday
aan.
2)Defi
nisiy
angHist
orisDef
ini
siy
angmenekankanbahwakebuday
aani
tudi
war
isi
secar
akemasyar
akatan.
3)Defi
nisiNor
mat
ifDefi
nisiy
angmenekankanpadahaki
katkebuday
aansebagai
at
uranhi
dupdanti
ngkahl
aku.
4)Defi
nisiPsi
kol
ogisDefi
nisiy
angmenekankanpadakegunaankebuday
aandal
am
peny
esuaiandir
ikepada
5)Defi
nisist
ructur
alDef
ini
siyangmenekankansi
fatkebuday
aansebagaisuat
u
sy
stem yangberpol
adant
eratur
.
6)Defi
nisiGenet
ikDef
ini
siy
angmenekankanpadat
erj
adi
nyakebuday
aansebagai
hasi
lkar
y amanusi
a.
2.
2.3HubunganBahasadanKebuday
aan
Menur
utKoent
jani
ngr
atdiat
as bahwa bahasa bagi
an dar
ikebuday
aan.Jadi
23
hubunganant arabahasadankebuday aanmer upakanhubungany angsubor di
nat i
f,
dimana bahasa ber ada dibawah l ingkup kebuday aan.Namun pendapatl ain
mengat akanbahwabahasadankebuday aanmempuny aihubungankoor dinat
if,
yaitu
hubungany angseder ajat,yangkedudukanny asamat i
nggi .Mengenaihubungan
bahasa dan kebuday aan y ang bersifat koor dinati
f ada dua haly ang per l
u
dicatat.
pert
ama,ada y ang megat akan hubungan kebahasaan dan kebuday aan
seper t
ianakkembarsi am,duabuahf enomenay angt erikater at.Jadipendapati ni
mengat akanbahwakebahasaandankebuday aanmer upakanduaf enomenay ang
berbeda,tetapihubunganny asangater at,sehinggat idakdapatdi pisahkan.Bahasa
bukanhany amenent ukancor akbuday at etapij ugamenent ukancar adanj alan
piki
ranmanusi a,ol
ehkar enai t
umemenggar uhit ingkahl akuny a.
kal aubahasai tu
mempengar uhikebuday aandanj al
anpi ki
ranmanusi a,makaci ri
-cir
iy angadadal am
suatubahasaakant er
cer minpadasi kapdanbuday apenut urnya.
2.
2.4BahasadanBuday
aDal
am
2.
2.5Et
ikaBer
bahasa
24
2.
3Ket
erkai
tanBahasadenganJeni
sKel
ami
n
Sosi oli
nguistik menempat kan kedudukan bahasa dal am hubunganny a dengan
pemakai anbahasai tudal am masy arakat,sehi nggamemandangbahasasebagai
sistem sosi aldan si stem komuni kasi.pemakai an bahasa mer upakan bent uk
i
nt eraksisosi alyangter
jadidal am situasikongr et( apple,1976:
9) .Dengandemi ki
an
bahasat i
dakhany amemi li
kigejalai ndiv i
dualt et apijugagej alasosi al
.Sebagai
gejalasosi albahasadanpemakai anbahasat idakhany aditentukanol ehfaktor
l
ingui sti
k,tetapij ugadipengaruhiol ehf akt orsosi aldansi t
uasi onal.Faktorsosi al
mi salnya:st atussosial,tingkatpendi dikan, umur ,t i
ngkatekonomi ,
jeniskel
ami n.
Fakt orsituasional mi
sal
ny a: si
apay angber bicar
a, denganbahasaapa, kepadasiapa,
kapan,dimana,dan mengenaimasal ah apa.Dal am masy arakatser i
ng terj
adi
ketidakjelasandankesal ahpahamant entangi sti
lah
j
enderdanj eniskelamin,keduai
sti
lahtersebutsebenarnyamemi l
ikiperbedaan
makna.Nugroho(2008)mengemukakanbahwaadal ahperbedaanperanperempuan
danlaki
-l
akidimanay angmembentukadalahkontr
uksisosialdankebudayaan,jadi
bukankarenakontr
uksi
yangdibawasej aklahi
r.Jikajeni
skelaminadalahsesuatuy angdibawasejakl ahir
,
maka“ jender”adalahsesuatuy angdibentukkarenapemahamandant umbuhdan
berkembang dal am masy ar
akat.Jendermengacu pada di mensisosial-buday a
seseorangsebagail aki-
lakiatauperempuan.Sal ahsatuaspekj endermelahi rkan
suatu peran jender(general
)y ang merupakan suatu har
apan yang menet apkan
bagaimana sehar usnya perempuan dan l aki
-l
akiberpiki
r,berti
ngkah laku dan
berper
asaan ( Annisa,2007) .Dalam sosioli
nguist
ik,bahasa dan jenis kelami n
memi l
ikihubungany angsangaterat.
Karena ada beber apa f aktorwani tal ebi h suka menggunakan bahasa st andar
dibandingkanpr ia.Ber kaitandengani t
u,pat utdicer matibahasasebagaibagi an
sosial,per buatan y ang ber isinil
ai,y ang mencer minkan ker uwet an jaringan
sosial,
poli
tik,buday a,danhubunganusi adanmasy ar akat.Terdapatj ugaper bedaan
berbahasaant arawnai tadanpr i
a,diantar anyadal am f onologi,mor fol
ogidandi ksi
.
Dalam segif onologi,ant arapr iadanwani tamemi l
ikibeber apaper bedaan,seper t
i
halnyadiamer ika,wani tamenggunakanpal atarv elartidakber aspirasi,sepertikata
Kjatsa( di
ucapkan ol eh wani ta)dan djat sa( diucapkan ol eh pria).Genderdapat
berartisebagaiper andant anggungj awaby angdi t
egaskansecar asosi alkepada
kaum per empuandanl aki
-lakidalam suat ukebuday aanat aul okasit ertentuy ang
didukungol ehst ruktur-
st r
ukt urmasy arakat.Genderdapatber ubahdar iwakt uke
wakt u,darisuat umasy arakatkemasy arakatlainny a.Tidakdapatdi sangkal ,baikdi
Indonesiamaupundi negar a-negaral
ain, i
suj ender
25
sosiol
ogdanbuday awan.St udibahasadanj endermemusat kanperhat
ianpada
bagaimanapengar uht erhadappemakai anbahasa.Jendermer upakanfaktory
ang
berpengar
uhterhadapv ari
asibahasameski punsamapisaati nist
udibahasapada
umumny amembi arkanper bedaanjenderdalam pemakaianbahasa.Padaper i
ode
awal t
ahun1960-an, peneli
ti
aninter
aksibahasadi
dominasi ol
eh
1)Bahasamencer minkanpembagiangenderPenggunaanbahasaber si
fatsensit
ive
ter
hadap pola-pol
a hidup dan pola-polainter
aksisehingga teri
ndi
kasibahwa
perbedaan pengal
aman sosialantaral aki
-l
akidan perempuan mempuny aief ek
ter
tentu dal
am peril
aku ber
bahasa.dengan demikian bahasa di
pandang sebagai
cerminanmasy ar
akat.
26
j
eni
skelaminpenuturny
adapatditi
njausecarasosioli
nguist
ikkarenamenyangkut
masal
ah sosi
aly ait
u masyarakat dan li
nguist
iky ait
u bahasa.Wani t
al ebih
mempert
ahankanbahasasedangkanlaki
-l
akiber
sif
atinovati
sidanpembahar
uan.
2.
3.1Per
bedaanBahasal
aki
-l
aki
danPer
empuan
Sejakkecil,ki
tasudahmempel ajaribahasamel al
uipemerolehanbahasay angki
ta
dapatkandar iLi
ngkungankeluarga.Dal am pemakaianbahasahubunganant ara
bahasa , kosakat
a dengan j enis kelami n penut
urnya dapat dit
inj
au secara
sosiol
inguisti
kkarenameny angkutmasal ahsosialyai
tumasy ar
akatdanl i
ngui
sti
k
yai
tu bahasa.Sumar sono meny atakan ada beber
apa faktoryang ber
hubungan
denganper bedaan
bahasaant aralaki
-lakidanperempuan, di
antar
any aadalahfaktorsuar ayangarti
ny a
bunyiy angdi hasi
lkankar enaber get
arnyapitasuar adalam l ar
ing( Kri
dalaksana,
Harimurti
.2008: 229)dan i nt
onasiy ai
tu pola perubahan nada y ang dihasil
kan
pembicaraanpadawakt umengucapkanuj ar
anat aubagian-bagiannya.Jadidal am
ti
pest udiyangdi t
elit
iinimenggunakanst udikorel
asionalyangmengkaj ihubungan
antarakondisisosi alseseorangdenganpenggunaanbahasany a.Mi sal
nyaapakah
adahubunganbahasadenganj eni
skelamindenganbahasay angdigunakanpenut ur
.
Bahasadangenderber kai
tandenganbagaimanagendermemengar uhicarakit
a
BAB3PENUTUP
3.
1Kesi
mpul
an
Bahasadapatdikatakansebagaial
atkomunikasidanal ati
nteraksiy anghanya
di
mili
kimanusiasebabbahasai tubersi
fatmanusiawiyangdikeluarkandarial
at
ucapmanusia,pengkaji
anbahasadenganmasy ar
akatny
adapatdi l
i
hatdarikaji
an
27
secar
aekst ernal
,sebabkajianekst
ernalmenjel
askanketer
kait
anbahasadengan
masyarakatnyay angberadadil
uarbahasadankaj ianinij
ugaber kaitandengan
pemakaianbahasai tuolehparapenuturny
adidal am kel
ompok-kelompoksosi al
kemasyarakatan.bahasaitumerupakanbagiandarikebudayaan,tetapiadapula
yangmengat akanbahwa
3.
2Sar
an
Kamiselakupenuli
smenyadaribahwamakalahinimasihj
auhdar
ikatasempur na.
Untukit
u,kamimengharapkankri
ti
ksert
asarandaripembacaunt
ukmakal ahyang
kamibuatini
,supayanant
inyamakalahi
nidapatmenjadil
ebi
hbai
klagi.Kemudian,
apabi
labanyakkesal
ahanpadamakalahi
nikamimohonmaafsebesar-
besarnya.
28
DAFTARPUSTAKA
Chaer
,AbduldanLeoni
eAgust
ina.Sosi
oli
ngui
sti
kPer
kenal
anaAwal
.Jakar
ta:Ri
neka
Ci
pta,
2010.Chaer
,Abdul
.Li
ngui
sti
kUmum.Jakar
ta:
RinekaCi
pta,
2012.
29
Per
tany
aan:
1.Jel
askananal
i
sisdi
akor
oni
kdansi
nkr
oni
kdar
idi
alek-
dial
eksosi
alber
upa
deskr
ipsipol
a-pol
a di
alek-
dial
eksosi
ali
tu bai
kyang ber
laku pada masa
t
ert
ent
uat
auy
angber
lakupadamasay
angt
idakt
erbat
as?
2.Adakahper
samaanat
auper
bedaanbahasaber
dasar
kankel
assosi
aldi
set
iap
daer
aht
empatt
inggal
?Jel
askan!
3.Bagai
manacar
nyaunt
ukmengur
angit
erj
adi
nyakesal
ahpahamani
nfor
masi
ant
arv
ari
asi
bahasat
ersebut
?
4. Ant
arabahasadankebuduy
aan,
manakahy
angmuncull
ebi
hdahul
u?Apakah
bahasay
angmuncult
erl
ebi
hdahul
ukemudi
anmembent
ukkebuday
aan,
atau
kebuday
aany
ang muncult
erl
ebi
hdahul
ukemudi
amenghasi
l
kanbahasa?
Jel
askan.
5.Dal
am v
ari
asidar
isegipenut
urdi
bagimenj
adi3y
ait
uvar
iasibahasaper
tama,
keduadanket
iga,
jel
askan!
6.Apakahbenarbahasabi
samempengar
uhibuday
a?Ji
kai
yat
olongber
ikan
cont
ohdenganl
ebi
hjel
asdi
kehi
dupanber
masy
arakat
?
7.Adany
aragam l
i
sandanr
agam t
uli
sdanj
ugaadar
agam dal
am ber
bahasa
y
angmenggunakansar
anaat
aual
att
ert
ent
u.Sebut
kancont
ohny
a!
8.Ket
erkai
tanbahasadengankont
ekssosi
alt
ent
udapatmer
umuskankai
dah
t
eor
it
isant
ardi
sipl
i
nyangber
sif
att
erapan,cobaj
elaskanber
sif
att
erapan
y
angbagai
mandal
am suat
umasy
arakatdanber
ikancont
ohny
aser
taapakah
member
ipengar
uhbagi
masy
arakat
?
30
MAKALAH SOSIOLINGUISTIK
KOMUNIKASI BAHASA
NAMA KELOMPOK 4:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Komunikasi Bahasa”. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpahkan curahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa‟atnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh ibu Dr. Hj. Erni, M.Pd pada matakuliah Sosiolinguistik. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengetahuan kita terhadap bahasa yang yang kita
gunakan dalam kehidupan serta mengetahui hakikat dan fungsi bahasa pada manusia dan hakikat
komunikasi serta mengetahui tentang keistimewaan bahasa manusia.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terhadap banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada ibu Dr. Hj.
Erni, M.Pd yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terimakasih
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa..................................................................................................6
B. Fungsi Bahasa....................................................................................................9
C. Hakikat Komunikasi.........................................................................................10
D. Keistimewaan Bahasa Manusia........................................................................11
BAB IIII
PENUTUP
A. SIMPULAN.....................................................................................................14
B. SARAN.............................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah kesatuan perkataan beserta sistem penggunaannya yang berlaku umum dalam
pergaulan antar anggota suatu masyarakat atau bangsa. Masyarakat atau bangsa merupakan
sekelompok manusia atau komunitas dengan kesamaan letak geografi, kesamaan budaya, dan
kesamaan tradisi. Selain memiliki fungsi utama sebagai wahana komunikasi, bahasa juga
memiliki peran sebagai alat ekspresi budaya yang mencerminkan bangsa penuturnya.
“Para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambahkan dengan yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri” ( Chaer,
2009:30). Arbiter mempunyai makna bahwa bahasa manusia menggunakan lambang yang
bersifat sewenang- wenang yang artinya antara lambang tidak mempunyai hubugan makna.
Bahasa merupakan hasil kesepakatan bersama atau konvensi.
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan yang dikemukakan pada latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang
harus di bahas pada di dalam pembahasan, yaitu:
C. Tujuan Penulisan
Adanya tujuan penulis untuk memberi gambaran umum terkait apa yang di bahas di dalam
bagian pembahasan mengenai Hakikat, Fungsi Bahasa dan Hakikat Komunikasi Serta
Keistimewaan Bahasa Manusia, yaitu:
4
a. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai Hakikat dan Fungsi Bahasa
b. Menjelaskan hal-hal yang terkait pada Hakikat Komunikasi
c. Memberikan penjelasan terhadap Keistimewaan Bahasa Manusia
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia
yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu
terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media,
yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media. Terkadang kita
berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa
yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur
bahasa itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita
itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama
menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua orang atau
lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu,
maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat berupa: mengeluarkan lagi
arusbunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu.
Menurut Devianty (2017 : 227) Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota
masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian
bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti
atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang
merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti atau makna, yaitu isi yang terkandung di
dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar.
Sedangkan menurut KBBI, Bahasa merupakan system lambang yang arbiter, yang
digunakan oleh para masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri dikehidupannya masing-masing, baik formal ataupun
nonformal.
Menurut Chaer (2020: 11-14) Bahasa mempunyai beberapa ciri-ciri khusus yang
menandai sebuah Bahasa, diantaranya yaitu :
a. Bahasa adalah sebuah sistem, yang merupakan susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi. Sistem ini dibentuk
oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan lainnya berhubungan
6
secara fungsional. Begitu juga sistem bahasa, bahasa terdiri dari unsur-unsur atau
komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk satu kesatuan. Dengan maksud bahwa bahasa itu merupakan
kumpulan aturan, pola, atau kaidah yang secara singkat disebut dengan system.
Sebagai sebuah system, Bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis
merupakan Bahasa yang tersusun menurut pola tertentu, tidak disusun secara
teracak. Sedangkan simetis merupakan Bahasa yang bukan merupakan sebuah
system tunggal namun mempunyai beberapa subsistem diantaranya fonologi,
sintaksis, morfologi, dan leksikon. Sistem Bahasa dilambangkan dengan bentuk
bunyi. Artinya, lambing-lambang itu berbentuk bunyi yang melambangkan
makna atau konsep. Seperti, lambing Bahasa yang berbunyi “kuda” yang
melambangkan makna hewan berkaki empat yang biasa digunakan untuk
mengangkut barang. Oleh karena itu, Bahasa juga bersifat unik yang mempunyai
ciri khas dan bersifat universal yang ada pada semua Bahasa.
b. Lambang bunyi Bahasa itu bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan yang
bersifat wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan sesuatu
yang dilambangkan beserta konsep atau pengertiannya. Contoh, masyarakat
Indonesia menyebut sesuatu benda yang terbuat dari papan yang digunakan untuk
menulis dengan sebutan papan tulis, masyarakat Inggris menyebutnya dengan
blackboard (walaupun kadang-kadang papan tulis itu dicat selain warna hitam),
masyarakat arab menyebutnya dengan assaburatun, dan masyarakat Jawa
mungkin menyebutnya blabak. Mengapa masayarkat bahasa menyebut benda
yang sama dengan sebutan yang berbeda? Jawabannya adalah karena adanya sifat
arbitrer (kesewenangan) bahasa. Andaikan tidak bersifat arbitrer, tentu bahasa di
dunia ini sama, padahal kenyataannya bahasa itu sangat beraneka ragam.
Mesikipun arbiter, tetapi juga bersifat konvensional. Yang artinya setiap penutur
suatu Bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya.
c. Bahasa itu bersifat produktif, artinya , walaupun jumlah unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat disusun
satuansatuan bahasa yang jumlahnya relatif tidak terbatas, sesuai dengan sistem
7
yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Contoh, bahasa Indonesia
mempunyai 30 buah fonem, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan ribuan
kata yang mengandung fonem itu. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia ada lima
pola kalimat dasar yang dapat dikembangkan menjadi kalimat-kalimat lain yang
jumlahnya relatif tidak terbatas.
d. Bahasa itu bersifat dinamis, artinya Bahasa itu tidak terlepas dari berbagai
kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahasa mempunyai
keterikatan dan keterkaitan dengan manusia, segala kegiatan dan gerak manusia
tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa, tidak ada kegiatan manusia yang
tidak disertai dengan bahasa,. Oleh karena itu, sejalan dengan perubahan
kehidupan atau ilmu pengetahuan manusia (masyarakat penutur bahasa), maka
bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap atau tidak statis.
Keadaan inilah yang membuat bahasa itu bersifat dinamis. Seperti kata kempa,
perigi dan centang-perenang yang dulu ada digunakan dalam Bahasa Indonesia
kini tidak dikenal lagi.
e. Bahasa itu beragam, artinya meskipun Bahasa memiliki kaidah atau pola tertentu
yang sama, namun digunakan oleh masyarakat yang penutur bahasa itu terdiri
dari berbagai orang yang memiliki berbagai berbagai latar belakang sosilan dan
kebiasaan yang berbeda. Umpamannya penutur suatu bahasa itu ada yang
berpendidikan tinggi, ada yang tidak, ada yang berprofesi sebagai pegawai
kantor, guru, petani, buruh, nelayan dan sebagainya. Ada yang tinggal di kota,
ada yang tinggal di daerah pedesaan, ada orang dewasa, ada pula anak-anak,
sehingga bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam.
Berhubungan dengan variasi (ragam) bahasa ini, ada tiga istilah yang digunakan,
yakni idiolek, dialek dan ragam. Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat
perorangan, setiap penutur suatu bahasa tentu memiliki ciri khas bahasanya
masing-masing.
f. Bahasa itu bersifat manusiawi, artinya bahasa itu hanya milik manusia dan hanya
dapat digunakan oleh manusia. Hewan memiliki alat komunikasi, tetapi hanya
bersifat terbatas untuk makan, menyelamatkan diri atau keperluan biologis
lainnya yang dimilikinya secara instingtif. Hewan tidak memiliki akal budi serta
8
segala kemampuan yang dilakukan dengan akal budinya itu, oleh karena itulah
alat komunikasi binatang tetap saja, tidak berubah.
B. Fungsi-fungsi Bahasa
Menurut Chaer (2010: 14-17), fungsi Bahasa dapat dilihat dari bebrapa sudut
pandang, diantaranya :
a. Dari sudut penuntur, maka Bahasa itu bersifat personal atau peibadi. Sipenutur
menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkan. Sipenutur mengungkapkan
emosi lewat bahsa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan
tuturannya.
b. Dari segi pendengar atau lawan bicara, maka Bahasa itu bersifat direkter artinya
mengatur tingkah laku pendengar. Hal ini dapat dilihat ketia penutur
menggunakan kalimat-kalimat perintah. Dengan demikian Bahasa disini bersifat
fatik artinya fungsi menjalin hubungsn, memelihara, memperlihatkan perasaan
sahabat, atau soladaritas sosial. Ungakapan-ungkapan fatik biasanya juga disertai
unsur paralinguistic, seperti mengangguk kepala, senyum dan lain sebgainya. Hal
tersebut tidak mempunyai arti dalam memberikan informasi namun hanya
membangunkantak intraksi antar para partisipan.
c. Dari segi topik Ujaran, maka Bahasa itu bersifat referensial, ada juga dnotatif tau
sungsi informatif. Bahsa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek
atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya. Fungsi
referensial yang melahirkan pikiran untuk menyatakan bagaimana pendapat
sipenutur tentang dunia atau sekelilingnya.
d. Dari segi kode yang digunakan, maka Bahasa itu bersifat yaitu metalingual atau
metalingustik yakni Bahasa yang dgunakan untuk membicarakan Bahasa itu
sendiri. Maksudnya yaitu Bahasa dilihat dari proses pembelajaran Bahasa dimana
kaidah-kaidah atau aturan-aturan Bahasa yang dijelaskan dengan bahsa.
e. Dari segi amanat yang akan disampaikan, maka Bahasa itu bersifat imaginative.
Sesungguhnya bahsa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan, baik imagiratif yang berupa karya sen ( puisi, cerita, dongeng,
lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun pendengar.
9
C. Hakikat Komunikasi
Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi. Dalam
Webster s New Collegiate Dictionary (1981:225) dikatakan
Communication is a process by which information is exchange between individuals
through a common system of symbols, signs, or behavior . (Komunikasi adalah proses
pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol, tanda, atau tungkah laku
yang umum)
Dari batasan di atas, maka didapatkan tiga komponen yang harus ada dalam setiap
proses komunikasi yaitu : (1) Pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima
informasi yang dikomunikasikan yang lazim disebut partisipan. (2) Informasi yang
dikomunikasikan. (3) Alat yang digunakan dalam komunikasi itu.
Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang atau dua
kelompok orang, yaitu yang mengirim (sender) informasi dan yang menerima (receiver)
informasi. Informasi yang disampaikan tentunya berupa suatu ide, gagasan, keterangan
atau pesan. Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa simbol/lambang seperti bahasa
berupa tanda-tanda seperti rambu-rambu lalu lintas, gambar, atau petunjuk dan juga dapat
berupa gerak-gerik anggota badan. Suatu proses komunikasi memang sering kali tidak
dapat berjalan dengan mulus karena adanya gangguan atau hambatan. Tiadanya
kesadaran dari salah satu pihak merupakan suatu hambatan.
10
D. Keistimewaan Bahasa Manusia
Menurut Chaer (2010 : 26-29) Berikut ini merupakan kelebihan atau keistimewaan
bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan alat-alat komunikasi yang ada
pada dunia hewan. Ada tiga pakar yang tertarik dalam masalah ini, yaitu Hockett, Mc Neil
dan Chomsky. Keistimewaan bahasa itu adalah sebagai berikut :
1. Bahasa menggunakan jalur vokal auditif. Banyak hewan, termasuk jangkrik, katak dan
burung yang sistem komunikasinya dapat didengar. Namun, tidak semuanya merupakan
bunyi vokal. Kata, burung dan orang utan ini juga mempunyai jalur vokal auditif ini,
seperti yang dimiliki manusia. Tetapi sistem komunikasinya itu tidak mempunyai 15 ciri
lainnya yang dimiliki manusia.
2. Bahasa dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimaannya terarah. Maksudnya, bunyi
bahasa yang diucapkan dapat didengar di semua arah karena suara atau bunyi bahasa itu
merambat melalui udara; tetapi penerima atau pendengar dapat mengetahui dengan tepat
dari mana arah bunyi bahasa itu datang.
3. Lambang bahasa yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah diucapkan. Hal ini berbeda
dengan tanda atau lambang lain, seperti bekas tapak kaki hewan, dan patung
kepahlawanan yang dapat bertahan lama. Oleh karena ciri cepat hilangnya, maka sejak
dulu orang berusaha melestarikan lambang bunyi bahasa ini dalam bentuk tulisan. Pada
zaman modern kini bunyi bahasa itu sudah dapat direkam dengan peralatan elektronik,
dan sewaktu-waktu dapat diperdengarkan kembali.
4. Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi (interchangeability).
Artinya, seorang penutur bisa menjadi seorang pengirim lambang dan dapat juga menjadi
penerima lambang itu
5. Lambang bahasa itu dapat menjadi umpan balik yang lengkap. Artinyam pengirim
lambang (penutur) dapat mendengar sendiri lambang bahasa itu. padahal dalam beberapa
macam komunikasi kinetik (gerakan) dan visual (penglihatan) seperti dalam tarian lebah,
si pengirim informasi tidak dapat melihat bagian-bagian penting dari tariannya.
6. Komunikasi bahasa mempunyai spesialisasi. Maksudnya, manusia dapat berbicara tanpa
harus mengeluarkan gerkan-gerakan fisik yang mendukung proses komunikasi itu.
11
manusia dapat berbicara sambil mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan
dengan topik pembicaraan.
7. Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada
hal-hal tertentu. Umpamanya kata kuda mengacu pada sejenis hewan berkaki empat yang
biasa dikendarai. Kalimat Dika menendang bola mempunyai makna seseorang yang
bernama Dika melakukan perbuatan atau tindakan yaitu menendang bola. Begitu juga
dengan lambang-lambang lain.
8. Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan ditentukan oleh adanya suatu
ikatan antara keduanya; tetapi ditentukan oleh suatu persetujuan atau konvensi di antara
para penutur suatu bahasa. jadi hubungan antara lambang bunyi [kuda] dengan
maknanya, yaitu „sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai‟ bersifat arbitrer,
semuanya.
9. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan,
yakni, kalimat, kata, morfem, dan fonem. Padahal alat komunikasi makhluk lain
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
10. Rujukan atau yang sedang dibicarakan dalam bahasa tidak harus selalu ada pada tempat
dan waktu kini. Kita dapat menggunakan bahasa untuk sesuatu yang telah lalu, yang akan
datang atau yang berada di tempat yang jauh. bahkan juga yang hanya ada dalam
khayalan.
11. Bahasa bersifat terbuka. Artinya, lambang-lambang ujaran baru dapat dibuat sesuai
dengan keperluan manusia.
12. Kepandaian dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan
berbahasa manusia diperoleh dari belajar, bukan melalui gen-gen yang dibawa sejak
lahir.
13. Sehubungan dengan ciri no. 12 di atas, maka bahasa itu dapat dipelajari. Artinya,
seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan, misalnya, dalam bahasa A dapat mempelajari
bahasa lain, yang bukan bahasa lingkungannya.
14. Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan yang benar dan yang tidak bear, atau juga
yang tidak bermakna secara logika. Misalnya kita dapat mengatakan, “penduduk Jakarta
dewasa ini ada satu juta orang,” atau juga, “Ibu kota Kerajaa Inggris adalah Oxford”.
12
Mengatakan sesuatu yang tidak benar hanya dapat dilakukan dalam komunikasi bahsa,
pada komunikasi hewan hampir tidak ditemukan.
15. Bahasa memiliki dua subsistem, yaitu subsistem buni dan subsistem makna, yang
memungkinkan bahasa itu memiliki keekonomisan fungsi. Keekonomisan fungsi ini
terjadi karena bermacam-macam unit bunyi yang fungsional bisa dikelompokkan dan
dikelompokkan lagi ke dalam unit-unit yang bearti.
16. Ciri terakhir adalah bahasa itu dapat kita gunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. alat komunikasi dari hewan tak ada yang dapat digunakan untuk membicarakan
alat komunikasi hewan itu sendiri.
13
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bahasa merupakan alat ataupun sarana untuk berkomunikasi yang digunakan oleh setiap
anggota masyarakat dan berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam
proses berbahasa memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk
menghasilkan kata-kata ataupun kalimat yang mempunyai artian atau makna. Adanya ciri
bahasa pada manusia menunjukkan bahwa manusia memiliki ciri khas tersendiri dalam
berbahasa, seperti yang kita ketahui bahasa manusia bersifat manasuka.
Proses komunikasi terbagi menjadi tiga komponen, yakni; (1) Partisipan, (2) Informasi,
(3) Alat Komunikasi. Partisipan adalah pihak yang berkomunikasi yaitu si pengirim (sender)
dan si penerima (receiver). Informasi,yaitu suatu bahasan yang ingin disampaikan dalam
komunikasi. Alat komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu; (a) Komunikasi non- Verbal dan (b)
Komunikasi Verbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan alat bukan
bahasa, seperti bunyi peluit, cahaya (lampu, api) dan lain-lain. Sedangkan komunikasi verbal
ataua komunikasi bahasa adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya.
B. SARAN
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf sebesar- besarnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A dan Leoni, A. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta
15
SOSIOLINGUISTIK
“HUBUNGAN BAHASA DENGAN KONTEKS SOSIAL”
Dosen Pengampu: Dr. Erni, M. Pd
Kelas: 5 C
Disusun Oleh: Kelompok 4
Nurul Dwi Siswati (186210539)
Nurul Mashita (186210531)
Putri Rahmanisa (186210312)
Rindi Rahma Dani (186210308)
Ririn Afrila (186210512)
Riska (186210632)
Robiatul Husna Siregar (186210268)
Sartika (186210496)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi studi mata kuliah Sosiolinguistik ini. Serta tak lupa
shalawat dan salam kami sampaikan kepada Rosulullah Muhammad SAW, diamana berkatnya kita
telah memasuki dunia yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Ucapan terima kasih kami ungkapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Sosiolinguistik, ibu
Dr. Erni, M.Pd.. atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan di mata kuliah ini.
Materi ini disusun berdasarkan hasil diskusi kami dan berasal dari berbagai sumber. Materi ini
diperuntukan bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar. Kami berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mahasiswa untuk mempermudah
dalam pencapaian kompetensi.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan kepada kami untuk menyelesaikan materi ini. Kami menyadari materi ini jauh dari
sempurna. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua rekan yang telah memberikan
sumbang saran untuk penyelesaian materi ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang kami
sajikan bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, kami menerima
kritik serta saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan
pada materi selanjutnya.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
TUJUAN ....................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, melainkan harus selalu
berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu, manusia menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas suatu kelompok. Manusia merupakan mahluk
sosial yang selalu berkembang dari segala hal. Dinamika ini menyebabkan terciptanya berbagai
perubahan dalam tiap aspek kehidupan manusia, termasuk tataran sosial. Perkembangan yang
terjadi di masyarakat; kebudayaan, teknologi bahkan agama, telah menuntun manusia untuk
membentuk kelompok-kelompok kelas sosial tertentu.
Didorong kondisi tersebut, manusia memerlukan interaksi dengan pihak lain. Dalam konteks
inilah bahasa memainkan peran penting, karena melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi
dalam interaksinya dengan orang lain. Adalah sesuatu yang sangat sulit, untuk tidak mengatakan
mustahil, dilakukan jika manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi tanpa melibatkan unsur
bahasa. Perkembangan bahasa yang setali dengan perkembangan kehidupan manusia dan zaman
pada abad ini juga mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi atau alat bergaul
dengan sesamanya, yang melahirkan gaya bahasa atau biasa disebut dengan variasi bahasa.
1.2. Rumusan Masalah
Dari deskripsi yang dijabarkan pada latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas yaitu:
1) Bagaimana kaitan antara bahasa dengan usia?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Umur secara langsung membagi masyarakat menjadi beberapa golongan usia, yaitu anak-
anak, remaja, dan dewasa. Batasan antar golongan usia di sini tidak dapat ditentukan secara pasti.
Jika membicarakan hubungan antara bahasa dengan umur atau usia pengguna bahasa itu sendiri,
berarti secara langsung mengkaitkan hal di atas dengan dialek sosial (sosiolek), yakni variasi bahasa
yang berkaitan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Menurut Chaer dan Agustina dalam Malabar (2015:84), berdasarkan usia, dapat dilihat
perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anakanak, para remaja, orang dewasa, dan orang
yang tergolong lansia (lanjut uisa). Anak-anak dalam menggunakan bahasanya menggunakan ragam
tutur yang berbeda dengan ragam tutur remaja maupun dewasa. Ragam tutur ini bercirikan adanya
pengurangan (reduksi). pada kata-kata penghubung, kata sambung, kata depan, partikel, dan
sebagainya. Seperti disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan bervariasi.
Keunikan tersebut disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang suka membentuk
kelompokkelompok yang bersifat eksklusif yang membedakan dengan kelompok lain sehingga
menghasilkan bahasa-bahasa yang terkesan rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota
kelompok tersebut. Adapun ragam orang dewasa dalam masyarakat dicirikan dengan keteraturan
atau kesesuaian dengan kaidah kebahasaan yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa tersebut.
Namun demikian, variasi tutur tersebut sifatnya temporer karena pengguna ragam tutur
tersebut juga mengalami perubahan usia, seiring dengan perubahan usia tersebut maka ragam tutur
yang digunakan seseorang akan berubah, sebagai contohnya ketika seorang anak menginjak usia
remaja, maka anak tersebut meninggalkan ragam tutur anak-anaknya yang terkesan sederhana dan
beralih ke ragam tutur remaja yang lebih unik dan bervariasi. Labov dalam Malabar (2015:84),
mengatakan, makin tinggi umur seseorang, maka makin banyak kata yang dikuasainya, begitu juga
pemahamanya dalam struktur bahasanya. Anak- anak dalam menggunakan bahasanya
menggunakan ragam tutur yang berbeda dengan ragam tutur remaja maupun dewasa. Ragam tutur
ini bercirikan adanya pengurangan (reduksi) pada kata-kata penghubung, kata sambung, kata depan,
partikel, dan sebagainya. Seperti disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan
bervariasi. Keunikan tersebut
5
disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang suka membentuk kelompok-kelompok yang
bersifat eksklusif yang membedakan dengan kelompok lain sehingga menghasilkan bahasa-
bahasa yang terkesan rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok tersebut.
Adapun ragam orang dewasa dalam masyarakat dicirikan dengan keteraturan atau kesesuaian
dengan kaidah kebahasaan yang berlaku dalam tiap-tiap bahasa tersebut.
Dengan demikian keterkaitan Bahasa dengan anak dapat dilihat dalam
pemakaiannya, Berdasarkan usia kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh kanak- kanak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia. Contohnya
pada anak- anak sering menggunakan kata pipis apabila akan buang air kecil namun para
remaja, orang dewasa, dan orang tergolong lansia tidak akan menggunakan kata pipis lagi
untuk ijin buang air kecil, namun akan menggunakan kata “izin ke belakang”. Orang yang
sudah remaja sampai tergolong lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan
untuk izin buang air kecil.
2.2. Keterkaitan Bahasa dengan kelas sosial
Masyarakat adalah sekelompok individu yang bekerja sama satu sama lain. Artinya,
mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kerja sama antar individu itu diwujudkan lewat
bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama,
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu
sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti
atau makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi
terhadap hal yang kita dengar. Masyarakat bahasa itu terbentuk karena adanya saling
pengertian (mutual intelligibility), terutama karena adanya kebersamaan dalam kode-kode
linguistik yaitu sistem bunyi, sintaksis dan semantik. Dengan demikian dalam pengertian
masyarakat sudah terkandung makna interaksi melalui komunikasi yaitu dengan bahasa.
Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus
sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya berbagai
bahasa di dunia yang memiliki ciri- ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan
bahasa lainnya. Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata (lapisan) orang-orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Definisi ini
memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendidi-sendidi
atau bersama-sama memiliki kedudukan sosial yang kurang lebih sama. Mereka yang
memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih
6
sama pula. Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam
suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar
dari status yang rendah sampai yang tinggi
Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua
masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan
dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki
golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu
masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua
orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.
Kelompok sosial merupakan istilah sosiologis yang mengacu pada perbedaan penduduk
atau kelompok ke dalam kelas-kelas secara berkelompok atas dasar kekuasaan, pendapatan,
kedudukan, dan jenis pekerjaan. Kekuasaan biasanya dikaitkan dengan politik, pendapatan
dikaitkan dengan ekonomi, kedudukan dikaitkan dengan martabat dan jenis pekerjaan
dikaitkan dengan profesi. Keempat aspek ini biasanya mempunyai karakter sosial tertentu dan
variasi bahasa tertentu pula. Perbedeaan dalam kekuasaan juga menghasilkan variasi bahasa
yang digunakan oleh penuturnya. Tiap orang mempunyai atribut untuk menyatakan
kekuasaannya. Misalnya, seorang Kepala SD akan lain bahasanya dengan seorang kepala
rumah tangga. Seorang kepala rumah tangga tidak mudah bertemu dengan Kepala Dinas
Kecamatan dan andai kata berjumpa lagi maka suasana kebahagian akan berbeda jika Kepala
Dinas tadi berbicara dengan Kepala SD. Cara berbahasa Kepala Dinas akan berbeda dan akan
berubah apabila menghadapi orang yang berbeda kekuasaannya. Perbedaan tingkat
kesejahteraan dan pendapatan mempengaruhi variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat
tersebut. Masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan dan pendapatan yang lebih tinggi
akan mempunyai wawasan yang lebih luas karena mereka lebih banyak memperoleh informasi
terutama informasi yang membutuhkan materi seperti majalah, surat kabar, tv, radio, dan lain-
lain. Namun sejauh mana pengaruh tingkat kesejahteraan dan pendapatan terhadap variasi
bahasa kiranya perlu diadakan penelitian.
Perbedaan tingkat pendidikan juga akan menghasilkan variasi bahasa. Orang yang
berpendidikan tinggi berbeda variasi bahasa yang digunakan dengan orang yang
berpendidikan rendah apalagi orang tersebut tidak berpendidikan (pendidikan akademik).
7
Perbedaan ini terutama terlihat pada penggunaan struktur dan pilihan kosa kata yang
digunakannya pada waktu berinteraksi. Penggunaan kosa kata dalam kaitannya dengan tingkat
pendidikan ini biasanya erat hubungannya dengan disiplin ilmu atau profesi penutur bahasa
itu. Seorang dokter akan lebih sering menggunakan kata-kata bidang kedokteran. Seorang
insinyur mesin akan banyak menggunakan kata bidang permisinan. Seorang guru akan banyak
menggunakan istilah keguruan dan pendidikan.
2.2.1. Ragam Bahasa Kelas sosial
Kelas sosial mempunyai beberapa ragam Bahasa. Batas perbedaan itu bertepatan
dengan batas-batas alam seperti laut, sungai, gunung, jalan raya, hutan dan sebagainya. Secara
linguistik, dapat dikatakan, bahwa dua dialek regional berdampingan, di dekat perbatasan bisa
menyebabkan kedua unsur dialek itu akan “bercampur”. Semakin jauh dari batas itu,
perbedaan itu semakin “besar”. Bahasa-bahasa di Indonesia mengenal adanya ragam bahasa
berdasarkan kelas sosial. Situasi pada ragam sosial berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Anggota masyarakat atau guyup tutur (speech community) dari suatu dialek tertentu tetap
berkumpul dengan anggota masyarakat tutur dari dialek-dialek sosial yang lain di dalam suatu
wilayah tertentu. Tetapi kedekatan tersebut tidak selalu membawa kedekatan bentuk bahasa
bahkan perbedaan bentuk bahasa dalam kelas sosial yang satu dengan kelas sosial yang lain
sangat jauh berbeda, lebih jauh dari perbedaan yang ada pada dua dialek regional.
Salah satu contoh diantaranya adalah bahasa Jawa. Pada bahasa Jawa dialek Surabaya
atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang
dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian
masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat
dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun sebenarnya tidak ada bahasa yang kasar
atau halus. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih luas masih dipakai oleh
beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian
penggunaan bahasa jawa halus (madya sampai karma) di kalangan orang-orang Surabaya
kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama di daerah Yogyakarta dan Surakarta
dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar .Berikut ini Contoh beberapa
kosa kata berdasarkan kelas sosial yang ada di Surabaya, yaitu
Tabel perbedaaan regional dan kelas sosial dalam bahasa Jawa dialek Surabaya
Surabaya
Bahasa Indonesia Ngoko Krama Alus Krama Inggil
8
Makan Mangan Dhahar nedi
Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Dari kedua pengertian tersebut di
atas bila dikaitkan dengan pengertian komunikasi, maka bisa didapatkan bahwa keduanya
memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Bahasa merupakan alat untuk
terciptanya sebuah komunikasi yang baik. Begitu pula komunikasi, bahasa merupakan satu
hal yang primer untuk mencapai komunikasi yang baik.
Sedangkan Komunikasi merupakan alat dengan mana hubungan kemanusiaan
berlangsung, Bahasa ialah arus yang telah mengalir sepanjang sejarah manusia, yang selalu
memperluas wawasan seseorang dengan jalur-jalur informasinya. Komunikasi adalah
keterampilan manusia dalam berbahasa yang paling luar biasa. Komunikasi adalah suatu
proses dengan mana informasi antar individual ditukarkan melalui simbol, tanda, atau tingkah
laku yang umum. Dari definisi komunikasi di atas bahwa komunikasi sebagai satu proses
melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan, (3) alat
komunikasi.
9
Ada dua macam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah.
Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap sebagai
penerima. Misalnya, dealam komunikasi yang bersifat memberitahukan, khotbah di mesjid
atau gereja, ceramah yang tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara
berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi
pengirim.Komunikasi dua arah ini terjadi
dalam rapat, perundingan, diskusi dan sebagainya. Sebagai alat komunikasi, bahasa itu
terdiri dari dua aspek yaitu: 1) Aspek linguistic, Aspek linguistik mencakup tataran fonologis,
morfologis, dan sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan,
yaitu semantik (yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea tau konsep. 2) Aspek
nonlinguistik atau paralinguistik, Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis,
dan sintaksis. Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan disampaikan, yaitu
semantik (yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, idea tau konsep). Aspek paralinguistik
mencakup: a) Kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang seperti falsetto (suara tinggi),
staccato (suara terputus-putus), dan sebagainya.b) Unsur supra segmental, yaitu tekanan
(stress), nada (pitch), dan intonasi. c) Jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan
tangan,anggukan kepala, dan sebagainya. d) Rabaan, yakni yang berkenaan dengan indera
perasa (pada kulit). Aspek linguistik dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi,
bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam
proses komunikasi.
Dengan demikian Bahasa dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dan.
Hubungan keduanya tercermin dalam pengertian bahasa menurut rumusan linguistik dan
tinjauan komunikasi, yaitu bahasa sebagai alat atau media komunikasi yang digunakan oleh
manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Sebaliknya komunikasi, membutuhkan media
yaitu bahasa. Komunikasi terbagi dua yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi
verbal adalah bentuk yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
atau lisan. Komunikasi nonverbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak
efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi nonverbal dengan baik
dalam waktu bersamaan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. keterkaitan Bahasa dengan anak dapat dilihat dalam pemakaiannya, Berdasarkan usia
kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh kanak-kanak, para
remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia. Contohnya pada anak-anak
sering menggunakan kata pipis apabila akan buang air kecil namun para remaja, orang
dewasa, dan orang tergolong lansia tidak akan menggunakan kata pipis lagi untuk ijin
buang air kecil, namun akan menggunakan kata “izin ke belakang”. Orang yang sudah
remaja sampai tergolong lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan
untuk izin buang air kecil..
2. Keterkaita bahasa dengan kelas sosial suatu masyarakat.. kelas sosial dalam suatu
masyarakat menimbulkan ragam bahasa yang selanjutnya memperkokoh kelas sosial.
kelas ini sangat mempengaruhi pemilihan bahasa dalam tingkatan-tingkatan bahasa.
Artinya, masyarakat kelas rendah mengalami rintangan atau hambatan dalam
berkomunikasi karena kosakata tidak memadai/terbatas jika dibandingkan dengan
kelompok sosial yang mempunyai kedudukan lebih tinggi.
3. keterkaitan Bahasa dengan Komunikasi, Bahasa dan komunikasi memiliki hubungan
yang sangat erat dan. Hubungan keduanya tercermin dalam pengertian bahasa menurut
rumusan linguistik dan tinjauan komunikasi, yaitu bahasa sebagai alat atau media
komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya
3.2.Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami
makalah mengenai keterkaitan Bahasa dengan konteks sosial. Maka dari itu kami
mengahrapkan kriti dan saran, agar menjadikan sebuah point untuk memberpaiki keliruan
kami. Apabila ada kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan untuk penulis
selanjutnya semoga dapat membuat maklah lebih luas jangkauan materinya
11
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Mudjia. Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Publik Dan Pembangunan Wacana.
Fakultas Humaniora dan Budaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Badudu. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
12
SOAL
1. (Riska)
Apa Yang Akan Terjadi Jika Di Dalam Masyarakat Tidak Mempunyai Kategori Golongan
Sosial Yang Sama Jelaskan?
2. (Ririn)
Mengapa Semakin Tinggi Kelas Sosial Dalam Masyarakat Maka Semakin Sedikit
Penggunaan Kalimat Non Baku?
3. (Sartika)
Setelah Membaca Dan Memahami Keterkaitan Bahasa Dan Usia, Coba Simpulkan
Kembali Mengapa Dalam Faktor Usia, Sosiolinguistik Menaruh Perhatian Utamanya Pada
Variasi Bahasa/ Perubahan Bahasa? Jelaskan Menurut Pemahaman Anda Masing-Masing!
4. (Nurul Dwi Siswati)
Didalam Makalah Terdapat Tiga Komponen Ketika Proses Komunikasi, Apakah Semua
Komponen Tersebut Terlaksana Bersamaan? Dan Bagaimana Jika Salah Satu Tersebut
Tidak Digunakan Waktu Komunikasi Berlangsung?
5. (Rindi Rahmadani)
Bahasa Selalu Berada Pada Konteks Penggunaan. Konteks Seperti Itu Disebut Konteks
Sosial. Jelaskan Dua Macam Konteks Sosial Yang Selalu Bertautan Dengan Penggunaan
Bahasa!
6. (Nurul Mashita)
Jelaskan Kelebihan Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Manusia Dibandingkan Dengan Alat
Komunikasi Yang Dimiliki Hewan Seperti Bahasa Yang Menggunakan Jalur Vokal
Auditif?
7. (Robiatul Husna Siregar)
Coba Jelaskan Bagaimana Berlangsungnya Proses Komunikasi-Bahasa Tersebut!
8. Putri Rahmanisa
Stelah mempelajari hubungan Bahasa dengan kelas sosial, dapat ditemukan sebuah
pertanyaan yaitu apakah Bahasa yang menyebabkan adanya kelas sosial dalam
masyarakat atau sebalikanya ?
13
SOSIOLINGUISTIK
Kelas : 5C
Yoktaviani (186210475)
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi studi mata kuliah Sosiolinguistik ini. Serta tak lupa
sholawat dan salam kami sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana berkatnya
kita telah memasuki dunia yang penuh ilmu pengetahuan ini.
Ucapan terima kasih kami ungkapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Sosiolinguistik, ibu Dr. Erni, M.Pd. atas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan di
mata kuliah ini.
Materi ini disusun berdasarkan hasil diskusi kami dan berasal dari berbagai sumber.
Materi ini diperuntukkan bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar. Kami
berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh mahasiswa untuk
mempermudah dalam pencapaian kompetensi..
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang
kami sajikan bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu,kami
menerima kritik serta saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk
penyempurnaan pada materiselanjutnya.
Pekanbaru, 19 Desember2020
Kelompok5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
A. Latar
Belakang… ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan
Masalah… ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan
Penulisan… ................................................................................................................ 5
BABIIIPENUTUP ................................................................................................................... V
A. Kesimpulan……………………………………………………………….....................
...........14
B. Saran.……………………………………………………………………………...........
........…...…..14
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………....................…...
.15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat interdisipliner yang mengkaji masalah bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat dalam situasi yang
bervariasi. Bahasa dalam studi sosiolinguistik tidak hanya dipandang sebagai struktur saja,
tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi dan bagian dari kebudayaan
masyarakat tertentu. ragam bahasa merupakan variasi pemakaian bahasa dalam suatu
masyarakat yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat
tertentu yang menunjukkan salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian
bahasa.
Sosiolinguistikmengkajiwujudbahasayangberagamkarenadipengaruhiolehfaktordiluar
bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di
luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan
pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang dilakukan tidak
meninggalkan objek bahasa itusendiri.
4
2) Memahami kaitan sosiolinguistik dengan pembelajaranbahasa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam masyarakatnya. Dalam situasi seperti itu dapat dibedakan antara: situasi belajarbahasa,
proses pemerolehan bahasa, dan orang belajar bahasa. Dalam situasi belajar bahasa terjadi
kontak bahasa sehingga proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan
(bilingualisasi) dan orang yang belajar kedua dinamakandwibahasawan.
Sosiolinguistik di Indonesia memiliki keadaan yang mempunyai nilai baik mengapa
demikian Hal ini dikarenakan sosiolinguistik sangat memiliki keterkaitan di dalam beberapa
bidang apalagi mengenai bahasa. Hal ini dikarenakan sosiolinguistik lebih berhubungan
dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola,
pemakaian bahasa atau dialek dalam budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa atau dialek
tertentu dilakukan penutur, topik dan latar pembicaraan.
Menurut (Bram dan Dickey dalam Rokhman, 2013:2) yaitu mengkhususkan
sosiolinguistik dalam kajian pada Bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat yaitu
seperti di tengah masyarakat Indonesia. Mereka menyatakan pula bahwa sosiolinguistik
berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara
tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. Sosiolinguistik juga menyangkut individu, sebab
unsur yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu sebagai
makhluk sosial. (Deseriev dalam Rokhman, 2013:2).
MenurutChaer(2010:7-8)KeadaansosiolinguistikdiIndonesiajugadapatdilihatdarisegi
pengajaran bahasa di sekolah terutama di sekolah-sekolah yang terdapat di Indonesia.
sosiolinguistik juga mempunyai peranan yang sangat besar. Yaitu seperti kajian bahasa secara
internal akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif deskriptif, dalam wujud
berbentuksebuahbukutataBahasa.kalaukajiansecarainternalitudilakukansecaradeskriptif, dia
akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa deskriptif. Kalau kajian itu dilakukan secara
normatif, dia akan menghasilkan sebuah buku tata bahasa normatif Namun kedua buku tata
bahasa ini mempunyai hasil perian yang berbeda . Sebagai contoh yaitu: kita dapat melihat
buku pembentukan kata dalam bahasa Indonesia karya Kridalaksana pada tahun 1989. Tanpa
bantuanataupenjelasansosiolinguistikbukutersebuttidakdapatdigunakandalampendidikan
formal, sebab prefiks Nasal nge-, n-, m-, dan ny-, serta sufiks -in terekam juga sebagai
Khazanah afiks bahasaIndonesia.
Sebaliknya, buku tata bahasa baru bahasa Indonesia karya Sutan Takdir Alisjahbana pada
tahun1981,cetakanke-43.Yangsangatbersifatnormatifitujugatidakdapatdigunakandalam
pendidikan formal tanpa bantuan sosiolinguistik, sebab norma-norma yang digunakan sudah
"ketinggalan zaman" dari norma ragam bahasa Indonesia baku yang berlaku pada saat ini.
Contoh, kata ekspres harus ditulis experes, kata struktur, harus ditulis seteruktur,dan kata
7
ulangsebaik-baiknyaharusditulisse-baik2nya.Alasannya,karenamenurutnorma(lama)
bahasaindonesiatidakadapolasukukataKKVKdanKKKVK,sedangkanuntukpengulangan
sudahlazimdigunakanangka2:yanglainnya,hurufxlebihhematdaripadagabunganhuruf
Ks.JadiolehsebabitudapatdipahamibahwakeadaansosiolinguistikdiIndonesiasangat mempunyai
nilai baik hal ini diperkuat pada penjelasan-penjelasan diatas.Dansosiolinguistik sangat
memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan Indonesia terutama bahasa diIndonesia.
Sebagai contoh lain bagaimana keadaan Sosiolinguistik di Indonesia yaitu dapat dilihat
dari Bagan berikut Menurut Chaer (2010:8-9):
Bagan tersebut Cukup jelas. Tetapi kaidah sosial Bagaimana menggunakannya tidak ada,
sehingga orang yang baru mempelajari bahasa Indonesia dan tidak mengenal kaidah sosial
dalam menggunakan kata ganti itu akan mendapat kesulitan besar. Oleh karena itu, bantuan
sosiolinguistik dalam menjelaskan penggunaan kata ganti tersebut sangat penting. Dan jika
tanpabantuansosiolinguistik(misalnya:kepadasiapa,kapan,dandimanakatagantiituharus
dipakai)sajiankatagantiitutidakbergunadalampercakapanyangsebenarnya.Sebagaicontoh yaitu
seorang dosen bila berbicara dengan mahasiswanya di ruang kuliah akan menyebut dirinya
sendiri dengan kata ganti Saya. Begitu juga para Mahasiswa tersebut. Untuk menyapa
MahasiswanyasangDosenumumnyatidakmenggunakankatagantiKamuatauEngkau,tetapi
menggunakan kata ganti Anda atau kata dari istilah perkerabatan saudara. Namun, sang
mahasiswatidakmenggunakankataKamu,Engkau,Anda,AtauSaudaraterhadapsangDosen;
melainkan kata Bapak. Andaikata ada mahasiswa yang menggunakan kata Kamu, Engkau,
Anda atau Saudara terhadap sang dosen, tentu situasinya sangat istimewa sekali. Jadi oleh
sebab itu sosiolinguistik sangat dibutuhkan dalam mengetahui kata ganti penyebutan terhadap
seseorang baik kepada yang lebih tua atau sebaya dan yang dibawahkita.
8
Keadaan sosiolinguistik di Indonesia juga dapat ditemukan yaitu dari negara-negara yang
multilingual seperti Indonesia dan negara-negara lainnya yang multilingual. Yaitu dimana
masalah-masalah politis sehubung dengan pemilihan bahasa untuk keperluan menjalankan
administrasi kenegaraan dan pembinaan bangsa. Pemilihan bahasa mana yang harus diambil
menjadi bahasa resmi kenegaraan dapat menimbulkan ketegangan politik dan ada
kemungkinan berlanjut menjadi bentrok fisik. Dan di Indonesia tampaknya dapat
menyelesaikanmasalahpemilihanbahasanasional,bahasanegara,danbahasaresmiitudengan
baik, Yakni dengan memilih bahasa Melayu, yang dalam sejarahnya telah menjadi di
Linguafranca dan telah tersebar luas di seluruh Nusantara, meskipun jumlah penutur aslinya
jauh lebih dekat daripada penutur bahasa daerah Sunda atau Jawa. Tak ada ketegangan politik
dan bentrok fisik karena semuanya menyadari bahwa secara sosiolinguistik bahasa Melayu
mempunyai peranan yang lebih mungkin sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di
Indonesia. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan prinsip-prinsip
sosiolinguistik akan dapat memberi sumbangan dalam mengatasi ketegangan politik akibat
persoalan bahasa.
9
Sosiolinguistik berperan penting dalam penentuan teks yang akan digunakan dalam
pembelajaran, yakni dalam rangka pemilihan teks harus sesuai dengan bahasa yang sudah
familiar dengan kelas yang akan kita ajarkan.
Kontribusi sosiolinguistik dalam pembelajaran bahasa dapat dilihat melalui aplikasi
linguistic, yakni bagaimana sumbangan sosiolinguistik dalam menentukan bahan
pembelajaran, silabus dan pelaksanaan pengajaran bahasa. Parera dalam (Mayasari, 2020)
menyebutkan bahwa terdapat tiga tahap aplikasi linguistik berkaitan kontribusi linguistik dalam
pengajaran bahasa sebagai berikut.
1) Tahap deskripsilinguistik
Tahapan ini memberi jawaban atas pertanyaan general tentang hakikat bahasa yang
diajarkan. Teori struktural dan sosiolinguistik merupakan bagian dari linguistik yang
menyumbangkan teorinya dalam penyusunan bahan pengajaran bahasa.
2) Berhubungan dengan isisilabus
Kita tidak akan mengajarkan keseluruhan bahasa dalam pembelajaran, namun
mengajarkan bahasa yang dibutuhkan oleh peserta didik kita. Dalam tahapan ini kita akan
melakukan desain hasil untuk itu akan dilakukan pemilihan bahan. Kriteria pemilihan bahan
pembelajaran dapat bermacam-macam pandangan. Misalnya manfaat bagi pembelajar, apa
yangdiperlukanpembelajardalamkehidupansehari-hariberkaitandenganbahasayangakan
dipelajarinya, dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa yang akan dipelajarinya.
Pemilihan bahan ini sangat erat sekali dengan aplikasi sosiolinguistik terutama jika bahan
pembelajaran ingin menyiapkan bagi pembelajaran bahasa Indonesia untuk pengguna asing,
seluk beluk variasi dialek, perbandingan interlingual dan perbandingan antara duabahasa.
3) Tahap kegiatan pembelajaranbahasa
Karena pada tahap kedua belum dapat membuat silabus yang lengkap dan utuh tentang
bahasa, maka kaidah-kaidah penyusunan silabus ini harus memperhatikan faktor linguistik,
psikolinguistik maupun sosiolinguistik sebagai bahan pengajaran dan pendekatan proses
belajar mengajar.
2. Aplikasi sosiolinguistik dalam penggunaan variasi bahasa termasuk (pronominal
persona) interferensi dan etnografikomunikasi
Chaer dan Agustina dalam (Mayasari, 2020) menyebutkan bahwa sosiolinguistik
menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa dalam aspek atau segi sosial tertentu dengan
memperhatikan “whospeak, whatlanguage, towhom, when, andtowhatend”.
10
Peran berikutnya penggunaan pronominal persona kaitannya dengan variasi bahasa yang
digunakan dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:49) yang menjelaskan
pronominal persona sebagai berikut.
Persona kedua bermakna tunggal : engkau, kamu, anda, dikau, kau, -mu
Bagi pembelajar bahasa Indonesia tahap pemula (BIPA) tanpa bantuan penjelasan
sosiolinguistik mengenai kaidah sosial penggunaan pronominal persona tersebut pengguna
bahasa akan kesulitan. Bagaimana kaidah sosial penggunaan kata ganti tersebut? Kepada siapa?
Kapan dan dimana kata ganti tersebut harus dipakai? Sosiolinguistik menjelaskan
penggunaanpronominaltersebutdenganmengklasifikasikanvariasibahasaberdasarkanumur,
pendidikan, tingkat keformalan, topic dan jalur pembicaraan dengan klasifikasi tersebut
pengguna bahasa akan dengan mudah menggunakan masing-masing Prominapersona.
Interferensi merupakan kesalahan bahasa yang sering muncul dalam pengajaran bahasa
baik terjadi dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Sebagai contoh :
Hari ini saya datang ke sekolah pagi sendiri→hari ini saya datang ke sekolah paling pagi .
KatasendiritersebutteinterferensidarikalimatbahasaJawayangberbunyidinoikiakuteko ning
sekolah isukdhewe. Dengan demikian interferensi merupakan salah satu penyimpangan bahasa
yang sering dilakukan oleh para peserta didik. Hal ini karena bahasa pertama peserta didik
adalah bahasa jawa dan bahasa Indonesia sebagai bahasakedua.
11
Melalui sosiolinguistik akan diketahui masing-masing dialek tersebut dan bagaimana
menyikapi para peserta didik yang berasal dari kelas putih maupun kelas kulit hitam.
Menyikapi fenomena tersebut Dell Hymes dalam (Mayasari, 2020) dengan teorinya mengenai
etnografi komunikasi dapat diaplikasikan guru dalam interaksi belajar mengajar. Komponen
tutur sangat berguna sebagai landasan dalam melaksanakan pengajaran bahasa Indonesia bagi
penggunabahasaasing.HalinikarenapembelajarBIPAterdiridaribahasa,budaya,kebiasaan
dansikapyangberanekaragam.DenganmengaplikasikankomponentuturDellhymestersebut
maka pelaksanaan pembelajaran akan mencapai kompetensi yang diajarkan dengan
menentukan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat melalui analisis komponen tutur
tersebut.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadaan sosiolingustik di Indonesia sangat memiliki nilai yang berarti terutama untuk
bahasa sendiri dan di Indonesia sosiolinguistik memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengkaji masalah-masalah bahasa dari tingkat bahasa atau dialek sehari-hari dimasyarakat,
sekolah- sekolah , perbukuan dan politik di Indonesia.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Mayasari, Diana & Irwansyah. 2020. Peran Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). 3(1), 189-199.
Mukhlis,M.PengajaranBahasaDalamPerspektifSosiolinguistik.Journal(1)47-93-1.STAIN
samarinda Retrieved from https://journal1.iain-
samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/47/46
14
PERTANYAAN SETIAP ANGGOTA KELOMPOK:
1. Sri devi :
3. Vonica Septiana
Sebutkan dan jelaskan faktor yang menyebabkan sosiolinguistik itu berperan penting
dalam penentuan teks yang akan digunakan dalam pembelajaran!
4. Sri setiarti
dalammengkajimasalah-masalahbahasadaritingkatbahasaataudialek
sehari-haridimasyarakat,sekolah-sekolah,perbukuandan
politikdiIndonesia?
6. Yoktaviani
15
pengajaran bahasa
8. Wahyu Fiansyah
16