Anda di halaman 1dari 9

Nama : OKTAVIA MARSELINA HELENTATIN

Nim : 2213210013
Kelas : SASINDO B
Mata Kuliah : pengantar ilmu Bahasa
Dosen Pengampu : M. Surip, S.Pd, M.Si.
PRODI : SASTRA INDONESIA

TUGAS 1

1. Mengapa Ferdinand de Saussure disebut sebagai Bapak Linguistik Modern? Jelaskan


2. Apa persamaan Ferdinand de Saussure, Tokoh Linguis Aliran Praha, dan Louis
Hjelmslev? Jelaskan dan beri contoh.
3. Sebutkan linguis mana saja yang membahas tentang fonologi, dan linguis mana saja yang
membahas tentang sintaksis?
4. Menurut Anda, di antara seluruh linguis yang diperkenalkan, linguis mana yang teorinya
masih digunakan sampai sekarang? Mengapa?
5. Sebutkan tokoh-tokoh linguis dari Indonesia beserta teori-teorinya.

Jawaban nomor 1 :
De Saussure disebut sebagai “Bapak Linguistk Modern” karena pandangan-pandangannya
yang baru mengenai studi bahasa yang dimuat dalam bukunya itu. Pandangan-pandangannya itu
antara lain:

 Telaah sinkronik dan diakronik dalam studi bahasa.


 Perbedaan langue dan parole.
 Perbedaan signifiant dan signifie, sebagai pembentuk signe’ linguistique.
 Hubungan sintakmatik dan hubungan asosiatif atau paradigmatik.

De Saussure membedakan antara parole, langue, dan langage. Ketiganya dapat dipadankan
dengan kata “bahasa” dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan pengertian yang sangat berbeda.
Parole adalah bahasa yang konkret yang keluar dari mulut pembicara. Jadi, sifatnya yang konkret
itu maka parole itu bisa didengar. Sedangkan langue adalah bahasa tertentu sebagai satu sistem
tertentu seperti bahasa Inggris atau bahasa Jawa (Simanjuntak (1987) menggunakan istilah
bahasa). Jadi, sifatnya yang abstrak; hanya ada dalam otak penutur bahasa yang bersangkutan.
Sedangkan langage adalah bahasa pada umumnya sebagai alat interaksi manusia seperti tampak
dalam kalimat “ manusia punya bahasa, binatang tidak”. Jadi, langage ini juga bersifat abstrak.

Jawaban nomor 2 :
Sama sama mempunyai ciri khas yaitu titik berat pada fungsi-fungsi bahasa dalam masyarakat
modern contohnya: fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, misalnya simbol pada perempuan dan
laki-laki pada toilet untuk menandakan penggunaan toilet.

Jawaban nomor 3 :
Fonologi adalah bidang linguistik umum yang mempelajari fungsi bunyi untuk
membedakan atau mengidentifikasi kata. Objek penelitian fonologi adalah fonem, yakni bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata-kata lain atau unsur-unsur lain
sebagai suatu satuan ujaran.
Hal-hal yang biasa dikaji dalam sintaksis meliputi:
 Struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis;
 Satuan sintaksis berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana;
 Hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis, seperti modus, aspek, dsb.

Jawabbb nomor 4 :
A. Ferdinand de Saussure karena teorinya adalah teori modern yang masih digunakan
sampai saat ini seperti teori tentang Des saussure yang membedakan antara
parale,langue,dan langage.
B. Aliran praha juga masih digunakan sampai sekarang karena menggunakan gerapan
sebagai berikut: yaitu :
 fonologi.                                                                                                      
 konsep perspektif kalikat secara fungsional.                                                                              
 Studi fungsi estetik bahasa dan peranannya dalam kesustraan.                                              
 Studi fungsi bahasa baku dalam masyarakat modern

C. Louise Hjelmslev juga termasuk teori yang digunakan saat ini:


 Bentuk danekspresi terdapat grammar.                        
 bentuk dari isi terdapat kenyataan,nama-nama,ukuran,lokasi dan hubungan spasial.  
 Subsatansi pengungkapan ada humor,roman,tragedi dan kepahlawanan.                
 substansi isi terkait perjuangan kelas dan kepahlawanan.

Jawaban nomor 5 :
Anton M. Moeliono :
Sebagai seorang pakar yang sudah kenyang pengalaman, Anton menegakkan trilogi bahasa
Indonesia. Yakni, aku cinta bahasa Indonesia, aku bangga pada bahasa Indonesia, dan aku setia
pada bahasa Indonesia.

Prof. Drs. S. Wojowasito


S. Wojowasito yang menentukan jenis kata berdasarkan hubungannya di dalam frase atau bentuk
itu, yang meliputi kesamaan morfem-morfem yang membentuk kata tersebut atau juga kesamaan
ciri dan sifat dalam membentuk kelompok kata.

TUGAS OBSERVASI
1. Tentukan 5 tokoh linguis dunia dan 3 tokoh linguis Indonesia
2. Apa konsep teori linguistik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh linguis di atas, dan
apakah konsep teori tersebut masih relevan dengan kondisi perkembangan teknologi saat
ini.
3. Cari temuan baru saudara terhadap teori linguistik yg kurang relevan dengan kondisi saat
ini.
4. Cari 10 mahasiswa senior Prodi Sastra Indonesia, lalu wawancarai mereka ttg
pemahaman konsep pembidangan linguistik mikro dan makro. Apa yg menyebabkan
mereka paham atau tidak paham terhadap kedua konsep tersebut.

Jawaban nomor 1 :
Berikut adalah 5 tokoh linguis dunia
1. Ferdinand De Saussure
2. Noam Chomsky
3. Edward Sapir
4. Leomard Bloomfield
5. M.A.K Halliday
Berikut adalah 3 tokoh linguis Indonesia
1. S. Wojowasito
2. Anton M. Moeliono
3. Koewatin Sasrasoeganda

Jawaban nomor 2 :
5 tokoh linguis dunia
 Ferdinand De Saussure: Teori yang digunakannya adalah Teori Struktural. Dan konsep
teori tersebut masih relevan jika disesuaikan dengan struktur kebahasaan yang ada saat
ini. Contohnya kajiannya adalah telaah sinkronik dan diakronik, perbedaan langue dan
parole, perbedaan signifiant dan signifié, serta hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
 Noam Chomsky: Teori yang digunakannya adalah Teori Transformasional: Aliran ini
adalah salah satu aliran linguistik yang berasumsi bahwa pembelajaran bahasa adalah
sebuah proses pembentukan kaidah, bukan sebagai pembentukan kebiasaan, seperti yang
diyakini oleh aliran strukturalisme dan didukung oleh aliran behaviorisme
 Leomard Bloomfield: Teori yang digunakannya adalah Teori Struktural. Bloomfield
memandang bahwa bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsur-unsur
vokal (bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik.
 Edward Saphier : Teori yang digunakannya adalah Teori Struktural dengan melakukan
kajian tentang bahasa dengan prinsip-prinsip ilmiah dan terkodifikasi sehingga dapat
dianalisis dengan menggunakan metode yang sistematis dan Jelas.
 M.A.K Halliday: Teori yang digunakannya adalah Teori Konteks. konteks merupakan
suatu teori kebahasaan yang diperkenalkan oleh aliran London yang disebut dengan
Contextual Approach atau Operational Approach. Halliday melakukan kajian dalam
aliran ini telah meletakkan dasar tentang fungsi sosial bahasa.

3 tokoh linguis Indonesia:


 S. Wojowasito: Prof. Wojowasito mengelompokkan kursus-kursus di Eropa secara
pedagogis ke dalam empat kelompok metode, yaitu: (1) kelompok pendukung
Behaviorisme Skinner, (2) kelompok metode audio visual structuro–global, (3)
pendekatan logisch–struktural, dan (4) kelompok metode audio–visual.
 Anton M. Moeliono: Tentu, Anton Moeliono memberikan kontribusi yang besar dalam
perjalanan bahasa Indonesia. Berkat dialah, kita memiliki padanan kata “pencakar
langit”, “nirlaba”, “jalan layang”, “pasar swalayan”, dll. Dari tangannya pula, lahir karya-
karya yang membahas isu kebahasaan seperti Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(1975), Aspek Teoretis dalam Penerjemahan (1997), dan Beberapa Aspek Masalah
Penerjemahan ke Bahasa Indonesia (1997). Bapak Anton bahkan menjadi sosok penting
di balik kelahiran Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada 1972. Pun, ketika beliau
memimpin Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) resmi terbit untuk
pertama kalinya.
 Koewatin Sasrasoeganda: Tokoh ini adalah orang pribumi pertama yang menulis tata
bahasa Mealyu dalam bahasa Melayu dalam tradisi Yunani-Latin-Belanda. Karyanya
yang terkenal adalah “Kitab jang Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe”, yang menjadi
pedoman pengajaran bahasa Melayu di Indonesia pada zamannya.

Jawaban nomor 3 :
Lavender Linguistik
Dalam perkembangannya, Lavender linguistic juga sering disebut sebagai queer linguistic
karena penggunaan jenis bahasa ini “ditransfer” melalui teori-teori queer (Queer Theory) di
dalam studi queer (Queer Studies). Dalam hal ini, munculnya sebuah “variasi” di dalam sebuah
bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ras, jender, asal geografi termasuk didalamnya
kelompok homoseksual. Lavender linguistic adalah sebuah studi komunikasi praktis dan
“bahasa” yang digunakan dalam komunitas LGBTI (lesbian, gay, biseksual, transjender dan
interseks). Pemilihan “lavender” sebagai sebuah kata didasarkan pada warna “lavender” yang
identik dengan warna hak-hak LGBTI. Leap dalam bukunya yang berjudul Beyond the Lavender
Lexicon (1995) menjelaskan jenis bahasa ini didasarkan pada pengkodean bahasa yang
dilakukan oleh gay dan lesbian untuk berkomunikasi. Jauh sebelum Leap mengidentifikasi jenis
bahasa ini dengan pengkodeannya, seorang sosiolog dari Chicago School, E. W. Burges
mengatakan bahwa saat ini dunia homoseksual sudah memiliki bahasanya sendiri yang tidak
mampu untuk dimengerti oleh orang luar (outsider) atau menurut Halliday (1976), penggunaan
bahasa jenis ini adalah penggunaan bahasa yang anti-language atau jenis bahasa yang memiliki
karakteristik “rahasia” anti masyarakat (anti-society). Halliday menyatakan bahwa anti-language
adalah sebuah pembedaan di dalam sebuah bahasa dimana terjadi penyandian atau pengkodean
bahasa yang tidak akan terjadi pada bahasa biasa yang dituturkan oleh masyarakat pada
umumnya.
Bahasa tanda (sign language) adalah sebuah varian bahasa yang tidak dituturkan akan
tetapi bahasa yang dimaknai dengan sebuah tanda. Bahasa tanda sebagai variabel linguistik juga
dapat diartikan bahwa ada satu set alternatif untuk mengatakan sesuatu yang sama meskipun
alternatif-alternatif tersebut memiliki signifikansi sosial.  Dalam hal ini, seorang pengguna
bahasa (language users) menggunakan bahasa untuk membuat sebuah pernyataan mengenai siapa
diri mereka, di kelompok mana mereka berada, bagaimana mereka mempersepsikan hubungan
mereka dengan interlokutor dan dengan menggunakan jenis bahasa apa mereka bertindak untuk
dipertimbangkan. Bahasa tanda seringkali digunakan oleh pengguna bahasa yang tuna rungu di
seluruh dunia dengan membentuk jari, siku, dan beberapa elemen dari tangan untuk berbicara.
Sebagai sebuah sistem komunikasi, bahasa tanda juga dimaknai sebagai “bahasa yang sebenar-
benarnya” (real language) dan masuk ke dalam kategori komunikasi internasional. Dalam kasus
bahasa tanda pada kelompok gay, bahasa ini ditandai tidak dengan menggunakan elemen tangan,
melainkan dengan menggunakan benda-benda yang dijadikan simbol. Bahasa tanda atau bahasa
simbol kelompok gay di Indonesia sudah mulai tampak pada akhir 1980an.
Tentu saja bahasa simbol gay di Indonesia tidak serta merta diciptakan oleh kelompok
gay Indonesia akan tetapi simbol-simbol yang ada diambil dari simbol-simbol gay di luar negeri.
Kata “homoseksual” pun baru teridentifikasi pada tahun 1970an melalui penerbitan buku “Jalan
Sempurna” yang ditemukan oleh Ulrich Kratz di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,
Jakarta. Buku ini menceritakan perjalanan hidup Sucipto, seorang Jawa yang hidup pada masa
kolonial Belanda.
Kembali kepada pemaknaan bahasa simbol gay di Indonesia, secara akademis saya sama
sekali tidak dapat menemukan sumber-sumber (baik formal maupun informal) darimana bahasa
simbol gay Indonesia berasal. Sebagai seorang peneliti yang memiliki teman-teman gay di
Jakarta, saya hanya dapat memberikan contoh bahasa simbol berdasarkan beberapa cerita yang
mereka katakan, seperti pada akhir tahun 1980an, apabila seorang laki-laki mengeluarkan
saputangan di saku belakang celana panjang atau celana pendeknya, maka laki-laki tersebut
dapat diidentifikasikan sebagai gay. Contoh yang lebih akurat menurut mereka, adalah ketika
seorang laki-laki menaikkan kelingkingnya ketika sedang minum, maka bahasa simbol
“kelingking naik” mengindikasikan bahwa Ia adalah seorang gay. Bahasa simbol lain biasanya
sering terjadi di sebuah bar atau pub ketika seorang laki-laki sengaja menjatuhkan botol
minumannya di meja, lalu memutar botol tersebut ke arah laki-laki yang Ia inginkan. Dengan
bahasa simbol tersebut, maka Ia teridentifikasi ingin berkenalan lebih jauh dengan laki-laki yang
Ia arahkan dengan botol tersebut. Di tahun 2000an seperti sekarang ini, seorang laki-laki yang
menggunakan kaos berkerah V-Neck dan menaikkan kerah baju ke atas juga sering diidentikkan
dengan gay. Tentu saja bahasa-bahasa simbol ini tidak serta merta melakukan “identifikasi”
dengan benar karena “penggunaan” bahasa simbol gay bukan “teridentifikasi” sebagai bahasa
tanda (sign language) yang tersistem dan terstruktur sebagai bahasa yang dapat dikomunikasikan
dan terkomunikasikan dengan benar dan akurat.
Di tahun 2000an, bahasa simbol gay sudah tidak terlalu digunakan sebagai “alat
komunikasi” meskipun masih ada beberapa gay di seluruh dunia yang masih melakukan
penggunaan bahasa ini untuk “mengidentifikasi” diri mereka sebagai gay atau
“mengidentifikasi” laki-laki lain yang “teridentifikasi” sebagai gay. Saat ini, muncul sebuah jenis
“identifikasi” baru yang disebut dengan “gaydar” atau “gay radar” yang “umumnya” dimiliki
oleh seorang gay. Melalui proses bahasa simbol “fisik” gay (saya menggunakan kata “fisik”
karena bahasa simbol yang terdahulu menggunakan benda atau gerak organ tubuh), bahasa
simbol gay berubah menjadi bahasa “gerak-isyarat” (gesture) dimana melalui gerak-isyarat,
seorang gay dapat mengenali bahwa laki-laki tersebut adalah seorang gay. Lavender (queer)
linguistik adalah subseksi sebuah sosiolinguistik yang terbangun dari seksual dan komunikasi
yang teridentifikasi dan terkonstruksi. Menurut Rudwick (2010; 128) lavender linguistik adalah
komunikasi praktis dan “bahasa” yang digunakan oleh komunitas LGBT.

 
Jawaban nomor 4 :
Lingustik mikro dan lingustik makro menurut senior-senior :

Nama : Vito jeremy


Stambuk : 2020
Menurut saya, kajian linguistik mikro itu mengkaji sistem internal bahasa. Kajiannya itu
mengarah ke stuktur internal bahasa. Contohnya: semantik, fonologi, morfologi.
Kalau linguistik makro itu mengkaji bahasa tatanan luar dalam lingkup hubungan alam
dan sosial. Pembidangan linguistik makro mencakup sosiolinguistik, psikolinguistik,
antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika. Cakupan linguistik makro itu luas jadi agak sulit
dipahami dek. Paham di linguistik mikro tapi di makro masih kurang paham

Nama : Boy sembiring


Stambuk: 2017
Menurut saya linguistik mikro adalah industri yang terapan yaitu tidak terlalu luas dan
menyangkut kebahasaan itu sendiri seperti morfologi fonologi semantik sintaksis ideologi
barangkali nah untuk linguistik makro sendiri adalah terapan yang lebih besar dan mencakup
kegiatan diluar a bahasa contohnya seperti sosiolinguistik psycholinguistic a kemudian ada yang
musti forensic filsafat bahasa dan sebagainya nah kenapa saya bisa paham karena saya sudah
mempelajarinya dari semester 1 hingga saat ini saya juga sering membaca buku tentang
linguistik itu yang membuat saya paham akan musik mikro dan makro terima kasih

Nama. : Sri W.R Situmorang


Stambuk : 2020
Sejauh ini kakak masih paham karna makro dan mikro lingustik itu merupakan suatu
cabang linguistik yang mempelajari tentang bahasa dan mata kuliah linguistik itu juga sudah
pernah kakak pelajari sebelumnya.Sejauh ini kakak masih paham karna makro dan mikro
lingustik itu merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang bahasa dan mata
kuliah linguistik itu juga sudah pernah kakak pelajari sebelumnya. Dimana Mikro linguistik
merupakan suatu cabang ilmu linguistik yang dimana mikro ini mempelajari bahasa itu secara
internal
Sedang makro linguistik kajian nya lebih luas karna mempelajari bahasa itu dari faktor diluar
bahasa itu sendiri atau berkaitan ke ilmu lainnya

Nama : Yunita
Stambuk : 2018
Saya cukup paham perihal pembidangan linguistik mikro dan makro. Dimana, linguistik
mikro mengkaji struktur bahasa secara internal. Adapun pembidangan yang saya ketahui dalam
linguistik mikro yaitu fonologi (mengkaji bunyi bahasa), morfologi (menyelidiki struktur kata
serta pembentukannya), sintaksis (mempelajari hubungan kata dengan kata lain, fungsi frasa,
kalimat, serta wacana), semantik (mempelajari makna).
Sedangkan dalam linguistik makro, saya memahami bahwa linguistik makro mengkaji
bahasa secara eksternal. Adapun pembidangan dalam linguistik makro yaitu sosiolinguistik
(mempelajari penggunaan bahasa serta ragam bahasa), psikolinguistik (proses berpikir manusia
dalam memperoleh bahasa), antropolinguistik, stilistika, serta filsafat bahasa.
Pembidangan linguistik makro dan mikro tersebut saya ketahui dikarenakan sebagai
tuntutan perkuliahan dan juga termasuk dalam mata kuliah di prodi Sastra Indonesia.

Nama : Kak Dhiba


Stambuk : 2019
Yang menyebabkan kaka paham terhadap konsep linguistik mikro dan makro ya karena
di awal semester kaka juga pernah masuk mata kuliah Pengantar Ilmu Bahasa, dan dosen juga
ada menyinggung mengenai materi tersebut walaupun tidak sepenuhnya pemahaman yg kaka
dapat dari dosen, tapi kaka bisa memahaminya dari membaca literatur² yang kakak punya, dan
dari beberapa buku yg kaka baca, serta ga jarang juga kaka baca dari internet. Jd dari membaca
lah kaka bisa mengerti dan paham mengenai linguistik mikro dan makro.
Nama : Toga Mulya Lumban Raja
Stambuk : 2020
Saya cukup paham tentang pembidangan linguistic mikro dan makro. Linguistik mikro
itu mengkaji seluk-beluk bahasa dalam konteks internal, seperti hal nya fonologi, morfologi,
sintaksis dan semantic. Fonologi sendiri itu membahasa seluk-beluk bahasa yang dikeluarkan
oleh pita suara sebagaimana konsonan dan vocal itu terbentuk. Sintaksis itu mengkaji proses
pembentukan sebuah kata bagaimana kata ini dan kata yang lain di satukan, Semantik itu
memuat penjelasan makna yang ada di dalam sebuah kata misalnya kata “spidol” kita me-
maknai-nya sebagai alat tulis.
Untuk Linguistik Makro itu sendiri, linguistic makro mengkaji bahasa berdasarkan
hubungannya dengan dunia luar seperti psikologi linguistic, sosiolinguistik, antropolinguistik,
stilistika, filologi atau filsafat bahasa. Psikolinguistik itu mengkaji antara pikiran dan bahasa
sebagaimana bahasa atau pikiran itu saling mengaitkan apakah bahasa duluan di utarakan baru
dipikirkan atau pikiran duluan baru pergunakan bahasa. Sosiolinguistik menghubungkan
masyarakat dengan bahasa, biasanya meneliti bahasa-bahasa yang ada di suatu masyarakat
misalnya bahasa daerah. Stilistika meneliti gaya bahasa yang biasa di tuangkan kedalam karya
sastra.
Ada kajian lingustik yang tidak saya pahami seutuhnya seperti sintaksis dan
antropolinguistik hal itu dikarenakan kurang tekun dalam memahami penjelasan dosen dan
terkadang dosen dalam menyampaikan materi ini juga tidak sesuai pola pikir mahasiswa S1,
kebanyakan cara belajarnya menggunakan system belajar perguruan S2 seperti menggunakan
peribahasawan yang dicampurkan dengan bahasa inggris
Saya paham tentang materi itu karena dosennya mengajar sesuai dengan pikiran mahasiswa S1,
saya tertarik pada materinya, wajib paham tentang materi itu Karena bidang kita.

Anda mungkin juga menyukai