Anda di halaman 1dari 11

Ilmu Al-Dilalah (Semantik)

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi kelompok pada Mata Kuliah tarikh al-ulum
al-Arabiyyah
DosenPembimbing:
Dr. Ahmad Dardiri, M.A

Oleh Kelompok 10:

Rifqi Aunurrofi Al-Gifari 11200120000101


Tiara sabilla 11200120000129
Utami Fajar sari 11200120000115
Aura Siti Fathonah 11210120000070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABFAKULTAS


ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang senantiasa
melimpahkan rahmat , hidayah dan indah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini berjudul Ilmu Al-dilalah. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok dalam perkuliahan mata kuliah tarikh al-ulum al-arabiyah.
Sebagai tim penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, baik yang berkenaan dengan substansi maupun tata tulisnya. Walaupun demikian,
kami berharap Semoga makalah ini bermanfaat sebagai bahan literasi untuk menambah
wawasan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Ilmu Al-dilalah bagi
pembaca ini dapat memberikan manfaat dan hikmah terhadap pembaca.

Ciputat, 10 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Pengertian Ilmu Al-Dilalah/semantik..................................................................................................5
B. Ruang Lingkup Ilmu Al-dilalah/Semantik.........................................................................................6
C. Tokoh-tokoh Ilmu Al-Dilalah/semantik..............................................................................................7
D. korelasi dari Ilmu Al-Dilalah/semantik dengan Bahasa Arab.............................................................8
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

. Ilmu Al-dilalah/Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang berada pada tataran
makna. Verhaar, dalam Pateda (2010:7) mengatakan bahwa semantik adalah teori makna atau
teori arti (Inggris semantics kata sifatnya semantic yang dalam Bahasa Indonesia dipadankan
dengan kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva). Kata semantik disepakati
sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-
tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya,(Chaer, 1995 :2).
Kajian tentang makna dalam tradisi Islam sebenarnya sudah muncul sejak masa-masa awal,
tetapi belum menjadi ilmu tersendiri. Belakangan kajian tentang makna menjadi disiplin ilmu
tersendiri yang dikenal dengan Ilmu dalalah atau ilmu dilalah (bahasa Arabi yang merupakan
padanan dari kata semantique (bahasa Perancis) atau semantics (bahasa Inggris) , atau semantik
(bahasa Indonesia). Dikalangan bangsa Arab ada yang menggunakan istilah ilmu dalalah, ada
juga yang menggunakan istilah dalalat al-alfaz atau ilmu al-ma’na (bukan ilmu al-ma’anii. Tetapi
tampaknya yang pertama lebih sering digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ilmu Al-Dilalah/semantik ?
2. Apa saja ruang lingkup dari Ilmu Al-Dilalah/semantik ?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dari Ilmu Al-Dilalah/semantik ?
4. Jelaskan korelasi Ilmu Al-Dilalah/semantik dengan Bahasa Arab ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Al-Dilalah/semantik.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup Ilmu Al-Dilalah/semantik.
3. Untuk mengenal siapa saja para tokoh dari Ilmu Al-Dilalah/semantik.
4. Untuk mengetahui apa korelasi dari Ilmu Al-Dilalah/semantik dengan Bahasa Arab.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Al-Dilalah/semantik.
Istilah ‘ilm al-dilalah atau semantic dalam bahasa indonesia dan semantics dalam bahasa
inggris, berasal daribahasa yunani sema ( nomina ) yang berarti ‘tanda’ atau‘lambang’ atau
semaino ( verba ) yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. 1 Semantik diartikan sebagai
ilmu bahasa yang mempelajari makna. Dalam bahasa Arab, ilmu Ad-Dalalah terdiri atas dua
kata, yaitu: ilmu dan ad-Dalalah. Ilmu yang berarti pengetahuan dan Ad-Dalalah yang berarti
petunjuk atau makna. Jadi ilmu Ad-Dalalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan tentang
makna. Secara terminologi ilmu dalalah sebagai salah satu cabang ilmu linguistik yang telah
berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari makna suatu bahasa, baik pada tatanan mufradat
(kosa kata) maupun pada tatanan tarakib (struktur).

“Dalalah” ‫ داللة‬atau “dilalah” secara umum adalah :

‫الداللة هي فهم أمر من أمر أخر‬

“memahami sesuatu atas sesuatu yang lain”

Di dalam ilmu Ad-dalalah ada juga ilmu al-rumuz (semiotik) yang mempelajari tanda secara
umum, baik terkait dengan bahasa atau non bahasa. Sementara ilmu Ad-Dalalah mengkaji
masalah tanda dalam bahasa. Dalam sistem semiotik, bahasa dibedakan ke dalam tiga komponen,
yaitu:

1. Sintaksis, terkait dengan lambang dan bentuk hubungan.

2. Semantik, terkait dengan hubungan antar lambang dan dunia luar yang diacunya.

3. Pragmatik, terkait dengan hubungan antara pemakai bahasa dengan lambang dalam
pemakaiannya.

Pembahasan mengenai Ilmu Dalalah pernah dibahas dalam beberapa artikel. Di antaranya

1
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 : Pengantar ke arah ilmu makna, ( Bandung : Erasco, 1993 ), cet. Ke-1, h. 1.

5
artikel yang ditulis oleh saudara Zaky (2017) yang berjudul “Sejarah Dalalah”. Dalam artikelnya
ia membahas perkembangan Dalalah dari aspek perubahan makna, diantaranya adalah perubahan
makna dari umum ke khusus dan sebaliknya. Selain itu ia juga membahas tentang perkembangan
Dalalah, faktor yang menyebabkan perkembangan Dalalah adalah: faktor bahasa, faktor
kebutuhan, faktor perkembangan sosial dan budaya, faktor perasaan emosional dan psikologi,
serta faktor ilmu dan teknologi.2

B. Ruang Lingkup Ilmu Al-dilalah/Semantik.


Dilihat dari perspektif metode linguistik historis dan deskriptif, ilmu dilalah dibagi
menjadi 2, yaitu: 1) ilmu dilalah at-tarikhi (semantik historis). 2) ilmu dilalah al-washfi
(semantik deskriptif). Yang pertama mempelajari perubahan makna dari masa ke masa,
sedangkan yang kedua mempelajari makna pada kurun waktu tertentu dalam sejarah suatu
bahasa. Yang pertama, menurut istilah ferdinand de saussure disebut studi diakronik, sedangkan
yang kedua disebut sinkronik. Dengan kata lain, yang pertama mengkaji perubahan-perubahan
makna (makna yang berubah) sedangkan yang kedua mengkaji hubungan-hubungan makna
(makna yang tetap) dari suatu bahasa dalam kurun waktu tertentu.

Adapun Ruang lingkup kajian ilmu dilalah sendiri adalah3:


1. Al-dal (penunjuk) lafadz dan al-madlul (yang ditunjuk, dimaknai) serta hubungan
simbolik diantara keduanya. Lafadz dalam bahasa arab dapat dikategorikan dalam 4
macam :
a. Monosemi (al-tabayyun)
Yaitu satu lafadz menunjukkan Satu makna.
Contohnya: ‫( ت ّفاح‬apel), ‫( أرض‬bumi), ‫( قمر‬bulan), ‫( مشس‬matahari) dan lafadz lain yang
maknanya hanya menunjukkan pada satu objek.
b. Hiponimi (al-isytimal)
Yaitu satu lafadz yang menunjukkan makna umum yang mencakup beberapa arti yang
menjadi turunannya. Dalam pengertian lain disebutkan, hiponimi adalah hubungan
semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk
ujaran lain.
c. Sinonimi (al-taroduf)
Yaitu beberapa lafadz yang menunjukkan satu makna meskipun tidak sama persis. Dalam
pengertian lain disebutkan pula, sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lain.
d. Polisemi (ta addud al-makna)
Yaitu satu lafadz yang mengandung lebih dari satu makna. Jika dua makna itu tidak
saling berlawanan, maka disebut al-musytarok al-lafdzi dan jika saling berlawanan, maka
disebut al-tadhadh (antonimi).

2
Zaky, Ahmad. (2017) Perkembangan Dalalah, Jurnal Waroqot, 2, 102-125
3
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

6
2. Perkembangan makna (sebab dan kaedahnya, dan hubungan kontekstual dan situasional
dalam kehidupan). Perubahan makna kata disebabkan oleh:
a) Faktor kebahasaan
b) Faktor kesejarahan
c) Sebab Sosial
d) Faktor psikologis
e) Pengaruh bahasa asing
f) Karena kebutuhan akan kata-kata baru.

3. Majaz (kiasan) beserta aplikasi semantik


Arti Majazi diperoleh jika detonasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencakupi juga
detonasi lain bersamaan dengan tautan pikiran lain.

C. Tokoh-tokoh Ilmu Al-Dilalah/semantik

Adapun para Tokoh dari Ilmu Al-dilalah/semantik4, diantaranya:

a. Al-Zamakhsyari

Di antara para linguis arab yang banyak mengadakan penelitian tentang masalah arti
(semantic) dan menarik perhatian adalah Mahmud Ibn Umar ibn Muhammad ibn Umar
Al-Zamakhsyari (467-538 H/1074-1144 M ). Usaha Al-zamakhsyari ini tampak dalam
karyanya yaitu kitab "asas al-balaghah" yaitu kamus yang berisikan kumpulan lafazh-
lafazh yang diberi arti hakiki dan majazi berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dan
dalam buku al-faiq gharib al-hadits yaitu kitab yang memuat matan-matan hadits yang di
anggap memiliki lafazh-lafazh yang di anggap gharib atau asing, kemudian diberi arti
yang lebih jelas berdasarkan hasil penelitiannya.

b. Ibnu Jinni

Seperti umumnya para linguis besar dalam tradisi linguistic Arab, semisal Sibawaih, al-
Farra’, al-Farisi, al-Zamakhsyari, dan lainnya yang berlatar belakang teologi Mu’tazilah,
Ibnu Jinni pun termasuk dari komunitas tersebut. Mu’tazilah adalah komunitas intelektual
yang mengedepankan cara berpikir rasional. Hanya saja, kerasionalan Ibnu Jinni
dicurahkan untuk memikirkan obyek-obyek linguistik dan merumuskan teori-teori yang
diharapkan bisa diterima oleh semua mazhab. Meskipun Ibnu Jinni penganut Mazhab
Bashrah dan berupaya mempertahankan pandangan-pandangannya, dia tidak fanatik,

4
Muhtar Umar, Ahmad. (1998). Ilmu Dalalah. Kairo: Alamul Kutub

7
bahkan ia tak segan mengambil teori-teori dari tokoh Mazhab Kufah, seperti al-Kisa’i
dan Sa’lab. Bahasa yang digunakan pun cukup santun, tidak melemparkan kritik pedas
layaknya persaingan mazhab nahwu.

c. Abu Hatim Ar-razi

Abu Hatim al-Razi sebagai perintis perkembangan semantik, telah mengumpulkan


beberapa kata yang mengalami perkembangan semantik. Menurutnya perkembangan
semantik mengambil beberapa bentuk yaitu:1) Makna lama yang diwariskan. 2) Lafal
lama yang diberi makna baru setelah datangnya Islam baik dalam bentuk perluasan
makna, penyempitan maupun pergeseran makna. 3) Lafal yang sama sekali baru baik dari
segi bangun katanya maupun maknanya yang tidak dikenal oleh orang Arab sebelumnya.

d. Ibnu faris

Nama aslinya adalah Abu al-Husayn Achmad bin Faris bin Zakariyya. Tidak diketahui
kapan tahun kelahirannya, sebagaimana tidak diketahui secara pasti daerah tempat
kelahirannya. Ada yang mengatakan ia dilahirkan di Qazwin dan tumbuh di Ray. Ada
juga yang mengatakan bahwa ia berasal dari Hamadzan lalu berkelana ke Qazwin,
kemudian pindah ke Ray untuk mengajar Abu Thalib bin Fakhr al-Dawlah ‘Ali bin Rukn
al-Dawlah al-Chasan bin Buwaihi al-Daylamiy.5 Beliau yang telah berupaya mengaitkan
makna-makna juz'iyyah dengan makna umum yang dikumpulkannya. Beliau dikenal
sebagai perintis ilmu dilalah dan ilmu ma’ajim. Karyanya yang terkenal adalah al-
maqaayis.

D. korelasi dari Ilmu Al-Dilalah/semantik dengan Bahasa Arab.


Korelasi/hubungan Ilmu Al--Dilalah/semantik dengan Bahasa Arab dapat terlihat jelas
Dalam kajian linguistik. Dalam kajian lingustik, kita mengenal apa yang disebut dengan fonologi
(ilmu al-ashwat), morfologi (ash-sharf), dan sintaksis (an-nahwu). Fonologi merupakan salah
satu cabang limu bahasa yang bertugas mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan dan
mengidentifikasi kata-kata tertentu (Al-Wasilah,1985). Morfologi adalah cabang ilmu bahasa

5
Di akses dari http://forum-cari-tahu.blogspot.com/2009/04/studi-tokohbahasa-arab-ibnu-faris.html pada hari Rabu
10 Mei 2023 pukul 08.49.

8
yang mempelajari pembentukan kata (Yule, 1985). Sementara itu sintaksis adalah cabang ilmu
bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa (Levinson, 1992), yakni
hubungan antara kata/frasa yang satu dengan yang lainnya dalam suatu kalimat.

Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga
cabang ilmu bahasa di atas (fonologi, morfologi dan sintaksis). Ini berarti bahwa makna suatu
kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara atau nada suara yang lebih umum
adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam
kalimat. Dengan demikian tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya
atau sebaliknya, contoh sebuah kalimat bila diungkapkan secara lisan dengan nada yang sama,
maka keduaya memiliki nada yang sama. Akan tetapi apabila diungkapkan dengan nada yang
berbeda, maka kedua kalimat tersebut mempunyai makna yang berbeda.

Semantik sebagai studi makna bukan saja berkaitan dengan cabang linguistik lainnya
(fonologi, morfologi, dan sintaksis), tetapi juga berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya.
Disiplin ilmu yang dimaksud misalnya antropologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat.
Antropologi berkepentingan di bidang semantik, antara lain karena analisis makna di dalam
bahasa dapat menyajikan klasifikasi budaya pemakai bahasa secara praktis. Sosiologi memiliki
kepentingan dengan semantik, karena ungkapan atau ekspresi tertentu menandai kelompok sosial
atau identitas sosial tertentu. Psikologi berhubungan erat dengan semantik, karena psikologi
memanfaatkan gejala kejiwaan yang ditampilkan manusia secara verbal atau nonverbal.
Sementara itu, filsafat berhubungan erat dengan semantik karena persoalan makna tertentu dapat

dijelaskan secara filosofis, misalnya makna ungkapan dan peribahasa (Djajasudarma, 1999)

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab
disebut ‘ilm- ad-dalalah. ‘Ilm- ad-dalalah ini terdiri atas dua kata: ‘ilm yang berarti ilmu
pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjuk atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut
bahasa adalah ilmu pengetahuan yang mengetahui tentang makna.
Ruang lingkup kajian ilmu dilalah, berkisar pada : 1) al-daal (penunjuk, pemakna, lafaz) dan
al-madlul (yang ditunjuk,dimaknai, makna) serta hubungan simbolik diantara keduanya,
seperti refeksi sosial, psikologis dan pemikiran (siginifiant, signifie,reference). 2)
perkembangan makna, sebab dan kaidahnya, dan hubungan kontesktual dan situasional
dalam kehidupan, ilmu, dan seni. 3) majaz(kiasan).
Adapun para Tokoh dari Ilmu Al-dilalah/semantik diantaranya ada: a) Al-Zamakhsyari. b)
Ibnu Jinni. c) Abu Hatim Ar-razi. Dan d) Ibnu Faris.
Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang
ilmu bahasa yaitu fonologi, morfologi dan sintaksis. Ini berarti bahwa makna suatu kata atau
kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara atau nada suara yang lebih umum adalah
suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam
kalimat. Dengan demikian tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya
atau sebaliknya, Karena apabila fonologi sebuah kata saja misalnya berubah, maka akan
berubah makna sebuah kata.
B. Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan masih terdapat kesalahan-kesalahan dari segi isi, penyusunan dan
penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari Dosen pembimbing dan
para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini, baik dari aspek keilmuan maupun dari aspek
penulisannya sebagai acuan untuk penulisan artikel ini di masa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 : Pengantar ke arah ilmu makna, ( Bandung :


Erasco, 1993 ), cet. Ke-1, h. 1

Zaky, Ahmad. (2017) Perkembangan Dalalah, Jurnal Waroqot, 2, 102-125

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2003

Muhtar Umar, Ahmad. (1998). Ilmu Dalalah. Kairo: Alamul Kutub

Di akses dari http://forum-cari-tahu.blogspot.com/2009/04/studi-tokohbahasa-arab-ibnu-


faris.html pada hari Rabu 10 Mei 2023 pukul 08.49.

11

Anda mungkin juga menyukai