Anda di halaman 1dari 65

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian
Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (280
hari/40 minggu) atau 9 bulan 7 hari. Periode kehamilan terbagi dalam
triwulan/trimester, trimester I awal kehamilan sampai 14 minggu, trimester
II kehamilan 14 minggu-28 minggu, dan trimester III 28 minggu-36/ 40
minggu (Nugroho, 2014, hal. 4).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam
Prawirohardjo (2014 hal. 213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
b. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester III
Menurut Tyastuti, dkk (2016, hal.24) Perubahan Anatomi dan Adaptasi
Fisiologis Ibu Hamil Trimester III yaitu :
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas/ kelenturan
uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:
(1)Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
(2)Kehamilan 8 minggu : telur bebek
(3)Kehamilan 12 minggu : telur angsa
(4)Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
(5)Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
(6)Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
(7)Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
(8)Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
(9)Minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, pada kehamilan akhir, di atas 32
minggu menjadi segmen bawah uterus. Serviks uteri mengalami
hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat
progesteron (tanda Goodell). Sekresi lendir serviks meningkat pada
kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus uteri mengalami
hipertropi kemudian memanjang dan melunak yang disebut tanda Hegar.
Berat uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai
hamil maka uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan
(40 minggu) mencapai 1000 gram (1 kg).
Sejak awal kehamilan, uterus sudah mengalami kontraksi ireguler yang
secara normal tidak menyebabkan nyeri. Selama tri semester kedua,
kontraksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi ini
dinamakan kontraksi Braxton hick. Kontraksi ini muncul tanpa dapat
diduga dan secara sporadic serta biasanya tidak berirama. Intensitasnya
bervariasi antara 5-25 mm Hg. Sampai beberapa minggu menjelang akhir
kehamilan, kontraksi ini jarang terjadi, tetapi meningkat selama satu atau
dua minggu terakhir kehamilan. Pada saat ini, kontraksi dapat
berlangsung setiap 10-20 menit. Pada akhir kehamilan, kontraksi-
kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi
penyebab tanda persalinan palsu (false labor).
b) Vagina / vulva.
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna
merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil
berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi
6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina terutama infeksi jamur.
c) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan
ovarium tenang/ beristirahat.
Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi
ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.
2) Payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu perkembangan
duktus (saluran) air susu pada payudara. Sedangkan hormon progesterone
menambah sel-sel asinus pada payudara. Hormon laktogenik plasenta
(diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat
kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu
hamil payudara membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta
hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi
kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel
Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar sebasea ini
berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu terganggu
apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan
mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang
berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga
3) Sistem Kardiovaskuler
a) Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
b) Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,
hemoglobin turun sampai 10 %.
c) Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun.
d) Tekanan darah sistolik maupun diastolik pada ibu hamil trimester I
turun 5 sampai 10 mm Hg, hal ini kemungkinan disebabkan karena
terjadinya vasodilatasi perifer akibat
perubahan hormonal pada kehamilan.Tekanan darah akan kembali
normal pada trimester III kehamilan.
e) Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap
sampai akhir kehamilan
f) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
g) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian
bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan
4) Sistem Pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada
umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus
yang semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas
menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa
bergerak.
5) Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar,
tonus otototot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria),
laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih
dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan
III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun
namun hal ini dianggap normal.
6) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan
penambahan berat ibu hamil dan semakin besarnya janin, menyebabkan
postur dan cara berjalan ibu hamil berubah.
c. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Menurut Saiffudin, dkk (2002) dalam Sutanto, dkk (2019 hal 104)
menyatakan, adaptasi psikologis ibu hamil berkaitan dengan bayangan risiko
kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita hamil sangat emosional
dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin
akan dihadapinya.
Pada usia kehamilan 39-40 minggu, seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan
dan merasa khawatir akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul
kembali pada tri mester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh,
berantakan, canggung dan jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar
dari pasangannya. Di samping itu, ibu mulai sedih karena akan terpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil,
terdapat perasaan mudah terluka (sensitif). Tri semester ketiga sering kali
disebut periode penantian dan waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak
sabra menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa
bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala menuju terjadinya
persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut jika bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Secara umum, ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakn bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan.
Tri semester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan juga
sudah dipilih. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya
(apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip siapa. Pada tri semester
inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan
bidan.
2. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
a. Pengertian Asuhan Kehamilan
Menurut Marmi (2011, hal. 9) Asuhan antenatal adalah asuhan yang
diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal
persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu
dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagai
informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang ia
terima.
b. Tujuan Asuhan Kehamilan
Menurut Marmi (2011, hal. 13) Tujuan asuhan antenatal adalah untuk
memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan
cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-
komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan
memberikan pendidikan.
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial
ibu dan bayi.
3) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
4) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi,kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
5) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau obstetri
selama kehamilan.
6) Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi
komplikasi.
7) Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
c. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil Trimester III
Menurut Tyastuti (2016, hal 47) kebutuhan fisik ibu hamil diantaranya
adalah:
1) Kebutuhan Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen, di samping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan oksigen,yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan meningkatnya
aktifitas paru-paru oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan
oksigen,ibu, juga harus mencukupi kebutuhan oksigen janin. Ibu hamil
kadang–kadang merasakan sakit kepala, pusing ketika berada di
keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan karena kekurangan
oksigen. Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu hamil
menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk memenuhi
kecukupan oksigen yang meningkat, supaya melakukan jalan–jalan
dipagi hari, duduk– duduk di bawah pohon yang rindang, berada di
ruang yang ventilasinya cukup.
2) Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil,
banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada
sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB bertambah,
penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI
(Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB
sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm m)2misalnya : seorang
perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB 150 cm maka IMT
50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).
Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI atau IMT sebelum hamil
Kategori BMI Rentang Kenaikan BB
yang
dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg
Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg
Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg

Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu hamil dan ibu
menyusui.
Nutrien Tak hamil Kondisi ibu hamil
Hamil Menyusui
Kalori 2.000 2300 3000
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg

3) Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang
kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena bertambahnya
aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil cenderung menghasilkan
keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara
ekstra disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat untuk
mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.
a) Mandi
Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi pancuran
dengan shower atau mandi berendam tidak dilarang. Pada umur
kehamilan trimester III sebaiknya tidak mandi rendam karena ibu
hamil dengan perut besar akan kesulitan untuk keluar dari bak mandi.
rendam. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak,
bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dan
dikeringkan. Pada saat mandi supaya berhati–hati jangan sampai
terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah dikunci, dapat digantungkan
tulisan”ISI” pada pintu. Air yang digunakan mandi sebaiknya tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
b) Perawatan Vulva dan Vagina
Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina setiap
mandi, setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari depan ke
belakang kemudian dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian
dalam dari katun yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina
selalu dalam keadaan kering, hindari keadaan lembab pada vulva dan
vagina Penyemprotan vagina (douching) harus dihindari selama
kehamilan karena akan mengganggu mekanisme pertahanan vagina
yang normal, dan penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai
alat semprot) ke dalam vagina dapat menyebabkan emboli udara atau
emboli air. Penyemprotan pada saat membersihkan alat kelamin
ketika sehabis BAK/BAB diperbolehkan tetapi hanya membersihkan
vulva tidak boleh menyemprot sampai ke dalam vagina.Deodorant
vagina tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dermatitis
alergika.Apabila mengalami infeksi pada kulit supaya diobati dengan
segera periksa ke dokter.
c) Perawatan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena konsumsi
kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-hiperemesis
gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium di
sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari
kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi, perawatan gigi
juga perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin
pencernaan yang sempurna. Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam
keadaan sehat perlu dilakukan perawatan sebagai berikut:
(1)Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil
(2)Makan makanan yang mengandung cukup kalsium (susu, ikan)
kalau perlu minum suplemen tablet kalsium.
(3)Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang lembut.
d) Perawatan Kuku
Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong
secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu
bantuan orang lain. Setelah memotong kuku supaya dihaluskan
sehingga tidak melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan luka
dan infeksi.
e) Perawatan Rambut
Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu sering
mencuci rambut untuk mmengurangi ketombe. Cuci rambut
hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam satu minggu dengan cairan
pencuci rambut yang lembut, dan menggunakan air hangat supaya
ibu hamil tidak kedinginan.
4) Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang longgar,
nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau
pergelangan tangan karena akan mengganggu sirkulasi darah.Stocking
tungkai yang sering dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena
dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan
yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara
yang makin berkembang. Dalam memilih BH supaya yang mempunyai
tali bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada
bahu.Sebaiknya memilih BH yang bahannya dari katun karena selain
mudah dicuci juga jarang menimbulkan iritasi.Celana dalam sebaiknya
terbuat dari katun yang mudah menyerap airsehingga untuk mencegah
kelembaban yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi apalagiibu hamil
biasanya sering BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh
pembesaran uterus.Korset dapat membantu menahan perut bawah yang
melorot dan mengurangi nyeri punggung. Pemakaian korset tidak boleh
menimbulkan tekanan pada perut yang membesar dan dianjurkan korset
yang dapat menahan perut secara lembut. Korset yang tidak didesain
untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan
pada uterus, korset seperti ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
5) Eliminasi
a) Buang air besar
Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Obstipasi ini kemungkinan
terjadi disebabkan oleh :
(1)Kurang gerak badan
(2)Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan
(3)Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
(4)Tekanan pada rektum oleh kepala
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi
dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka
dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul yang memudahkan
timbulnya haemorrhoid. Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum
banyak air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat
seperti sayuran dan buah-buahan.
b) Buang air kecil
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar dan malahan justru lebih sering BAK karena ada penekanan
kandung kemih oleh pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi
perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.
Situasi ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur sehingga
ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal sangat
mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan saat
berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan terjadinya infeksi
kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi
kandung kemih yaitu dengan banyak minum dan menjaga kebersihan
sekitar kelamin.
6) Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut . Posisi
perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat mengatur
kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi perut dan
payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi dan tekanan perut
yang membesar terutama pada kehamilan trimester III.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan hati –
hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga
kemungkinan dapat terjadi partus prematur, fetal bradicardia pada
janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress tetapi tidak berarti
dilarang.
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena apabila
meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan emboli udara yang
dapat menyebabkan kematian.
e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai kondom
supaya dilanjutkan untuk mencegah penularan penyakit menular
seksual.
Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil bila:
a) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri
atau panas.
b) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
c) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
e) Serviks telah membuka
f) Plasenta letak rendah
g) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm,
mengalami kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu
menjelang persalinan.
7) Mobilisasi dan Body Mekanik
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Manfaat mobilisasi adalah sirkulasi
darah menjadi baik, nafsu makan bertambah,pencernaan lebih baik dan
tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan,gerak bagdan yang
menghentak atau tiba-tiba dilarang untuk dilakukan. Dianjurkan
berjalan-jalan pagi hari dalam udara yang bersih, masih segar, gerak
badan ditempat : berdiri-jongkok, terlentang kaki diangkat, terlentang
perut diangkat, melatih pernafasan. Latihan : normal tidak berlebihan,
istirahat bila lelah.
8) Senam Hamil
Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat.
Selama masa kehamilan olah raga dapat membantu tubuhnya siap untuk
menghadapi kelahiran. Wanita dapat berolah raga sambil mengangkat
air, bekerja di ladang, menggiling padi, mengejar anak- anaknya dan
naik turun bukit. Bagi wanita yang bekerja sambil duduk atau bekerja di
rumah biasanya membutuhkan olah raga lagi. Mereka dapat berjalan
kaki, melakukan kegiatan- kegiatan fisik atau melakukan bentuk-bentuk
olah raga lainnya. Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a) Sering mengalami keguguran
b) Persalinan belum cukup bulan
c) Mempunyai sejarah persalinan sulit
d) Pada kasus infertilitas
e) Umur saat hamil relatif tua
f) Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan
Yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan,
relaksasi, latihan otot ringan dan mendapatkan udara segar.Sekalipun
senam paling populer dan banyak dilakukan ibu hamil, jenis olahraga
ini tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Hindari melakukan
gerakan peregangan yang berlebihan, khususnya pada otot perut,
punggung serta rahim. Misalnya, gerakan sit-up. Bila ingin melakukan
senam aerobik, pilihlah gerakan yang benturan ringan atau tanpa
benturan. Misalnya, senam low-impact contohnya cha-cha-cha. Hindari
gerakan lompat, melempar, juga gerakan memutar atau mengubah arah
tubuh dengan cepat. Sebaiknya ikuti senam khusus untuk ibu hamil,
karena gerakan-gerakan yang dilakukan memang dikonsentrasikan pada
organ-organ kehamilan yang diperlukan untuk memperlancar proses
kehamilan dan persalinan.
9) Istirahat/Tidur
Istirahat dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil. Jadwal ini
harus diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin dan juga membantu wanita tetap
kuat dan mencegah penyakit, juga dapat mencegah keguguran, tekanan
darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lain. Waktu 1 atau 2 jam
sekali untuk duduk, istirahat dan menaikkan kakinya adalah baik untuk
kondisi mereka. Juga bantulah keluarga untuk mengerti mengapa
penting bagi calon ibu untuk istirahat dan tidur dengan baik. Istirahat
yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, walaupun
tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya
dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau berdiri terlalu
lama.
10) Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi toksoid tetanus
dilakukan dua kali selama hamil. Imunisasi TT sebaiknya diberikan
pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu
bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat minggu.
Tabel 2.1 Pemberian vaksin TT
Lama
Antige Interval (Waktu
Perlindunga %Perlindungan
n Minimal)
n (tahun)
Pada kunjungan pertama
TT 1 (sedini mungkin pada - -
kehamilan)
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 99
25-seumur
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99
hidup
Catatan: Ibu yang belum pernah imunisasi DPT/TT/Td atau tidak tahu
status immunisasinya. ibu hamil harus untuk melengkapi
immunisasinya sampai TT 5, tidak harus menunggu kehamilan
berikutnya.
Tabel 2.2 Pemberian vaksin TT
Lama
Pernah
Interval (Minimal) Perlindungan %Perlindungan
(Kali)
(Tahun)
TT 2, 4 minggu setelah
1 3 80
TT 1 (Pada kehamilan)
TT 3, 6 bulan setelah
TT 2 (Pada kehamilan,
2 5 95
jika selang waktu
minimal memenuhi)
TT 4, 1 tahun setelah
3 10 99
TT 3
TT 5, 1 tahun setelah 25- seumur
4 99
TT 4 hidup
25- seumur
TT 5 Tidak perlu lagi 99
hidup
Catatan: Untuk ibu yang sudah pernah mendapat imunisasi
DPT/TT/Td
11) Travelling
Wanita hamil supaya berhati – hati dalam membuat rencana
perjalanan yang cenderung lama dan melelahkan. Jika mungkin
perjalanan jauh dilakukan dengan naik pesawat udara. Pesawat udara
yang modern sudah dilengkapi alat pengatur tekanan udara sehingga
ketinggian tidak akan mempengaruhi kehamilan. Sebagian
perusahaan penerbangan mengijinkan wanita hamil terbang pada
usia kehamilan sebelum 35 minggu. Sebagian yang lain
mengharuskan ada surat pernyataan dari dokter, sebagian yang lain
tidak mengijinkan sama sekali wanita hamil untuk terbang. Apabila
wanita hamil menempuh perjalanan jauh, supaya menggerakkan –
gerakkan kaki dengan memutar – mutar pergelangan kaki karena
duduk dalam waktu lama menyebabkan gangguan sirkulasi darah
sehingga menyebabkan oedem pada kaki. Gerakan memutar bahu,
gerakan pada leher, tarik nafas panjang sambil mengembangkan
dada, dengan tujuan melancarkan sirkulasi darah dan melemaskan
otot- otot. Pada saat menggunakan sabuk pengaman hendaknya tidak
menekan perut. Pilihlah tempat hiburan yang tidak terlalu ramai
karena dengan banyak kerumunan orang maka udara terasa panas,
oksigen menjadi kurang sehingga dapat menyebabkan sesak nafas
dan pingsan.
B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir
1. Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Menurut Wiknjosastro, (2002) dalam Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014
hal. 2) menyatakan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke luar dunia.
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak
belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melalui ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari
24 hujan.
b. Sebab-sebab mulainya persalinan
Menurut Rohani, dkk (2011, hal. 4) teori penyebab persalinan yaitu:
1) Teori Keregangan.
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu
tertentu.
b) Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan bisa dimulai.
2) Teori penurunan progesterone
a) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu.
b) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oksitosin.
c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
3) Teori oksitosin internal
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posteror.
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitivas otot Rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
4) Teori Prostaglandin
a) Kontrasepsi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
b) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
Prostaglandin dianggap sebagi pemicu terjadinya persalinan.
c. Tanda-tanda Persalinan
Menurut manuaba dalam buku ilmu kebidanan dan penyakit kandungan
(1998) dalam Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 10) menyatakan
bahwa tanda-tanda persalinan dibagi dua fase yaitu :
1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a) Terjadi lightening
Penyebab : karena kontraksi Braxton hicks, ketegangan dinding perut,
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya
berat janin dimana kepala kea rah bawah.
Akibatnya : ibu merasa ringan dibagian atas perut, dan rasa sesak
berkurang, bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal. Ibu
juga merasakan kesulitan berjalan, serta sering buang air kecil
(follaksuria).
b) Terjadinya his permulaan
Penyebab : Braxton hicks terjadi karena adanya keseimbangan
esterogen dan progesterone sehingga terjadi peningkatan jumlah
reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel myometrium.
Akibatnya : ibu merasakan nyeri ringan dibagian bawah Rahim,
datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau
pembawa tanda, durasinya yang pendek, dan tidak bertambah apabila
beraktivitas.
c) Tanda-tanda infartu
(1)Pinggang terasa sakit karena adanya his dan menjalar ke depan,
teratur dengan interval yang pendek serta kekuatannya semakin
besar
(2)Keluarnya lendir bercampur darah (show) yang berasal dari kanalis
serviks. Disebabkan karena robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka
(3)Terkadang disertai pecah ketuban
(4)Dilatasi dan Effecement
Dilatasi yaitu terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur
akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang
tipis seperti kertas.
d. Faktor-faktor Persalinan
Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 33) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi persalinan adalah sebagai berikut :
1) Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)
a) His
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Tiap his dimulai
sebagai gelombang sebagai salah satu sudut dimana tuba masuk ke
dalam dinding uterus. Gelombang bergerak ke dalam dank e bawah
dengan kecepatan 2 cm tiap detik untuk mengikutsertakan seluruh
uterus. Kontraksi uterus bersifat intermiten sehingga ada periode
relaksi uterus diantara kontraksi yang memiliki fungsi berikut :
(1)Mengistirahatkan otot uterus
(2)Memberi kesempatan ibu untuk beristirahat
(3)Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus
menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta
b) Tenaga mengejan
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat
kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, wanita merasa
ingin mengedan.
2) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari :
a) Tulang panggul yakni dibentuk oleh gabungan ilium, iskium, pubis,
dan tulang-tulang sacrum.
b) Jaringan lunak terdiri dari segmen bawah uterus yang dapat
merenggang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus (lubang
luar vagina) sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri dari korpus
uteri dan serviks uteri.
3) Passanger
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
4) Psikologis persalinan
Psikologis persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi yang
rumit antara dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan
pengaruh dorongan tersebut pada proses kelahiran bayi.
e. Tahapan persalinan
f. Mekanisme persalinan
Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 168) menyatakan bahwa
mekanisme persalinan sebagai berikut :
1) Desensus (penurunan kepala)
Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitaris
melintang dan dengan fleksi yang ringan.
2. Konsep Dasar Asuhan Persalinan
a. Pengertian Asuhan Persalinan
Menurut Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 10) Asuhan Persalinan
Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama pada
pendarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2008) dalam Sari, E.P dan Rimandini, K.D
(2014 hal. 17) menyatakan bahwa tujuan asuhan persalinan normal yaitu
mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
c. Lima Benang Merah Asuhan Persalinan
Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 19) menyatakan bahwa ada 5 aspek
dasar penting atau lima benang merah yang saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dana man yaitu :
1) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir. Ada
4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu : pengumpulan data
(data subjektif dan data objektif), diagnosis, penatalaksanaan asuhan dan
perawatan (membuat rencana dan melaksanakan rencana) serta evaluasi.
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
a) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya
sesuai martabatnya
b) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut
c) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d) Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir
e) Mendengarkan atau menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
f) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menentramkan
persaan ibu beserta anggota keluarga yang lain
g) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan atau anggota keluarga
yang lain
h) Menganjarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran
bayinya
i) Melakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan
konsisten
j) Hargai privasi klien
k) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi
l) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makanan ringan bila ia
menginginkannya
m)Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
memeberi pengaruh yang merugikan
n) Hindari tindakan yang berlebihan dan mungkin membahyakan seperti
episiotomy, mencukuran dan klisma
o) Anjurkan ibu untuk memeluk bayi nyasegera setelah lahir
p) Membantu memulai pemberian ASI dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
q) Siapkan rencana rujukan
r) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta
bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi
Asuhan sayang ibu pada masa pasca persalinan :
a) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rooming in)
b) Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai permintaan
c) Ajarkan kepada ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat
yang cukup setelah melahirkan
d) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi
e) Ajarkan kepada ibu dan anggota keluarga tentang bahaya dan tanda
yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan
jika terdapat masalah atau kekhawatiran
3) Pencegahan infeksi
Upaya pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran penyakit,
meliputi
a) Mencuci tangan
b) Memakai sarung tangan
c) Menggunakan cairan antiseptik
d) Memproses alat bekas pakai
e) Menangani peralatan tajam dengan aman
f) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelolaan
sampah yang benar)
4) Rekam medis
Dokumentasi dalam manajemen kebidanan menjadi penting karena :
a) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mebuat keputusan klinik
dan menyediakan catatan permanen tentang manajemen asuhan
perawatan pada pasien.
b) Memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara petugas
kesehatan
c) Mempermudah kelanjutan langkah perawatan, dari kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari petugas ke petugas yang lain, atau petugas
ke fasilitas
d) Dapat digunakan sebagai sebagai bahan evaluasi perawatan, untuk
melihat apakah sudah sesuai dan efektif, mengindetifikasi
kesenjangan yang ada dan mebuat perubahan dan perbaikan
peningkatan manajemen perawatan pasien
e) Memperkuat keberhasilan manajemen
f) Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
g) Data dapat digunakan sebagai data statistic nasional dan daerah,
sepert catatan kematian ibu atau bayi baru lahir atau kelahiran bayi
5) Rujukan
Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan untuk mengingat hal-hal
penting dalam persiapan rujukan untuk ibu dan bayi :
a) B (Bidan)
Pastkan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompoten untuk melaksanakan gawat darurat
obstetric dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan
b) A (Alat)
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa
niafas, dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dan lain-
lain) bersama ibu ketempat rujukan
c) K (Keluarga)
Beritahu keluarga dan mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk
d) S (Surat)
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL. Sertakan juga patograf yang dipakai untuk
membuat keputusan klinik
e) O (Obat)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas
rujukan.
f) K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup Nyman.
g) U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membwa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal
difasilitas rujukan
h) Da (Donor dan doa)
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai
persiapan jika terjadi pendarahan. Dan doa sebagai kekuatan spiritual
dan spiritual dan harapan yang dapat membantu proses persalinan.
d. Patograf
JNPK-KR (2016, hal. 76) menyatakan bahwa patograf adalah alat bantu
untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik. Tujuan utama penggunaan patograf adalah :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus
lama
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersakin dan bayi baru lahir
Patograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit. Adapun cara
pencatatan/pemantauan menggunakan patograf sebagai berikut :
1) Pencatatan selama fase laten kala 1 persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamtan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik dicatatan kemajuan
persalinan maupun di kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatat secara
seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin : setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
c) Nadi : setiap ½ jam
d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperature suhu tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2-4 jam
2) Pencatatan selama fase aktif
Halaman depan patograf mencantunkan bahwa observasi yang dimulai
pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selamafase aktif persalinan, meliputi :
a) Informasi tentang ibu
(1)Nama, umur
(2)Gravida, para, abortus (keguguran)
(3)Nomor catatan medik nomor puskesmas
(4)Tanggal dan waktu mulai dirawat atau jika rumah
(5)Waktu pecahnya selaput ketuban
b) Kondisi janin
(1)DJJ (Denyut Jantung Janin)
(2)Warna dan adanya air ketuban
(3)Penyusupan (moulase) kepala janin
c) Kemajuan persalinan
(1)Pembukaan serviks
(2)Penurunan bagian terbawah janin atau presentase janin
(3)Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan waktu
(1)Waktu mulainya fase aktif persalinan
(2)Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e) Kontaksi uterus : frekuensi dan lamanya
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1)Oksitosin
(2)Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g) Kondisi ibu
(1)Nadi, tekanan darah, dan temperature
(2)Urine (volume, aseton, atau protein)
h) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klnik lainnya
3) Mencatat temuan pada patograf
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :
a) Informasi tentang ibu
b) Kondisi janin
c) Pembukaan serviks
d) Jam dan waktu
e) Kontraksi uterus
e. Langkah-langkah persalinan
Menurut JNPK-KR (2016, hal. 76) menyatakan bahwa langkah-langkah
asuhan persalinan normal, yaitu :
1) Melihat tanda dan gejala kala II persalinan
2) Persiapan penolong persalinan
a) Sarung tangan
b) Perlengkapan pelindung diri
3) Mempersiapkan tempat persalinan, peralatan dan bahan
4) Mempersiapkan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
5) Persiapan ibu dan keluarga
a) Asuhan sayang ibu
b) Membersihkan perenium ibu
c) Mengosongkan kandung kemih
d) Amniotomi
6) Membimbing ibu untuk meneran
7) Menolong kelahiran bayi
a) Posisi ibu saat melahirkan
b) Pencegahan laserasi
c) Melahirkan kepala
d) Periksa tali pusat pada leher
e) Melahirkan bahu melahirkan seluruh tubuh
8) Pemantauan kala II
9) Kala III persalinan, yakni : dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Manajemen aktif kala III yaitu :
a) Pemberian suntikan oksitosin
b) Penegangan tali pusat terkendali
c) Rangsangan taktil (masase)
10) Pencegahan infeksi kala IV

3. Konsep dasar Bayi Baru Lahir


a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi Bari Lahir adalah bayi yang lahir dengan berat badan 2500 gram
sampai dengan 4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu. Bayi baru lahir dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini,
sedangkan 0-28 hari disebut neonatal lanjut (Sari, E.P dan Rimandini, K.D ,
2014 hal. 239)
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Sondakh (2013, hal 150), ciri-ciri bayi baru lahir adalah :
1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
2) Panjang badan lahir 48-50 cm
3) Lingkar dada 32-34 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi denyut jantung dalam menit pertama ± 180x/menit kemudian
turun sampai 140-120x/menit pada saat bayi berumur 30 menit
6) Pernapasan menit pertama 80x/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup dan
dilapisi verniks kaseosa
8) Rambut lanugo telah hilang dan tumbuh rambut kepala tumbuh baik
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
11) Repleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk
c. Perubahan-perubahan Yang Terjadi pada Bayi Baru Lahir
Menurut Stright, (2004 perawatan ibu-bayi baru lahir) dalam Sari, E.P
dan Rimandini, K.D (2014 hal. 240) menyatakan bahwa perubahan-
perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1) Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah,
untuk menambah energi pada jam 3 pertama setelah lahir diambil hasil
metabolism asam lemak, bila terjadi suatu hal misalnya bayi mengalami
metabolism asam lemak tidak memenuhi kebutuhan asam neonatus maka
kemungkinan besar bayi akan menderita hiperglikemia.
2) Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berada pada suhu lingkungannya yang lebih
rendah dibandingkan suhu didalam Rahim ibu, apalagi bayi yang
dibiarkan dalam suhu kamar 25˚C maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200kal/g/BB/menit.
Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi sebanyak 2˚C dalam
waktu 15 menit.
3) Perubahan pernapasan
Selama dalam Rahim ibu janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas mill
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
4) Perubahan sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2
meningkatkan tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya
resistensi pembuluh darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke
pembuluh darah tersebut meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.
5) Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain mulai berfungsi.
d. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Sari, E.P dan Rimandini, K.D (2014 hal. 255) menyatakan bahwa
pemantauan pasca persalinan asuhan bayi baru lahir :
1) Pemantauan 2 jam pertama meliputi :
a) Kemampuan menghisap (kuat/lemah)
b) Bayi tampak aktif/linglai
c) Bayi kemerahan/biru
2) Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan dan
penilaian ada tidaknya masalah kesehatan terutama pada :
a) Bayi kecil masa kehamilan/KB
b) Gangguan pernapsan
c) Hipotermia
d) Infeksi
e) Cacat bawaan/trauma lahir
3) KIE pada orangtua
Ajarkan pada orangtua cara merawat bayi, meliputi :
a) Pemberian nutrisi
(1)Berikan ASI sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika
payudara terasa pnuh)
(2)Frekuensi menyusui bayi setiap 2-3 jam
(3)Pastikan bayi mendapatkan cukup kolustrum selama 24 jam.
Kolustum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan
membantu pengeluaran mekanium.
(4)Memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan
b) Mempertahakan kehangatan tubuh bayi
(1)Suhu ruangan setidaknya 18-21˚ C
(2)Jika bayi kedinginan, harus didekap erat tubuh bayi
(3)Jangan menggunakan alat penghangat buatan ditempat tidur
(misalnya botol berisi air panas)
c) Mencegah infeksi
(1)Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan
toilet untuk BAK/BAB
(2)Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan
popok dibawah tali pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air
bersih dan sabun. Laporkan segera ke bidan jika timbul pendarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk
(3)Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan
mandi setiap hari
(4)Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih, hangat,
dan sabun setiap hari
(5)Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan
setiap orang yang memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu
(6)Dan apabila menemukan salah satu tanda bahaya diatas, maka ibu
wajib untuk segera datang ke petugas kesehatan terdekat.
e. Tanda-tanda Bahaya Pada BBL
Saputra (2014, hal 87) menyatakan bahwa tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir yaitu :
1) Tidak mau minum atau banyak muntah
2) Kejang
3) Bergerak hanya saat dirangsang
4) Mengantuk berlebihan, lemas, lunglai
5) Napas cepat (≥ 60 kali/menit)
6) Napas lambat (< 30 kali/menit)
7) Tarikan dinding dada sangat kuat
8) Merintih
9) Menangis terus menerus
10) Teraba demam (suhu aksila > 37,5˚C)
11) Teraba dingin (<36˚C)
12) Terdapat banyak nanah dimata
13) Pusar kemerahan, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
14) Diare
15) Telapak tangan dan kaki tampak kuning
16) Meconium tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran atau feses
berwarna hijau, berlendir, atau berdarah
17) Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama
4. Konsep dasar Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Sondakh (2013, hal 150), bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000
gram.
b. Tujuan asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPKR (2016, hal.113) tujuan asuhan pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut :
1) Melakukan pencegahan infeksi
2) Melakukan penilaian awal
3) Melakukan pencegahan kehilangan panas
4) Melakukan pemotongan dan perawatan tali pusat
5) Mefasilitasi pemberian ASI
6) Melakukan pencegahan pendarahan
7) Melakukan pencegahan infeksi mata
8) Melakukan pemeriksaan fisik
9) Melakukan pemberian imunisasi hepatitis B-0 (B nol)
c. Standar pelayanan Bayi Baru Lahir
Menurut Pujiastuti (2`0`11, hal.65) standar pelayanan kebidan pada BBL,
sebagai berikut :
1) Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga mencegah atau menangani hiportemia
2) Standar 14 : penanganan `2 jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam pertama setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukakn. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu
ibu untuk memulai pemberian ASI
d. Manajemen bayi baru lahir
Menurut JNPK-KR (2014, hal. 116) penilaian awal segera setelah bayi baru
lahir, sambil meletakkan kain bersih dan kering yang disiapkanpada perut
bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :
1) Apakah menangis atau bernapas/tidak megap-megap ?
2) Apakah tonus bayi baik/bayi `bergerak aktif ?
Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung
menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan
manajemen BBL normal, yaitu :
1) Jaga kehangatan
2) Bersihkan jalan napas(jika perlu)
3) Keringkan
4) Pemantauan tanda bahaya
5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa di bubuhi apapun
6) Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
7) Berikan suntikan vitamin K1 mg intra muscular, di paha kiri anterolateral
setelah IMD
8) Beri salep mata antibiotic tetrasikin 1% pada kedua mata
9) Pemeriksaan fisik
10) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular, di paha kanan
anterolateral, kita-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
C. Neonatus
1. Konsep Dasar Neonatus
a. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang mengalami proses
kelahiran berusia 0 sampai 28. Hari bayi baru lahir memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin ) dan toleransi bagi BBL untuk dapat
hidup dengan baik. Marmi (2012, hal 1)
b. Adaptasi Neonatus terhadap Kehidupan di luar uterus
Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. kemampuan adaptasi
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus kehidupan diluar uterus.
kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat
gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Marmi (2012, hal 11)
Mekanisme Hemostatis atau Adaptasi Bayi Baru Lahir
Sistem Intrauterin Ekstrauterin
Respirasi atau sirkulasi

Pernafasan volunter Belum berfungsi Berfungsi


Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri
Pengeluaran CO₂ Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru Tidak berkembang Berkembang banyak
Sirkulasi sistematik Resistensi prifer Resistensi prifer
Denyut jantung Rendah lebih cepat Tinggi lebih lambat
Saluram Cerna
Absorbsi nutrien Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum Segera
Feses Mekonium <hari ke-4, feses biasa
Enzim pencernaan Belum aktif Aktif
Sumber : Marmi, 2012, hal. 13
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi
vital,bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Masa neonatus lebih tepat jika dipandang sebagai masa adaptasi dari
kehidupan ekstra uterin dari berbagai sistem. Pada bayi kurang bulan,
terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi. Adaptasi segera setelah
lahir meliputi adaptasi fungsi fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf
pusat, pencernaan dan metabolisme). Homeostasis neonatus ditentukan oleh
keseimbangan antar maturitas dan status gizi.
Fisiologis neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
pada neonatus. Di bawah ini akan diuraikan beberapa fungsi dan proses vital
pada neonatus.
1) Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus
mengatasi resistensi paruh pada saat pernapasan yang pertama kali. Dan
proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak, tetapi telah
dipersiapkan sejak lama sejak intrauteri.
Perkembangan sistem pulnomer terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada
umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru
terbentuk. Pada umur kehamilan ke 26-28 hari kedua bronchi membesar.
pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur
kehamilan 12 minggu terjadi deferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24
minggu terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk
surfaktan. Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru
matang,artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Keadaan yang mempercepat proses maturitas paru-
paru adalah : Toksemia, Hipertensi, Diabetes yang berat, Infeksi ibu,
Ketuban pecah dini, Insufiensi placenta. Keenam keadaan diatas dapat
mengakibatkan stress pada janin, hal ini dapat menimbulkan rangsangan
untuk pematangan paru-paru.
2) Peredaran Darah
Aliran darah dari plasnta berhenti pada saat tal pusat di klem. Tindakan
ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan
menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi bertekanan rendah, karna
paru paru adalah organ tertutup yang berisi cairan,maka paru paru
memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagaian besar darah janin yang
teroksigenasi melalui paru paaru mengalir melalui lubang antara atrium
kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan
oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus
arteriosus.
Karena tali pusat di klem,sistem bertekanan rendah yang berada pada unit
janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi
tertutup,bertekanan tinggi,dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera
setelah tali pusat di klem adalah peningkatatan tehanan pembuluh darah
sistemik. Hal yng paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh
darah dan tarikan nafas pertama terjadi secara bersamaan. Oksigen dari
nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah berelaksasi
dan terbuka sehingga paru paru menjadi sistem bertekanan rendah. sangat
penting bagi bidan untuk memahami perubahan sirkulasi janin ke
sirkulasi bayi yang secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi
pernafasan dan oksigenasi yang adekuat. Ketika janin dilahirkan segera
bayi menghirup udara dan menangis kuat. Dengan demikian paru paru
berkembang,tekanan paru paru mengecil dan darah mengalir ke paru paru.
3) Saluran Pencernaan
Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan pada
neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada
masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolasakarida dan disebut
mekonium. Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja
pertama biasanya dalam 24 jam pertama berupa mekonium ( zat yang
berwarna hitam kehijauan ). Dengan adanya pemberian susu, mekonium
mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ketiga sampai keempat
yang berwarna cokelat kehijauan.Frekuensi pengeluaran tinja pada
neonatus nampaknya sangat erat hubungannya denganfrekuensi
pemberian makan atau minum. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya
sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
telah ditemukan pada janin tujuh sampai delapan bulan kehamilan.
Pada saat lahir aktifitas mulut sudah berfungsi yaitu menghisap dan
menelan, saat menghisap lidah berposisi dengan palatum sehingga bayi
hanya bernapas melalui hidung, rasa kecap dan penciuman sudah ada
sejak lahir, saliva tidak mengandung enzim tepung dalam tiga bulan
pertama dan saat lahir volume lambung 25-50 ml. Hubungan anatar
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “ gumoh “ pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas
lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang
bayi baru lahir cuku bulan ( Neonatus ), dan kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan pertumbuhannya.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Pada
jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan
pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat
susu kurang lebih pada hari ke-6 , pemenuhan energi bayi 60%
didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama
sesudah lahir, diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar
gula darah mencapai 120 mg/ 100ml. Apabila sesuatu hal misalnya bayi
dari ibu menderita DM dan BBLR, perubahan glukosa menjadi glikogen
akan meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan
besar bayi akan menderita hipoglikemi.
5) Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 ºC melalui
pengukuran diaksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5 ºC
maka bayi mengalami hipotermia. Hipotermia dapat terjadi setiap saat
apabila suhu disekeliling bayi rendah.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari
bayi baru lahir.
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda disekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas tubuh bayi ke
objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh
bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan,
tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi
baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
c) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya ke lingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas antar dua objek yang
mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan paans
tubuh secara radiasi , ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan
dengan AC tanpa diberi pemanas, bayi baru lahir dibiarkan keadaan
telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan ruangan yang
dingin, misalnya dekat tembok.
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan
dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan
menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai,
tingkat kelembaban udara, aliran udara yang melewati. Akibat dari
suhu tubuh yang rendah yaitu metabolisme jaringan akan meningkat
dan berakibat lebih mudah terjadi asisdosis metabolik berat sehingga
kebutuhan oksigen akan meningkat. Selain itu hipotermi yang terjadi
pada neonatus dapat menyebabkan hipoglekimia. Apabila neonatus
mengalami hipotermi bayi akan mengadakan penyesuaian suhu
terutama dengan memproduksi panas total yang bukan berasal dari
aktivitas otot atau non sheviring thermogenesis (NST). Produksi panas
ini dilakukan dengan cara pembakaran cadangan lemak coklat yang
memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa. Lemak coklat
terdapat pada neonatus dalam jumlah besar sekitar 2-6 % BB.
Tidak semua neonatus memiliki ketahan tubuh yang sama, karena hal
ini sangat dipengaruhi oleh : suhu bayi, umur kehamilan dan berat
badan bayi. Untuk mengurangi kehilangan panas tersebut dapat
ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus badan
bayi dengan kain hangat, disimpan ditempat tidur yang sudah
dihangatkan, mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi
dengan selimut atau kain bersih, menutup bagian kepala bayi,
menganjutkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
6) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
Hingga bayi berumur 3 hari ginjalnya belum dipengaruhi oleh pemberian
air minum, sesudah 5 hari barulah ginjalnya mulai memproses air yang
didapatkan setelah lahir. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomelurus, kondisi
ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
7) Keseimbangan Asam Basa
Derajat kesamaan (Ph) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis.
8) Susunan Syaraf
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang
sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol oto yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi
cepat sewaktu bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya
kontrol kepala, tersenyum dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.

9) Imunologi
Pada neonatus hanya terdapat imunoglobulin gamma G, dibentuk banyak
dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin gamma G pada
janin berasal dari ibunya melalui plasenta.
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang, lamina
propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus
bebas dari antigen dan strees imunologis. Pada bayi baru lahir hanya
terdapat gamma globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui
plasenta karena berat molekulnya kecil, apabila terjadi infeksi pada janin
yang dapat melalui plasenta seperti : toksoplasmosis, herpes simplek,
reaksi immunoglobulis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan
antibodi gamma A,G dan gamma M.Ig. Sistem imunitas pada bayi baru
lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus renatn
terhadap berbagai infeksi dan alergi.
2. Konsep Dasar Asuhan Neonatus
a. Pengertian Asuhan Neonatus
Menurut muslihatun (2014, hal. 4) tujuan asuhan pada BBL adalah untuk
memberikan asuhan komprehensif kepada bayi lahir pada saat masih diruang
rawat serta mengajarkan kepada orangtua dan memberi motivasi agar
menjadi orangtua percaya diri. Setelah kelahiran, akan terjadi serangkaian
perubahan tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif terhadap
proses kelahiran.
b. Kunjungan Neonatal
Menurut Sutanto (2018 hal 31) Kunjungan neonatal yang dilakukan untuk
menilai status bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
masalah-masalah yang terjadi. Berikut adalah kunjungan neonatus (KN):
1) Kunjungan neonatal I (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir
Setelah 6 jam dari kelahiran bidan melanjutkan pengamatan terhadap
pernafasan, warna, tingkat aktivitas, suhu tubuh, dan perawatan untuk
setiap penyulit yang muncul. Bidan melakukan pemeriksaan fisik yang
lebih lengkap. Rujuk ke dokter bila tampak tanda bahaya dan penyulit.
Jika bayi sudah cukup hangat (minimal 36,50C) bidan memandikan bayi
dan melakukan perawatan tali pusat. Bidan juga mengajarkan tanda
bahaya kepada ibu agar segera membawa bayinya ke tim medis bila
timbul tanda bahaya. Selanjutnya bidan mengajarkan cara menyusui dan
perawatan bayi. (Meilani, 2013, hal. 62)
2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 sampai dengan 7 hari.
Bidan menanyakan seluruh keadaan kesehatan bayi, masalah-masalah
yang dialami terutama dalam proses menyusui, apakah ada orang lain
dirumahnya atau setidaknya yang dapat membantu ibu. Bidan mengamati
keadaan suasana hati ibu dan bagaimana cara ibu berinteraksi dengan
bayinya. Pada kunjungan ini bidan juga melakukan pemeriksaan fisi pada
bayi. (Meilani, 2013, hal. 62)
3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 sampai dengan 28 hari.
Menanyakan kembali masalah-masalah yang terjadi pada ibu maupun
bayi.
D. Nifas
1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan
nutrisi bagi ibu.
Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta
bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu
menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama
hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan
fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian
terhadap aturan yang baru. Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang
perempuan menjadi seorang ibu di samping masa pascapersalinan mungkin
menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial atau pun perseorangan
(individual). (Prawirohardjo, 2014)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Sitti Saleha (Salemba, 2013)
b. Tahapan Masa Nifas
1) Tahapan masa nifas
Menurut Rukiyah (2011, hal. 4) adapun tahapan-tahapan masa nifas (post
partum/ puerperium) adalah :
a) Peurperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium intermediate, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genetal
yang lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.
2) Perubahan fisiologis pada masa nifas
Menurut Rukiyah dkk, (2011, hal. 54) perubahan fsiologi pada masa nifas
adalah :
3) Uterus
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Tabel 2.4 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Setinggi pusat 1000 gram
Dua jari dibawah pusat 750 gram
Pertengahan pusat simfisis 500 gram
Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
Normal 30 gram
30
4) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volomenya berbeda pada setiap wanita. Lochea
juga mempunyai perubahan karena proses involusi. Perubahannya adalah
sebagai berikut :
a) Lokia Rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, verniks kasiosa,
lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lokia Sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari 3-7
pascapersalinan.
c) Lokia Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pascapersalinan.
d) Lokia Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lokia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lokiotosis
Lokia tidak lancar keluarnya.

5) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
terbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin.
6) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberap hari pertama
sesudah proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut. Sesudah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
7) Perineum
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perenium
menglami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomy dengan indikasi tertentu. Meskipun
demikian, latihan otot perenium dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina higga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir masa nifas dengan latihan harian.
8) Payudara
Kolostrom sudah ada saat persalinan. Air susu pada awalnya tampak tidak
cukup, suplai ini menjadi cukup kalau suplai penyusun diteruskan.
Menyusui juga mempercepat involusi rahim, karena rangsangan berulang
pada putting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan peningkatan
kontraksi miometrium.
9) Sistem perkemihan
Diuresis masa nifas normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen.

10) Sistem kardiovaskuler


Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah
sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
11) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 ºC pasca persalinan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 ºC dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan inu akbiat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
b) Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit,, dan kehilangan darah.
c) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120
mmHg dan diastolic 60-80 mmHg, pasca persalinan pada kasus
normal tekanan darah biasanya tidak berubah.Peruabhan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca persalinan dapat diakibatkan oleh
perdarahan.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasannormal orang dewasa adalah 16-24 x/m, pada
ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
2. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas
Menurut Widyasih, dkk (2013, hal. 87) perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani.tanggung jawab bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga
lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
a. Fase Taking In
Fase Taking In yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri.ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ketidaknyamanan
fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Pada fase ini ibu hanya ingin didengarkan dan diperhatikan.Kehadiran suami
atau keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
b. Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir dan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Dukungan
moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Pada
fase ini ibu harus diajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar,
cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan
yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase Letting Go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup
sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya.
3. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas
Menurut Widyasih dkk, (2013, hal.101) kebutuhan dasar ibu pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
1) Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk :
a) Makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
b) Mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari.
c) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU. Pemberian vitamin A dalam
bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan
daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada
bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang
terkandung dalam ASI.
) Kebersihan diri dan bayi
a) Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk :
(1)Menjaga kebersihan seluruh tubuh
(2)Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air.
(3)Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK,
paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.
(4)Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh daerah kelamin.
(5)Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi.
b) Kebersihan diri
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga
kebersihannya.
(1)Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi.
(2)Mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.
(3)Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor
karena BAB/BAK.
(4)Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.
(5)Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah
tempat tinggal bayi.
(6)Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
2) Istirahat dan tidur
Anjurkan ibu untuk :
a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a) Mengurangi jumlah ASI.
b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan.’
c) Depresi.
3) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan
tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
a) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
b) Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan.
c) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan
dan persalinan.
d) Memperlancar pengeluaran lochea.
e) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
f) Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan
4) Hubungan seks
Setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Ada kepercayaan atau budaya yang
memperbolehkan melakukan hubungan seks setelah 40 hari atau 6
minggu, oleh karena itu perlu dikompromikan antara suami dan istri.
5) Keluarga Berencana
a) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif
atau penuh 6 bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode
amenorea laktasi).
b) Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan
kontrasepsi jauh lebih aman.
c) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang di
perbolehkan selama menyusui, yang meliputi :
(1)Cara penggunaan
(2)Efek samping
(3)Kelebihan dan kekurangan
(4)Indikasi dan kontra indikasi
(5)Efektivitas
d) Metode hormonal khususnya kombinasi oral (estrogen dan
progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu menyusui oleh karena
itu jangan menganjurkan kurang dari 6 minggu stelah melahirkan,
umumnya bagi ibu menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu
karena dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya
hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI.
6) Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
1. Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan,
kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8 jam.
2. Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu 12-
36 jam setelah melahirkan
3. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6
minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi
kenaikan diuresis
b) Buang Air Besar (BAB)
(1)BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan,
diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit.
(2)Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi
BAB
(3)Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat dianjurkan
7) Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien :
1. Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan
2. Anjurkan cara menyusui yang benar
3. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI
ekslusif)
4. Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand)
5. Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi
berikan ASI dengan sendok.
6. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan
menurunkan frekuensi pemberian ASI
4. Deteksi Dini Komplikasi dan Penangananya
Menurut Widyasih, dkk (2013, hal.128) komplikasi yang bisa terjadi selama
masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam/perdarahan postpartuim/postpartum
hemorragi/hemorragi postpartum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak
500 ccc ataui lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan. Hemorargui
postpartum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24
jam setelah kelahiran. Penyebabnya, uterus atonik karena plasenta atau
ketuban tertahan, trauma genital karena sectio caesaria dan spisiotomi,
koagulasi intravascular diseminata, dan inversi uterus.
b. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerpuralis adalah infeksi pada traktus
genitalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus.
Bakteri penyebab sepsis puerpuralis adalah :Streptokokus, Stafilokokus, E.
Coli, Clostridum tetani, Clostridium welchi, Clamidia dan Gonocokus.
Tanda dan gejala sepsis puerpuralis :
1. Demam dan nyeri pelvik serta nyeri tekan di uterus
2. Lochea berbau menyengat. Ketrelambatan dalam kecepatan penurunan
uterus
3. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan
nanah.
c. Kelainan Payudara
1) Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal,
payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Lamanya panas
berkisar dari 4 hingga 16 jam suhu tubuhnya 38-39℃. Penatalaksanaan :
keluarkan ASI secara manual. ASI tetap diberikan pada bayi, menyangga
payudara dengan BH yang menyokong, kompres dengan kantong es
(kalau perlu).

2) Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi
antepartum. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi
dengan keluhan pertamanya berupa menggigil yang segera diikuti oleh
kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan dan pasien mengeluhkan nyeri.
Antisipasi dan penanganan :
a) Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran cairan secara
teratur akan dapat mengurangi pembengkakan pada kaki.
b) Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah kelamin dan selalu
menjaga kebersihannya
3) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh diri dan bayinya
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1
tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami perasaan yang tidak
pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya
sendiri dan bayinya.
Tindakan yang harus dilakukan terhadap keadaan ibu yang seperti ini
yaitu:
a) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman yang terjadi pada masa nifas.
b) Berikan dukungan yang bisa diterima oleh ibu.
`5. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas
a. Pengertian
Menurut Widyasih dkk, (2013, hal. 119) asuhan masa nifas normal
merupakan wewenang dan tanggung jawab bidan untuk melaksanakan
kompetensi dan keterampilan memberikan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan setiap individu.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Rukiyah (2011, hal.2) tujuan asuhan masa nifas yaitu:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan
bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining secara komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif, objektif
maupun penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganlisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat
mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung
masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat
dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga
berencana.
c. Standar Asuhan Masa Nifas
Menurut Pudiastuti (2011, hal.65) standar asuhan masa nifas yaitu:
12) Standar 13 (perawatan bayi baru lahir)
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernapasan secara spontan, mencegah hipoksia sekunder, menentukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan.bidan juga harus mencegah atau menangani hiportemia.
13) Standar 14 (penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan)
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. disamping itu, bidan memberi penjelasan tentang hal-
hal yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dan membantu ibu
untuk memulai pemberian ASI.
14) Standar 15 (pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas)
Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali
pusat yang benar, pertemuan dini, penanganan atas rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberi penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
d. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut Saleha (2013, hal. 84) kunjungan masa nifas yaitu:
Tabel 2.5 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
6-8 jam
I perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
post
partum Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.

II 6 hari Memastikan involusi uterus berjalan dengan


post normal, uterus berkontraksi, tinggi fundus uteri di
partum bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
dan tidak bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan perawatan bayi sehari-hari.
2 Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
minggu asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post
III
post partum.
partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
6 atau bayinya.
minggu Memberikan konseling KB secara dini.
IV
post Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya
partum ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan
dan imunisasi.

E. Konsep Dasar KB
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Menurut Depkes RI (1999) dalam Prijatni dkk (2016 hal 114) KB
adalah merupakan suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran. Menurur Hartanto (2004) dalam Prijatni dkk (2016 hal 114) KB
merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran.
b. Tujuan Program KB menurut Yulizawati (2019 hal 33) tujuan program KB
yaitu :
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendaliain kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
c. Kontrasepsi
Menurut prijatni (2016 hal 116) Istilah kontrasepsi berasal dari kontra
dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sprema yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan
maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.
d. Macam-macam Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
Menurut Kemenkes RI (2014 hal 13) macam-macam metode KB pasca
persalinan :
1) Kontrasepsi Hormonal
Metode ini menjadi pilihan utama dari berbagai jenis kontasepsi yang ada
karena tidak menganggu proses laktasi dan tidak beresiko terhadap
tumbuh kembang bayi. Metode kontrasepsi non hormonal yang ada
meliputi : Metode Amenore Laktasi (MAL), kondom, Alat KOntrasepsi
Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap. Pemakaian Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dapat dipasang antara 4 minggu – 6
minggu) 42 hari setelah melahirkan.
2) Kontrasepsi Non-Hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal dipilih yang berisi progestin saja,
sehingga dapat digunakan untuk wanita dalam masa laktasi karena tidak
menganggu produksi ASI serta tumbuh kembang bayi. Metode ini bekerja
dengan mengahambar ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma, menghalangi implantasi ovum pada
endometrium dan menurunkan kesempatan transportasi ovum di tuba.
Untuk wanita pasca bersalin yang tidak meyusui, semua jenis metode
kontrasepsi dapat digunakan kecuali MAL. Waktu pemakaian kontrasepsi
tergantung dari jenis metode kontrasepsi yang digunakan.
3) Kontrasepsi Rasional
Menurut Affandi (2011 hal 8) penggunaan kontrasepsi rasional:
Table 2.7 pemilihan

Fase Fase Menjarangkan Fase Tidak


Menunda Kehamilan Hamil Lagi
Kehamilan
Usia <20 th 20-35 th >35 th
Paritas 0 1-2 3-4 >4
Urutan Pil IUD IUD Steril
Pilihan IUD Suntikan Suntikan IUD
Kontrasepsi Sederhana Minipil Minipil Implan
Implant Pil Pil Suntikan
suntikan Implant Implant Impalan
- Sederhan Sederhana Pil
a
- - Steril -
Sumber : Affandi, 2011 hal 8
e. Injeksi/Suntikan Progestin
Menurut Kemenkes RI (2014 hal 13) metide kontraspsi hormonal pasca
persalinan berupa progestin (pil, injeksi, dan implant), dan kombinasi ( pil
dan injeksi )
1) Pengertian adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin ,
yaitu bahan tiruan dari progesterone .
2) Cara kerja
a) Mencegah ovulasi.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c) Selaput lendir rahim tipis dan atrofi .
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
a) Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuscular di
daerah bokong.
b) Depo noretisteron enatat mengandung 200 mg noretidron enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntikan intramuscular.
4) Keuntungan
a) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempun).
b) Pencegahan kehamilan jangaka panjang.
c) Tidak pengaruh pada hubungan suami istri.
d) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit hantung dan gangguan pembekuan darah.
e) Tidak pengaruh ASI.
f) Sedikit efek samping.
g) Dapat digunakan perempuan >35 tahun sampai perimenopause.
h) Membantu mencegah kngker endometrium dan kehamilan ektopik.
i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
k) Menurunkan krisi anemia bulan sabit.
5) Keterbatasan
a) Klien sangat bergantung pada tempat saran pelayanan kesehatan (harus
kembali sesuai jadwal suntikan).
b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
c) Tidak mencegah IMS.
d) Terlamabatnya kemabalinya kesuburan.
6) Efek samping
a) Ganggauan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan bercak/spotting, tidak
haid sama sekali.
b) Peningkatan berat badan.
c) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
d) pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vegina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang) , sakit kepala,
nervositas, jerawat.
7) Yang tidak boleh menggunakan
a) Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat janin 7 per 100.000 kelahiran
b) perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorrhea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara .
e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
8) Waktu mulai penggunaan
a) Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan.
b) Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan.
2. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana
a. Pengertian
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana adalah asuhan yang diberikan
pada ibu, berkaitan dengan pemaaman tentang jenis-jenis metode KB, baik
KB kalender (pantang berkala), kondom, hormonal dan non-hormonal
(Prijatni, 2016 hal 164),
b. Pengerian Konseling
Menurut Prijatni (2016 hal 128) Konseling adalah proses komunikasi
antara sesorang (konselor) dengan orang lain (pasien), dimana konselor
sengaja membantu klien dengan menyediakkan waktu, keahlian,
pengetahuan dan informasi tentang akses pada sumber-sumber lain.
Konselor membantu klien membuat keputusan atas maslah yang ada, proses
ini dilaksanakan secara terus menerus.
c. Tujuan Konseling KB
Menurut prijatni (2016 hal 128) konseling Kb bertujuan membantu kiln
dalam hal:
1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reduksi.
2) Memilih metode KB yang diyakini.
3) Menggunakan metode KB yang dipiliah secara aman dan efektif.
4) Memulai dan melanjutkan KB.
5) Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia.
6) Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam
pengambilan keputusan secara tepat.
7) Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan perasaan
yang menekan/menganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif.
8) Mengubah sikap dan tingkah laku ynag negative menjadi positif dan yang
merugikan klien menjadi menguntungkan klien.
9) Meningkan penerimaan .
10) Menjamin pilihan yang cocok.
11) Menjamin penggunaan cara yang efektif.
12) Menjamin kelangsungan yang lama.
d. Langkah-langkah Konseling KB
Menurut Yulizawati (2019 hal 104) Langkah-langkah dalam konseling KB
adalah “SATUTUJU”:
SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada klien dan berbicara ditempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
membangun rasa percaya dirinya. Tanyakan pada klien apa yang
perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengenai pengalamannya ber KB, tujuan,
kepentingan, serta harapannya kedepan. Tanyakan juga
kontrasepsi apa yang diinginkan klien. Perlihatkan sikap bahwan
bidan memahami klien.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa
pilihan kotrasepsi yang paling mungkin. Bantulah klien kepada
jenis kontrasepsi yang paling diingankannya, serta jelaskan pula
alternatifnya.
TU : Bantulah klien menentukan pilihanya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Dorong klien untuk menungkukan keinginannya
dan mengajukan pertanyaan, serta tanggapi dengan terbuka.
Konselor akan membantu klien mempertimbangkan kriteria dan
keinginan klien terhadap suatu jenis kontrasepsi. Tanyakan juga
dukungan pasangan klien terhadap penggunaan metode
kontrasepsi yang dipilihnya. Dan yakinkan bahwa klien telah
memutuskan keputusan yang tepat.
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana memilih kontrasepsi yang
dipilih oleh klien. Jika perlu, perlihatkan jenis kotrasepsinya.
Jelaskan bagaiaman acara menggunakan obat/alat kontasepsi
yang dipilih oleh klien. Beitahu juga manfaat ganda darai
kontrasepsi bila ada.
U : Jika diperlukan kunjungan ulang, bicarakan dengan klien dan
buat perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
kunjungan ulang. Diingiatkan juga klien untuk datang bila ada
masalah atau keluhan.
e. Standar Pelayanan Keluarga Berencana
Standar pelayanan keluarga berencana menurut Pudiastuti (2011 hal 65).
Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ke 3, minggu ke 2 dan minggu ke
6 setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu
melalui penanganan talipusat yang benar, penemuan dini,
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, memberikan penjelasan tentang keshetan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemebrian ASI, imunisani dan KB.

F. Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Kebidanan
a. Pengertian Manajemen Kebidanan
Asih Y dan Risneni (2016, hal. 53) Manajemen kebidanan adalah
pendokumentasian dengan pendekatan berorintasi masalah yang bertujuan
untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang
terintegrasi.
b. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan
Asih Y dan Risneni (2016, hal. 55) menyatakan bahwa langkah-langkah
dalam manajemen kebidanan yaitu :
1) Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Mengumpulkan semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian
dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu : identitas klien, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan meninjau datat
laboratorium.
2) Langkah 2 : Interpretasi data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah/diagnosis yang spesifik.
3) Langkah 3 : Menginfentifikasi diagnosis/masalah potensial
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis potensial benar-
benar terjadi.
4) Langkah 4 : Mengidentikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan
melakukan rujukan
5) Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Dalam proses perencanaan yang menyeluruh dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyuruluh
berhasil.
6) Langkah 6 : Melaksanakan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya.
Pelaksanaan ini dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya.
7) Langkah 7 : Evaluasi
Merupakan tahapan terakhir dalam manajemen kebidanan, melakukan
evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan.

2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan Metode SOAP


Asih Y dan Risneni (2016, hal. 57) menyatakan bahwa dokumentasi
adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang telah diberikan. Pendokumentasi atau catatan manajemen
kebidanan dapt diterapkan dalam metode SOAP, dengan uraian sebagai
berikut :

a. S (Data Subjektif)
Data subjektif adalah pengkajian data yang diperoleh dengan anamnesis,
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
b. O (Data Objektif)
Data objektif adalah data yang berasal dari hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic
lainnya.
c. A (Assessment / analisa)
Assessment / Analisa adalah pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(Kesimpulan), mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial kebidanan.
d. P (Penatalaksanaan)
Perencanaan atau rencana adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Pelaksaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai
dengan keadaan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan Sistem pendokumentasian
SOAP

Metode/langkah Varney Metode SOAP

1. Pengkajian Data Sujektif dan Objektif


2. Identifikasi diagnosis dan masalah
3. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial Analisa
4. Identifikasi kebutuhan segera
5. Menyusun Rencana asuhan (intervensi)
6. Melaksanakan rencana asuhan (implementasi) Penatalaksaan
7. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai