Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL PADA NY.N DENGAN ATONIA UTERI


DI PMB DEWI ARIYANI TAHUN 2021

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan III

Dosen Pembimbing:
Erni Yuliastuti, S.Si.T., M.Kes

Oleh :
HELDA
NIM. P07124118201

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam
waktu kurang dari sanı jam! Atonia uteri menjadi penyebah lebih dari 90%
perdarahan pascapersalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bavi
(Riplev, 1999) Sebagian besar kematian ibu akibat perdarahan pascapersalinan
terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, etal, 1996).
Karena alasan ini, penatalaksanaan persalinan kala III sesuai standar dan
penerapan manajemen aktif kala III merupakarı cara terbaik dan sangat penting
untuk mengurangi kematian ibu (JNPK-KR, 2017 hal.100)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam
asuhan ini adalah bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada atonia uteri di PMB Dewi Ariyani tahun 2021.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan pada atonia uteri di PMB Dewi Ariyani tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. S dengan atonia
uteri di PMB Dewi Ariyani
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. S dengan atonia
uteri di PMB Dewi Ariyani
c. Mampu menetapkan hasil analisa pada Ny. S dengan atonia uteri di PMB
Dewi Ariyani
d. Mampu melakukan penatalaksanaan Ny. S dengan atonia uteri di PMB
Dewi Ariyani
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan atonia uteri di PMB
Dewi Ariyani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Atonia uteri yaitu ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi
sebagaimana mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara
fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang
berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat
berkontraksi (Wiknjosastro, 2009).
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum
dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan
gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba, 2009).
Atonia uteria adalah gagalnya uterus berkontraksi yang baik setelah
persalinan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan ≥ 500 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir, termasuk adalah perdarahan karena retensio plasenta.
Frekuensi kejadian menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian:
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) (Saadong,
2013)
Atonia merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum, sekurang-
kurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri.
Upaya penanganan perdarahan postpartum disebabkan atonia uteri, harus
dimulai dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya
atonia uteri. (Sihotang, C 2008)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa defenisi atonia
uteri merupakan perdarahan pasca persalinan dimana akibat dari kegagalan
serabut–serabut otot uterus terjadi perdarahan post partum dimana terjadi
setelah plasenta lahir atau 4 jam setelah plasenta lahir (Yulianigsih, 2009).
B. Penyebab Atonia Uteri
Dalam JNPK-KR (2016, hal. 100) beberapa faktor predisposisi vang
terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
adalah:
1. Distensi uterus lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion)
b. Kehamilan gemeli
c. Janin besar (makrosomia)
2. Kala I dan/atau Kala Il memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
5. Infeksi intrapartum
6. Grandernultipara
7. Pengaruh Magnesium Sulfat sebagai anti-kovulsi pada
Preeklampsia/Eklampsia

C. Gejala
Menurut Setyarini dan Suprapti (2016, hal. 114) gejala atonia uteri
adalah sebagai berikut:
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
2. Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar
disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu
lagi sebagai anti pembeku darah.
3. Tanda dan gejala lainnya adalah terjadinya syok, pembekuan darah pada
serviks/posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar
a. Nadi cepat dan lemah
b. Tekanan darah yang rendah
c. Pucat
d. Keringat/kulit terasa dingin dan lembab
e. Pernapasan cepat
f. Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran
g. Urin yang sedikit

D. Penatalaksanaan Atonia Uteri


Menurut Widianti (2014), penatalaksanaan atonia uteri yaitu:
1. Berikan 10 unit oksitosin IM,- Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan
gumpalan darah. Periksa lagi dengan teknik aseptik apakah plasenta utuh.
Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT atau steril, usap vagina dan
ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban
yang tertinggal.
2. Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau
gunakan teknik aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih
(menggunakan kateter karet steril/DTT.
3. Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan KBI selama maksimal 5 menit
atau hingga perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
4. Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
5. Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik, teruskan KBI
selama 1-2 menit
6. Keluarkan tangan dengan hati-hati dari vagina
7. Pantau kala IV dengan seksama, termasuk sering melakukan masase,
mengamati perdarahan, tekanan darah dan nadi
BAB III

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA NY.S DENGAN ATONIA
UTERI DI PMB DEWI ARIYANI TAHUN 2021

Pengkajian
Hari/ Tanggal : Sabtu, 12 Maret 2021
Jam : 11.00 WITA

Identitas
Istri Suami
Nama Ny. S Tn. A
Umur 26 tahun 30 tahun
Pekerjaan IRT Swasta
Pendidikan SMP SMU
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Jl. Kurnia

Prolog
Ny. S datang ke PMB dengan keluhan perutnya mules-mules sejak pukul 06.00
WITA. Ini merupakan kehamilan yang ketiga bagi ibu, anak pertama lahir secara
normal pada tahun 2014 berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3300
gram di tolong oleh bidan, anak kedua lahir secara normal pada tahun 2018
berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 3500 gram di tolong oleh bidan.
HPHT: 23-05-2020, TP: 30-02-2021. Selama hamil ibu rutin memeriksakan
kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan PMB. Ibu
tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan hipertensi,
ibu juga tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan serta tidak memiliki
riwayat kehamilan kembar. Sebelum kehamilan ini ibu menggunakan alat
kontrasepsi pil.

Data Subjektif
Ibu mengatakan perutnya terasa mules dibagian bawah menjalar hingga
kepinggang sejak pukul 06.00 WITA
Data Objektif
Keadaan umum: tampak gelisah, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80
mmHg, respirasi 22x/mnt, nadi 78x/menit dan suhu 36,50C. Inspeksi: kepala
tampak bersih, mata simetris tidak tampak ikterik, konjungtiva tidak pucat, muka
tidak ada oedeme, telinga simetris tidak ada serumen, hidung bersih, mulut
simetris mukosa bibir tidak pucat, leher tidak ada pembengkakan vena jugularis,
dada tampak simetris, mamae simetris tidak ada benjolan pada areola, puting susu
menonjol keluar, pada abdomen tidak terdapat bekas luka operasi, tungkai tidak
ada odem kanan dan kiri, genetalia tidak tampak mengeluarkan cairan, anus tidak
hemeroid. Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah prx (34cm) TBJ 3410 gram bagian
fundus teraba bagian bulat, lembek tidak melenting yaitu bokong janin, leopold II
bagian kanan perut teraba satu bagian memanjang seperti ada tahanan yaitu
punggung (pung-ki) pada bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil janin yaitu
ekstrimitas, leopold III bagian bawah perut teraba satu bagian bulat keras dan
melenting yaitu kepala, leopold IV kepala masuk panggul 4/5 bagian (divergen),
His 3x10’30”, DJJ 147x/menit terdengar jelas dan teratur, portio lunak tipis,
pembukaan Ø 3 cm, ketuban (-), UUK kiri depan, penurunan kepala berada di
hodge I.
Analisa
G3P2A0 Hamil 42 minggu janin tunggal hidup inpartu kala I fase laten

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu telah
memasuki proses persalinan dengan pembukaan 3 cm serta keadaan janin baik
dengan DJJ teratur. Ibu dan keluarga mengerti dan memahami informasi yang
telah disampaikan.
2. Memasang infus pada ibu untuk membantu memberikan nutrisi dan tenaga
pada ibu, ibu mengerti dan infus RL terpasang dengan 20 tpm.
3. Memberikan asuhan sayang ibu
a. Dukungan
Memberikan dukungan moril pada ibu dengan memberi semangat
kepada ibu, menjaga kenyamanan tubuh ibu, mendengarkan keluhan ibu dan
melakukan pijatan pada punggung agar terasa nyaman. Dukungan moril ibu
telah diberikan.
b. Nutrisi
Memberi makan atau minum untuk menambah tenaga ibu. Ibu telah
makan dan minum air putih serta teh hangat.
4. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar mempercepat terjadinya persalinan.
Ibu melakukannya.
5. Mengajarkan kepada ibu untuk menarik napas panjang lewat hidung dan
mengeluarkan lewat mulut untuk mengurangi nyeri ketika kontraksi. Ibu
melakukannya dengan baik.
6. Memfasilitasi pendamping persalinan. Ibu didampingi suami.
7. Mempersilahkan ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin berkemih. Ibu
mengerti.
8. Menyiapkan APD, alat partus steril, perlengkapan pakaian ibu dan bayi. sudah
disiapkan.
9. Mengobservasi kemajuan persalinan yaitu, pembukaan serviks, penurunan
kapala, tekanan darah dan suhu setiap 4 jam, DJJ, kontraksi, nadi, setiap ½ jam.

Catatan Perkembangan

1. Pukul 17:30 SUBJEKTIF


WITA Ibu merasa mulesnya bertambah sering, ada
dorongan kuat ingin meneran, ada peningkatan
tekanan pada rektum dan vagina, peningkatan
pengeluaran lendir bercampur darah (bloody
show).

OBJEKTIF
KU tampak kesakitan, kesadaran compos mentis,
TD 120/80 mmHg, N 87 x/menit, R 25 x/menit,
DJJ terdengar jelas dengan frekuensi 140 x/menit.
His 4x/10’/45”. VT portio tidak teraba,
pembukaan lengkap 10 cm, ketuban pecah
spontan.

ANALISA
G3P2A0 Inpartu Kala II fisiologis

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa
pembukaan sudah lengkap dan proses
persalinan akan dimulai. Ibu mengerti.
2. Menganjurkan suami atau keluarga untuk
mendampingi ibu. Ibu didampingi suami.
3. Memeriksa kelengkapan alat-alat persalinan
dan obat-obatan. Sudah disiapkan.
4. Memasang underpad dibawah bokong ibu dan
kain bersih diatas perut ibu. Underpad dan
kain terpasang.
5. Menyiapkan diri dengan memasang APD dan
mendekatkan partus set. APD sudah dipasang
dan partus set sudah didekatkan.
6. Mengatur posisi ibu untuk persalinan, ibu
diposisikan dalam posisi dorsal recumbent. Ibu
mengambil posisi seperti yang dianjurkan.
7. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik
yaitu kepala diangkat sedikit, dagu menempel
pada dada, mata melihat ke perut, kedua
tangan berpegagan pada paha dan mengedan
setiap kali ada his. Ibu mengerti.
8. Memberi dukungan dan semangat moril pada
ibu saat mengedan dan menganjurkan ibu
untuk beristirahat diantara kontraksi.
9. Memenuhi kebutuhan energi ibu dengan
memberikan minuman kepada ibu. Ibu minum
segelas sari kurma.
10. Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
yaitu:
a. Membimbing ibu untuk mengedan pada
saat ada his, bayi tampak didepan vulva,
satu tangan menahan perineum, tangan lain
menahan puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu kuat. Lahirlah secara
perlahan ubun-ubun kecil, ubun-ubun
besar, dahi, hidung, mulut dan dagu.
Lahirlah kepala seluruhnya.
b. Memeiksa kemungkinan adanya lilitan tali
pusat. Tidak terdapat lilitan pada kepala
bayi.
c. Menunggu putaran paksi luar. Setelah
putaran paksi luar, kedua telapak tangan
memegang kepala bayi secara biparetal,
kemudian menggerakkan kepala ke arah
bawah untuk melahirkan bahu depan dan
ke arah atas untuk melahirkan bahu
belakang. Setelah bahu lahir kemudian
melahirkan badan bayi.
d. Melakukan sanggah susur untuk
melahirkan seluruh badan bayi.
11. Bayi lahir spontan belakang kepala pukul
17:45 WITA, segera menangis, bernafas
spontan, kulit kemerahan, bergerak aktif, jenis
kelamin perempuan.
12. Meletakkan bayi diatas perut ibu yang sudah
dialasi dengan kain bersih, keringkan tubuh
bayi seperti muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali kedua telapak tangan
menggunakan kain bersih dan kering,
kemudian ganti kain basah dengan kain yang
kering. Kain sudah diganti.
13. Mengklem tali pusat dengan jarak ±2 cm dari
pangkal pusat mengurut ke arah bayi,
memasang klem kedua ±2 cm dari klem
pertama.
14. Melakukan pemotongan tali pusat diantara 2
klem. Tali pusat telah dipotong.
15. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan
tidak ada janin kedua. Tidak ada janin kedua.
16. Melakukan penyuntikan oksitosin secara
intramuskular pada 1/3 paha bagian luar (paha
kiri) agar kontraksi uterus ibu baik dan untuk
membantu melahirkan plasenta.
2. Pukul 17:45 SUBJEKTIF
WITA Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules

OBJEKTIF
KU baik, kontraksi uterus baik dan keras, TFU
setinggi pusat, tidak ada janin kedua, kandung
kemih kosong, tali pusat memanjang dan ada
semburan darah tiba-tiba.
ANALISA
P3A0 Kala III fisiologis

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa sudah
terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan
akan dilakukan tindakan untuk melahirkan
plasenta. Ibu mengerti dan setuju dengan
asuhan yang akan diberikan.
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
(PTT), plasenta lahir lengkap dengan
selaputnya pada pukul 17:50 WITA.
3. Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta
lahir lengkap dengan selaputnya.
4. Melakukan masase uterus. Uterus ibu terasa
lemah dan tidak berkontraksi dengan baik.
3. Pukul 17:55 SUBJEKTIF
WITA Ibu mengatakan lelah setelah melahirkan, dan
merasa banyak darah yang keluar dari jalan lahir.

OBJEKTIF
KU baik, TD 120/90 mmHg, N 80x/ menit, T
37,0° C, kontraksi uterus lemah, TFU 1 jari diatas
pusat, kandung kemih penuh, perdarahan ±800ml
dengan darah menggumpal.

ANALISA
P3A0 kala IV dengan atonia uteri
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
ibu mengalami atonia uteri yaitu uterus yang
tidak berkontraksi dengan baik (lemah) yang
menyebabkan ibu mengalami perdarahan. Ibu
mengerti.
2. Memasukkan oksitosin 10 I.U dalam infus ibu
dan mengatur kecepatan infus guyur.
Oksitosin telah dimasukkan.
3. Mengosongkan kandung kemih ibu. Telah
dilakukan dengan menggunakan kateter.
4. Melakukan massase pada fundus ibu selama
15 detik. Massase telah dilakukan.
5. Melakukan kompresi bimanual internal (KBI)
selama lima menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu selama kala
IV. Telah dilakukan, uterus berkontraksi
dengan baik.
6. Mengajarkan ibu untuk massase uterus
selama 15 detik untuk mempertahankan
kontraksi. Ibu melakukan massase dengan
baik.
7. Melakukan penjahitan perineum derajat 2.
Penjahitan telah di lakukan.
8. Memfasilitasi personal hygene, meliputi
membersihkan tubuh ibu dari paparan darah,
mengganti pakaian ibu, membersihkan tempat
tidur ibu. Tubuh ibu sudah bersih, pakaian ibu
di ganti, dan tempat tidur ibu bersih.
9. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
dengan telentang sambil meluruskan kaki
dan mempersilahkan ibu beristirahat.
10. Melakukan dekontaminasi dan sterilisasi
alat. Alat sudah steril
11. Melakukan observasi 2 jam post partum
meliputi, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih, perdarahan, dan tanda-tanda vital.
12. Melengkapi lembar belakang partograf.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan yang dilakukan di PMB Dewi Ariyani pada Ny. S
dengan atonia uteri dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada tanggal 12 Maret 2021 pada pukul 11:00 WITA,
diperoleh data keadaan umum tampak gelisah, kesadaran composmentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 22x/mnt, nadi 80x/menit dan suhu
36,70C. Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah prx (34cm) TBJ 3410 gram
bagian fundus teraba bagian bulat, lembek tidak melenting yaitu bokong
janin, leopold II bagian kanan perut teraba satu bagian memanjang seperti
ada tahanan yaitu punggung (pung-ki) pada bagian kanan teraba bagian-
bagian terkecil janin yaitu ekstrimitas, leopold III bagian bawah perut
teraba satu bagian bulat keras dan melenting yaitu kepala, leopold IV
kepala masuk panggul 4/5 bagian (divergen), His 3x10’30”, DJJ
147x/menit terdengar jelas dan teratur, portio lunak tipis, pembukaan Ø 3
cm, ketuban (-), UUK kiri depan, penurunan kepala berada di hodge I.
2. Analisa diagnose data adalah Ny. S G3P2A0 Hamil 42 minggu janin
tunggal hidup intra uteri, letak kepala, inpartu kala I fase laten.
3. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan memasang infus pada ibu
untuk membantu memberikan nutrisi dan tenaga pada ibu, memberikan
asuhan sayang ibu, menganjurkan ibu untuk miring kiri agar
mempercepat terjadinya persalinan, mengajarkan kepada ibu untuk
menarik napas panjang lewat hidung dan mengeluarkan lewat mulut
untuk mengurangi nyeri ketika kontraksi, memfasilitasi pendamping
persalinan, mempersilahkan ibu untuk BAK apabila ada rasa ingin
berkemih, menyiapkan APD, alat partus steril, perlengkapan pakaian ibu
dan bayi. sudah disiapkan dan mengobservasi kemajuan persalinan yaitu,
pembukaan serviks, penurunan kapala, tekanan darah dan suhu setiap 4
jam, DJJ, kontraksi, nadi, setiap ½ jam.
B. Saran
Saran untuk keluarga Ny. S agar memberi dukungan dan semangat kepada
ibu untuk melawati proses persalinannya, serta saran untuk bidan agar dapat
memberikan perawatan yang lebih baik lagi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai