Anda di halaman 1dari 29

HAND OUT MATA KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Disusun Oleh :

Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
DIPLOMA III JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
HAND OUT

PERTEMUAN T3

1. Identitas Mata Kuliah


a. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
b. Kode : KI. Bd.5.009
c. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
d. Semester/Prodi : (Satu) / D.III
e. Pengajar : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu memahami dan Menjelaskan konsep Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Konseling Dalam Praktik Kebidanan
A. Pengertian Konseling Kebidanan

Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan


baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara
professional(sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien.

B. Tujuan Konseling Kebidanan

Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang


dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha
mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara
efektif.Berdasarkan hal tersebut, ada dua fungsi dalam tujuan konseling kebidanan
yang harus diperhatikan bidan, yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi kuratif

2
Bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam proses
perkembanganya atau membantu mengatasi masalah klien.Dimana klien tidak
dapat mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang diterima, maka
klien dibantu untuk memahami dan menyelesaikan perkembanganya.

2. Fungsi preventif

Fungsi prenventif tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi, tetapi
juga menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul massalah baru yang
dapat mengganggu diri klien dan orang lain.Fungsi preventif dapat diberikan
dengan beberapa terapi yang sesuai dengan masalah dan keadaan klien itu
sendiri. Sedangkan secara garis besar tujuan konseling dalam praktik
kebidanan adalah mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku klien.

C. Langkah-langkah konseling dalam praktik kebidanan


1. Langkah awal
Merupakan langkah penting dalam proses konseling dalam kebidanan,
keberhasilan langkah awal akan mempermudah langkah berikutna dalam
proses konseling dalam kebidanan.Pada langkah awal tugas bidan sebagai
seorang konselor adalah sebagai berikut.
a. Mengeksplorasi perasaan,fantasi, dan ketakutan sendiri.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Menentukan alasan klien minta pertolongan.
d. Membuat kontrak bersama.
e. Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
f. Mengidentifikasi masalah klien.
g. Merumuskan tujuan bersama klien.
2. Langkah inti
Langkah kedua dari proses konseling kebidanan adalah langkah inti atau
langkah pokok.Langkah ini menentukan apakah bantuan yang diberikan benar-
benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah konseling berhasil dengan
baik.Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai beikut:
a. Mengeksplolarasi stressor yang tepat.

3
b. Mendukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakain koping
mekanisme yang konstruktif.
c. Mengatasi penolakan prilaku maladaptif.
d. Memberikan beberapa berapa alternatif pilihan pemecahan masalah .
e. Melaksanakaan alternative yang dipilih klien.
f. Merencanakan tindak lanjut dari alternatif pilihan.
3. Langkah Akhir
Setelah melakuka kegiatan pokok dalam proses konseling, meskipun bidan
bukan orang yang paling berhak untuk mengakhiri proses konseling, akan
tetapi bidan harus dapat melakukan terminasi atau pengakhiran. Tugas bidan
pada langkah akhir adalah:
a. Menciptakan realitas perpisahan.
b. Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan.
c. Saling mengeksplorasi perasaan, kehilangan, sedih, marah, dan perilaku
lain.
d. Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling.
e. Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan
membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

4
HAND OUT

PERTEMUAN T4

1. Identitas Mata Kuliah


a. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
b. Kode : KI. Bd.5.009
c. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
d. Semester/Prodi : (Satu) / D.III
e. Pengajar : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu Memahami Dan Menjelaskan Konsep Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Konseling Dalam Praktik Kebidanan
D. Bentuk Layanan Konseling Dalam Praktik Kebidanan
Konseling praktik kebidanan dibagi menjadi 6 bentuk, yaitu :
1. Konseling remaja dan kesehatan reproduksi remaja
Istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia. Dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Kesehatan reproduksi
remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi, dan proses
reproduksi remaja. Biasanya dipengaruhi oleh masalah menikah dan
melakukan hubungan seksual pada usia dini, akses pendidikan dan pekerjaan,
ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa.
Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh anak-anak dan remaja.Karena
ini sangat berkualitas pada kepribadian, kesehatan, maupun pendidikan. Topik
konseling remaja melipurti:
a. Remaja dan kesehatan reproduksinya.
b. Seksualitas.

5
c. Infeksi menular seksual.
d. Isu gender.
e. Narkoba dan zat adiktif.
2. Konseling Ibu Hamil
Tingginya kematian ibu merupakan permasalahan, karena kematian ibu akan
berdampak pada seluruh keluarga. Ini dikarenakan adanya komplikasi dari
kehamilan.Di Indonesia angka kematian ibu sangat tinggi. Mengingat masih
tingginya AKI, diperlukan suatu kerja sama bidan dengan ibu. Salah satu upaya
yang dilakukan bidan adalah konseling.
a. Konseling kunjungan pertama :
1) Pentingnya 7T
2) Perlunya pendampingan
3) Kebutuhan gizi ibu
4) Beban kerja ibu
5) Program KB
6) Senggama pada saat kelahiran.
7) Kunjungan ulang
b. Kunjungan Kehamilan 36 minggu:
1) Kesehatan ibu dan janin
2) Tanda-tanda persalinan dini
3) Rencana persalinan
4) Persiapan bayi
5) Pentingnya kolostrum
6) Keuntungan ASI
c. Kunjungan Kehamilan >36 minggu
1) Tanda-tanda persalinan
2) Tempat persalinan
3) Pentingnya persalinan di fasilitas kesehatan
3. Konseling Pada Ibu Bersalin
Merupakan proses alamiah, teapi meskipun proses alamiah, tidak semua ibu
bersalin mampu beradaptasi dengan persalinan terutama pada kala 1 yang

6
merupakan nyeri hebat bagi si ibu. Karena pada tahap ini resiko komplikasi
yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.Lancarnya persalinan
ditentukan oleh faktor psikologis.
a. Konseling tahap I
1) Masalah dalam persalinan
2) Tindakan selama persalinan
3) Menganjurkan ibu tidak menahan BAK
4) Menganjurkan ibu untuk istirahat
5) Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu.
b. Konseling tahap II
1) Mengajari cara meneran yang baik.
2) Menganjurkan ibu untuk meneran pada saat his.
3) Memberikan semangat dan dukungan.
c. Konseling Tahap III
1) Mengajari ibu untuk mesasi uterus.
2) Memberikan informasi ibu tentang pendarahan.
d. Konseling Tahap IV
1) Memberikan informasi erawatan tentang alat kelamin.
2) Menganjurkan ibu sering mengganti pembalut.
3) Memberikan informasi dan memotifasi ibu utuk melakukan mobilisasi.
4) Memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi.
4. Koseling Ibu Nifas
a. konseling pada ibu
1) proses masa nifas.
2) Keluhan umum 1-72 jam masa nifas.
3) Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
4) Tanda komplikasi masa nifas.
5) Kebersihan ibu.
6) Kolostrum dan pemberian ASI.
7) Teknik menyusui
8) Kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas.

7
5. Konseling pada bayi
a. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi.
b. Kebersihan bayi.
c. Perawatan tali pusat bayi.
d. Imunisasi.
e. Status kesehatan bayi.
f. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan bayi.
6. Konseling KB
a. Memperlakukan klien dengan baik.
b. Interaksi dengan klien.
c. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan.
d. Menyediakan metode yang diinginkan klien.
e. Membantu klien mengerti dan mengingat.
E. Hambatan-hambatan konseling kebidanan
1. Hambatan Internal
Hambatan internal Merupakan hambatan pribadi yang berasal dari diri bidan
sebagai konselor.Hambatan pribadi yang sering muncul adalah bidan kurang
percaya diri, kurang pengetahuan, dan keterampilan tentang konsling, serta
kjetidakmampuan dalam membentuk jejaring.
2. Hambatan Eksternal
Ini sering muncul pada organisasi yaitu dari mitra kerja bidan. Persaingan-
persaingan dalam pekerjaan, fasilitas(keuangan, alat peraga,dsb), dan budaya
seringkali menjadi faktor pemicu hambatan eksternal dalam proses
pemberiaan konseling.

8
HAND OUT

PERTEMUAN T5

1. Identitas Mata Kuliah


a. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
f. Kode : KI. Bd.5.009
b. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
c. Semester/Prodi : I (Satu) / D.III
d. Pengajar : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu memahami dan menjelaskan konsep Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Komunikasi Interpersonal
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu
untuk saling bertukar gagasan ataupun pemikiran kepada individu lainnya.
B. Tujuan Komunikasi Interpersonal
1. Menemukan Diri Sendiri
2. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain
3. Menemukan Dunia Luar
4. kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang
berkomunikasi dengan kita.
5. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
6. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
7. Untuk Bermain Dan Kesenangan
8. Untuk Membantu
C. Sasaran Komunikasi Interpersonal (KIP)
1. Remaja/Karang Tarun

9
2. Calon Pengantin
3. PUS (pasangan usia subur)
4. Calon Aseptor
5. Akseptor dalam rangka pemantapan
6. Bumil,Bulin,dan Bufas serta Ibu yang punya Balita
7. Menopause
8. Kader KB
9. Paraja/Dukun Bayi
10. Pasien yang mengalami kekerasan
D. Alasan Memberikan KIP
1. Menimbulkan rasa saling percaya
a. Menerima
b. Empati
c. Kejujuran
2. Menimbulkan sikap suportif
3. Menimbulkan keterbukaan
E. Aspek-aspek KIP
Aspek dalam tata bahasa berarti sebuah kategori gramatikal verba yg menunjukan
lama dan jenis perbuatan. Macam-macam aspek KIP :
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sikap mendukung
4. Sikap positif
5. Kesetaraan
F. Proses KIP
Proses komunikasi ialah langkah2 yg menggambarkan terjadinya kegiatan
komunikasi.
Edukasi ialah proses pembelajaran yg bertujuan untuk mengembangkan potensi
diri. Promosi ialah upaya untuk memberitahukan dan menawarkan produk jasa
dengan tujuan menarik.
1. Proses KIP secara Edukasi

10
a. Berdiskusi antara komunikator dan komunikan.
b. Mencari jalan keluar secara bersama-sama.
c. Mencari informasi dari beberapa sumber.
2. Proses KIP secara Promosi
a. Melakukan seminar.
b. Memberikan penyuluhan.
c. Menawarkan cara pengobatan.

11
HAND OUT

PERTEMUAN T6

1. Identitas Mata Kuliah


a. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
g. Kode : KI. Bd.5.009
b. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
c. Semester/Prodi : I (Satu) / D.III
d. Pengajar : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu Memahami Dan Menjelaskan Konsep Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Komunikasi Interpersonal
G. Metode KIP
1. Komunikasi interpersonal verbal
a. Tatap muka
b. Bersedia seperti telepon dan pesan tertulis
2. Komunikasi interpersonal non-verbal
a. Bahasa tubuh
b. Intonasi
H. Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal
Prinsip merupakan pernyataan umum maupan maupun individual yang dijadikan
oleh seseorang sebagai sebuah pedoman untuk beroikir dan bertindak. Macam-
macam prinsip KIP :
1. Komunikasi interpersonal adalah tujuan proses transaksional
2. Komunikasi interpersonal memiliki tujuan
3. Komunikasi interpersonal berpotensi ambigu

12
4. Komunikasi interpersonal berhubungan simetris
5. Komunikasi interpersonal merujuk pada konten dan hubungan
6. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian acara selingan
7. Komunikasi interpersonal pasti terjadi,tidak bisa diubah kembali, dan tidak
bisa diulang
I. Tipe tipe KIP
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yg menggunakan kata-kata, lisan,
maupun tulisan. Beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu
bahasa dan kata.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata
sendiri. Beberapa unsur penting dalam komunikasi nonverbal, yaitu bahasa
tubuh, tanda, tindakan dan objek.
J. Komponen-komponen utama KIP
Komponen merupakan bagian dari keseluruhan atau unsur yg membentuk suatu
sistem atau kesatuan. Macam-macam komponen KIP :
1. Komunikator
Komunikator sering disebut sumber pesan, orang yang mengambil inisiatif
dalam menyampaikan pesan.
2. Pesan/berita
Berita sering disebut dengan pesan, materi, pengertian yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan
3. Saluran
Saluran adalah sarana tempat pengantar atau bertukarnya informasi tatap muka
4. Komunikan
Komunikan dikatakan sebagai orang yang menerima pesan, lawan bicara, dan
audiens.
5. Lingkungankomunikasi
Lingkungan komunikasi yaitu lingkungan dimana berlangsungnya komunikasi

13
6. Enkoding-Dekoding
Tindakan menghasilkan pesan(enkoding)
menerima pesan(dekoding)
7. Umpan balik
Umpan balik dalah informasi yang dikirimkan balik kesumbernya
K. Faktor penghambat KIP
1. Faktor individual
Faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi
kultural (keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. orientasi ini merupakan gabungan dari:
a. Faktor fisik , kepekaan panca indera (kemampuan untuk melihat,
mendengar), usia, dan jenis kelamin.
b. Sudut pandang, nilai-nilai
c. Faktor social, sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status sosial, peran sosial.
d. Bahasa
2. Faktor berkaitan dengan interaksi
a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b. Sikap terhadap interaksi
c. Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain
d. Sejarah hubungan
3. Faktor situasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan
komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya merupaka situasi
yang sangat mendukung, begitu pula sebaliknya.
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan
a. Empati
b. Perspektik social
c. Kepekaan terhadap sesuatu dalam hal KIP
d. Pengetahuan akan situasi pd saat melakukan KIP
e. Memonitor diri

14
HAND OUT

PERTEMUAN T9

1. Identitas Mata Kuliah


e. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
a. Kode : KI. Bd.5.009
b. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
c. Semester/Prodi : I (Satu) / D.III
d. Pengajar : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu memahami dan Menjelaskan Konsep Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Komunikasi Efektik (Komunikasi Terapeutik Yang Efektif)
A. Pengertian
Komunikasi terpeutik adalah suatu keterampilan atau proses interasi secara sadar
yang dilakukan oleh bidan pada klien untuk beradaptasi terhadap gangguan baik
secara fisik maupun psikologi sehingga bisa membantu klien untuk mencapai
kesembuhan atau mengatasi masalahnya.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Menurut Purwanto dalam Damayanti (2008) komunikasi terapeuti memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut.
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yg ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan
b. Mengurangi keraguan,membntu dalam hal pengambilan tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain. Lingkungan fisik dan dirinya sendiri

15
2. Manfaat
Sedangkan manfaat dari komunikasi terapeutik ada dua manfaat yaitu:

a. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara tenaga kesehatan


dan klien.
b. Untuk mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.
C. Hubungan Terapeutik
Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Atau Tenaga Kesehatan Lainnya
1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja
di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada
instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar
prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa
diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien
dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah. Selain itu komunikasi
antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien,
disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa,
serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai
penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar
istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan
komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan

16
perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien
serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat
terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat
dengan dokter.
2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal. Hubungan
profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan
atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan
wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural. Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik
a. Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.

17
b. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk
kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan
dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan
klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang
yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke
fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru
berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
c. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
1) Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat
bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam
konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian
obat.
2) Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga
kesehatan lainnya.
3) Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi
ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau
formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli
farmasi. Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan
informasi tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau
yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat

18
dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang
dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat.
Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat
yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi
adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan.
d. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
1) Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan
gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar
tercapai pelayanan yang bermutu.
2) Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat
terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat
absorbsi dari obat tersebut.
D. Bentuk dan karakteristik komunikasi efektif
1. Komunikasi verbal
Meliputi kata-kata yang di ucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah
media atau symbol yang digunakan untuk mengeskpresikan ide atau perasaan,
menimbulkan respons emosional, atau menggambarkan objek atau observasi,
kenangan atau kesimpulan.
2. Komunikasi non-verbal
Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata.
Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata
dan merupakan salah cara yang terkuat bagi seorang untuk mengirimkan pesan
kepada orang lain.
E. Proses Komunikasi Terapeutik

19
Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu :
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai


kelebihan serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang
perawat adalah memahami keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan
pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh perawat dalam tahap
prainteraksi adalah :

a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum


elangsungkan komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk melakukan
pengkajian terhadap perasaannya sendiri, yaitu berkenaaan dengan
kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien.
b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat
dalam diri sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam
memulai pembicaraan dan sensitive terhadap perasaan orang lain. Tentunya,
keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat guna memudahkan
dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan saling
percaya dengan pasien.
c. Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi
untuk mengetahui informasi tentang pasien, sekaligus media guna
memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat bisa mengetahui identitas
pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan interaksi.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum
bertemu, perawat sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu
kapan, di mana,dan strategi yang hendak dilakukan dalam pertemuan
tersebut.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan
memperkenalkan diri kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat
telah bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat
pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap

20
perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang
sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat
dalam tahap perkenalan :
a. Membina rasa saling percaya.

Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan


terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka keterbukaaan antara
kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjad. Dengan
demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa membina
hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus
bersikap terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati janji, dan
menghargai pasien.

b. Merumuskan kontrak dengan pasien.

Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi


antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat
harus menjelaskan mengenai peranannya supaya pasien tidak salah paham
terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat adalah
menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena
menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu.
Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa
kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan keinginan
untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri pasien.

c. Menggali pikiran dan perasaan pasien.

Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna


mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh
seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan terbuka
sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya
adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaannya.

21
d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada
keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin
menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi
terhadap pasien.

Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang
sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang sudah
dilakukan.

3. Tahap Kerja

Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya


adalah tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama
mengatasi permasalahan yang ada. Perawat dituntut memfungsikan
kemampuannya dalam mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang baik terhadap perubahan
pasien. Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui
active listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan
perawat memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara
tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan sekaligus
menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien.

4. Tahap Terminasi

Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan
pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :

i. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan
pasien.
ii. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan.

22
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :

a. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah


dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana
dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan menunjukkan
kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang perawat
menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan
interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan
interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa mengurangi kecemasan
atau tidak ?
c. Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa
disebut sabagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan
harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
d. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat
mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak
dilakukan.

23
HAND OUT

PERTEMUAN T10

1. Identitas Mata Kuliah


a. Nama : Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan
b. Kode : KI. Bd.5.009
c. Bobot SKS : 2 SKS (T:1 ; P:1)
d. Semester/Prodi : I (Satu) / D.III
e. Pengajar : : Hj. Tri Tunggal, S.Pd,.S.ST,.M.Sc

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mampu memahami dan menjelaskan konsep Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan

3. Materi Perkuliahan
Komunikasi Efektik (Komunikasi Terapeutik Yang Efektif)
F. Unsur-Unsur Dalam Membangun Komunikasi Efektif
Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik Menurut potter dan perry 2010, unsur-unsur
yang terkandung dalam komunikasi terapeutik meliputi:
1. Keramahan Keramahan seorang perawat dalam melangsungkan komunikasi
kepada pasien meripakan langkah pertama guna memberikan kesan yang
bermakna dalam hal perencanaan perawatan yang hendak dilaksanakan.
2. Penggunaan nama Dalam komunikasi terapeutik, penggunaan nama merupakan
bagian dari unsur yang cukup fundamental dimana pengenalan diri akan
berfungsi meretas keraguan yang kerap bisa hadir dipikiran pasien. Saat
perawat memanggil nama asli pasien, saat tersebut seorang perawat telah
memberikan penghargaan yangcukup bermakna bagi pasien, yang tentunya
semakin memberikan ruang guna melangsungkan komunikasi secara lebih
efektif.
3. Dapat dipercaya Dapat dipercaya merupakan bagian dari kelancaran
berkomunikasi. Tentunya, hal ini harus diperhatikan oleh seorang perawat

24
dalam melangsungkan komunikasi terapeutik. Penting bagi seorang perawat
untuk senantiasa menunjukan kehangatan, konsistensi, kejujuran, kompetensi,
dan 19 rasa hormat terhadap lawan bicara atau pasien saat melangsungkan
komunikasi terapeutik.
4. Otonomi dan tanggung jawab Hal yang dimaksud dari otonomi dan tanggung
jawab adalah keberanian yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam
membuat pilihan atau menentukan keputusan sekaligus
mempertangungjawabkannya.
5. Asertif tegas Komunikasi asertif dapat memberikan ruang bagi seseorang guna
mengekspresikan perasaan dan pikirannya tampa harus menghakimi, menuduh,
maupun menyakiti orang lain. Di dunia keperawatan, sikap asertif juga
berfungsi guna meningkatkan rasa percaya diri seseorang sekaligus
menunjukan rasa penghormatan terhadap orang lain
G. Karakteristik komunikasi terapeutik
Karakteristik komunikasi terapeutik menurut Taufik (2007) ada dua, yaitu
keiklasan dan empati :
1. Keikhlasan
Dalam upaya memberikan bantuan kepada klien,bidan harus dapat
menyadari adanya nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki oleh klien.Bidan
yang mampu menunjukan keiklasan yang tinggi baik secara verbal atau non
verbal, akan memunculkan kesadaran klien mengkomunikasikan secara
tepat,bidan tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatip klien,bahkan
akan berusaha selalu berinteraksi dengan klien. Hasilnya bidan akan mampu
mengeluarkan segala persaan yang tepat, bukan menyalahkan atau
menghukum.Keikhlasan tidak selalu dengan mudah untuk dilakukan , supaya
lebih percaya diri,maka dibutuhkasn pengembangan diri setiap saat.Dengan
demikian sekali bidan mampu membantu memulihkan kondisi pasien,pada saat
yang sama pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling
menguntungkan akan meningkat secra lebih bermakna.
2. Empati

25
Empati merupakan suatu Perasaan “pemahaman” dan “penerimaan
bidannterhadapp parasaan yang dialami oleh klien dan kemampuan dalam
mersakan dunia pribadi pasien. Empati merupakan sesuatu yang jujur,sensitip
dan tidak dibuat buat / obyektif,karena berdasar atas apa yang dialalmi orang
lain.
Empati lebih cenderung bergantung pada pengalaman. Sebagai contoh:
Bidan akan lebih mudah membantu mengatasi nyeri apabila mempunyai
pengalaman yang sama tentang nyeri (keseragaman dan kesamamaan
pengalaman). Empati memperbolehkan bidan untuk dapat berpartisipasi
sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi klien.
H. Jenis-jenis komunikasi terapeutik
1. Mendengar Aktif dengan Penuh Perhatian
Teknik mendengar ada dua macam yaitu mendengar pasif dan mendengar aktif.
Mendengar pasif misalnya menganggukan kepala atau kontak mata.
Sedangkan mendengar aktif adalah mendengar dengan penuh perhatian dan
bertujuan untuk mengetahui perasaan orang lain. Keuntungan mendengar aktif
adalah pasien merasa dihargai dan merasa penting serta pasien merasa
didengarkan sehingga pasien merasa nyaman. Mendengar aktif dengan penuh
perhatian bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Pandang klien dan keluarga saat berbicara


b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan
c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian
d. Tidak menyilangkan kaki dan tangan
e. Menghindari gerakan yang tidak perlu
f. Anggukan kepala apabila klien membicarakan hal yang penting
g. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.
2. Menunjukkan Penerimaan
Menunjukkan penerimaan berarti bersedia mendengarkan orang lain tanpa
keraguan tetapi bukan berarti bidan menyetuji semua hal. Bidan tidak harus

26
menerima perilaku klien tetapi harus menghindari ekspresi wajah yang
menunjukan tidak setuju, misalnya menggelengkan kepala atau mengerutkan
dahi/wajah. Contoh sikap bidan yang menyatakan penerimaan adalah sebagai
berikut :

a. Mendengarkan tanpa memutus pembicaraan


b. Memberikan umpan balik verbal
c. Memastikan bahwa isyarat verbal cocok dengan komunikasi verbal
d. Menghindari untuk berdebat
3. Mengajukan Pertanyaan yang Berkaitan
Tujuan bidan mengajukan suatu pertanyaan yang berkaitan adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh
pasien atau keluarganya.

4. Mengajukan Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang luas,


sehingga pasien bisa mengemukakan masalah dan perasaannya dengan kata-
kata sendiri.

5. Mengulang Ucapan Klien

Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

6. Mengajukan Pertanyaan Klarifiksi

Mengajukan pertanyaan klarifikasi tujuanya adalah untuk menglarifikasikan


hal-hal yang belum dimengerti untuk menghindari kesalahpahaman.

7. Menfokuskan

Menfokuskan tujuanya adalah untuk membatasi pembicaraan sehingga


pembicaraan menjadi lebih spesifik.

8. Menyampaikan Hasil Observasi

Menyampaikan hasil observasi bertujuan untuk memberikan umpan balik dari


hasil pengamatan yang dilakukan.

27
9. Menawarkan Informasi

Menawarkan informasi adalah untuk memberikan tambahan informasi yang


merupakan bagian dari pendidikan kesehatan.

10. Diam

Diam menurut Damayanti (2008) digunakan pada saat klien perlu


mengekpresikan ide tetapi klien tidak tahu bagaimana menyampaikan hal
tersebut. Sikap diam juga bisa digunakan, baik oleh klien ataupun bidan, untuk
mengorganisir pikirannya. Sikap diam memungkinkan klien untuk dapat
berkomunikasi secara internal dengan dirinya sendiri,mengorganisir dan
memproses informasi yang didapat.
11. Meringkas
Meringkas tujuanya untuk membantu bidan mengulang aspek penting yang
dibicarakan sehingga dapat dilanjutkan pembicaraan dengan topik yang
berkaitan. Contoh: “Selama 30 menit Ibu dan saya telah membicarakan
tentang KB....”
12. Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan dapat dilakukan bila pasien sudah mengalami
perubahan secara nyata,maka perlu disampaikan demikian

13. Menawarkan diri

Teknik komunikasi menawarkan diri dilakukan tanpa pamrih dan hanya


menyatakan kesediaan diri.

14. Memberikan Kesempatan pada Klien untuk Memulai Pembicaraan

Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan bertujuan


untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk memiliki inisiatif dalam
memilih topik.

15. Menganjurkan Untuk Meneruskan Pembicaraan

28
Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan,teknik ini menganjurkan klien
untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa
klien sedang mengikuti pembicaraan dan merasa tertarik dengan apa yang
akan dibicarakan.

16. Menempatkan Kejadian Secara Teratur

Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong bidan dan klien untuk
melihatnya dalam suatu persepektif.Bidan akan menentukan pola kesukaran
interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan
berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhan.

17. Menganjurkan Klien untuk Menguraikan Persepsi

Teknik ini dilakukan denan cara menganjurkan klien untuk menguraikan


persepsinya dan meminta klien untuk menyampaikan apa yang sedang
dirasakan atau dipikirkan.

18. Refleksi

Refleksi artinya mengarahkan kembali ide, perasaan, atau isi pembicaraan.

19. Asertif
Asertif adalah kemampuan untuk meyakinkan dan nyaman untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai orang lain.
20. Humor
Humor adalah hal yang penting dalam komunikasi verbal karena humor akan
mengurangi ketegangan dan stress sehingga bisa mendukung keberhasilan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Selain itu hormon akan merangsang
katekolamin sehingga seseorang akan merasa sehat, meningkatkan toleransi
nyeri, mengurangi kecemasan, serta menfasilitasi relaksasi dan meningkatkan
metabolisme.

29

Anda mungkin juga menyukai