Anda di halaman 1dari 22

Pengaruh Pemberian Massage terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Pada Persalinan Kala I


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan adalah saat
yang sangat dinanti-nantikan ibu hamil untuk dapat marasakan kebahagiaan melihat dan
memeluk bayinya. Tetapi persalinan juga disertai rasa nyeri yang membuat kebahagiaan
yang didambakan diliputi oleh rasa takut dan cemas. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan
masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%)
persalinan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2002 ).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara
farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif
dibanding dengan metode nonfarmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan
berpotensi mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi lebih
murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook &
Wilcox, 1997). Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama
persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya. Relaksasi, teknik
pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin,
musik, guided
nonfarmakologi

imagery,
yang

akupresur,

dapat

aromaterapi

meningkatkan

merupakan

kenyamanan

ibu

beberapa
saat

bersalin

teknik
dan

mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman persalinan.


Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia T seorang mahasiswa asal Amerika Serikat pada tahun
2001, menggunakan 10 metode nonfarmakologi yang dilakukan pada sample 46 orang
didapatkan bahwa teknik pernapasan, relaksasi, akupresur dan massage merupakan teknik
yang paling efektif menurunkan nyeri saat persalinan (Arifin, 2008).
Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses
fisiologis. Secara objektif sebagaimana telah dilakukan penelitian oleh Niven dan Gijsbern
pada tahun 1984 didapatkan bahwa nyeri persalinan jauh melebihi keadaan penyakit.
Bagaimanapun nyeri harus diatasi, Browridge (1995) meyatakan bahwa nyeri yang
menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fungsional yang menyebabkan
respon stress fisiologis, nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi dengan

frekuensi pernafasan 60-70 kali per menit sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan
peningkatan pH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah, maka kadar PaCO2 janin juga rendah
sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin, nyeri juga meyebabkan
aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang
akhirnya dapat mengancam kehidupan janin dan ibu (Mander 2003). Nyeri yang lama dan
tidak tertahankan akan menyebabkan meningkatnya tekanan sistol sehingga berpotensi
terhadap adanya syok kardiogenik (Zulkarnain, 2003). Nyeri persalinan yang tidak
tertahankan

mendorong

ibu

bersalin

menggunakan

obat

penawar

nyeri

sepertianalgetik dan sedativa (Ridolfi dan Franzen, 2001), sedangkan obat-obat tersebut
memberikan efek samping yang merugikan yang meliputi fetal hipoksia, resiko depresi
pernapasan

neonatus,

penurunan Heart

Rate / Central

nervus

system (CNS)

dan

peningkatan suhu tubuh ibu yang dapat menyebabkan perubahan pada janin (Mander,
2003).
Salah

satu

metode

yang

sangat

efektif

dalam

menanggulanginya

adalah

dengan massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi

nyeri

persalinan.

Dasar

teori massage adalah

teorigate

control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall (dalam Depertemen Kesehatan Republik Indonesia,
1997). Teori ini menjelaskan tentang dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan
serabut berdiameter besar yang mempunyai fungsi berbeda. Bidan mempunyai andil yang
sangat besar dalam mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam
pendekatan nonfarmakologi

adalah analgesia psikologis

yang dilakukan

sejak awal

kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan
yoga (Gadysa, 2009). Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000
wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan manfaat relaksasi dan pijatan untuk
meredakan nyeri (Findley dan Chamberlain,1999). Dua studi skala kecil menunjukkan
bahwa pijatan dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil dan wanita bersalin. Wanita
yang mendapat pijatan secara teratur selama kehamilan mengalami penurunan
kecemasan, penurunan nyeri punggung, dan dapat tidur lebih nyenyak dibandingkan
wanita yang tidak mendapat pijatan. Kelompok yang mendapat pijatan juga memiliki lebih
sedikit komplikasi pada persalinan dan memiliki lebih sedikit kadar hormon stres (Field et
al., 1999). Wanita yang mendapat pijatan selama persalinan mengalami penurunan
kecemasan, pengurangan nyeri, dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna (Field
et., 1997) (Schott dan Priest, 2002).
Nyeri persalinan merupakan masalah yang sangat mencemaskan bagi ibuinpartu,
khususnya ibu rimigravida, dan biasanya yang paling sering dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri adalah dengan metode massage, baik oleh petugas kesehatan, keluarga pasien
maupun pasien itu sendiri. Tetapi kadang kala metode massage yang dilakukan tidak pada
tempatnya sehingga hasilnya tidak efisien. Salah satu contohnya pada pelaksanaan
teknik deep back massage, dimana seharusnya penekanan dilakukan tepat pada
daerah secrum dengan telapak tangan dan posisi ibu dalam keadaan berbaring miring

tetapi kadang kala penatalaksanaan tidak sesuai sehingga nyeri yang dirasakan oleh pasien
tidak berkurang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi ibu tidak dalam keadaan
berbaring miring, atau penekanannya tidak tepat pada daerah secrum. Hal ini tidak
dilakukan satu kali saja tetapi harus berulang kali. Begitu juga dengan metode massage
yang lain. Selain alasan yang di atas adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah
untuk mengurangi penggunaan metode farmakologi yang menurut teori yang telah
dijelaskan di atas bahwa obat-obat tersebut memiliki efek samping yang membahayakan
bagi

ibu

dan

janin.

Untuk

itu

peneliti

tertarik

untuk

meneliti

apakah

ada

pengaruh massage terhadap pengurangan rasa nyeri pada persalinan dengan melakukan
salah

satu

metodemassage,

sehingga

peneliti

mengambil

judul

Pengaruh

Metode MassageTerhadap Pengurangan Intensitas Nyeri pada Persalinan kala I di Klinik


Bersalin Fatimah Ali I Marindal Medan pada Tahun 2010.

B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, adakah pengaruh massage
terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan Kala I ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi pengaruh metode massage terhadap pengurangan intensitas nyeri
pada persalinan kala I.
2. Tujuan Khusus
a.

Mengidentifikasi pengaruh metode massage Effleurage terhadap pengurangan intensitas


nyeri pada persalinan kala I.

b. Mengidentifikasi pengaruh metode massage Abdominal Liftingterhadap pengurangan


intensitas nyeri pada persalinan kala I.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif teknik nonfarmakologi
yang mudah untuk dilakukan tanpa efek yang membahayakan dalam memberikan
intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk
penelitian selanjutnya mengenai pengaruhmassage terhadap pengurangan intensitas nyeri
pada persalinan kala I
3. Bagi Peneliti
.
Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan/pengetahuan peneliti tentang
pengaruh massage terhadap pengurangan intensitas nyeri pada persalinan kala I.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NYERI PERSALINAN
Nyeri selama persalinan adalah satu hal yang membuat wanita merasa cemas.Banyak
wanita menganggap bahwa nyeri merupakan bagian besar dari proses kelahiran.Nyeri saat
persalinan merupakan proses yang fisiologis meskipun pada tipe nyeri yang lain selalu
disebabkan oleh suatu kecelakaan atau penyakit ( Kinney, 2002).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).
B. MEKANISME NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah
viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi
yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur
reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organorgan viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada
reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

C. ETIOLOGI NYERI DALAM PERSALINAN

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam
adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri
persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi
lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong struktur ini.
Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral.
Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi
serviks dan segmen uterus bawah. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya
tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat
pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya
kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang
mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri.
Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami
nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus. Rangsangan persalinan kala I
ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah,
rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal,keganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1.
Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada
penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudendal
melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007).
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan hal
itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal
ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa
nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan
mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan
tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan
perineum mungkin juga berperan terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian
berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam
laktat, dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus
didasarkan pada penelitian, hal ini telah ditinjau kembali secara mendetail oleh Bonica
(Idmgarut, 2009).
D. KLASIFIKASI NYERI
1. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari :
a) Nyeri akut
Nyeri ini bersifat mendadak, durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan).
Biasa berhubungan dengan kecemasan. Orang bisa merespon nyeri akut secara fisiologis dan
dengan prilaku. Secara fisiologis : diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.
b) Nyeri kronik
Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan. Terjadi
lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan
meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan
kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

2.Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari :


a) Nyeri somatik dan Nyeri visceral
Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu pada otot dan
tulang.
b) Nyeri menjalar
Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan
pada cedera organ viseral.
c) Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial.
d) Nyeri phantom
Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi.
e) Nyeri neorologis
Bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur
saraf (Hidayat, 2008).
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
1) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2) Jenis kelamin
Gill (2000) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo lakilaki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika
ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan


seseorang cemas.
7) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya
seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9) Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

F. PENGUKURAN INTENSITAS NYERI


Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
a.

Gambaran sederhana skala intensitas nyeri

No Worst
Pain

Mild
Moderate
Possible
Pain
Pain
b. 0-10 Angka Skala Intensitas Nyeri

Sever
Pain

Very
Pain

10

c. Skala Analog Visual ( VAS )


No Pain as it Possible
Could
d. Skala nyeri menurut bourbanis

Pain as bad

Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Untuk menentukan
derajat nyeri, bidan dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan dengan
menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu
menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995). Nyeri yang
ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk
mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala
intensitas nyeri, yaitu : 0 tidak nyeri. (Kinney, 2002).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan
saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan
kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter,
2005).

G. NYERI PERSALINAN KALA I


Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali muncul
lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini disebabkan
oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena servik mulai membuka
dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar
Kanalis Servikalis yang peka akibat pergesaran yang terjadi sewaktu serviks membuka
(Prawirohardjo, 2002).
Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak rahim kontraksi
teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya kaitan persalinan sulit ditentukan,
tahap pertama biasanya berlangsung jauh dari pada waktu yang di perlukan untuk tahap
kedua dan ketiga. Tahap pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase laten, fase
aktif, dan fase transisi. Fase laten dimulai saat kontraksi yang teratur dan ditunjukkan dengan
pembukaan serviks yang sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 sampai 4 cm,

dangan lamanya pada primipara 4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk
multipara sekitar 4 jam tapi tidak lebih 14 jam. Kontraksi rahim terjadi selama fase laten
dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada rahim
berlangsung dari kontraksi ringan dengan lamanya 15 sampai 30 detik, dan berkembang
menjadi nyeri sedang dengan lama kontraksi 30 sampai 40 detik dan frekuensi setiap 5
sampai 7 menit. ( Bobak,2004 ).
Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu
membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I,
kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama
kala I ditranmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris.
Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan
skemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah
lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat
kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti sensasi kram,
sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina
dan jaringan perineum. Selama fase aktif, seviks berdilatasi (Bobak, 2004).
Rasa nyeri pada persalinan kala I terjadi karena aktivitas besar di dalam tubuh guna
mengeluarkan bayi. Persalinan diartikan sebagai peregangan pelebaran mulut rahim.
Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar. Otototot rahim menegang selama kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih,
rektum, tulang belakang, dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim. Berat dari
kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Rasa sakit
kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut
mugkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai
puncak, kemudian menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri punggung bawah yang
biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini biasanya berlangsung singkat dan lemah.
Datangnya kira-kira setiap 15-20 menit. Namun, beberapa persalinan dimulai dengan
kontraksi-kontraksi kuat yang lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita yang awalnya
merasa sakit di bagian punggung mereka, yang kemudian merambat ke bagian depan. Bila
kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung kurang dari 30 detik, atau jika
tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya, berarti masih dalam tahap pra
persalinan atau memasuki persalinan awal. Dalam persalinan sejati, kontraksi Akan
bertambah kuat,panjang,dan makin berdekatan waktunya (Simkin.,Walley.,dan Keppler,
2008).
H. PENATALAKSANAAN NYERI
Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologis
yaitu dangan menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan cara
nonfarmakologis atau tanpa obat. Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat-obatan
analgesik yang bisa disuntikan, melalui infus int ra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri
selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan pertentangan karena
pemberian obat selama persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek
pada aktifitas rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara
langsung maupun tidak langsung ( Kinney, 2002).
Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak
membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol
nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metoda nonfarmakologi

dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon
terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-afektif (interpretasi setral dari pesan
yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan,memori, pengalaman dan kultur
seseorang), kognitif-evaluatif (interpretasi dari pesan nyeri yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitif dari
situasi) dan sensori-dikriminatif (pemberitahuan informasi keotak menurut sensasi fisik)
(Gadysa, 2009).
I. PENGERTIAN MASSAGE
Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang
berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan
ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat
diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang
menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke
korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang berdiameter
besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit
yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral.
J. METODE MASSAGE
Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang berdiameter
besar yaitu :
1. metode Effluerage
Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk,lalu
letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah
pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan
melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien.
2. Metode Deep Back Massage
Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan
atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan
dan tekan lagi, begitu seterusnya.

3. Firm Counter Pressure


Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian
bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang
dikepalkan secara mantap dan beraturan.
4. Abdominal Lifting
Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada
posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada
pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan

kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi.Begitu seterusnya
(Gadysa, 2009).
L. METODE MASSAGE EFFLEURAGE
1. Definisi Effleurage
Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah bentuk stimulasi kulit yang
digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif.Effleurage
berasal dari bahasa Prancis. Ketika catatan dari Dr. Fernand Lamazes diterjemahkan dari
bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, salah satu kata yang baru adalah effleurage (Mons
Dragon, 2004).
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau
tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan,effleurage
dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan
ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi. Gate
Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran efektifitas cara ini. Ilustrasi Gate Control
Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan
sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri
dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam
otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan pada abdomen
yang teratur dangan latihan pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan
wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek
distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden.
Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot
(Monsdragon, 2004).
Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak tangannya untuk menekan
kedua sisi punggung dari bahu ke bawah dengan gerakan berirama, naik turun. Pijatan yang
lama dan lambat akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan seluruh bagian telapak
tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh tubuh sehingga merasakan ketegangan disana.
Pada persalinan tahap lanjut, pemijat menggunakan tanganya untuk memijat kuat di pangkal
tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan gerakan lingkaran-lingkaran di sekitar
cekukngan pantat mungkin, butuh tekanan lebih kuat didaerah itu. Sampaikan pada pemijat
gerakan yang paling menolong (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).
2.Cara Melakukan Teknik Effleurage
Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar
mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa
tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat
dilakukan beberapa kali, saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah
tepat.
b). Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan Pada perut
dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga
menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat
dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa, 2009).
M. METODE MASSAGE ABDOMINAL LIFTING
Nyeri persalinan kala I fisiologis dapat diatasi dengan tindakan-tindakan seperti :
distraksi, relaksasi, dan massage. Yang merupakan pendekatan non farmakologi dalam
menurunkan dan mengatasi rasa nyeri, akan tetapi metode massage tersebut dapat juga
membawa pada kegagalan karena disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah :usia,
kelelahan, dan pengalaman masa lalu. Oleh sebab itu, pemberian massage abdominal lifting
dapat diberikan pada ibu inpartu kala I fisiologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

dengan memperhatikan keadaan dan kondisi ibu. Pijatan dapat menenangkan dan
merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu,
punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut (Abdominal
lifting) juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk menggunakan pijatan atau
sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan dengan
ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan
pijatan keras atau gosokan di punggung (Simkin.,Walley.,dan Keppler, 2008).
Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan pasien pada
posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada
pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan
kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya
(Gadysa, 2009).

Kurang
(< 56 %)
Cukup
(56-76%)
Baik
(76-100 %)
0)

Pemberian massage pada persalinan kala I :


1.definisi (C1)
2 .waktu dan frekwensi pemberian (C2)
3.tekhnik pemberian massage (C3)

N.
KERANGKA
KONSEPTU
AL

T
Berk
uran
g

Hilang
Nyer
i

Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: mempengaruhi
: berhubungan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pemberian Massage terhadap nyeri pada proses persalinan
di kala I
O. HIPOTESIS
H0 : Tidak ada pengaruh massage terhadap nyeri pada proses persalinan di Kala I
H1 : Ada pengaruh massage terhadap nyeri pada proses persalinan di Kala I

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode ini meliputi desain penelitian, waktu, dan tempat penelitian, kerangka
penelitian, sampling desain, identifikasi, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa
data, etika penelitian, dan keterbatasan peneliti.
A.
DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah Pra Eksperimental dengan pendekatan One Shot
Case Study yaitu melakukan intervensi pada suatu kelompok (Nursalam, 2004). Peneliti
dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang
ada (Nursalam, 2003).
B. Waktu dan tempat
Pelaksanaan penelitian tentang pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada
proses persalinan kala I di Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri mulai Tanggal
6 -19 Maret 2011.
C. Kerangka penelitian
Kerangka penelitian adalah: pentahapan (langkah-langkah dalam
aktivitas ilmiah), mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak
awal penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2003).

Masalah
Pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada proses persalinan Kala I Di RB IBU
HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
populasi
Seluruh ibu yang Inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten
Kediri jumlah populasinya adalah 25 orang.
Sampling
Total sampling

Sample
Seluruh ibu yang Inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten
Kediri sebanyak 25 orang.
Pengumpulan data
Angket atau Quesioner

Pengolahan data dan analisa data


Koding,scoring,tabulating,uji statistic rank spearmen

Hasil penelitian

kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada proses persalinan
Kala I Di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri
D.
SAMPLING DESING
a. Populasi penelitian
Adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang inpartu di RB IBU HAWA Desa Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sejumlah
25 orang.

b. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakil suatu populasi (Saryono,
2008). Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu yang inpartu di RB IBU HAWA Desa
Maesan Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri sejumlah 25 orang.
c.

Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili pupulasi
(Nursalam, 2001). Sampling yang digunakan adalah Total Sampling yaitu data yang
diambil semua berdasarkan data yang ada jumlah yang ada diteliti 25 orang, dalam penelitian
ini sampel diambil dari semua. Hal ini dilakukan karena jumlah responden sedikit sehingga
responden diambil semua.
E. IDENTIFIKASI VARIABEL
a. Variabel Dependent (tergantung/terikat)
Adalah variabel yang dipengaruhi Variabel dependent disebut juga kejadian, luaran,
manfaat, efek, atau dampak (Saryono, 2008). Variabel dependent penelitian ini adalah
pemberian massage.
b.Variabel Independent (bebas)
Adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel dependent
(Nursalam, 2004). Variabel ini dapat merupakan faktor resiko, penyebab (Saryono, 2008)
variabel independent penelitian ini adalah nyeri pada persalinan kala I.

F. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi yang memudahkan pengumpulan data dan
menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel. Definisi
operasional merupakan pedoman bagi peneliti untuk mengukur /memanipulasi variabel
tersebut (Saryono, 2008).

Tabel 3.1 : Definisi operasional pengaruh pemberian massage terhadap nyeri pada persalinan Kala I di
RB IBU HAWA Desa Maesan Kec Mojo Kabupaten Kediri.
No
Definisi
Variabel
Parameter Alat ukur Skala
.
operasional
1. Variabel independen Proses
Definisi Kuesioner ordinal
t
pengurangan pemberian
Pengaruh pemberianrasa
nyerimassage
massage
terhadapdengan cara Waktu dan
nyeri
padamengelus- frekuensi
persalinan kala I.
elus
ataudan
pijatan
pemberian
ringan padamassage.
daerah yang Tehknik
terasa nyeri pemberian
massage

Skor
Benar = 1
Salah = 0
Jumlah jawaban
benar
Dipresentasikan
sebagai berikut :

Baik
= 76
100%
Cukup =
56
75%
Kurang = <
56%
2. Variabel dependentSuatu cara
kuesioner Ordinal Frekwensi nyeri
pemberian massage yang
Frekuensi
Hilang = 2
dilakukan berkurangn
Berkurang = 1
untuk
ya
rasa
Tetap = 0
mengurangi nyeri sejak
rasa nyeri
diberikanny
a massage

G PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003).
1. Pengumpulan Data
a. Instrumen atau Alat
Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2002)
b. Cara Pengumpulan Data
yang
Peneliti mendatangi ibu yang sedang inpartu. Sebelumnya mengisi kuesioner di RB
diberi informed consent. Ibu mengisi sendiri lalu kueseioner yang telah diisi tersebut
dikembalikan lagi kepada peneliti yang nantinya kuesioner tersebut akan dijadikan data yang
nantinya akan diolah.
1. Analisis Data
a. Dari hasil pengisian kuesioner dilakukan dengan cara tabel distribusi yang dikonfirmasikan
dalam bentuk prosentasi
1). Pengaruh Masssage
Skor tes pemberian massage dengan kuesioner
Jawaban benar = 1
Jawaban salah = 0
Nilai kumulatif =
Kategori
Baik = 76 100%
Cukup = 56 75%
Kurang = < 56%
(Arikunto, 2002)
2). Pengurangan Nyeri
Skor test pengurangan nyeri dengan kuesioner
Hilang
=2
Berkurang
=1
Tetap
=0
Yang dimaksud dengan Hilang tidak nyeri sama sekali
Yang dimsksud dengan Berkurang jika dilakukan massage nyeri
berkurang
Yang dimaksud Tetap jika dilakukan massage nyeri tetap
( Diadaptasi sendiri)
b. Setelah data terkumpul dan diprosentasikan kemudian dilakukan tabulasi silang antara
variabel dependent dan variabel independent.

c. Setelah data didapat maka hasilnya diolah dengan menggunakanRank Spearman.


Rho xy =
Keterangan :
Rho xy : Koefisien korelasi tata jenjang
D
: Beda dari tata jenjang setiap subyek.
N
: Banyaknya jenjang
Adapun dalam penelitian uji signifikan dilakukan dengan komputer dengan
program SPSS (Statistik Program Sosial And Sain). Bila nilai Sig Cor p <0,05 maka ada
hubungan antara variabel dependen dan variabel independent, maka kesimpulannya
hipotesa alternatif diterima. Dan apabila Sig Cor p >0,05 maka tidak ada hubungan antara
variabel dependent dan variabel independent, maka kesimpulannya hipotesa ditolak.
Untuk menilai keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi sebagai
berikut:
Bila interval Experimen 0,00-0,199 maka tingkat pengaruh sangat rendah, 0,20-0,399 maka
tingkat pengaruh rendah, 0,40-0,599 maka tingkat pengaruh sedang, 0,60-0,799 maka
tingkatpengaruh kuat, dan nilai interval 0,80-1,00 maka tingkatpengaruh sangat kuat.

H. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian; peneliti mengajukan permohonan kepada Direktur
Prodi D III kebidanan untuk mendapatkan persetujuan kemudian kuesioner di isi oleh
responden dengan melaksanakan pada etka yang meliputi
1. Informed Consent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian. Tujuannya agar subyek
mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subyek bersedia maka mereka harus menanda
tangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anominity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada lembar kuesioner dan lembar tersebut hanya diberi nomor tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompokl data tertentu
saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

I.

KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian masih
banyak dijumpai keterbatasan dan kekurangan, hal ini disebabkan:

1. Pengumpulan data dengan kuesioner (instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat
sendiri oleh peneliti sehingga hasilnya kurang optimal)
2. Waktu peneliti yang terbatas sehingga hasilnya kurang sempurna
3. Pengalaman pertama kali ini melakukan penelitian sehingga masih banyak kekurangan dan
hasilnya masih jauh dari sempurna

Anda mungkin juga menyukai