ANG : a. Bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar keselataman pasien dan mengupayakan sasaran keselamatan
pasien.
b. Bahwa ketepatan identifikasi pasien merupakan salah satu kewajiban pemenuhan sasaran keselamatan pasien.
c. Bahwa dalam upaya meningkatakan mutu pelayanan Rumah Sakit maka diperlukan penyelenggaraan
identifikasi pasien sesuai dengan ketentuan sasaran keselamatan pasien.
d. Bahwa agar pelaksanaan pelayanan identifikasi pasien di Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan identifikasi di
Rumah Sakit .
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
U : Kebijakan identifikasi pasien di Rumah Sakit sebagai berikut:
a. Petugas diunit memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Semua pasien di rumah sakit memakai identifikasi.
c. Identifikasi pasien minimal menggunakan dua identitas antara lain nama lengkap dan tanggal lahir.
d. Warna gelang pasien sesuai dengan ketentuan yang berlaku merah muda untuk pasien perempuan, biru untuk
pasien laki laki.
e. Penambahan kancing gelang pasien merah untuk alergi, kuning untuk pasien resiko jatuh dan ungu untuk
pasien DNR (Do Not Resusitation).
f. Petugas rumah sakit yang berhubungan dengan pasien wajib mengindentifikasi pasien.
g. Identifikasi pasien tidak menggunakan nomor kamar atau lokasi yang berlaku.
h. Pasien bayi baru lahir kembar memerlukan identifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Petugas melaksanakan identifikasi pasien saat pemberian obat, darah atau produk darah sesuai ketentuan yang
berlaku.
j. Petugas melaksanakan identifikasi pasien sebelum mengambil darah dan spesimen lain sesuai ketentuan yang
berlaku.
k. Petugas melaksanakan identifikasi pasien sebelum pemeriksaan klinis.
l. Petugas melaksanakan identifikasi pasien sebelum tindakan/prosedur sesuai ketentuan yang berlaku.
m. Semua tenaga kesehatan Rumah Sakit wajib mengedepankan “self protection” dan “patien safety” secara
seimbang dan disiplin.
n. Setiap petugas berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan kemampuan dan keterampilan melalui
program pendidikan.
A : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan, pelayanan identifikasi pasien di Rumah Sakit dilaksanakan oleh
Direktur Rumah Sakit
A : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 tahun sekali.
PAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting bahkan berhubungan dengan
keselamatan pasien .Kesalahan karena keliru pasien dapat terjadi di semua aspek
diagnosis dan pengobatan .Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya
error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dlaam keadaan
terbius /tersedasi mengalami disorientasi atau tidak sadarsepenuhnya, mungkin
bertukar tempat tidur, kamar , lokasi didalam rumah sakit, mengalami disabilitas sensori
atau akibat situasi lain.Oleh karena itu kebijkan/ prosedur yang secara kolaboratif
diperlukan untuk memperbaiki proses identifikasi , khususnya proses yang digunakan
untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah,
pengambilan sampel, dan specimen lain, memberikan pengobatan, atau tindakan
lain.Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien yang nantinya bisa
berakibat fatal jika pasien menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan kondisi
pasien seperti salah pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan
medis sangat berat hukumnya.
B. Definisi
Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan
keterangan tersebut dengan individu seseorang.
Gelang identitas pasien adalah suatu alat berupa gelang identifikasi dipasangkan
kepada pasien secara individual yang digunakan sebagai identitas pasien selama
dalam masa perawatan di rumah sakit.
C. Tujuan
D. Sasaran
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk membedakan
pasien satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah kesalahan dan kekeliruan
dalam proses pemberian pelayanan pengobatan tindakan /prosedur, maka sasaran
identifikasi pasien tersebut dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Pasien pasien sasaran ketepatan identifikasi yaitu :
1. Pasien sadar
2. Pasien tidak sadar (kasus kecelakaan , meninggal, koma , dalam pengaruh bius,
dan sebagainya)
3. Pasien observasi di instalasi gawat darurat dan instalasi rawat inap
4. Pada saat sebelum pemberian terapi (obat, darah, produk darah dan tindakan
medis)
5. Pasien pada saat sebelum pengambilan darah dan specimen lain serta sebelum
pemeriksaan radiologi untuk pemeriksaan klinis.
6. Pasien pada saat sebelum pemberian tindakan operasi.
7. Pasien pada saat sebelum pemberian diet pasien.
8. Pasien pada saat saat bayi baru lahir, identifikasi juga dilakukan sebelum
mentransfer pasien daari kamar bayi ke kamar ibu.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
Panduan ini diterapkan kepada semua pasien sedang/akan dilakukan rawat inap dan
pasien yang akan menjakankan prosedur laboratorium diagnostik, yang berasal dari poli
pasien rawat jalan, pasien instalasi gawat darurat atau pasien yang datang dengan
pengantar dokter pribadi untuk mendapatkan pelayanan.
Pelaksana panduan ini adalah semua staf kesehatan (medis, farmasi, radiologi,
laboratorium darah/kimia dan tenaga kesehatan lainnya), staf ruang rawat, staf
administrasi dan staf pendukung lainnya yang bekerja di rumah sakit.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Pemberian identitas pasien
1. Sistem Penamaan Pasien
Semua identifikasi pasien menggunakan label dan boleh ditulis manual bila sedang
down sistem.
Sistem penamaan dalam pengidentifikasian pasien adalah tata cara penulisan nama
seseorang yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien lain dan
untuk mempermudah dalam pengindekan data base pasien secara komputerisasi
sistem penamaan yang di gunakan di RUMAH SAKIT adalah dengan memberikan
identitas kepada seseorang pasien serta membedakan anatara pasien yang satu
denagan pasien yang lain,sehingga mempermudah / memperlancar di dalam
memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat di RUMAH
SAKIT . Prinsip utama yang harus di taati oleh petugas identifikasi khususnya petugas
admission adalah :
Nama pasien sendiri terdiri dari satu suku kata atau lebih.
Penulisan nama sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR Yang masih berlaku.
Untuk keseragaman penulisan nama pasien di gunakan ejaan baku yang di
sempurnakan dengan menggunakan huruf cetak / capitalndi setiap awal kata.
Apabila pasien berkewarganagaraan asing maka penulisan namanya harus di
sesuaikan dengan paspor yang berlaku di indonesia.
eBila seorang bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunya nama, maka
penulisan namanya adalah bayi ny X.
Tulisan harus jelas dapat terbaca oleh orang lain dan tidak ada penghapusan
tipe EX jika terjadi kesalahan pembetulannya di beri paraf dan tulisan yang di
ubah masih dapat di baca.
Penulisan nama menggunakan nama asli pasien bukan namasamaran atau
panggilan.
Adapun cara penulisannya adalah sebagai berikut :
3) Petunjuk silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP / SIM / PASPOR Serta di
harapkan seorang pasien hanya memiliki satu nomor pasien. Apabila di temukan
seorang pasien memiliki lebih dari satu no rekam medis satu nomor rekam medis maka
berkas medis tersebut di gabungkan menjadi satu nomor yang di gunakan adalah no
rekam medis yang pertama tetapi terlebih dahulu harus di cocokan anatara tanggal
lahir, alamat, serta identitas lainnya apakah benar-benarsesuai antara keduanya.
b. Nomor dokumen rekam medis terdiri atas 8 (delapan) digit mulai dari 00.00.00.00 sd
99.99.99.99
Untuk bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang bertujuan agar
tidak terjadi kesalahan pada penomorannya, ketentuannya adalah bayi baru lahir
mempunyai nomor rekam medis tersendiri tidak disamakan dengan nomor rekam medis
ibunya.
Sistem penomeran yang digunakan di unit rekam medis di RUMAH SAKIT
mengunakan nomor “ Unit Numbering system “ yaitu pada saat seorang penderita
berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai penderita berobat jalan
ataupun untuk di rawat, kepadanya di berikan satu nomor yang akan di pakai selamaya
untuk kunjungan seterusnya. Sehingga penderita rekam medis tersebut hanya
tersimpan pada satu berkas di bawah satu nomor. Satu problem yang biasa sering
timbul dalam sistem unit adalah bertambahnya satu rekam medis menjadi berjilid-jilid
karena seringnya penderita tersebut mendapatkan pelayanan (dirawat) di rumah sakit.
Dalam penanganan dokumen rekam medis yang terlalu tebal ketentuannya sebagai
berikut:
Pada dokumen rekam medis yang terlalu tebal maka di buatkan jelid yang baru.
Pada saat dokumen rekam medis di jilid maka harus di buatkan catatan nomor
jilid dan jumlah jilidnya, misalnya jilid 1 dari 2, jilid 2 dari 2.
Dokumen yang di jilid masih menggunakan nomor rekam medis yang sama.
3. Database pasien sebagai indeks utama pasien.
Indeks utama pasien adalah salah satun cara menunjang kelancaran pelayanan
terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka
kartu indeks utama pasien yang tersimpan dalam database computer akan membantu
untuk mencari data pasien yang di perlukan indeks utama pasien merupakan kunci
utama bagi setiap pasien baru yang di simpan selamanya. Indeks utama pasien di
simpan berdasarkan atas ringkasan klinik yang di peroleh dari tempat penerimaan
pasien. Karena IUP merupakan sumberdata yang selamanya harus di simpan, maka
harus di buat selengkap mungkin. Dalam IUP memuat data identitas pasien yang harus
di buat secara terperinci dan lengkap, antara lain :
a. Nama lengkap pasien
b. Nomor rekam medis
c. Tempat/tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Alamat lengkap
f. Agama
g. Pekerjaan
h. Pendidikan Terakhir
i. Status perkainan
j. Pertanggung jawab
k. Tanggal kunjungan awal
6. Stiker berwarna ungu sebagai tanda identifikasi untuk pasien dengan katagori “ do
not resuscitate”. (DNR).
BACA JUGA
6. Nama tidak boleh di singkat nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
7. Identitas di tulis tangan jika sistem elektronik tidak bisa di gunakan dan tetap
mencantumkan tiga identitas. Identitas di tulis menggunakan tinta warna hitam denagn
backgraund putih.
8. Jika dalam perawatan gelang identitas tersebut terlepas, rusak atau penulisan yang
salah harus segera diganti yang baru.
9. Perikasa ulang 3 identitas data di gelang identitas sebelumnya dipakaikan ke pasien.
10. Pengecekan gelang identitas di lakukan tiap kali pergantian jaga petugas.
11. Sebelum pasien di transver ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang identitas terpasang dengan baik.
12. Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan
membandikan data yang di peroleh dengan yang tercantum di gelang identitas.
13. Gelang penanda tambahan untuk pasien beresiko (gelang warna merah untuk
pasien alergi, gelang warna kuning untuk pasien resikojatuh, dan gelang warna ungu
untuk pasien menolak resusitasi jantung) juga wajib di pasangkan pada pasien yang
sudah di lakukan pengkajian oleh dokter / perawat / bidan dan hanyaboleh di
lepasapabila apasien keluar / pulang dari rumah sakit untuk gelang penanda warna
merah dan gelang penanda warna kuning apabila pasien sudah dinyatakan resiko jatuh
rendah melalui pengkajian ulang.
17. Tatalaksana Identifikasi pasien yang menjalani pengambilan sampel (darah, urin,
tinja dan sebagainya) dan pemberian produk/ komponen darah)
Petugas (perawat, bidan, petugas laboratorium) yang mengambil darah bertanggung
jawab atas identifikasi pada saat pengambilan, pengiriman, penerimaan dan
penyerahaan komponen darah (transfusi). Dua orang petugas yang kompetensi harus
memastikan kebenaran data demografi pada kantong darah, jenis darah, golongan
darah pasien yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluarsa dan identitas pasien
pada gelang identitas dan rekam medis. Petugas harus meminta pasien untuk
menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya jika tidak yakin/ragu akan kebenaran
identitas pasein jangan dilakukan transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas
pasien dengan benar.
O.Identifikasi di gizi
Identifikasi pasien di gizi menggunakan etiket.
p. Pelepasan gelang
pelepasan gelang dilakukan pada saat pulang, rujuk dan meninggal.
BAB IV
DOKUMENTASI
A. DEFINISI PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN
Panduan identifikasi pasien merupakan isi tata cara, dasar terjadinya tindakan,
identifikasi pasien dan sebagai acuan dalam melakukan identifikasi pasien.