Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KGD
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma kepala meliputi trauma kepala, tengkorak dan otak.
Trauma kepala paling sering terjadi dan merupakan penyakit neurologis
yang serius diantara penyakit neurlogis lainnya serta mempunyai proporsi
epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya. Lebih dari setengah dari
semua pasien dengan trauma kepala berat mempunyai signifikansi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya. Adanya shock hipovolemik pada
pasien trauma kepala biasanya karena adanya cedera bagian tubuh lainnya.
Sekitar 10% pasien dengan penurunan kesadaran yang dikirim ke
Instalasi Gawat Darurat akibat kecelakaan lalu lintas selalu menderita
cedera servikal, baik cedera pada tulang servikal, jaringan penunjang,
maupun cedera pada cervical spine. Trauma servikal sering terjadi pada
pasien dengan riwayat kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan
tinggi, trauma pada wajah dan kepala, terdapat defisit neurologis, nyeri
pada leher, dan trauma multiple (Grundy, 2002; Weishaupt N., 2010).
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/
atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price &
Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi cedera kepala?
2
2. Apa saja klasifikasi cedera kepala?
3. Apa saja etiologi dari cedera kepala?
4. Bagaimana patofisisologi cedera kepala?
5. Apa saja manifestasi klinis dari cedera kepala?
6. Bagaimana gambaran pathway dari cedera kepala?
7. Apa saja komplikasi dari cedera kepala?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk cedera kepala?
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk cedera kepala?
10. Apa definisi stroke?
11. Apa saja klasifikasi stroke?
12. Apa saja etiologi dari stroke?
13. Bagaimana patofisisologi stroke?
14. Apa saja manifestasi klinis dari stroke?
15. Bagaimana gambaran pathway dari stroke?
16. Apa saja komplikasi dari stroke?
17. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk stroke?
18. Bagaimana penatalaksanaan untuk stroke?
19. Bagaimana konsep askep cedera kepala?
20. Bagaimana konsep askep stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari cedera kepala
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari cedera kepala
3. Untuk mengetahui etiologi dari cedera kepala
4. Untuk mengetahui patofisiologi cedera kepala
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari cedera kepala
6. Untuk mengetahui perjalanan penyakit cedera kepala
7. Untuk mengetahui komplikasi dari cedera kepala
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari cedera kepala
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala
10. Untuk mengetahui pengertian dari stroke
11. Untuk mengetahui klasifikasi dari stroke
3
12. Untuk mengetahui etiologi dari stroke
13. Untuk mengetahui patofisiologi stroke
14. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stroke
15. Untuk mengetahui perjalanan penyakit stroke
16. Untuk mengetahui komplikasi dari stroke
17. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari stroke
18. Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke
19. Untuk mengetahui askep dari cedera kepala
20. Untuk mengetahui askep dari stroke
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan
(accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan
bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor
dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan (Doenges, 1989).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani,
2001)
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik
dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan interstisial
dalam substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak. (Arif
Muttaqin, 2008)
5
Gambar 1.1 : trauma tulang kepala
2. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):
1) Minor
a. SKG 13 – 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari
30 menit.
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,
hematoma.
2) Sedang
a. SKG 9 – 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3) Berat
a. SKG 3 – 8
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
6
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma
intrakranial.
3. Etiologi
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :
a. Kecelakaan lalu lintas.
b. Terjatuh
c. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
d. Olah raga
e. Benturan langsung pada kepala.
f. Kecelakaan industri.
4. Patofisiologis
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan
berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.
Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak
membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda
tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
(deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak
bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar
dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi
pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada
substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau
hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai
kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua
7
menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan
tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
5. Manifestasi Klinis
a. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
b. Kebungungan
c. Iritabel
d. Pucat
e. Mual dan muntah
f. Pusing kepala
g. Terdapat hematoma
h. Kecemasan
i. Sukar untuk dibangunkan
j. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
6. Pathway
Trauma kepala
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit, otot dan Terputusnya kontinuitas Jaringan otak rusak
vaskuler jaringan tulang (kontusio, laserasi)
8
8.
Perubahan
Hipoksia
perfusi jaringan
7. Komplikasi
Komplikasi lain secara traumatic :
a. Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
b. Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventikulitis, abses otak)
c. Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
Komplikasi lain:
a. Hemorrhagie
b. Infeksi
c. Edema
d. Herniasi
e. Kegagalan nafas
9
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
b. Rotgen Foto
c. CT Scan
d. MRI
9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
B. Konsep Stroke
1. Definisi
Stroke = Cerebro Vascular Accident (CVA) = Cerebro VascularDisease
(CVD) = Apoplexy adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau
tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
2. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:
10
a) Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher.
a. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,
riwayat stroke. penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
b. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit
meningkat.
3. Klasifikasi
Secara garis besar, stroke di bagi dalam 2 kategori besar, yaitu :
a) Stroke Non-Haemorrhagic (SNH) Iskemik :
a. Emboli.
c. Malformasi arteri-vena.
d. Trombosis
e. Migren.
g. Kelainan darah.
11
c. Perdarahan sub arachnoid (5%).
4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen, jika terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengubah metabolisme, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (total non
aktif). Pembuluh darah yang paling sering adalah arteri serebral dan arteri
karotis Interna.
5. Manifestasi klinis
a. Stroke non-hacmorthagic (SNH/iskemik) gejala utamanya adatah
timbulnya defisit neurologis. Secara mendadak subakut, didahului gejala
prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran
12
biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar Biasanya
terjadi pada usia > 50 tuhun.
1) Perdarahan intracerebral
2) Perdarahan subarachnoid
13
6. Pathway
MK. Deficit
perawatan diri
14
7. Penatalaksanaan
1) Stoke akut di Unit Gawat Darurat
a. Demam,
b. Nutrisi.
e. Perawatan paru
f. Aktifitas immobilisasi.
h. Perawatan vesica.
8. Pencegahan
15
a) Pencegahan primer
b) Pencegahan sekunder
4) Tindakan invasive.
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke adalah:
16
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran
darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan Trauma Kepala
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien : meliputi nama, tanggal lahir, alamat,
pendidikan, pekerjaan, umur, suku/bangsa.
2) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi
saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang
diberikan segera setelah kejadian.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya : Apakah pasien pernah menderita,
Stroke, Infeksi Otak, DM, Diare/muntah, Tumor Otak, Trauma kepala.
17
b. Pemeriksaan fisik
1) Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene
stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
2) Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh
PTIK
3) Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke
batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia,
riwayat kejang.
4) Sistem pencernaan
Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah
tersedak. Jika pasien sadar tanyakan pola makan?
Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
5) Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik
hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan
otot.
6) Pemeriksaan 6B :
a. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan
irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas,
kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa
Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi),
cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan
napas.
b. Blood
18
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan
darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan
meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke
jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi
lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi dengan bradikardia, disritmia).
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk
manifestasi adanya gangguan otak akibat cidera kepala.
Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,
vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada
ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai
batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis,
maka dapat terjadi : Perubahan status mental, Perubahan
dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
d. Blader
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi,
inkontinensia uri, ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah,
mual, muntah (mungkin proyektil), kembung dan
mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia)
dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese,
paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur
karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi
19
karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di
otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi
penurunan tonus otot.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.
3. Intervensi Keperawatan
DX Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi nyaman dan latih 1. Posisi nyaman dan
keperawatan selama 2 X 24 nafas dalam nafas dalam dapat
jam klien mampu mengontrol 2. Latih teknik relaksasi dan membantu mengurangi
nyeri distraksi rasa nyeri
3. Observasi status nyeri (skala, 2. Teknik relaksasi dan
kriteria hasil :
lokasi,dan waktu) distraksi dapat digunakan
1) Melaporkan nyeri hilang 4. Berikan terapi obat analgetik untuk mengalihka
atau terkontrol sesuai order dokter perhatian terhadap nyeri
3. Mengetahui
2) Mengikuti program 5. Berikan penkes mengenai
perkembangan klien dan
pengobatan yang diberikan proses perjalanan nyeri
sebagai bahan evaluasi
keefektifan intervensi
yang diberikan
4. Analgetik dapat
mengurangi atau bahkan
mengurangi nyeri
5.Menambah
20
pengetahuan klien
21
dan diagnosis penyakit.
4. Evaluasi
Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, maka pasien dengan
trauma tulang belakang diharapkan sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berkurang
2. Pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.
3. Tidak ada dekubitus
4. Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cairan atau
dehidrasi
5. Jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau
kesukaran bernafas
a. Pengkajian primer
b. Pengkajian sekunder
22
a) Anamnesis Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan
anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Riwayat "AMPLE"
(alergi., medikasi, past illness, last meal, event/ environment) perlu
diingat.
b) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dimulai dengan evaluasi
kepala akan adanya luka, kontusio atau fraktur, Pemeriksaan
maksilofasialis, vertebra sevikalis, thoraks, abdomen, perineum,
muskuloskeletal dan pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan
dalam secondary survey. Selama secondary survey, mungkin akan
dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas, CT- Scan kepala,
dada, abdomen dan prosedur diagnostik lain.
c) Reevaluasi pemantauan tanda dan haluaran urun penting dilakukan
2. Diagnosa Keperawatan
Dx I : Perubahan perfusi jaringan serebral b/d gangguan oklusif,
haemorrhagic, vasospasme serebral, edema serebral, d/d perubahan tingkat
kesadaran, kehilangan memori, perubahan dalam respon motorik/ sensorik,
gelisah defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi, perubahan tanda-tanda
vital.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal
Kriteria Hasil :
- Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan
motorik/sensorik membaik.
- Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Tidak ada kekambuhan defisit ( sensori, bahasa, intelektual dan
emosi ).
Intervensi Rasional
1. Pantau/ catat status a. Mengetahui kecenderungan
neurologist sesering tingkat kesadaran dan potensial
mungkin dan peningkatan TIK dan
bandingkan dengan mengetahui lokasi, luas dan
keadaan normalnya kemajuan/ resolusi kerusakan
2. Pantau tanda-tanda SPP.
vital b. Variasi mungkin terjadi oleh
3. Evaluasi pupil, catat karena tekanan/ trauma
ukuran, bentuk, serebral pada daerah
kesamaan, dan vasomotor otak.
23
reaksinya terhadap c. Reaksi pupil diatur oleh saraf
cahaya kranial okulomotor (III) dan
4. Kaji fungsi-fungsi yang berguna dalam menentukan
lebih tinggi, seperti apakah batang otak tersebut
fengsi bicara jika masih baik.
pasien sadar. d. Perubahan dalam isi kognitif
5. Letakkan kepala dan bicara merupakan
dengan posisi agak indikator dari gangguan
ditinggikan dan dalam serebral.
posisi anatomis. e. Menurunkan tekanan arteri dan
6. Berikan oksigen sesuai peningkatan drainase dan
indikasi. perfusi serebral.
f. Menurunkan hipoksia yang
dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan secara a. Mengedentifikasi kekuatan/ kelemahan
fungsional melalui dan dapat memberikan informasi
skala aktivitas ( 0-4 ) mengenai pemulihan.
2. Ubah posisi minimal b. Menurunkan resiko terjadinya trauma/
setiap 2 jam iskemia jaringan ( dekubitus ).
3. Lakukan latihan gerak c. Meminimalkan atrofi otot,
aktif dan pasif pada meningkatkan sirkulasi, membantu
semua ekstremitas mencegah kontraktur.
4. Tinggikan tangan dan d. Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
kepala. merupakan indikator dari gangguan
5. Alasi kursi duduk atau serebral.
tempat tidur dengan e. Meningkatkan aliran balik vena dan
24
busa atau balon air. membantu mencegah edema.
6. Berikan tempat tidur f. Mencegah/ menurunkan tekanan
dengan matras bulat. koksigeal/ kerusakan kulit.
Intervensi Rasional
1. Diskusi keadaan a. Membantu dalam membangun
patologis yang khusus harapan yang realistis dan
dan kekuatan pad mengingatkan pemahaman
individu. terhadap keadaan dan kebutuhan
2. Tinjau ulang saat ini.
keterbatasan saat ini dan b. Meningkatkan pemahaman,
diskusikan rencana meberikan harapan pada masa
melakukan aktivitas datang dan menimbulkan harapan
kembali. dari keterbatasan hidup secara
3. Tinjau ulang pengobatan normal.
yang diberikan. c. Merupakan suatu hal yang
4. Diskusikan rencana penting pada kemajuan pemulihan
untuk memenuhi komplikasi.
kebutuhan perawatan d. Berbagai tingkat bantuan
diri. mungkin diperlukan berdasarkan
5. Berikan instruksi dan pada kebutuhan secara individual.
jadwal mengenai e. Memberikan pengetahuan visual
aktivitas, pengobatan dan dan sumber rujukan setelah
faktor-faktor penting sembuh.
lainnya.
25
26
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala. Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala
Glasgow (SKG): Minor, Sedang, Berat. penyebab dari Cedera Kepala adalah :
kecelakaan lalu lintas, terjatuh, pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
Manifestasi Klinis: hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih,
kebungungan, iritabel, pucat, mual dan muntah, pusing kepala, terdapat
hematoma, kecemasan, sukar untuk dibangunkan, bila fraktur, mungkin adanya
ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea)
bila fraktur tulang temporal.
Stroke = Cerebro Vascular Accident (CVA) = Cerebro VascularDisease
(CVD) = Apoplexy adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda
yang sesuai dengan daerah yang terganggu. Secara garis besar, stroke di bagi
dalam 2 kategori besar, yaitu : Stroke Non-Haemorrhagic (SNH) Iskemik, Stroke
Haemorraghic (SH). gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manisfestasi klinis
stroke akut dapat berupa: Hemiparesis kelumpuhan wajah atau anggota badan
yangtimbul mendadak. Hemisensorik gangguan sensibilitas pada satu atau lebih
anggota badan. Perubahan mendadak status mental confusion, delirium,letargi,
stupor, coma. Afasia bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan
memahami ucapan. Disartria bicara pelo atau cadel.
27
DAFTAR PUSTAKA
28