Anda di halaman 1dari 48

Klasifikasi pasien

A. Definisi

Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah


dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem
klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada
pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan.

B. Tujuan Sistem klasifikasi Pasien

Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai
untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang
dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien
adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan
menentukan nilai produktivitas.

Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan


umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan)
dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan
pasien di dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini


dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori
yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
C. Sistem klasifikasi Pasien

Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri dari :

1. Self-care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan dan


pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri.
Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24
jam.

2. Minimal care

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan pengobatan


tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya
dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.

3. Intermediate care

Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5
jam/24 jam.

4. Mothfied intensive care

Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5
jam/24 jam.

5. Intensive care

Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24
jam.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut
Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga
kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan
maksimal atau total.

1. Perawatan minamal

Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi
ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti
pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika
melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan klasifikasi ini
adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status
psikologis stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan pengobatan.

2. Perawatan intermediate

Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi
ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan
minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu
klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley
atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus serta
persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3. Perawatan maksimal atau total

Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini
adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi
tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube),
menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction), dan kadang
klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

D. Faktor Pendukung
1. Penjadwalan

Metode penjadwalan siklis merupakan salah satu metode penjadwalan yang


dapat digunakan untuk penjadwalan perawat. Dalam metode ini setiap perawat
akan bekerja selama periode waktu tertentu dan akan berulang secara periodik.

2. catatan personal.

Setiap perawat melakukan pencatatan, diantaranya menulis diagnosa pasien,


perencanaan tindakan, pengisian realisasi asuhan keperawatan, laporan sak
peruang, laporan rekap sak peruang.

3. Laporan bertahap

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan dilakukan penilaian


untuk menilai keberhasilannya. Bila belum berhasil, perli disusun rencana
baru yang sesuai. Semua tindakan keperaeatan mungkiin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali, maka dari itu perlu adanya laporan bertahap.

4. Pengembangan anggaran

Dalam tahun anggaran hanya dapat terealisasi sekitar 16% dari anggaran yang
diusulkan, pendidikan perawat dengan latar belakang spk 31%. Perawat yang
mempunyai pendidikan profesi satu orang, oleh sebab itu, RS belum
mempunyai perencanaan untuk pelatihan bagi tenaga perawat yang
berkesinambungan dan proaktif.

5. Alokasi sumber dan pengendalian biaya

RS tetap fokus pada bisnis inti pelayanan kesehatan.

Mengatur alokasi sumber daya dibidang keperawatan secara epektif


dan efisien.
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kegiatan layanan pasien
yang sedang berjalan.

Merekomendasikan strategi untuk meningkatka untuk meningkatkan


efisiensi penggunaan sumber daya

6. Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,


keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikkan dan pengalamannya, perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga, menurunkan, membatasi mencegah dan merubah status kesehatan
klien.

7. Pengendalian mutu

Salahsatu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu keperawatan


adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek keperawatan disertai
dengan adanya pembinaan masyarakat profesional keperawatan untuk
melaksanakan pengalaman belajar dilapangan dengan benar bagi peserta didik.

8. Catatan pengembangan staf

Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan


staf yang lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cukup
tampil untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan.

9. Model dan simulasi untuk pengambilan keputusan

DSS : Decission Support System Problem yang kompleks dapat diselesaikan

DSS selain dapat dapat digunakan untuk membantu user mengambil


keputusan dari data yang bersifat kuantitatif, dan dapat juga digunakan untuk
membantu proses pengambilan keputusan yang bersipat kualitatif. DSS Dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kemudahan dan rintangan yang didapatkan
ketika mengintegrasi perawat magang ke unit gawat darurat.

10. Rencana strategi

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,


mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi ( Iyer, Taptich &
Bernocchi-Losey, 1996). Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan
sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelasaiakan masalah,tujuan
dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan
merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien.
Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan
yang baik. Misalnya, semua klien pasca operasi memerlukan suatu
pengamatan tentang pengelolaan cairan dan nyeri. Sehingga semua tindakan
keperawatan harus distandarisasi. Dari Depkes R.I (1995).

11. Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja

Agar tenaga kerja kesehatan terus diupdate dengan teknologi terkini dan untuk
memastikan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, tenaga kerja
kesehatan membutuhkan pelatihan jangka pendek yang diselenggarakan secara
reguler.

12. Evolusi program

Evolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan


tanggung jawab perawat secara signifikan. Dalam perkembangan lebih lanjut,
perawat dituntut untuk bertanggungjawab memberikan praktik yang aman dan
epektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standar klinik yang
tinggi. ( Mahlmeister, 1999 )

Tujuan dari Sistem Klasifikasi Pasien

Suatu system klasifikasi pasien merupakan suatu penampakan dari


kelompok pasien menurut jumlah dan kelompok dari ukuran perawatan
keperawatan. Dalam banyak system klasifikasi, para pasien di
kelompokkan menurut ketergantungan mereka pada pemberi pelayanan
atau jumlah dari waktu penerima pelayanan dan kemampuan yang
diberikan dalam merawat mereka.Tujuan dari suatu system klasifikasi
adalah untuk membantu para pasien, mengelompkkan mereka dengan para
pasien yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sama, dan menempatkan
para pasien dalam setiap kelompok suatu nilai bernomor untuk
menjumlahkan mereka dalam kebutuhan perawatan keperawatan. Untuk
mengembangkan suatu penampakan klasifiksi yang dapat dikerjakan, para
menejer harus menentukan jumlah dari kategori-kategori diamna para
pasien akan diklasifikasikan, karateristik-karateristik yang diperlukan dari
para pasien dalam setiap kategori, dan waktu serta keahlian yang
dibutuhkan untuk memuaskan setiap sesuatu dari karateristik yang
diperlukan.

B. Tipe-Tipe dari Sistem Klasifikasi Pasien

Dua tipe dari system-sistem klasifikasi pasien adalah penggunaan yang


sama. Sistem klasifikasi faktor prototype ( Reinert dan Grant, 1981).

Dalam suatu sistem prototype tiga pasien atau lebih dikembangkan


untuk menimbulkan peningkatan tingkatan-tingkatan ketergantungan
pasien terhadap pemberi pelayanan . Untuk setiap kategori, suatu sistem
tertentu digambarkan untuk memperjelas karateristik-karateristik yang
menentukan tipe dan jumlah dari perawatan yang diperlukan. Para pasien
diklasifikasikan pada dasar kemiripan mereka terhadap pasien yang
memiliki tipe salah satu dari kategori-kategori sistem perawatan. Dalam
suatu sistem faktor, dan setiap kebutuhan pasien akan perawatan diukur
untuk membuat suatu subnilai untuk setiap penulis. Subnilai ditambahkan
untuk membuat suatu keseluruhan nilai ketergantungan (Hoffman dan
Wakefield, 1986). Karena tujuan dari sistem klasifikasi pasien adalah untuk
mengumpulkan informasi yang tepat mengenai beban kerja keperawatan
untukmasalah pembiayaan, sistem harus mendukung kuantitatif dari usaha
keperawatan , waktu, atau keduanya ( oBrien-Pallas et.al, 1992). Untuk
suatu sistem prototype, diperlukan perhitungan rata-rata waktu yang
digunakan perawatan untuk seorang pasien tertentu dalam setiap kategori.
Hal ini dapat diberikan dengan memberikan waktu para perawat
ketika mereka merawat untuk seorang pasien tertentu dalam setiap kategori.
Untuk suatu sistem faktor, diperlukan untuk menentukan rata-ratawaktu
yang digunakan dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan dengan
setiap penulis perawatan. Informasi ini dikumpulkan dengan memberikan
waktu pelaksanaan tugas yang tepat dengan beberapa personal kantor
perwakilan dan memperhitungkan rata-rata pelaksanaan waktu setiap tugas.

Sistem klasifikasi pasien yang ada secara komersial disusun untuk


digunakan dalam lebih dari satu kantor perwakilan.
Bgaimanapun,kuantitatif koefisien yang digunakan dalm mencatat beban
kerja keperawatan tidak dapat diterima secara universal, karena perbedaan-
perbedaan dalam batasan fasilitas, karakter-karakter pasien, peralatan
perawatan , dan kepuasan staf yang mempengaruhi seluruh waktu
pelaksanaan tugas.

C. Tipe-tipe sistem klasifikasi


- Prototipe : Menggambarkan pasien tipe tertentu dan membedakan tingkat-
tingkat kebutuhan .

- Faktor : Kebutuhan-kebutuhan pasien diberi nilai pada tulisan perawatan


yang banyak.

D. Sistem Evaluasi Faktor

Sebagian besar kantor perwakilan menggunakan faktor sistem-sistem


klasifikasi tipe pasien, dimana beberapa elemen perawatan atau penulis
diidentifikasikan, setiap elemen dibagi ke dalam sub elemen, dan suatu
standar waktu ditentukan untuk melaksanakan setiap sub elemen. Para
perawat dalm setiap kantor perwakilan harus menentukan standar waktu-
waktu yang tertentu untuk mempengaruhi perubahan-perubahan dalam
struktur fisik, teknologi keperawatan, organisasi personal dan pemberian
tugas , serta pengalaman dan kemampuan staf.

E. Sistem sistem evaluasi prototype

Sistem klasifikasi pasien prototype yang digunakan oleh salah satu


lembaga kunjungan perawat Pantai Barat didasarkan pada penyembuhan
pasien yang potensial.Karakter-karakter diberikan daftar untuk suatu pasien
tertentu dalam setiap lima kategori perawatan sebagai berikut :

Kategori I : Para pasien dengan penyakit yang serius, episodic atau


ketidakmamapuan yang akan kembali ke tingkatan penyakit mereka
yangterdahulu akan fungsi dan untuk siapa tujuan perawatan merupakan
peneyelesaian yang tepatdari masalah kesehatan yang ada.

Kategori II : Para pasien dengan penyakit kronis dimana ditekankan


pada episodeyang serius, akan penyakit, yang memiliki sifat potensial
untukkembali pada tingkatan episode yang terdahulu akan fungsi, dan
tujuan perawatan merupakan manajemen dari masalah kesehatan oleh
pasien dan keluarga tanpa dukungan berkelanjutan dari kantor perwakilan.

Kategori III : Para pasien dengan penyakit yang kronis atau


ketidakmampuan, yang kembali pada tingkatan penyakit yang terdahulu
dari fungsi tidaklah mungkin tapi untuk siapa ada suatu sifat yang potensial
untuk meningkatkan tingkatan maksimal dari fungsi melaluidukungan
kantor perwakilan yang berkelanjutan.

Kategori IV : Para pasien dengan suatu penyakit kronis atau


ketidakmampuan yang tidak dapat dipertahankan dirumah tanpa dukungan
berkelanjutan dari kantor perwakilan, untuk siapa tujuan perawatan
dipertahankan di rumah pada suatu tingkatan fungsi yang maksimal melaui
dukungan kantor perwakilan yang berkelanjutan.

Kategori V : Para pasien dengan tingkatan penyakit terakhir untuk siapa


tujuan perawatan diasuransikan akan kenyamanan dan penghargaan melaui
tinhkatan dari penyakit ( Daubert, 1979)

F. Menyusun suatu klasifikasi pasien

Untuk menyusun atau memilih suatu sistem klasifikasi pasien untuk


kantor perwakilan atau unit, seorang menejer atau administrator harus
menyeimbangkan keuntungan-keuntungan yang saling bersaing dari
penghematan dan ketetapan waktu. Semakin kompleks dan tinggi
penjelasan sistem klsifikasi, semakin banyak watu yang digunakan personal
dalam mengkatagorikan para pasien.

Sebagian besar sistem klasifikasi pasien yang efektif adalah salah satu
yang secara spesifik ditimbulkan dari situasi klinik diamana sistem ini akan
digunakan . Apabila keahlian dan waktunya mengijinkan , wakil pimpinan
keperawatan dari menyusun atau mengambil sistem klasifikasi pasien
kantor perwakilan , Para perawat eksekutif harus mengijinkan para personal
keperawatan perwakilan kantor untuk memutuskan tipe pandangan
klasifikasi yang mana digunakan , mengembangkan standar-standar waktu
tertentu kantor perwakilannya sendiri , menjelaskan kondisi-kondisi pasien
tertentu dan elemen-elemen perawatan , serta melakukan validasi kriteria
klasifikasi sebelum melaksanakan sistem. Tidak hany sistem klasifiksai
pasien yang harus diinduvidualisasi untuk penggunaan kantor perwakilan,
tetapi juga sistem tersebut juga harus disesuaikan agar sesuai dengan tipe-
tipe kebutuhan para pasien yang bebeda dalm unit-unit keperawatan yang
tidak sama. Ketika sistem klasifikasi pasien GRASP digunakan dalam suatu
komunitas rumah sakit timur, para perawat dalam unit psikiatrik merasa
perlu untuk membuat sistem meningkatkan ketepatannya akan psikiatrik
para pasien ( Ehrman, 1987).

G. Kekosongan dan keadaan peralatan klasifikasi yang dapat dipercaya

Untuk suatu sistem klasifikasi pasien yang meramalkan keadaan beban


kerja keperawatan yang dapat dipercaya, para perawat harus
mengkategorisasikan para pasien secara tepat. Dua karateristik dari suatu
ukuran sasaran yang efektif adalah kosong dan dapat dipercaya.
Kekosongan adalh tingkatan dimana suatu sasaran mengukur apa tujuannya
untuk mengukur. Suatu tujuan sistem klasifikasi pasien untuk mengukur
jumlah waktu dan keahlian yang digunakan dalam merawatseorang pasien
dengan karateristik-karateristik yang dinyatakan. Penyusun atau penulis
dari suatu sistem klasifikasi pasien harus diperhatikan dengan tiga tipe
kekosongan : bagian depan kekosongan , isi kekosongan , dan criteria dasar
kekosongan. Bagian depan kekosongan ,yang paling lemah diantara
ketiganya, merupakan tingkatan dimana suatu saran tampaknya mengukur
apa tujuannya untuk mengukur. Apabila staf perawat yang melihat suatu
peralatan klasifikasi pasien menyetujui bahwa elemen-elemen perawatan
yang terdaftar dan intensitas tingkatan yang menghitung kenyataan
perbedaan-perbedaan dalam waktu dan keahlian keperawatan yang
dibutuhkan untuk merawat para pasien yang berbeda tipe , peralatan
memiliki bagian depan kekosongan.
Isi kekosongan merupakan tingkat dimana suatu contoh-contoh elemen
ukuran saran mewakili seluruh rangkaian kenyataan yang harus dihitung.
Isi kekosongan dari suatu peralatan klasifikasi pasien mengarah pada
perwakilan dari elemen-elemen perawatan atau penunjuk yang termasuk
dalam instrument. Para perawat ahli dalam unit dimana peralatan yang
digunakan harus menentukan apakah elemen-elemen atau petunjuk-
petunjuknya mempengaruhi populasi pasien dan kegiatan-kegiatan
perawatan yang secara khusus berhubungan dalam penyusunan tersebut
(DeGroot,1998; Williams, 1998 ).

Kriteria dasar kekosongan adalah tingkatan dimana pengukuran-


pengukuran yang di kumpulkan dengan menggunakan satu peralatan
hubungan dengan pengukuran yang lain yang diterima sebagai ukuran-
ukuran yang tepat dari fenomena yang sama. Kadang-kadang, suatu kantor
perwakilan menemukan atau mengembangkan suatu peralatan klasifikasi
pasien yang membutuhkan waktu yang secara tepat meramalkan waktu
yang diperlukan untuk merawat apabila pasien dari berbagai tipe yang
berbeda. Apabila seorang manajer perawat mengembangkan suatu peralatan
yang membutuhkan sedikit waktu, ia dapat menguji criteria kekosonga
yang berhubungan dengan peralatan yang baru dengan membandingkan
data klasifikasi untuk kelompok pasien yang sama, mengguanakan
peralatan-peralatan klasifikasi yang lama dan baru secara simultan. Para
penemu pada suatu penemu rumah sakit universitas menyelidiki ramalan
kekosongan dari sistem klasifikasi pasien kantor perwakilan, dimana
tingkatan kebutuhan-kebutuhan perawatan para pasien yang diramalkan
mempengaruhi perawatan yang nyata yang diberikan kepada para pasien ,
hasilnya membuktikan bahwa , dibalik seluruh unit perawatan pasien, arti
kategori persetujuan diantara ukuran-ukuran prospektif dan reprosfektif
adalah 0.89 dan arti intensitas persetujuan adalah 0.80 ( Whitney dan
Killien, 1987). Suatu penelitian dari kejadian-kejadian perawatan pasien
yang tidak direncanakan menyatakan bahwa 2 sampai 5 persen dari
perawatan dalam pengobatan pembedahan, psikiatrik, dan unit unit
perawatan intensif neonatal tidak dapat diramalkan ; lebih sedikit dari 1
persen perawatan dalam penyembuhan dan unit-unit perawatan yang baru
lahir tidak dapat diramalkan ; dan 11 persen dari perawatan dalam unit-unit
perawatan kritis dewasa tidak dapat diramalkan . Penemuan-penemuan ini
menunjukkan mengapa tidak mungkin meramalkankebutuhan-kebutuhan
kepegawaian perawata dengan ketepatan yang sempurna , bahkan dengan
suatu sistem klasifikasi passion tipe faktor.

Keadaan yang dipercaya merupakan tingkatan dari isi dimana suatu


peralatan mengukur apakah benar-benar mengukur. Karena keputusan-
keputusan pembiayaan., kepegawaian dan pemberian tugas didasarkan pada
klasifikasi pasien, para manajer perawat harus mencari suatu peralatan
klasifikasi pasien dengan keadaan yang sangat di percaya; sehingga, suatu
peralatan klasifikasi dapat dipercaya apabila seorang pasien diberikan
kategori perawatan yang sama oleh perawat yang berbeda tingkatan yang
menggunakan peralatan pada waktu yang sama. Seorang manajer dapat
memaksimalkan keadaan peralatan klasifikasi pasien kantor perwakilan
yang dapat dipercaya dengan melatih para personal keperawatan dalam
menggunakan peralatan secara tepat, sehingga seluruh perawat
menggunakan instrument dalam suatu gaya yang sama.

H. Standar-Standar Waktu keperawatan

Setelah suatu peralatan klasifikasi pasien disusun, langkah manajer


selanjutnya adalah untuk mengembangkan standar-standar yang
menunjukkan rata-rata waktu keperawatan per hari yang diperlukan oleh
para pasien dalam setiap kategori perawatan. Metoda yang lebih
terkenaluntuk mengumpulkan informasi ini dipertimbangkan, rata-rata
sejarah, jangka waktu, contoh kerja, penggunaan standar- standar industri
yang ditentukan, dan penelitian-penelitian waktu dan pergerakan (kirk,
1986). Metoda-metoda ini beragam dalam ket etapan dan penggunaan
waktunya:

1. Pertimbangan.Para perawat ahli menggunakan dugaan-dugaan terdidik


untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan
keperawatan. Metoda ini cepat dan murah tetapi sering kali
menyimpang.

2. Rata-rata sejarah. Manajer membagi jumlah jam kerja yang dimiliki oleh
staf keperawatan dalam suatu klinik khusus tahun sebelumnya dari
jumlah perawatan pasien perhari selama tahun yang sama. Metode ini
murah dan mudah tetapi dilarang, karena banyak waktu staf yang masuk
kedalam perhitungan.

3. Jangka waktu. Setiap pemberi pelayanan membuat tabel setiap tugas


perawatan keperawatan yang dilakukan dan jumlah waktu yang
digunakan untuk menyelesaikan setiap tugas. Metode ini
murah,tetapisecara tepat tergantung pada kerajian cacatan yang dijaga
oleh setiap pemberi pelayanan.

4. Contoh kerja. Para peneliti yang terlatih membuat secara acak,


pernyataan penelitian-penelitian para personal keperawtan, mencatat
setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dalam dan menghitung waktu
yang biasanya digunakan dalam setiap tugas kerja. Metode ini mahal,
dan keperawatannya tergantung pada kemampuan peneliti untuk secara
benar mengidentifikasi kegiatan-kegiatan karyawan. Hal ini tidak tepat
dalam mengkategorikan kegiatan-kegiatan pengenalan perawat.

5. Standar-standar industri yang ditentukan terlebih dahulu. Para manajer


perawat menggunakan standar-standar waktu yang dikembangkan dan
diterima oleh oara perawat ahli dalam kantor-kantor perwakilan
kesehatan yang lain. Murh. Tepat hanya jika karakter-karakter fisik
kantor perwakilan, pola-pola praktek, dan kepuasan tekanan kerja sesuai
dengan kantor-kantor perwakilan dimana standar-standar waktu
dikembangkan.

6. Penelitian-penelitian waktu dan pergerakan. Para perawat ahli


menggunakan metode papan tulis dan stopwatch untuk mengukur waktu
dan mencatat frekuensi dalam setiap tugas yang dilakukan oleh para
personal keperawatan. Tepat, tetapi mahal (kirk, 1990).

Pada waktu yang sama dengan jam-jam keperawatan pasien per hari
diperhitungkan, parapeneliti harus memutuskan tugas-tugas keperawatan
yang mana yang harus diberikan oleh para perawat profesional dan tugas
yang mana ynag dapat dilakukan dengan aman oleh para personal
tambahan. Informasi yang lain akan berguna dalam menentukan suatu
gabungan karyawan yang profesional dan bukan profesional secara
optimal.

I. Menentukan Gabungan Para Personal yang Profesional dan Bukan


Profesional

Apabila kebijaksanaan kantor perwakilan kesehatan adalah untuk


mesperkerjakan suatu gabungan para personal keperawatan yang
profesional dan bukan profesional, data yang dikumpulkan dari
pengamatan kerja para pemberi pelayanan secara langsung akan
memberikan ukuran beban kerja unit secara keseluruhan yang lahir dari
setiap tipe karyawan. Para ahli menyatakaan bahwa ketika para pasien
memiliki penyakit yang lebih serius suatu ukuran yang lebih besar dari
perawatan keperawatan mereka harus diberikan oleh para pekerja
profesional untuk meyakinkan bahwa komplikasi ancaman kehidupan
diperiksa dan diperlukan secara benar. Standar-standar untuk gabungan
para personal beragam menurut waktu dan dari suatu kantor perwakilan
yang lain.

Banyak sistem klasifikasi pasien yang terdahulu dikembangkan untuk


digunakan dengan para pasien pengobatan pembedahan rumah sakit
dalam ruang-ruang umum (Evans dan lewis, 1986). Akhir-akhir ini,
sistem-sistem klasifikasi pasien telah dikembangkan untuk digunakan
dengan para pasien psikiatrik (Eklof dan Weishuang, 1986); Ringerman
dan luz, 1990); para pasien penyembuhan (Davis, 1983); ke[erawatan para
pasien rumah (Hogan dan Smith, 1989; Sienkiewicz, 1984); para pasien
orthopedic (Fray, 1984); para pasien perawatan intensif atau kritis
(Corcoran dan Diers, 1989); Ethridge, 1985); para pasien perawatan
perpindahan (Johnson, 1989; Miller dan Folse, 1989; parrinello et. Al,
1988); dan para pasien dengan larangan makan (olson dan Helstad, 1990).

J. Kelompok-kelompok yang berhubungan dengan diagnosa

Sebagai tambahan terhadap sistem-sistem klasifikasi pasien yang disusun


untuk memberikan kualitas dan kuantitas setiap kebutuhan keperawatan
para pasien, suatu tipe yang berbeda dari sistem klasifikasi dikembangkan
untuk penggunaan dalam pembayaran yang prospektif dari biaya-biaya
rumah sakit untuk resipien pengobatan. Semenjak permulaan dari
program pengobatan pada tahun 1965, biaya-biaya rumah sakit telah
meningkat secara tajam.

Menurut metoda yang memandang ke belakang rumah-rumah sakit suatu


pembayaran kematian untuk menutupi keperawatan, ancillary, dan
pekayanan-pelayanan rumah sakit serta suatu pembayaran sebagian untuk
setiap pelayanan yang tidak tertutupi dalam harga kematian ( seperti
biaya-biaya untuk ruang operasiinar, ruang penyambuhan, sinar-x,
fisioterapi, terapi pernafasan). Metoda yang melihat kebelakang dari
pembayaran kembali mendorong bagian perawatan yang tidak diperlukan,
karena pemasukan rumah sakit bervariasi secara langlung dengan masa
rawat inap pasien dn sejumlah perawatan rutin dan khusus yang diberikan
(Grimaldi, 1982). Untuk mengawasi pengeluaran, kongres melewati PL
98-21 pada tahun 1983, memerintahkan suatu yang prospektif dari pada
suatu harga yang ditentukan sebelumnya untuk perawatan pasien bagian
dalam rumah sakit pemberi pengobatan menurut penempatan pasien
dalam salah satu dari 467 diagnosa yang berhubungan dengan para
kelompok.

Diagnosa yang berhubungan dengan para kelompok, atau sistem DRG,


dikembangkan pada akhir tahun 1960-an. Sistem DRG merupakan suatu
strategi untuk mengelompokkan pasien menurut demografi, diagnosa, dan
karakter-karakter terapi yang berhubungan dengan penggunaan mereka
pada fasilitas-fasilitas rumah sakit ( Fetter at. Al, 1980). Para pasien
dikelompokkan menurut diagnosa-diagnosa utama, diagnosa-diagnosa
kedua, usia dan prosedur pembedahan.

K. Ukuran perbedaan penyakit

Akhir akhir ini perbedaan ukuran penyakit telah dikembangkan dalam


satu usaha untuk menjelaskan karakter karakter pasien yang menentukan
intervensi keperawatan yang mana yang dibutuhkan.

Perbedaan ukuran ukuran penyakit yang paling umum adalah :

1. Indeks perbedaan penyakit secara computer.

Diagnose diagnosa pengobatan pasien,tanda tanda objektif, penemuan


penemuan radiologi dll (horn dan hor,1986)

2. Tingkatan penyakit

a. Tingkat 1 : tidak ada komplikasi/komplikasi dari peragaman yang


minimal.

b. Tingkat 2 : masalah masalah dari keragaman yang menengah suatu


organ tersendiri dan pronogsis yang melemah.

c. Tingkat 3 : masalah masalah pada sisi yang banyak, dengan


keterlibatan system umum dan pronogsis yang lemah.
d. Tingkat 4 : kejadian terakhir dari suatu penyakit atau kematian
(Gonnela et al,1984)

3. Sistem pengobatan kelompok peragaman penyakit atau yang disebut


Medisgroup.sistem ini menggunakan kunci ukuran-ukura
fisiologikal,penemua-penemuan secara klinik,penemuan-penemuan
laboratorium dan penemuan-penemuan radiologi untuk
mengklasifikasikan para pasien terhadap perijinan kedalam salah satu
dari lima kelompok menurut jumlah kunci penemuan-penemuan yang
ada.

Tidak ada satupun dari kunci penemuan-penemuan yang hadir: nilaii 0-4

Penemuan-penemuan yang tidak khusus, minimal,dengan potensi yang


lemah terhadap kegagalan bagian:nilai 5-9

1. Penemuan-penemuan yang akut dengan potensi yang tidak jelas untuk


kegagalan bagian atau beragam penemuan dengan kejelasan,tetapi
bukan potensi yang barbahaya bagi kegagalan bagian.keragaman atau
keakutan,tetapi tidak kedunya: nilai 10-14

2. Penamuan-penemuan yang beragam dan akut dengan potensi yang tinggi


terhadap kegagalan bagian dalam suatu waktu yang singkat:nila15-19

3. Penemuan penemuan kritis dari kegagalan bagian yang dinilai 20+,


(Brewster et al;1985)

L. Intensitas ukuran keperawatan

Pengeluaran dan penghargaan perawatan keperawatan telah memacu


perkembangan intensitas ukuran ukuran keperawatan satu ukuran tertentu
dari jumlah dan kekomplekan dari perawatan keperawatan yang dibutuhkan
oleh seorang pasien. Satu ukuran tertentu merupakan intensitas pasien bagi
lingkungan.
Keperawatan atau PINI (Prescott,1991) alat ini mencakup 4 dimensi:

1. Keragaman penyakit.

2. Ketergantungan pasien.

3. Kekomplekan keperawatan.

4. Waktu

Penelitian penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa PINI merupakan


suatu ukuran yang berlaku dari folume keperawatan dan kekomplekan dari
para pasien rumah sakit. Para pengarang peralatan tersebut sedang
mengembangkan suatu intensitas pasien bagi alat keperawatan untuk
digunakan dalam perawatan perpidahan.(Prescott.1991)
PENGELOLAAN TENAGA KEPERAWATAN

PENGELOLAAN TENAGA KEPERAWATAN

( REKRUT SELEKSI ORIENTASI PENGEMBANGAN PENJADWALAN


KLASIFIKASI DAN PERENCANAAN )

PENDAHULUAN

Kita ketahui bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral


dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan yang diselenggarakan di rumah
sakit. Pelayanan keperawatan mempunyai peran yang besar dalam pencapaian
mutu citra dan efisiensi pelayanan kesehatan di RS, karena selain merupakan
tenaga profesi yang terbanyak jumlahnya di setiap RS juga sebagai tenaga profesi
yang memberi pelayanan selama 24 jam terus menerus di sisi pasien, sehingga
pengelolaan tenaga keperawatan mutlak perlu dilaksanakan dengan baik.

Mengingat kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan


kuantitas tenaga keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di
ruang perawatan, maka peningkatkan mutu pelayanan keperawatan diperlukan
dukungan sumber daya manusia keperawatan yang mampu mengemban tugas
untuk mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24
jam terus menerus, serta mampu mengadakan perubahan.

Untuk dapat melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya rekrut, seleksi,


orientasi,pengembangan, penjadwalan serta klasifikasi dan perencanaan tenaga
keperawatan yang diatur dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip dalam sistem
pengelolaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan.

HAKEKAT KETENAGAAN

Adalah pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan


pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui
karyanya untuk tercapainya tujuan individu, organisasi maupun komunitas dimana
ia berkarya.

Keputusan yang diambil tentang ketenagaan sangat dipengaruhi oleh


falsafah yang dianut oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga.
Misalnya: Pandangannya tentang motivasi kerja, konsep tentang tenaga
keperawatan, dsb.

Dari pandangan dasar tersebut akan terbentuk pola ketenagaan yang sesuai
dengan gambaran pimpinan.

1. Rekrut tenaga dan seleksi

Menerima pegawai adalah tugas yang sulit dan dapat menyebabkan


kecemasan, tetapi juga merupakan kesempatan penting utuk mengadakan
perubahan dan pengembangan staf.

Ketenagaan memerlukan koordinasi antara bagian personalia dan


pelayanan keperawatan, biasanya bagian personalia mengadakan tenaga
keperawatan sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh bagian keperawatan.
Langkah pertama pada rekrut tenaga adalah menstimulasi calon untuk mengisi
posisi yang dibutuhkan. Hal ini tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis
kualifikasi tetapi juga kwalitas individu harus sesuai dengan pekerjaan, susunan
dan tujuan organisasi. Usaha rekrut tenaga jangan tergesa-gesa karena dapat
mengakibatkan seleksi yang tidak memuaskan.

Selain itu penempatan tenaga perlu diperhatikan, karena penempatan yang


tepat akan menciptakan kondisi kerja yang efisien.

Yang perlu diperhatikan

a. Profil karyawan keperawatan pada saat itu.

b. Program rekruting

c. Metode rekruting

d. Program pengembangan tenaga baru

e. Prosedur penerimaan

n Seleksi : - kualifikasi dasar seleksi

- proses seleksi

n Prosedur lamaran

Syarat yang harus dipenuhi

a. Data biografi

Berisikan riwayat personal calon, latar belakang pendidikan, riwayat dan


pengalaman

bekerja dan data lain yang dapat dipakai.


b. Surat rekomendasi/referensi dari perusahaan/instansi sebelumnya dimana calon
bekerja.

c. Wawancara .

Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi, memberi informasi dan


menentukan bila calon memenuhi persyaratan untuk posisi itu.

d. Psycho-test : Test ini untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan, bakat, sikap


umum, dll.

2. Orientasi, pengembangan dan penghargaan

1) Orientasi :

* Orientasi institusi :

n -Misi rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik RS/organisasi.

n Struktur dan kepemimpinan.

n Kebijakan personalia

n Evaluasi kerja, promosi, cuti, dsb.

n Perilaku yang diharapkan.

n Pengembangan staf dan program pembinaan yang ada

n Hubungan antara karyawan dan hubungan dengan pimpinan

* Orientasi pekerjaan :

n Memahami tujuan bagian keperawatan dan bagaimana tujuan diterjemahkan dalam


job deskripsi
n bagaimana tujuan keperawatan hubungannya dengan tujuan individu

n Menciptakan hubungan interpersonal.

n Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan kebijakan yang ada

n Orientasi tempat, fasilitas dan perlengkapan yang ada

n Menjelaskan job deskripsi yang ada sesuai dengan tugas dan posisi yang diberikan.

2). Pengembangan :

Pengembangan tenaga baru berlaku sesudah orientasi untuk melanjutkan


edukasi secara bebas untuk mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang.
Hal ini berhubungan dengan esthetika, teknis dan pendidikan profesional.

3). Penghargaan :

a. Promosi : kenaikan pangkat

-Suatu reward individu yang berprestasi atau kesempatan pengembangan.

-Senioritas

Manfaat :

n Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi


n menciptakan keseimbangan

n memotivasi

b. Mutasi : Pemindahan dari pekerjaan / jabatan satu ke pekerjaan/ jabatan


lain.

Tujuan:

n Pengembangan

n Mengurangi kejenuhan

n Reorganisasi

n Memperbaiki penempatan yang kurang cocok

n Memberi kepuasan kerja

n Kondisi kesehatan.

4). Hambatan dalam ketenagaan

a. kemangkiran/absen

Merupakan kehilangan waktu yang berakibat kerugian secara kualitas dan


ekonomi bagi instansi.

Prosentase absen:

jumlah hari kerja yang hilang

---------------------------------------- X 100

jumlah hari kerja efektif


Faktor absen :

n tempat tinggal jauh

n kelompok karyawan yang banyak

n sakit

Pola absensi :

n sering pendek-pendek

n jarang panjang

n hari - hari tertentu

Cara mengurangi absen:

n sistem pencatatan

n kunjungan rumah

n kesejahteraan karyawan

n meningkatkan kondisi tempat kerja

n swasana kerja

n sistem penghargaan

b). Keluar masuknya tenaga ( Turn- Over )

Perhitungan :

rata-rata turn-over per tahun:


jumlah tenaga yang keluar

------------------------------------- X 100

jumlah tenaga di unit

Mengurangi turn-over :

n pada proses penerimaan karyawan

n peningkatan penugasan

n perubahan job - deskripsi

n pengembangan

c). Kejenuhan ( Burn - Out)

Keadaan dimana individu merasa dirinya semakin kurang kemampuannya,


kerja keras kurang produktif.

Sebab :

n peran dan fungsi kurang jelas

n merasa terisolasi

n beban kerja berlebihan

n terlalu lama pada suatu bagian

3.Pengembangan Staf
Tujuan :

Membantu individu meningkatkan diri dalam pengetahuan, ketrampilan


serta pengalaman dibidangnya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan,
program pelatihan, dsb.

Aktifitas pengembangan ini dibuat untuk keuntungan individu perawat dan


meningkatkan produktifitas /pelayanan.

Macam pengembangan :

Sesuai dengan kebutuhan, baik training maupun pendidikan yang


bermanfaat untuk pekerjaan dan pengetahuan, ketrampilan serta sikap perawat.

Kegiatan ini meliputi :

n Introduksi training untuk karyawan baru

n Orientasi

n In - house education / on - the job training

n Pendidikan berkelanjutan formal dan non formal.

Pengaturan :

n Di rumah Sakit yang besar mempunyai bagian tersendiri yang mengkait pada
bagian personalia .

n Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat

4 Penjadwalan
Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal / unit
tertentu.

Didalam penjadwalan pimpinan mempertimbangkan pertanyaan sbb:

1. Untuk berapa lama jadwal disiapkan

2. Hari apa kalender penjadwalan dimulai

3. Hari libur mingguan dapat dipecah atau beruntun

4. Berapa lama waktu kerja maksimum dan minimum

5. Berapa lama sebelumnya dapat mengajukan hari libur mingguan atau cuti
tahunan

6. Berapa lama sebelumnya jadwal sudah dapat dilihat oleh staf

7. Berapa lama ada pergantian / rotasi shift

8. Apakah tenaga extra ( part-time) akan dimanfaatkan, kalau ya, bagaimana


ketentuan ratio secara ekonomis antara tenaga full time dan part time

9. Bagaimana penjadwalan disusun sentralisasi oleh kepala rawat inap,


supervisor/penyelia atau kepala ruangan

10. Bagaimana menciptakan, komunikasi terbuka antara staf dan pembuat jadwal.

Untuk mengurangi waktu menyusun jadwal dinas dapat digunakan jadwal


siklus, yaitu jadwal dinas dan shift yang disusun berdasarkan ramalan dan pola
ulang dengan jumlah yang sama. Kombinasi tenaga dan kelompok yang sama.

Prinsip-prinsip penjadwalan yang efektif


1. Penjadwalan siklus harus menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan institusi
akan tenaga dan kebutuhan kerja dengan rekreasi karyawan

2. Penjadwalan siklus harus mencakup hari kerja yang mengenakan dan yang tidak
mengenakan serta jam kerja yang adil antara karyawan

3. Semua karyawan ditugaskan sesuai pola siklus

4. Bila jadwal sudah dibuat, penyimpangan hanya dapat dilakukan


melaluisurat permohonan

5. Metode ini harus dikenal sebelum diterapkan dan jumlah tenaga serta komposisi
cukup untuk setiap unit dan shift

6. Pola ini meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dan


mengembangkan kerja tim

Penyebab Over Staf :

1. Frekwensi dan fariasi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya pada sensus
pasien

2. Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi untuk variasi sensus dengan


penghitungan tenaga yang diambil dari sensus maksimal

3. Keluhan pasien tentang pelayanan

4. Delegasi untuk diagnostik dan terapi yang seharusnya merupakan beban dokter

Penanggulangan tenaga :

Yaitu mengontrol variasi ketenagaan antara lain dengan kombinasi jam


dinas tenaga lepas ( flosting) dan pemerataan / leveling tenaga.
Pertukaran dinas dan Rotasi :

Pertukaran dinas merupakan hal yang umum dalam menugaskan staf


ruangan. Namun demikian pertukaran ini dapat menimbulkan stress bagi staf.
Karena manusia membutuhkan waktu adaptasi terhadap perubahan lingkungan,
waktu pagi, siang atau malam. Ritme tubuh membutuhkan waktu adaptasi. Maka
pertukaran dinas/rotasi jarak pendek akan semakin menimbulkan stress.

Shift yang tetap, membebaskan / mengurangi stress. Peluang untuk


memilih dinas yang cocok dengan pola kehidupan perawat tanpa merugikan
pelayanan di ruangan memberikan manfaat :

1. Perawat dapat menyusun pola hidup dalam keluarga, dapat terlibat pada aktifitas
sosial atau melanjutkan/ meningkatkan pengetahuan, sekolah formal, non formal.

2. Kepala ruang akan lebih mudah mengewaluasi, karena waktu cocok dan
dipilihnya sendiri dan diharapkan dapat bekerja lebih baik.

Rotasi dalam grup / shift tetap bermanfaat agar staf dapat memahami
ruang lingkup kerja dalam shift yang berbeda-beda sehingga dapat menghargai
setiap shift.

Macam-macam Cara Dinas

1. 7 jam/ shift : dengan 6 hari kerja = 40 jam / minggu

2. 8 jam /shift : dengan 5 hari kerja = 40 jam / minggu

3. 10 jam/ shift : dengan 4 hari kerja = 40 jam / minggu


Untuk 10 jam/shift kurang populer di Indonesia, karena negara tropis, kurang
efektif.

5. Perencanaan tenaga

Kegiatan pelayanan keperawatan tergantung pada kualitas dan kuantitas


tenaga keperawatan yang memberikan asuhan kepada pasien/keluarga di ruang
perawatan.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diperlukan dukungan


sumber daya manusia keperawatan yang mampu mengemban tugas untuk
mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus
menerus, serta mampu mengadakan perubahan. Untuk dapat melaksanakan
pernyataan ini, perlu adanya klasifikasi pasien dan perencanaan tenaga
keperawatan, baik jumlah maupun klasifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
sistem pengelolaan tenaga keperawatan yang ada.

Klasifikasi /Kategori Pasien

Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan akan


perawatan selama 24 jam terus menerus, sehingga dapat menentukan kebutuhan
tenaga.

Ada beberapa kategori pasien dan jam perawatan yaitu sbb :

Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981:

Level I ( minimal ) = 3,2 jam

Level II ( intermediate ) = 4,4 jam

Level III ( maksimal ) = 5,6 jam


Level IV ( intensif-care ) = 7,2 jam

Menurut Hanson :

Kategori I : Self Care

Biasanya membutuhkan waktu 1 - 2 jam dengan waktu rata-rata

efektif, 1,5 jam / 24 jam.

Kategori II : Minimal Care

Biasanya membutuhkan 3 - 4 jam dengan waktu rata-rata efektif

3,5 jam / 24 jam.

Kategori III : Intermediate Care

Biasanya membutuhkan 5 - 6 jam dengan waktu rata-rata efektif

5,5 jam / 24 jam.

Kategori IV : Modified Intensive Care

Biasanya membutuhkan 7 - 8 jam dengan waktu rata-rata efektif

12 jam / 24 jam.

Kategori V : Intensive Care

Biasanya membutuhkan 10 - 14 jam dengan waktu rata-rata efektif

12 jam / 24 jam.

Menurut Douglas (1984)


Klasifikasi derajat ketergantungan pasien ada 3 kategori, masing-masing
memerlukan waktu :

perawatan minimal : 1-2 jam / 24 jam

perawatyan intermediet : 3-4 jam/24 jam

perawatan maksimal/total : 5-6 jam/24 jam

Klasifikasi pasien menurut Douglas dengan kriteria sebagai berikut:

1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria:

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

b) Ambulasi dengan pengawasan.

c) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.

d) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.

e) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

2) Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:

Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

Folley catheter/intake output dicatat.

e) Klien dng pemasangan infus,persiapan pengobatan memerlkan prosedur

3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam dengan kriteria :

a) Segalanya diberikan/dibantu.

b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.


c) Makan memerlukan ngt, menggunakan terapi intravena.

d) Pemakaian suction.

e) Gelisah, disorientasi.

Depkes (2002):

Klasifikasi ketergantungan pasien ada 4 kategori, masing-masing memerlukan


waktu :

asuhan keperawatan minimal : 2 jam / 24 jam

asuhan keperawatan sedang : 3,08 jam/24 jam

asuhan keperawatan agak berat : 4,15 jam/24 jam

asuhan keperawatan maksimal : 6,16 jam/24 jam

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes 2002:


1) Asuhan keperawatan minimal :

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

c) Ambulasi dengan pengawasan.

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

2) Asuhan keperawatan sedang :

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.


c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

3) Asuhan keperawatan agak berat :

a) Sebagian besar aktifitas dibantu.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 4 jam sekali.

c) Terpasang folley cateter, intake output dicatat.

d) Terpasang infuse.

e) Pengobatan lebih dari sekali.

f) Persiapan pengobatan perlu prosedur

4) Perawatan maksimal :

a) Segala aktifitas diberikan perawat.

b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.

d) Penggunaan suction.

e) Gelisah/disorientasi

Menurut Departemen Kesehatan Filipina th. 1984

a. Jam pelayanan keperawatan rata-rata per pasien dalam 24 jam adalah :

interne 3,4 jam

Bedah 3,5 jam


Campuran bedah dan interne 3,4 jam

Post partum 3 jam

Bayi 2,5 jam

Anak-anak 4 jam

Proporsi rata-rata perawat yang dibutuhkan :

40 % non-profesional

60 % profesional.

kebutuhan tenaga keperawatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan :

1). Faktor klien

n tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan perawatan

n tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia maupun faktor spesifik

n jumlah klien dan fluktuasi (turun-naiknya)

n keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatannya

n harapan klien dan keluarganya

2). Faktor tenaga/staf

n jumlah dan komposisi tenaga keperawatan

n kebijakan pengaturan dinas


n peran, fungsi dan tanggung jawab perawat

n kebijakan personalia

n tingkat pendidikan dan pengalaman karyawan

n kelangkaan tenaga perawat spesialis

n sikap ethis para professional

3). Faktor lingkungan

n tipe dan lokasi rumah sakit

n lay out ruang keperawatan

n fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan

n kelengkapan peralatan medis / diagnostik

n pelayanan penunjang dari bagian lain : laboratorium, rontgen, farmasi,dll.

n pelayanan penunjangan dari instansi lain. Contoh : PMI

n macam kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan, kunjungan rumah dll.

4). Faktor Organisasi

n mutu pelayanan

n kebijakan pembinaan dan pengembangan

Rumusan Perhitungan :

1). Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :


Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan
seluruh RS

Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding dengan jumlah


perawat.

Rumah sakit kelas/tipe A,B,C perbandingan sbb.:

Jumlah tenaga perawat : jumlah tempat tidur =

RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur

RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur

RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur

2). Menurut Gillies (1982)

TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/ tahun .

Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerja perawat/hari

Kebutuhan tenaga perawat dirumuskan perhitungan sebagai berikut :


Atau :

Tenaga Perawat (TP)= A x B x


365

(365-C) x jam
kerja /hari

Keterangan :

A : jam efektif/24 jam


waktu perawatan yang dibutuhkan klien

B : sensus harian (jumlah pasien) BOR x Jumlah tempat tidur

C : jumlah hari libur

365 :jumlah hari kerja selama 1 tahun

3). Menurut Depkes (2002)

Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.

a. Rawat inap dewasa

b. Rawat inap anak / perinatal

c. Rawat inap intensif

d. Gawat Darurat (IGD)

e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi

g. Rawat jalan.

Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan di


ruangan/hari

jam efektif perawat

Untuk
penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:
Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

Loss Day = jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x


keb.tenaga

Jumlah hari kerja efektif/th


Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga + loss day )x 25%

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan


diperkirakan 25% dari jumlah tenaga keperawatan .

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss


day +tugas non kep.)

4).Menurut Douglas (1984)

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung


berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien dan hasil keseluruhan
ditambah sepertiga (1/3) untuk perawat yang libur atau cuti. Kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk setiap shift jaga
seperti pada formula berikut:

Formula berdasarkan

klasifikasi ketergantungan klien (Douglas 1984)


Waktu klasifikasi Kebutuhan perawat

Intermediate

CONTOH ;
Diketahui jam efektif Ruang rawat inap sebesar 3,5. BOR Jan. Des.2005
sebesar 69,5%, libur minggu 52 hr,cuti 12 hr,libur nasional 18 hr, kapasitas tempat
tidur 25.

1. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Gillies:

TP = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun

Jumlah jam kerja perawatan per tahun x jam kerja perawat per hari

TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x


365

(365 jumlah hari libur) x jam kerja per hari

TP = 3,5 x (69,5% x 25) x 365

( 365 82) x 7

= 3,5 x 17,4 x 365

283 x 7

= 22228,5 =11,2 11 orang

1981
Jadi kebutuhan tenaga menurut Gillies = 11orang + 1 Ka ruang = 12 orang.

2. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Depkes 2002:

Kebutuhan Tenaga Perawat Jaga Menurut Klasifikasi Pasien

di Ruang rawat inap

No Rata2 jam Jumlah jam


Klasifikasi
jmlpasien/hari perawatan/har perawatan/hari
i

1 Minimal 6 2 12

2 Sedang 9 3.08 27,72

3 Agak berat 2 4.15 9,3

4 Maksimal 1 6.16 6,16

Jumlah 18 55,18

Sumber: Data primer Ruang Rawat

Jumlah jam perawatan di ruangan per hari = 55,18

Jumlah jam kerja perawatan per sift =7

Maka kebutuhan tenaga perawat = 55,18 = 7,88

Faktor koreksi :

Loss Day = 52 + 12 + 18 = 72 X 7,88 = 567,36 = 2,04

365-82 283 283

Tugas non keperawatan : (7,88 + 2,04 ) 25% = 2,48

Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan:

7,88 + 2,04 + 2,48 = 12,4 - 13 0rang


3. Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Douglas

Penghitungan Tenaga Menurut Dauglas

di Ruang Ruang Rawat Inap

Klasifikasi Rata-rata jumlah pasien Juli 2005

P S M

Minimal 7x0.17 =1,19 6x0.14 =0.84 6x0.07 =0.42

Intermediat 11x0.27 =2,97 8x0.15 =1,2 8x0.10 =0,8


e

Maksimal 3x0.36 =1,08 3x0,30 =0,90 3x0.20 =0,60

Jumlah 5,24 2,94 1,82

Sumber: Data Primer Ruang Rawat Inap

Berdasarkan hasil perhitungan menurut Douglas maka:

Jumlah perawat : 5,24 + 2,94 + 1,82 = 10 perawat

Perawat libur/cuti = 1/3 x 10 = 3,33 orang

Kepala ruang = 1 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah =10+3,33+1= 14,33 15 orang

Cara Menghitung Jumlah Kebutuhan Perawat :

Disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, yaitu dengan


menentukan :

a. Analisa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

b. Jumlah jam perawatan efektif pasien tertentu selama 24 jam.

c. Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun.

d. Penggunaan tempat tidur rata-rata.(BOR)


e. Jumlah jam kerja perawat per hari

Berdasarkan Perhitungan di atas maka kebutuhan kuantitatif


tenaga

keperawatan dapat dihitung sbb :

a. Jumlah pasien rata-rata per hari kali rata-rata jam perawatan dalam 24

jam (jam efektif) dikalikan jumlah hari dalam 1 tahun adalah merupakan

jumlah jam perawatan yang dibutuhkan selama 1 tahun.

b. Hari kerja efektif dikalikan jam kerja sehari merupakan jumlah jam

kerja perawat dalam 1 tahun.

c. Tenaga yang dibutuhkan adalah jumlah jam perawatan dalam 1 tahun dibagi
jumlah jam kerja perawat dalam 1 tahun ( a : b).

Cara Menentukan Ketenagaan Yang Tepat :

1. Melakukan survey untuk tiap pasien dibangsal untuk 10 - 15 hari tetapi tidak
dilakukan dengan hari yang berurutan untuk mencegah pengulangan pada pasien
yang sama. Tujuan untuk menentukan jumlah pasien yang memerlukan :

- perawatan maksimal / komplet

- perawatan partial / sebagian / sedang

- perawatan minimal / mandiri.


2. Membuat kumpulan data dari pasien yang mencakup tindakan keperawatan yang
langsung dan tidak langsung dalam 24 jam.

berapa kali dilakukan dalam 24 jam

berapa lamanya waktu yang digunakan dalam tiap kegiatan, yang bertujuan
untuk mengetahui macam perawatan apa yang dibutuhkan oleh pasien apakah
perawatan maksimal, partial atau minimal.

3. Membuat kumpulan data dari kategori perawat yang melaksanakan kegiatan itu
dengan jumlah waktunya.

4. Hitung jumlah jam yang dipakai untuk tiap aktivitas dalam tiap waktu dinas
( pagi, sore, malam ) menurut kualifikasi pasien.

5. Golongkan aktivitas / kegiatan keperawatan kedalam 2 bagian : professional dan


non-professional.

6. Setelah menghitung tenaga yang dibutuhkan maka perlu tambahan waktu untuk
pengembangan.

KESIMPULAN

Pengelolaan tenaga keperawatan adalah hal yang mutlak harus dilakukan


oleh setiap pinpinan keperawatan untuk mendukung tercapainya hasil kerja atau
kinerja yang optimal secara efisien dan efektif dalam rangka peningkatan dan
mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus
menerus. Untuk itu setiap pengelola keperawatan harus mampu memahami dan
dapat menerapkan berbagai peraturan pengelolaan tenaga keperawatan dengan
baik, sehingga dapat diperoleh selain kinerja yang optimal secara efisian dan
efektif juga diperoleh kepuasan kerja perawat yang tinggi untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pasien/keluarga. Dengan demikian tujuan individu
perawat dan tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.
Klasifikasi pasien & perencanaan tenaga keperawatan yang tepat adalah
merupakan suatu proses pemikiran dan penentuan kebijakan dari hal-hal yang
akan dilaksanakan oleh pimpinan untuk masa yang akan datang dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang tepat. Dalam upaya efisiensi dan
efektifitas serta mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit,
maka semua pengelola keperawatan diharapkan mampu menyusun perencanaan
tenaga keperawatan berdasarkan analisa kegiatan dan perhitungan yang cermat,
sehingga dapat dicapai efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan keperawatan
dengan harapan dapat diperoleh kinerja yang optimal.

Daftar Pustaka

1. Gillies, Nursing Management, A System Approach, WB.


Saunders, Philadelphia, 1994
2. Swansburg, Management and Leadership for Nurse Managers, second Edition,
Jones and Barlett Publisher, Boston, 1996

3. Depkes RI, Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Dit Jen Yanmed,
cetakan 1,

Depkes, Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai