Anda di halaman 1dari 21

PENDELEGASIAN DAN SUPERVISI

DISUSUN OLEH:

Christine Sihombing (032014008)


Dermawati Simanjuntak (032014009)
Erni Cahyani Putri Gea (032014013)
Febriani (032014016)
Ira Riska Mei Yanti (032014033)
Jainal Lumbantoruan (032014035)
Mawarta Br. Tarigan (032014043)
Sr. Ansfrida Sinaga (A.12.021)
Stefani Priscilla Sipayung (032014069)

Dosen Pembimbing : Indra Hizkia Peranginangin, S.Kep,Ns., M.Kep


Lilis Novitarum, S.Kep,Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Pendelegasian dan Supervisi. Penulisan ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu
tugas dalam blok Manajemen Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak
mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Indra Hizkia Perangin-angin, S.Kep., Ns., M.Kep,
CWCCA dan Lilis Novitarum, S.Kep,Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Medan, 14 Maret 2017

Penulis

Visi Dan Misi STIKes Santa Elisabeth Medan

VISI

2
Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dalam pelayanan kegawatdaruratan berdasarkan
daya kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah di Indonesia tahun
2022.
MISI
1. Melaksanakan metode pembelajaran yang up to date.
2. Melaksanakan penelitian di bidang kegawatdaruratan berdasarkan evidence based
practice.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi
mahasiswa dan kebutuhan masyarakat.
4. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta dalam bidang
kegawatdaruratan.
5. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung penanganan
terutama bidang kegawatdaruratan.
6. Meningkatkan soft skill di bidang pelayanan berdasarkan daya kasih Kristus yang
menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah.

MOTTO
KETIKA AKU SAKIT KAMU MELAWAT AKU
(MAT 25:36)

Visi dan Misi Program Studi Ners

VISI

3
Menghasilkan perawat profesional yang unggul dalam pelayanan kegawatdaruratan jantung
dan trauma fisik berdasarkan semangat daya kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda
kehadiran Allah di Indonesia tahun 2022.
MISI
1. Melaksanakan metode pembelajaran berfokus pada kegawatdaruratan jantung dan
trauma fisik yang up to date.
2. Melaksanakan penelitian berdasarkan evidence based practice berfokus pada
kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat berfokus pada kegawatdaruratan dalam
komunitas meliputi bencana alam dan kejadian luar biasa.
4. Meningkatkan soft skill dibidang pelayanan keperawatan berdasarkan semangat daya
kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah.
5. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta yang terkait dengan
kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

4
Visi Dan Misi STIKes Santa Elisabeth Medan............................................................................iii
Visi dan Misi Program Studi Ners................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2. Tujuan....................................................................................................................................2
1.2.1. Tujuan umum....................................................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus..................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3
2.1. Pendelegasian............................................................................................................................3
2.1.1. Definisi.................................................................................................................................3
2.1.2. Ketidakefektifan dalam Pendelegasian.............................................................................3
2.1.3. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif........................................................................4
2.1.4. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif................................................................5
2.1.5. Cara Pendelegasian.............................................................................................................5
2.1.6. Tempat dan Waktu Pendelegasian.....................................................................................6
2.1.7. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan........................................................................7
2.1.8. Keberhasilan Pendelegasian...............................................................................................7
2.2. Supervisi....................................................................................................................................8
2.2.1. Pengertian Supervisi...........................................................................................................8
2.2.2.Tujuan Supervisi..................................................................................................................8
2.2.3. Peran dan Fungsi Supervisior............................................................................................9
2.2.4. Fungsi Supervisi................................................................................................................10
2.2.5. Cara Supervisi...................................................................................................................10
2.2.6. Kegiatan Supervisor.........................................................................................................11
2.3. Proses Supervisi Dan Delegasi...............................................................................................12
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................14
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajerial
keperawatan yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam
menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas. Manajemen
keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumbersumber keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Hal ini
tentu perlu didukung oleh seorang manajer yang mempunyai kemampuan manajerial
yang handal untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian aktivitas-aktivitas keperawatan (Marquis & Huston, 2010)
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam
proses manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer (tingkat
bawah, menengah dan atas) bukan hanya hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil
usaha pegawai. Bagi manajer, pendelegasian bukan merupakan pilihan tetapi suatu
keharusan. Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka
dapat menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan
tingkat yang lebih tinggi. Manajer dapat mendelegasikan tugas jika seseorang telah
dipersiapkan dengan lebih baik atau memiliki keahlian yang tinggi atau lebih cakap
tentang cara menyelesaikan masalah. Pendelegasian juga dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran atau pemberian kesempatan kepada pegawai. Pegawai yang tidak
didelegasikan tanggung jawab yang sesuai dapat menjadi bosan, tidak produktif, dan
tidak efektif (Marquis & Huston, 2010).
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efisien (Arwani, 2005).
Pelaksana supervisi keperawatan dalam tatanan pelayanan rumah sakit salah
satunya adalah kepala ruangan. Kron (1987, dalam Putro, 2013) menyatakan kepala
ruangan sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan di Rumah Sakit harus
mempunyai kemampuan supervisi untuk mengelola asuhan keperawatan. Supervisi yang
dilakukan kepala ruangan berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah
dijadwalkan dapat dilaksanakan sesuai standar. Supervisi memerlukan peran aktif semua
perawat yang terlibat dalam kegiatan pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang
memiliki ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan
dalam proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan.

1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep pendelegasian dan supervisi
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep pendelegasian
2. Agar mahasiswa/i mampu memahami konsep supervisi

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendelegasian
2.1.1. Definisi
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang
atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi. Pendelegasian/pelimpahan
asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak mudah dilakukan karena
menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas
yang diemban (Nursalam,2013).

2.1.2. Ketidakefektifan dalam Pendelegasian


Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan
mengalami masalah, dimana proses pendelegasian tidak dilaksanakan secara efektif.
Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan adalah :
1. Pendelegasian yang terlalu sedikit (Under-delegation)
Manajer keperawatan sering beramsumsi bahwa jika mereka melakukan
sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat dari pada didelegasikan
kepada orang lain. Misalnya, menejer sering berpikir saya bisa mengerjakan ini
lebih baik, bila staf yang akan mengeerjakan maka akan perlu waktu yang lama.
Masalah lain adalah kekhawaatiran seorang bahwa mereka tidak mampu melakukan
seperti apa yang dilakukan staff/ orang yang didelegasikan. Karena tanggung jawab
yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan, malas, dan tidak efektif.
Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan
meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan staf (Nursalam,2013).
2. Pendelegasian yang berlebihan (Over-delegation)
Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan berdampak terhadap
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer untuk
memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan merasa
terbebani dan sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang diberikan.
Misalnya, sering bertannya says tidak tahu apa yang manajer harapkan atau : saya
lebih senang bantuan supervisi dari manajer terus menerus (Nursalam,2013).
3. Pendelegasian yang tidak tepat (Improper-delegation)
Pendelegasian menjadi tidak efektif bila diberikan kepada orang yang tidak
tepat karena alasaan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian tersebut tidak akan
memperoleh hasil yangn baik karena adanya keenderungan manajer menilai
pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektifitas (Nursalam,2013).

2.1.3. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Menurut Nursalam (2013) lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian :
1) Pendelegasian buakan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu
cara untuk membuat tanaggung jawab menjadi bermakna. Manajer keperawatan sering
mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam melaksanakan asuhan terhadap
pasien. Misalnya dalam penerapanmodel asuhan keperawatan profesional primer,
3
seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggungjawabnya dalam memeberikan
asuhan keperawatan kepada perawat pendamping/ associate (PA). Perawat primer
memberikan tanggungjawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.
2) Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat primer
menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk melaksanakan
tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau menguasai kasus yang
dilimpahkan.
Proses tersebut meliputi :
- Pengkajian kebutuhan klien
- Indentifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain
- Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan dengan
aman dan kompeten
- Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang
- Ketersedian supervisi yang cukup oleh PP ( Perawat Primer )
- Proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang
- Proses komunikasi tentang keadaan klien antara PP (Perawat Primer) dan PA
(Perawat Pendamping/associate)
3) Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dililmpahkan, dan mengembangkan kemampuan
dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan kelimpahan ditentukan oleh :
- Intervensi keperawatan yang diperlukan
- Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut
- Bantuan apa yang diperlukan
- Hasil apa yang diharapkan
4) Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang
penting adalah menciptakan suasana yang aseratif. Setelah PA (perawat pendamping)
melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP (perawat pelaksana) harus
meninjukan rasa percaya kepada PA (perawat pendamping) untuk melakukan asuhan
keperaawatan secara mandiri
5) Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang
dilimpahkan untuk dapatbterlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi
antara PP (perawat primer) dan PA (perawat pendamping)
Adapun konsep penting dalam pendegasian adalah responsibility (tanggung jawab),
accountability (kemampuan), dan autority (wewenang)

2.1.4. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif


Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas . Pendelegasian
yang jelas harus mengandung informsi mengenai tujuan yang spesifik , target waktu dan
pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Tujuan spesifik
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas sebagai
parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan

2. Target waktu

4
Seorang PP harus memberikan target waktu dalam memberikan pendelegasian
kepada PA. Pada perencanaan keperawatan kepada klien, PP harus menuliskan
target waktu yang jelas sebagai indikator keberhasilan asuhan keperawatan
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan
PP (perawat primer) harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan klien. Tahap pengkajian dan
pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan dilaksanakan

2.1.5. Cara Pendelegasian


Cara pendelegasian menurut Nursalam (2013):
1) Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus
dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang
harus dikerjakan secara otomatis adalah menyiapkan laporan yang kontiniu, menjawab
setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas
teknis yang lainnya.
2) Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan
dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya memiliki staf bergantung dari kemampuan
manajer mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.
3) Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih
baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan bagaimana melaksanakan
tugas tersebut. Jika anda sudah siap untuk memberikan pendelegasian, maka anada
harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
- Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan mengapa tugas ini
penting dilakukan ?
- Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita ? haruskah saya menuliskan
secara rinci?
4) Lakukan supervisi yang tepat
Supervisi merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada
bagaimana staf melihatnya.
- Overcontrol
Kontrol yang berlebihan akan merusak pendelegasian yang diberikan. Staf tidak
akan dapat memikul tanggung jawabnya dengan baik dan hanya akan berfokus
terhadap hal-hal yang tidak didelegasikan (Nursalam,2013).
- Undercontrol
Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap pendelegasian, dimana
staf menjadi tidak produktif dalam melaksanakan tugas dan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan (Nursalam,2013).

2.1.6. Tempat dan Waktu Pendelegasian


Dibawah ini merupakan tempat dan waktu pendelegasian dapat dilaksanakan
(Nursalam, 2013):
a) Tugas rutin

5
Seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab terhadap masalah-masalah
yang kecil, dan menyeleksi surat merupakan tugas biasa danj dapat didelegasikan
kepada staf
b) Tugas yang tidak mencukupi waktunya
Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena manajer tidak
mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya
c) Penyelesaian masalah
Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman/tantangan kepada staf
yang menyelesaikannya
d) Peningkatan kemampuan
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim. Dengan
pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan suatu latihan bagi staf untuk
belajar
e) Kapan pendelegasian tidak diperlukan
- Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang merupakan
tugas rutin manajer, tetapi terlalu teknis dan perlu keterampilan khusus untuk
dilaksanakan staf.
- Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan, misalnya
kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan dengan terjadinya
perselingkuhan staf
Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan tidak
dilaksanakan sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka manajer
mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
- Disiplin dalam pemberian wewenang
- Bertangung jawab terhadap pembinaan moral staf
- Perlunya suatu kontrol
- Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian

2.1.7. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan


1) Aktivitas yang memberikan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan
2) Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan dan
intervensi atau tidak lanjut
3) Penyusunan dan evaluasi rencana keperawatan
(Nursalam, 2014)

2.1.8. Keberhasilan Pendelegasian


Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut (Nursalam,
2014):
1) Komunikasi yang jelas dan lengkap
Kejelaassan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang disampaikan,
akurasi terhadap pesan, dan penggunaan istilah/kata-kata yang mudah dipahami oleh
penerima pesan.
2) Ketersediaan sumber dan sarana
Jika PP mengkehendaki perkembangan pasien dari PA, maka PP harus berada
ditempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama tidak berada ditempat, maka laporan
harus dilimpahkan kepada staf lainnya.
3) Monitoring
6
Perawat Primer haraus memberikan kebebasan kepada Perawat pendamping untuk
berpikir dan menganalisis tugas yang diberikan.
4) Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan salam praktik
keperawatan profesional kepada pasien, maka Perawat Primer harus selalu meminta
laporan dari Perawat pendamping tentang kemajuan klien.

2.1.9 Karakteristik Pemberi Delegasi (Delegator)

Dilakukan oleh kepala ruangan


Dilakukan oleh kepala seksi keperawatan
Dilakukan oleh wadir keperawatan

2.1.10 Jenis Pendelegasian


Dalam bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R.
Covey menyatakan bahwa ada 2 jenis pendelegasian, yaitu :
a. Pendelegasian Suruhan (Gofer Delegation)
Pendelegasian suruhan berarti :kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan
beritahu saya ketika sudah selesai. Pendelegasian suruhan berprinsip pada metode,
yaitu semua didikte secara rinci dan spesifik step by step cara melakukannya.
Pendelegasian dengan cara ini banyak digunakan oleh manager karena mereka
berpikir metode yang dilakukan pasti tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan
dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Tapi kelemahannya adalah bahwa mereka
tidak melatih creative thinking anak buah mereka dan bila terjadi kesalahan si anak
buah akan merasa tidak bertanggung jawab kepada hasil yang didapat.
b. Pendelegasian Pengurusan (Stewardship Delegation)
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode, memberikan
secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang harus
dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada anak buah dan membuat
mereka bertanggung jawab atas hasil.

2.2. Supervisi
2.2.1. Pengertian Supervisi
Supervisi adalah memberikan bantuan, bimbingan/ pengajaran, dukungan pada
seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan
prosedur,mengembangkan keteerampilan baru,pemahaman yang lebih luas tentang
pekerjaannya sehingga dapat melakukannya dengan baik. Supervisi merupakan proses
formal dari belajar dan dukungan profesional yang memungkinkan perawat praktisi
7
untuk mengembangkan pengetahuan,dan kompetensi, menerima tanggung jawab dalam
praktiknya dan meningkatkan perlindungan terhadap pasien dan pelayanan keperawatan
yang aman dalam situasi yang kompleks. Bonn dan Holland menggambarkan supervisi
klinik adalah memfasilitasi perawat praktisi pada perawat klinik secara teratur untuk
mencapai, menopang dan mengembangkan secara kreatif praktik yang berkualitas tinggi
melalui pokus dukungan dan pengembangan (Sitorus, 2011)

2.2.2. Tujuan Supervisi

Menurut Sitorus (2011) tujuan dari supervisi adalah:


1) Mengorientasikan,melatih membimbing staf sesuai kebutuhan dan mengarahkan
untuk menggunakan kemampuan dan mengembangkan keterampilan baru.
2) Memfasilitasi staf untuk mengembangkan dirinya.
3) Menolong dan mengarahkan staf untuk meningkatkan minat, sikap dan
kebiasaan yang baik dalam bekerja.
4) Memberikan bimbingan langsung kepada staf dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
5) Mendorong dan meningkatkan perkembangan profesional secara terus menerus
dan menjamin standar asuhan.

2.2.3. Prinsip Supervisi


Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan., bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
2) Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat harus edukatif dan suportif,
bukan otoriter
3) Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik.
4) Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerja sama yang
baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan
untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
5) Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik
6) Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

2.2.4. Karakteristik Supervisor


Yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki
kelebihan dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status
dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal itu,
beberapa syarat yang harus dimiliki oleh supervisor (pensupervisi) adalah :
a. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau
apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

8
b. Pelaksana supervisi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk
jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
c. Pelaksana supervisi memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.

Beberapa orang yang dapat melakukan supervisi di dunia keperawatan adalah .

a. Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan


keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak penentu
tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan
dan pendokumentasian di unit kerjanya.

b. Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di


bawah satu instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab dalam
melakukan supervisi pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada
dalam satu instalasi tertentu, misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan
dan lain-lain.

c. Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala


seksi. Kepala seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan
tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.

d. Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk


melakukan supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat
secara tidak langsung.

2.2.5. Langkah langkah supervisi


Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2014)
a. Prasupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
a Pelaksanaan Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
3. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
a Pascasupervisi
1. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
1 Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
a. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
9
1 Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi).
1 Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
a. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan
mendapatkan penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon
atau merangsang pengulangan perilakunya. Ke dua reinforcement negative
atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan
terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et
al, 2003)
b. Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah intervensi
jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari
penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan
intervensi jangka panjang atau tindak lanjut, rencana individual lebih
formal dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and
Toni, 2005).

2.2.6. Peran dan Fungsi Supervisior


Adapun peran dan fungsi supervisor adalah sebagai berikut (Sitorus, 2011):
1) Supervisior sebagai mentor
Supervisior sebagai mentor berperan sebagai model peran yang secara aktif
mengejar, melatih, mengembangkan, dan memberikan bimbingan dan fasilitasi
untuk peningkatan karir staf. Proses mentoring dapat formal dan non formal.
Supervisior yang berperan sebagai mentor memiliki karakteristik khusus yaitu
keahlian klinis, pengetahuan, pengalaman, keinginan untuk mengasuh, dan
komitmen untuk profesinya.
2) Supervisior sebagai pemegang kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk merubah perilaku seseorang sesuai perilaku
yang diharapkan. Supervisior yang berhasil, akan menggunakan semua sumber
yang dimilikinya dalam merubah perilaku stafnya.
Elemen kekuasaan supervisior menurut stevens 1985 dalam Rocchiccioli &
Tilbuny, (1998) adalah:
a. Pengetahuan dan kekuasaan keahlian dan keperawatan, manajemen,
teknologi, dan kecenderungan dalam praktik keperawatan.
b. Hubungan kerjasama dengan jaringan informal di dalam ataupun di luar
organisasi.
c. Kontrol sumber pengetahuan tentang sumber-sumber dan kekuasaaan.
d. Pengembalian keputusan ataupun kemampuan pemecahan masalah dengan
wewenang sesuai posisi.
e. Visi dan kepemimpinan, kemampuan untuk mengidentifikasi, kounikasi dan
mencapai tujuan.
3) Supervisior dan kerjasama
Kerja sama dan membangun kerja sama adalah fungsi penting dalam
supervisi. Membangun hubungan yang positif dengan kelompok, organisasi dan
institusi adalah penting dalam merubah lingkungan kerja. Kerjasama dapat
10
dibangun dengan formal maupun informal. Supervisior yang efektif mengenal
penggunaan yang bermanfaat terhadap pemaksaan, tujuan, individual, strategi
formal sebagai pendekatan dalam tugas. Mengidentifikasi dan memperkuat
kekuatan/ kelebihan staf dapat membantu supervisior untuk mencapai tujuan.

2.2.4. Fungsi Supervisi

Menurut Sitorus (2011) fungsi supervisi yaitu:


1) Perencanaan dan pengorganisasian
Perencanaan, merupakan salah satu fungsi dasar dari manajemen yang merupakan
proses untuk mencapai tujuan dan misi organisasi, falsafah keperawatan, tujuan unit,
sasaran, kebijakan dan prosedur. Supervisior merencanakan untuk menurunkan lama
hari rawat pasien atau mengembangkan prosedur untuk perawatan pasien.
2) Pengorganisasian
Proses supervisi menunjukkan koordinasi terhadap sumber-sumber untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien. Supervisior harus dapat menguasai/ memahami fungsi
pengorganisasian untuk merestrukturisasi dan mereformulasikan antara perubahan
manusia dan sumber-sumber material pada waktu yang pendek.
3) Pengawasan dan Evaluasi
Supervisi bertanggung jawab untuk mengawasi lingkungan dan mengukur hasil dari
proses kerja. Fungsi pengawasan meliputi perhatian terhadap alur kerja, sistem
informasi, model pemberian asuhan pasien, liburan staf, upah staf, dan promosi.
4) Pengawasan, dan evalusai terhadap standar organisasi
Standar menggambarkan harapan terhadap ukuran penampilan / kinerja dalam wilayah
yang spesifik. Standar menunjukkan nilai organisasi, dimana nilai- nilai dan standar
tersebut merupakan pedoman dari struktur organisasi, praktik keperawatan , sistem
keperawatan dan pengembangan SDM keperawatan.

2.2.5. Cara Supervisi


Untuk dapat menjalankan supervisi yang baik ada beberapa teknik yang dilakukan
(Sitorus, 2011):
a. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi
modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pembimbingan dan
pengarahan serta pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Cara
memberikan bimbingan dan pengarahan yang efektif adalah :
Pengarahan diberikan dengan lengkap
Mudah dipahami
Menggunakan kata-kata yang tepat
Berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat
Berikan arahan yang logis
Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
Pastikan bahwa arahan yang di berikan dipahami
Yakinkan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut

b. Tidak langsung
11
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
kejadian di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis.

2.2.6. Tugas dan Tanggung Jawab Supervisor


a. Perencanaan
1) Membuat tujuan unit mengacu pada visi dan misi keperawatan
2) Membuat standar ketenagaan di ruangan
3) Membuat rencana pengembangan staf
4) Menyusun SOP dan SAK
5) Menetapkan lama hari rawat di unit yang disupervisi
6) Membuat jadwal kerja sesuai area dan personil yang disupervisi
7) Membuat standar evaluasi kinerja staf /personil yang disupervisi
b. Pengorganisasian
1) Menetapkan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien
2) Mengatur pekerjaan personil
3) Koordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan pelayanan secara efektif dan
efesien
c. Membimbing dan mengarahkan
1) Menjadi role model dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarga
2) Membangun hubungan yang positif dengan staf melalui komunikasi yang
efektif
3) Mengindentifikasi kelebihan dan kelemahan staf
4) Mengajar/membimbing, mengarah, melatih mengembangkan staf untuk
memberikan askep (tindakan dan dokumentasi askep) sesuai kebutuhan
5) Memberi bimbingan untuk meningkatkan keterampilan staf
6) Melatih staf untuk pengambilan keptusan klinis
7) Membantu staf dalam menyelesaikan pekerjaan
8) Mendelegasikan tugas kepada staf sesuai kemampuan yang dimiliki
9) Menfasilitasi staf dalam menyelasikan pekerjaan
10) Memberikan bantuan atau hal-hal lain terkait dengan pelayanan sesuai
kebutuhan
d. Pengawasan dan evaluasi
1) Mengontrol jadwal kerja dan kehadiran staf
2) Menganalisa keseimbangan staf dan pekerjaan
3) Mengontrol tersedianya fasilitas / peralatan / sarana untuk hari ini
4) Mengotrol lingkungan area supervisi
5) Mengindentifikasikan kendala / masalah yang muncul
6) Mengotrol dan mengevaluasi pekerjaaan staf dan kemajuan staf dalam
melaksanakan pekerjaaan
7) Mengawasi dan evaluasi kualitas asuhan keperawatan pasien.
e. Pencatatan dan pelaporan
1) Mencatat permasalahan yang muncul
2) Membuat daftar masalah yang belum dapat diatasi dan berusaha untuk
menyelasikan pada keesokkan harinya
3) Mencatat dan melaporkan fasilitas / alat/ srana sesuai kondisi
4) Mencatat dan melaporkan secara rutin proses dan hasil supervisi

12
5) Mengevaluasi tugas supervisi yang dilakukan setiap hari dan melakukan tindak
lanjut sesuai kebutuhan
6) Membuat jadwal kerja untuk keesokkan harinya
7) Memelihara administasi keperawatan pasien
(Sitorus, 2011)

2.2.7. Kegiatan Rutin Supervisor


Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap hari ( Bittel,1987 ),
sebagai berikut.
1. (15-30) sebelum pertukaran Shift
a) Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b) Mengecek jadwal kerja
2. (15-30) pada waktu mulai Shift
- Mengecek personil yang ada
- Menganalisa keseimbangan tenaga
- Mengatur pekerjaan
- Mengidentifikasikan kendala yang muncul
- Mencari alternatif penyelesaian masalah supaya dapat diselesaikan
3. (6-7 jam ) sepanjang hari.
- Mengecek pekerjaan setiap perawat, mengarahkan, mengintruksi, mengoreksi
atau memberi latihan sesuai kebutuhan
- Mengecek kemajuan pekerjaan
- Mengecek pekerjaan rumah tangga
- Mengecek personil, kenyamanan kerja terutama personil baru
- Berjaga di tempat bila ada pertanyaan, permintaan bantuan lain-lain
- Mengatur jam istirahat perawat
- Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari
cara memecahkannya
- Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
- Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
- Mengecek kecelakaan kerja
- Menyiapkan laporan mengenai pekerjaan secara rutin
4. (15-30) sekali dalam sehari
- Mengobservasi satu personil atau aneka kerja secara kontinyu untuk 15
- Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti keterlambatan
pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan
5. Sebelum pulang
- Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk
memecahkan keesokan harinya
- Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek
hasilnya, kecukupan material dan peralatannya
- Melengkapi laporan harian
- Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya
(Douglas, 1992)

13
2.3. Proses Supervisi Dan Delegasi
Komponen penting dari proses supervissi adalah delegasi, dan delegasi mulai dari
tingkat manajemen puncak, supervisor mendelegasikan tugas kepada staf agar segera
dapat dilaksanakan. Komponen pendelegasikan adalah partisipasi melaksanakan tugas
dalam organisasi dan menyelasikan tugas dan tanggung jawab terhadap apsien sesuai
dengan wewenang yang diberikan. (Kurniadi, 2013)
Delegasi adalah penting agar manajer atau supervisor dapat melakukan tugas-
tugas manajerial yang lain. Delegasi juga dapat memberdayakan staf, menimbulkan
komitmen yang lebih besar, mmebantu pertumbuhan dan perkembangan profesional,
kebanggaaan, serta merupakan mekanisme untuk melatih staf menerima tanggung jawab
lebih besar (Kurniadi, 2013)
Delegasi yang efektif memerlukan pengetahuan dari supervisor tentang
kemampuan, kekuatan, dan kelemahan staf penerima delegasi. Selain itu, supervisor juga
harus mempercayai keputusan yang dibuat staf, serta mengikuti perkembangan staf agar
lebih meningkat dalam keterampilan dan pengambilan keputusan. Karena itu, supervisor
harus mempersiapkan staf dengan memberikan bimbingan dan pengarahan sesuai
kebutuhan staf dalam melaksanakan tugas yang di delegasikan (Kurniadi, 2013)
Supervisi dan aktifitas delegasi memerlukan pengambilan keputusan, dimana
kompetensi pengambilan keputusan merupakan faktor intrinsik dalam fungsi-fungsi
manajemen, perencanaan , pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi proses kerja
(Kurniadi, 2013)

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain
atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada seseorang atau kelompok
dalam menyelesaikan tujuan organisasi. Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan
kepada pasien oleh perawat tidak mudah dilakukan karena menyangnkut pemberian suatu
perintah kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Supervisi adalah
memberikan bantuan, bimbingan/ pengajaran, dukungan pada seseorang untuk menyelesaikan
pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur,mengembangkan keteerampilan baru,pemahaman
yang lebih luas tentang pekerjaannya sehingga dapat melakukannya dengan baik. Delegasi
yang efektif memerlukan pengetahuan dari supervisor tentang kemampuan, kekuatan, dan
kelemahan staf penerima delegasi. Selain itu, supervisor juga harus mempercayai keputusan
yang dibuat staf, serta mengikuti perkembangan staf agar lebih meningkat dalam keterampilan
dan pengambilan keputusan. Karena itu, supervisor harus mempersiapkan staf dengan
memberikan bimbingan dan pengarahan sesuai kebutuhan staf dalam melaksanakan tugas
yang di delegasikan

14
3.2. Saran
1) Bagi institusi pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan mahasiswa untuk
belajar tentang manajemen keperawatan secara mandiri agar mahasiswa lebih
profesional jika suatu saat terjun ke rumah sakit dalam manajemen keperawatan
khususnya delegasi dan supervisi.
2) Bagi mahasiswa/i
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
manajemen keperawatan khusunya tentang delegasi dan supervisi.

DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Suprapto. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC


Douglass (1992), The effective nurse ; leader and manager 4th, St Lonis, Masby Year Book.
Kurniadi A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Edisi ke 1. Jakarta: FKUI
Marquis & Huston. 2010. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Teori &
Aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Putro. 2013. Efektifitas pelatihan supervisi klinik kepala ruangan terhadap kinerja perawat
pelaksana di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan. Tesis Magister Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 15 Maret 2017.
15
Simamora, Roymond H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suarli, S, Yanyan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta:Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai