Anda di halaman 1dari 14

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENJAHITAN LUKA (HECTING)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

Albertus Sianipar Maria Tamara Siburian


Devi Angela Sitinjak Nelva Silitonga
Febriani Pevatriani Waruwu
Herlina Br Tarigan Sanriwifa Sitinjak
Imelsa Napitu Srinta Decy Chrisna
Josephine Lombu Wahyuningsih Gea

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKDEMIK


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya tentang
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENJAHITAN LUKA (HECTING)
Makalah ini disusun untuk memenuhi proses perkuliahan semester VII tentang Gawat
Darurat sistem 1.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing


dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2017

Penulis

Kelompok
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Prosedur bedah sering kali mengakibatkan terbentuknya luka akibat tindakan insisi
yang memerlukan penjahitan luka. Dalam melakukan sebuah tindakan penjahitan luka,
sangatlah diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemilihan dan karakteristik
dari benang jahit operasi dan teknik yang akan digunakan. Penjahitan luka yang tidak tepat
tidak hanya mengakibatkan proses penyembuhan luka yang tertunda, namun juga dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi dan komplikasi lainnya. (Hidayati, Ratna. 2014)

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu memahami dan melakukan prosedur penjahitan luka
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i mampu memahami definisi penjahitan luka
2. Mahasiswa/i mampu memahami tujuan penjahitan luka
3. Mahasiswa/i mampu mempersiapkan alat penjahitan luka
4. Mahasiswa/i mampu mempersiapkan klien dan lingkungan penjahitan luka
5. Mahasiswa/i mampu melakukan prosedur penjahitan luka
6. Mahasiswa/i mampu memahami mengevaluasi pelaksanaan penjahitan luka
7. Mahasiswa/i mampu memahami mendokumentasikan penjahitan luka
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
Dalam jurnal Pratidina, Ade Herticha tahun 2015, Penjahitan luka (hecting)
merupakan metode untuk menutup luka kulit
Alat yang digunakan untuk menjahit luka adalah:
1) Needle Holder
Needle holder adalah sebuah instrumen dengan bentuk paruh pendek yang
berfungsi sebagai pemegang bagian distal jarum jahit dengan jarak 1/2 3/4 dari
ujung jarum jahit dan sebagai penyimpul benang.8 Jenis yang digunakan
bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew
Kusten (bentuk segitiga).

(a) (b)

Gambar 1. Jenis-jenis needle holder (a). Crille wood (bentuknya seperti klem) dan (b).
tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga)

2) Gunting benang
Gunting benang biasanya memiliki dua buah ring sebagai tempat masuknya jari.
Cara memegang gunting benang sama dengan cara memegang needle holder.
Gunting benang yang paling banyak digunakan adalah Dean scissors. Dean
scissor memiliki pisau yang bergerigi yang mengakibatkan pengguntingan benang
menjadi lebih mudah
3) Pinset Chirurgis
Pinset chirurgis biasanya memiliki susunan yang khas, yaitu terdapat semacam
gigi yang berjumlah dua buah pada sisinya dan satu buah pada sisi yang lainnya.
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan
luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.

Gambar 2. Alat yang digunakan dalam melakukan penjahitan luka: (a) Needle
holder; (b) Pinset chirurgis; (c) Gunting benang

4) Jarum jahit

Jarum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran. Secara
umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point, needle body, dan
swaged (press-fit) end. Needle point berbentuk tajam dan berfungsi untuk penetrasi
kedalam jaringan. Body merupakan bagian tengah dari jarum jahit.

Sedangkan swaged (press-fit) end merupakan bagian tempat menempelnya


benang. Jarum jahit digunakan untuk menutup luka insisi pada mukosa dan biasanya
berbentuk round atau triangular. Jarum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat
(stainless steel) yang kuat dan fleksibel.Jarum jahit memiliki bentuk dan jenis yang
beragam seperti straight needle, curved needle, eyed needle, dan eyeless needle.
Selain itu, jarum jahit juga tersedia dalam berbagai ukuran, yaitu 1/4, 3/8, 1/2, dan
5/8.

5) Benang Jahit
Perkembangan bahan benang jahit untuk penjahitan luka terus berkembang.
Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat ideal seperti dibawah
ini.
a. Harus memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka dengan baik
hingga proses penyembuhan selesai.
b. Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada jaringan.
c. Memiliki daya simpul yang baik.
d. Harus memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan material jahitan
tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang meradang di sekitar luka
dan menyebabkan infeksi.
e. Mudah disterilisasi.
f. Murah.
Bahan material benang jahit dapat diklasifikasikan menurut jenis material
menjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable
- Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim
atau dapat dihidrolisis oleh tubuh.Benang jenis absorbable dapat dibagi
atas alami dan sintetik. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan
alami adalah catgut, collagen, cargille membrane, kangaroo tendon, dan
fascia lata. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik
adalah polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl), polydioxanone
(PDS), dan polytrimethlylene carbonate (maxon)
- Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh
enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis non-absorbable dapat
pula dibagi atas alami dan sintetik. Benang non-absorbable yang terbuat
dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-
absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon, polypropylene,
braided polyester, dan polybutester.

2.2 Teknik Penjahitan Luka


Dalam buku Hidayati, Ratna tahun 2014 Penjahitan luka memiliki teknik yang
beragam, seperti simple interrupted suture, simple continuous suture, locking continuous
suture, vertical mattress suture, horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan figure-
of-eight suture.12 Meskipun demikian, teknik-teknik penjahitan luka tersebut haruslah
memenuhi prinsip-prinsip umum penjahitan luka seperti dibawah ini:
1) Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat
masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
2) Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap permukaan
jaringan.
3) Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama pada
kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkan
jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm.
4) Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
5) Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
a) Simple Interrupted Suture
Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka yang
paling umum digunakan.9,12 Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan,
disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu jahitan terputus
maka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan teknik yang paling sering
digunakan dalam bidang kedokteran gigi.15 Simple interrupted suture memiliki
potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan sirkulasi kulit.
Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup panjang untuk
insersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas jahitan yang
membentuk seperti jalur kereta api (rail-road scar)

b) Simple Continuous Suture


Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah insersi jahitannya yang cukup
cepat. Sedangkan kerugiannya adalah jika salah satu jahitan terputus, maka
keseluruhan jahitan akan rusak. Oleh karena itu, teknik ini diindikasikan pada
penjahitan luka pada daerah tension yang minimal
c) Locking Continuous Suture
Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous suture, namun
terdapat keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci. Dengan adanya
mekanisme ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara perpendikular. Selain
itu, hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara terus menerus sebagai
kemajuan proses penyembuhan luka.

d) Vertical Mattress Suture


Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan
teknik simple interrupted suture, perbedaannya adalah adanya penambahan penetrasi
jarum jahit pada tepi luka yang berfungsi untuk memaksimalkan eversi luka,
meminimalisir adanya dead space, dan meminimalisir tekanan yang melewati luka

e) Horizontal Mattress Suture


Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka yang sangat
fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra
oral. Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah insisi
dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama
f) Subcuticular Suture
Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik ini, jahitan
dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati kedua tepi luka secara
bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari
satu minggu pada area luka

2.3 Tujuan
Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan tujuan menjahit luka adalah :
1) Menutup ruang yang berjarak
2) Mendukung dan memperkuat luka sampai penyembuhan
3) meningkatkan kekuatan tarik mereka
4) mendekatkan kulit yang mendekati tepi untuk hasil estetis dan fungsional
5) Meminimalkan risiko perdarahan dan infeksi

2.4 Persiapan Alat


Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan, persiapan alat adalah :
1) Set jahit luka (sarung tangan steril, pembawa jarum, jarum otot, dan jarum
kulit, penjepit duk, duk berlubang, klem arteri, pinset anatomis dan cirurgis,
gunting, kassa, tuffer dan lidi kapas).
2) Sarung tangan disposible
3) Cairan pencuci luka (NaCL 0,9%) hebicet, savlon 2%, H2O2 3%)
4) Desinfektan (bethadine solution, dan alkohol 70%)
5) Obat anastesi (lidocain, procain)
6) Spuit 2,5cc atau 5cc
7) Benang jahit (kulit, otot)
8) Tromol (kassa, tuffer, lidi kapas ) dan korentang
9) Piala ginjal, plastik
10) Perlak
11) Kapas bulat
12) Sofratule
13) Lekoplast / mikropore
14) Gunting, kom steril

2.5 Persiapan klien & lingkungan


Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan persiapan klien & lingkungan :
1) Persiapan lingkungan
2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3) Beri posisi yang nyaman

2.6 Prosedur

Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan prosedur pelaksanaan menjahit luka:

1) Pengkajian
- Mekanisme injury (bagai-mana, apa)
- Lingkungan/ tempat injury (bersih/ kotor)
- Lokasi injury waktu/lamanya injury.
- Luas dan dalamnya injury
- Riwayat alergi.
- Status imunisasi tetanus.
- Usia klien
- Status sirkulasi
- Riwayat penyakit.
2) Perawat mencuci tangan dan gunakan sarung tangan disposible
3) Pasang alas perlak dibawah luka
4) Cuci kulit sekitar luka dengan air sabun/air mengalir. Bila luka bersih cuci dengan
hebicet atau nacl 0,9%.
5) Keringkan luka dengan kassa
6) Desinfesi sekitar luka secara sirkuler sejauh 5 cm dengan bethadine kemudia
dengan alkohol 70%
7) Lakukan anasthesi secara subkutan dari ujung luka membentuk belah ketupat
sekitar cm dari tepi luka
8) Kaji efektifitas obat anasthesi
9) Bila luka kotor, dan tempat injury yang kotor, luka di cuci dengan H202 3% lalu
bilas dengan nacl 0,9%, lalu keringkan kassa.
10) Bila keadaan luka banyak jaringan nekrosis dilakukan eksisi kurang lebih 3mm
tepi luka.
11) Desinfeksi kembali area luka dengan bethadine dan alkohol 70% untuk persiapan
menjahit
12) Lepaskan sarung tangan disposibel
13) Buka set jaringan dengan korentang steril
14) Gunakan sarung tangan steril
15) Persiapkan benang sesuai dengan kebutuhan
16) Pasang duk berlubang dan klem dengan penjepit kain
17) Tangan kanan membawa pembawa jarum sambil menjepit jarum 1/3 luar dan
memasukkan benang
18) Tangan kiri memegang pinset lalu mengambil kulit dan jaringan yang akan di jahit
19) Menjahit luka dengan jarak cm dari tepi luka dan jarak antara jahitan 1cm, buat
simpul 2 kali dengan arah yang berbeda dan sisa benang cm dari simpul
20) k/p bersihkan darah yang mengalir dengan kassa
21) olesi bethadine dengan menggunakan kapas lidi atau softratulle di atas luka yang
telah di jahit
22) tutup luka dengan kassa dan fiksasi
23) bereskan alat alat.
2.7 Evaluasi
Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan evaluasi yang dilakukan adalah :
1) Kesiapan klien dan pemahaman
2) Klien tentang prosedur
3) Adanya perdarahan dari area luka

2.8 Dokumentasi
Menurut Hidayati Ratna tahun 2014 & buku STIKes Elisabeth tahun 2012 tentang
Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan, dokumentasi yang dapat dilakukan adalah :
1) Respon klien selama dan sesudah prosedur
2) Kondisi luka dan adanya perdarahan
3) Jumlah jahitan
4) Cairan pencuci luka yang digunakan
5) Jenis dan jumlah obat anastesi yang diberikan
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prosedur bedah sering kali mengakibatkan terbentuknya luka akibat tindakan insisi
yang memerlukan penjahitan luka. Dalam melakukan sebuah tindakan penjahitan luka,
sangatlah diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemilihan dan karakteristik
dari benang jahit operasi dan teknik yang akan digunakan.

3.2 Saran
setelah memahami prosedur penjahitan luka yang baik dan benar, diharapkan kepada
mahasiswa keperawatan mampu mengaplikasikannya dengan baik sehingga dapat
mendukung proses penyembuhan luka pasien serta meningkatkan keterampilan dalam bidang
praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Pratidina, Ade Herticha. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober
2014. Medan: Universitas Sumatera Utara.

STIKes Elisabeth. 2012. Prosedur Keperawatan Kegawatdaruratan. Medan: STIKes


Elisabeth.

http://emedicine.medscape.com/article/1824895-overview#showall

Anda mungkin juga menyukai