Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena
pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan
kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan
penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan
mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau infeksi.
Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat
tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk
dipegang, harus selalu steril, cukup elastik, bukan terbuat dari bahn yang reaktif.
Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi
kimia untuk menceah perusakan dari benda asing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hecting dan hecting up ?
2. Apa tujuan dilakukan hecting dan hecting up ?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada tindakan hecting dan hecting up ?
4. Apa saja alat dan bahan pada tindakan hecting dan hecting up ?
5. Bagaimana prosedur tindakan hecting dan hecting up ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hecting dan hecting up.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dilakukan hecting dan hecting up.
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi dan kontraindikasi pada tindakan
hecting dan hecting up.
4. Untuk mengetahui apa saja alat dan bahan pada tindakan hecting dan hecting
up.
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur tindakan hecting dan hecting up.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HECTING
1. Definisi
Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis
jaringan sebagai akibat dari ruda paksa. Penjahitan luka adalah suatu proses
akhir dari prosedur bedah yang dilakukan untuk melekatkan kembali luka
yang terbuka akibat insisi, untuk mengontrol perdarahan, dan
memungkinkan terjadinya penyembuhan luka primer.
Menurut Glossary of Prosthodontic Terms-7, penjahitan luka
(Hecting) merupakan suatu proses penyatuan jaringan yang terpisah oleh
karena trauma ataupun luka yang ditimbulkan oleh intervensi bedah dengan
cara tertentu dengan menggunakan bahan yang tepat.

2. Tujuan Tindakan
Hecting bertujuan untuk menyatukan jaringan yang terputus dan
meningkatkan proses penyembuhan, mengurangi perdarahan, penyambungan
jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan
masuknya mikroorganisme atau bakteri.

3. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi hecting adalah setiap luka yang proses penyembuhannya
harus mendekatkan tepi luka. Kontraindikasi hecting adalah luka pada
fraktur terbuka yang belum dioperasi, luka robek yang tidak dalam lukanya.

4. Alat dan Bahan yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan dalam melakukan tindakan penjahitan
luka adalah:

2
a. Needle holder adalah sebuah instrumen dengan bentuk paruh pendek
yang berfungsi sebagai pemegang bagian distal jarum jahit dengan jarak
1/2 – 3/4 dari ujung jarum jahit dan sebagai penyimpul benang. Jenis
yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti
klem) dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga). Untuk menjahit daerah
intra oral biasanya digunakan needle holder ukuran 6 inchi (15cm).
b. Gunting Benang
Gunting benang biasanya memiliki dua buah ring sebagai tempat
masuknya jari. Cara memegang gunting benang sama dengan cara
memegang needle holder. Gunting benang yang paling banyak digunakan
adalah Dean scissors. Dean scissor memiliki pisau yang bergerigi yang
mengakibatkan pengguntingan benang menjadi lebih mudah.
c. Pinset Sirugis
Pinset sirugis biasanya memiliki susunan yang khas, yaitu terdapat
semacam gigi yang berjumlah dua buah pada sisinya dan satu buah pada
sisi yang lainnya. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada
waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum
memulai insisi.

Gambar: a) Needle Holder b) Pinset Sirugis c) Gunting benang

3
d. Jarum Jahit
Jarum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran.
Secara umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point,
needle body, dan swaged (press-fit) end. Needle point berbentuk tajam
dan berfungsi untuk penetrasi kedalam jaringan. Body merupakan bagian
tengah dari jarum jahit, sedangkan swaged (press-fit) end merupakan
bagian tempat menempelnya benang. Jarum jahit digunakan untuk
menutup luka insisi pada mukosa dan biasanya berbentuk round atau
triangular. Jarum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat (stainless
steel) yang kuat dan fleksibel.
Jarum jahit memiliki bentuk dan jenis yang beragam seperti straight
needle, curved needle, eyed needle, dan eyeless needle. Selain itu, jarum
jahit juga tersedia dalam berbagai ukuran,
yaitu 1/4, 3/8, 1/2, dan 5/8. Jenis jarum
jahit yang paling sering digunakan dalam
bidang kedokteran gigi adalah curved
(circle) needle dengan ukuran 3/8 dan 1/2.
Curved needle berukuran 3/8 biasa digunakan pada daerah bukal ke
lingual dalam satu gerakan dengan memutar jarum jahit pada axis
sentralnya.
Sedangkan curved needle berukuran 1/2 biasanya digunakan pada
daerah bukal gigi molar atas dan permukaan fasial gigi
insisivus pada rahang atas dan rahang bawah. Curved
needle juga dapat digunakan dalam pembedahan
mukogingival dan periosteal. Secara umum, curved
needle terbagi menjadi dua jenis, yaitu round bodied
dan cutting. Cutting curved needle terbagi atas dua
jenis, yaitu konvensional dan reverse cutting. Reverse
cutting biasanya lebih mudah diaplikasikan pada

4
daerah rongga mulut karena tidak akan menembus atau mengoyak
jaringan.
e. Benang Jahit
Perkembangan bahan benang jahit untuk penjahitan luka terus
berkembang. Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat
ideal seperti dibawah ini:
1. Harus memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka
dengan baik hingga proses penyembuhan selesai.
2. Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada
jaringan.
3. Memiliki daya simpul yang baik.
4. Harus memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan
material jahitan tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang
meradang di sekitar luka dan menyebabkan infeksi.
5. Mudah disterilisasi.
6. Murah.

a) Klasifikasi Benang Jahit dalam Penjahitan Luka :


1. Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh
enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis
absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik. Jenis benang
absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah catgut,
collagen, cargille membrane, kangaroo tendon, dan fascia lata.
Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah
polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl),
polydioxanone (PDS), dan polytrimethlylene carbonate (maxon).

5
2. Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat
dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis
non-absorbable
dapat pula dibagi
atas alami dan
sintetik. Benang
non-absorbable
yang terbuat dari
bahan alami
adalah silk, linen,
dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari bahan
sintetik adalah nylon, polypropylene, braided polyester, dan
polybutester.

b) Ukuran Benang Jahit


Benang jahit tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile
strength-nya. Standar untuk mengidentifikasi tensile strength yang
bervariasi ditentukan dari jumlah angka nol (0). Makin kecil
diameter benang, maka makin banyak angka nol yang dimiliki
benang. Ukuran dimulai dari 0 dan berlanjut dengan 00, 000, 4-0,
dan 10-0. Contohnya, benang jahit operasi jenis nylon ukuran 4-0
memiliki diameter yang lebih besar dari benang jahit nylon ukuran 6-
0 dan memiliki tensile strength yang lebih besar pula. Benang jahit
operasi yang lebih tebal biasanya tepat digunakan untuk penjahitan
pada lapisan mukosa yang lebih dalam dan untuk mengikat pembuluh
darah. Sedangkan benang yang lebih tipis biasa digunakan untuk
menutup jaringan yang tipis seperti konjungtiva dan insisi yang
dilakukan pada wajah.

6
5. Prosedur Hecting
Hecting memiliki teknik yang beragam, seperti simple interrupted
suture, simple continuous suture, locking continuous suture, vertical
mattress suture, horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan figure-
of-eight suture. Meskipun demikian, teknik-teknik penjahitan luka tersebut
haruslah memenuhi prinsip-prinsip umum penjahitan luka seperti dibawah
ini:
a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian
dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
b. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap
permukaan jaringan.
c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak
dan kedalaman yang sama pada kedua sisi daerah
insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi
luka. Sedangkan jarak antara jahitan yang satu
dengan yang lainnya berkisar 3-4mm.
d. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
e. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas
garis insisi.

1) Teknik penjahitan luka


a. Simple interrupted suture
Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka
yang paling umum digunakan. Teknik ini menjahit tepi luka dengan
satu jahitan, disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena
apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu.
Simple interrupted suture memiliki potensial yang rendah dalam
menyebabkan edema dan kerusakan sirkulasi kulit. Kerugian dari
jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup panjang untuk

7
insersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas
jahitan yang membentuk seperti jalur
kereta api (rail-road scar).
b. Simple Continuous Suture
Keuntungan dari simple continuous
suture ini adalah insersi jahitannya yang
cukup cepat. Sedangkan kerugiannya
adalah jika salah satu jahitan terputus,
maka keseluruhan jahitan akan rusak.
Oleh karena itu, teknik ini diindikasikan pada penjahitan luka pada
daerah tension yang minimal.
c. Locking Continuous Suture
Teknik jahitan ini hampir sama dengan
teknik simple continuous suture,
namun terdapat keuntungan tambahan
berupa adanya mekanisme pengunci.
Dengan adanya mekanisme ini,
jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara perpendikular.
Selain itu, hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan
secara terus menerus sebagai kemajuan proses penyembuhan luka.
d. Vertical Mattress Suture
Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir
sama dengan teknik simple interrupted suture, perbedaannya adalah
adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka yang
berfungsi untuk
memaksimalkan eversi

8
luka, meminimalisir adanya dead space, dan meminimalisir tekanan
yang melewati luka.
e. Horizontal Mattress Suture
Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan
penutupan luka yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini
biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra oral. Penetrasi
jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah
insisi dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama.

f. Subcuticular Suture
Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik
ini, jahitan dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati
kedua tepi luka secara bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat
tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari satu minggu pada area
luka.

g. Figure-of-eight Suture
Teknik ini biasa digunakan untuk menutup luka pasca ekstraksi.

9
2) Cara Penjahitan Luka
Cara melakukan penjahitan luka antara lain :
a. Lakukan disinfeksi luka.
b. Memberikan anestesi lokal terlebih dahulu dengan cara
infiltrasi atau blok saraf. Kemudian dilakukan pencucian luka
untuk membersihkan luka dari kontaminan.
c. Tutup luka dengan kain berlubang steril. Dengan posisi
tangan dominan pronasi, jarum dan benang yang dipegang
dengan pemgang jarum pada 1/3 belakangnya, ditusukkan
tegak lurus pada permukaan kulit sejauh x cm dari tepi luka
(x=tebal kulit yang dijahit), didorong sesuai kelengkungan
jarum ke arah seberang luka, arah tegak lurus aksis luka,
menembus kulit sejauh x cm dari tepi luka (tangan dominan
menjadi supinasi). Bagian jarum yang muncul diambil
dengan pinset yang dipegang dengan tangan nondominan
(seprti memegang pena), dan kemudian jarum ditarik keluar
dengan pemegang jarum di tangan dominan setlah
melepaskan sisi jarum awal.
d. Lakukan penyimpulan sebanyak 3 kali. Tepi luka sekedar
aposisi, sedikit dikencangkan, tidak boleh terlalu erat karena
akan membuat jaringan iskemi dan dapat menghambat
penyembuhan (penyembuhan dimulai antara kedua jahitan),
dan memicu terbentuknya jaringan parut yang lebih banyak

10
yang akan mengganggu kosmetik dan fungsi. Jika terlalu
longgar akan memungkinkan ruang mati yang akan
mengganggu penyembuhan dan dapat menimbulkan infeksi.
e. Kedua ujung benang dipotong dengan gunting sejauh sekitar
x cm dari simpul. Dan kemudian simpul diletakkan pada tepi
jahitan, untuk mudahkan saat angkat jahitan.
f. Diulangi langkah tersebut sampai seluruh luka terjahit
dengan jarak antar jahitan 2 kali tebal kulit (x cm).
g. Kemudian diperbaiki aposisi tepi luka dan dinilai jahitannya,
selanjutnya ditutup dengan kasa steril.

B. HECTING UP
1. Definisi
Hecting Up merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengangkat jahitan. Hecting up dilakukan pada pasien yang telah dilakukan
tindakan hecting dalam jangka waktu tertentu, biasanya dibuka setelah 7
sampai 10 hari, sedangkan daerah mukosa dibuka setelah 5 sampai 7 hari
dan diharuskan untuk mengangkat jahitannya karena pada proses penjahitan
sebelumnya menggunakan jenis benang yang tidak dapat diserap oleh kulit.
Hecting up ini dilakukan ketika luka sudah kering dan bersih.

2. Tujuan Tindakan
Hecting up bertujuan untuk mengambil benang yang tidak dapat
diabsorbsi oleh kulit, membersihkan luka, memberikan rasa nyaman pada
pasien.

3. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi hecting up adalah luka sudah tertutup sempurna.
Kontraindikasi hecting up adalah masih adanya penetrasi pada luka, luka
belum tertutup sempurna.

11
4. Alat dan Bahan yang Digunakan
Sebelum melakukan hecting up, alat dan bahan yang harus
dipersiapkan adalah :
a. Bak instrumen kecil
b. Handscoon steril
c. Pinset anatomis steril
d. Pinset cirugis
e. Gunting benang
f. Bengkok
g. Gunting verband
h. Kassa steril
i. Lidi wotton
j. Plester
k. Larutan NaCl 0,9 %
l. Betadin dalam tempatnya
m. Larutan klorin 0,5 %
n. Kapas alkohol

5. Prosedur Hecting Up
Cara untuk melakukan hecting up yaitu :
a. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan, menyusun dan mendekatkan alat yang akan digunakan.
Susun alat secara ergonomis dimulai dan diurutkan berdasarkan urutan
penggunaan untuk hectng up.
c. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air menglir lalu keringkan dengan
handuk.
e. Membuka bak instrumen dan memakai handscoon.

12
f. Membuka plester dan kassa dengan menggunakan pinset. Sebelumnya
plester diberi kapas beralkohol agar mudah dan tidak sakit. Angkat secara
hati-hati. Buang balutan ke bengkok.
g. Mengkaji keadaan luka. Tekan daerah sekitar luka, lihat luka sudah kering
atau masih basah, keluar cairan atau pus dari luka serta penutupan kulit.
Pastikan luka kering.
h. Membersihkan luka dengan larutan NaCl. Gunakan kasa terpisah untuk
setiap usapan membersihkan. Bersihkan luka dari area yang kurang
terkontaminasi ke area yang terkontaminasi. Lakukan dengan teknik satu
arah. Kassa yang telah digunakan dibuang ke bengkok.
i. Mengangkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas,
kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati. Hal ini merupakan
langkah inti dari hecting up. Angkat jahitan satu persatu apabila teknik
jahitan menggunakan teknik satu-satu. Apabila teknik jahitan
menggunakan teknik jelujur maka lakukan hecting up di ujung simpul
jahitan.
j. Membersihkan luka dengan larutan NaCl.
k. Merapikan pasien, lingkungan dan membersihkan peralatan. Cuci dan
rendam peralatan yang telah digunakan dengan larutan klorin 0,05 %
selama 10 menit.
l. Melepas sarung tangan.
m.Mencuci tangan.
n. Mendokumentasikan kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
(Hecting) merupakan suatu proses penyatuan jaringan yang terpisah oleh
karena trauma ataupun luka yang ditimbulkan oleh intervensi bedah dengan cara
tertentu dengan menggunakan bahan yang tepat. Sedangkan hecting up
merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengangkat jahitan. Hecting
dan hecting up memiliki teknik-teknik tertentu. Hecting up dilakukan ketika luka
yang sudah dilakukan hecting sebelumnya sudah kering dan bersih.

B. Saran
Sebagai perawat, kita hendaknya memiliki keahlian dalam melakukan
tindakan hecting dan hecting up, karena mengingat pentingnya penanganan luka
pada pasien.

14

DAFTAR PUSTAKA

http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/genap%20I/Genap
%20I%20-%20Hecting.pdf

http://els.fkik.umy.ac.id/pluginfile.php/8308/mod_forum/post/53709/MATERI
%20SKILLS%20LAS%20BEDAH%20MINOR%20BLOK%2021%20PSPDG
%202014.pdf

http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2017/10/Manual-Tehnik-
Menjahit.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai