“PENJAHITAN LUKA”
KELOMPOK 6A :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENJAHITAN LUKA”.
Makalah ini kami susun secara maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu kami menyampaikan banyak terimakasih atas peran serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………1
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………....1
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………………...2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Benang Berdasarkan Material Penyusunnya Serta Kegunaanya………..3
2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Dari Setiap Benang Pada Poin 1………………………4
2.3 Klasifikasi Tipe Jarum Operasi Dan Fungsi Dalam Setiap Penjahitan Luka…….....5
2.4 Macam-Macam Simpul Operasi……………………………………………………..7
2.5 Macam-Macam Pola Jahitan Luka Serta Jenis Jaringan Yang Sesuai Untuk Dijahit Dengan
Pola Tersebut……………………………………………………………………………14
ii
DAFTAR GAMBAR:
iii
BAB I
PENDAHULUHAN
Diagnosa klinik merupakan ilmu yang mempelajari teknik diagnosis standard dari suatu
penyakit berdasarkan pada pemahaman terhadap normal atau abnormalnya parameter patofisiologi
yang dapat di identifikasi dari tubuh dengan menggunakan teknik-teknik diagnosa
standard.(Anonim,2014)
Teknik penjahitan luka yang digunakan dalam kedokteran terdiri dari berbagai jenis teknik
seperti simple interupted sutures, continuous suture, continuos locking, subcuticular sutures,
mattres sutures dan hemoragic sutures. Teknik simple interupted sutures pada dasarnya adlah
teknik penjahitan yang menyatukan daerah-daerah jaringan luka yang berdekatan. Jarak dari titik
tusukan ke tepi luka harus sama dengan jarak dari jarum titik keluar ke margin luka. Kedalaman
tusukan juga harus sama pada kedua tepi luka. Sedangkan hemoragic suture adalah tehnik
penjahitan yang digunakan untuk mendekatkan tepi luka. Baik teknik penjahitan, mau3pun bahan
jahit yang digunakan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Pengetahuan penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat luka
sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta
meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka
yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau bakteri. Material penjahitan yang
berkualitas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Klasifikasi benang berdasarkan material penyusunnya serta kegunannya dibagi atas dua
yaitu: benang absorbable dan non-absorbable (Fossum, T.W. 2013.)
a. Benang Absorbable
Absorbable suture material. Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh
enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. Benang absorbable (diserap)merupakan jenis benang
yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat ataudari sintetik polimer. Material
di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,sehingga tidak ada benda asing yang
tertinggal di dalam tubuh. Benang dapat diserap oleh tubuh bersamaan dengan waktu kesembuhan
luka terjadi. Benang jenis absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik. Jenis benang absorbable
yang terbuat dari bahan alamadalah catgut (terbuat dari usus kucing, domba) ,collagen, cargille
membrane, kangarootendon, dan fascia lata. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan
sintetik adalah polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl), polydioxanone (PDS), dan
polytrimethlylene carbonate (maxon). Benang jahit jenis absorbable yang paling sering digunakan
dalam bidang kedokteran adalah catgut yang dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan
garam asam kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebih lama dan daya reaktivitas
jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yangtidak dimodifikasi. Pada
umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untuk diserap tubuh.
3
Benang yang diserap jumlah dan jenisnya bermacam-macam, menurut US. Pharmocope
pembagian benang adalah :
1. Plain cat gut, disebut juga benang type A. Fungsinya untuk menjahit jaringan lunak seperti sub
cutan, otot, uterus, dan usus. Benang ini diserap tubuh 3-7 hari.
2. Milk chromic cat gut, disebut juga benang type B. Fungsinya adalah untuk menjahit usus,
uterus, dan vesica urineria. Benang ini diserap tubuh lebih lama dari type A yaitu 14 hari.
3. Medium chromic cat gut, disebut juga benang type C. Benang ini diserap tubuh 20 hari.
4. Extra chromic cat gut, disebut juga benang type D. Benang ini diserap tubuh 40 hari.
2.2 kelebihan dan kekurangan dari benang absorben dan non absorben
Keuntungan menggunakan benang cat gut dalam operasi adalah mudah diserap tubuh,dapat
digunakan untuk jahitan kontinyu karena cepat menutup luka dan dapatdigunakan untuk jahitan
terputus kalau bekerja pada daerah terinfeksi. Selain itu penggunaan dari jenis benang ini adalah
tidak perlu dilakukan tindakan untuk mengambil kembali benang dari tubuh.Kekurangan
penggunaan benang ini adalah memberikan bekas luka jahitan yang terlihat, oleh sebab itu benang
ini digunakan pada bagian bawah kulit.
4
Non Absorbable Suture Material.
Gambar 1. Komponen Dasar Jarum Operasi. 1a.Jarum dengan pangkal menyatu dengan benang;
1b. Pangkal berlobang; 1c. Bentuk badan jarum lurus atau melingkar (1/4, 5/8, ½, 3/8)(Sudisma,2017).
Ujung jarum operasi ada yang tajam berbentuk segitiga atau berbentuk bulat, seperti
padagambar. Jarum lurus dapat dipakai dalam setiap situasi asal tidak membelok, biasa
dipakaiuntuk menjahit kulit.Jarum lengkung dapat digunakan untuk menjahit kulit atau struktur
yang lebihdalam. Kelengkungan jarum bermacam-macam, antara lain 1/4, 3/8, 1/2 atau
5/8lingkaran.
6
Gambar3 Jenis-jenis ujung jarum(Sudisma, 2017)
Desain jarum yang dipilih tergantung pada lokasi operasi dan jenis jaringan yang akan
digunakan bersama. Itu harus sekecil kaliber karena bahan jahitan akan memungkinkan dan secara
umum jarum lurus lebih disukai daripada jarum melengkung karena lebih mudah untuk menangani
dan mengantisipasi di mana titik akan muncul.
Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan (tidak boleh menjepit benang dengan instrumen)
Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan
Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan tidak
longgar pada jahitan kontinu
Simpul terdiri dari setidaknya dua benang yang diletakkan di atas satu sama lain dan
dikencangkan. Benang dapat disambungkan secara paralel, seperti pada simpul persegi, atau
melintang, atau seperti pada simpul granny.
Gambar 4 .4a square. 4b granny. 4c half-hitch or tumbled. 4d surgeon’sTipe simpul (Fossum, 2013)
Teknik mengikat simpul yang benar sangat penting karena simpul yang diikat tidak benar
(mis., Simpul yang putus, setengah ikatan, atau simpul granny) dapat menyebabkan dehiscence.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan simpul adalah jenis benang, panjang ujung yang
dipotong, konfigurasi struktural simpul, jumlah benang yang digunakan dalam konstruksi simpul,
dan pengalaman dokter yang melakukan operasi. Konfigurasi yang tepat untuk simpul adalah
superimposisi dari kuadrat knot. Cara membuat Simpul surgeon’s (gesekan)adalah dengan
melakukan buat simpul pertama sebanyak dua kali.
8
Karena adanya bahan jahitan tambahan, simpul ini tidak dapat dikencangkan dengan
mudah dan hanya dapat menahan sedikit ketegangan pada loop jahitan. Meskipun sering
digunakan di daerah dengan tonus yang tinggi, umumnya tidak direkomendasikan untuk
digunakan dengan bahan berlapis atau monofilamen, dan harus dihindari. Simpul surgeon;s tidak
direkomendasikan untuk ligasi pembuluh darah. Simpul Miller, simpul konstriktor, dan simpul
ikatan dianggap paling andal ketika digunakan sebagai simpul pertama untuk ligasi pembuluh
darah.
Jahitan multifilamen umumnya memiliki sifat ikatan yang lebih baik daripada bahan
monofilamen; Namun, melapisi jahitan untuk mengurangi hambatan jaringan dapat mengurangi
keamanan simpul. Untuk mencegah jaringan terikat terlalu kuat, ketegangan berlebihan harus
dihindari ketika mengikat simpul (kecuali pengikatan hemostasis). Jahitan kulit yang terlalu ketat
menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dan dapat berusaha melepaskan jahitan sebelum
waktunya.(fossum, 2013).
1. Ikatan Instrumen
Loop pertama dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.3, setelah itu benang tidak
boleh diangkat karena menyebabkan tekanan yang tidak merata ke seluruh permukaan jahitan dan
menyebabkan jahitan menjadi longgar. Jahitan yang berlawanan harus ditarik tegak lurus dengan
sumbu panjang sayatan.
9
Gambar7. Ikatan Instrumen (Fossum, 2013)
Gambar 6 . pengikatan instrumen. (6a) Tempatkan ujung pemegang jarum di antara dua untaian jahitan.
Lilitkan untaian terdekat (putih, atau ujung panjang) di sekitar tempat jarum untuk membentuk lingkaran
dan pegang ujung ujung jahitan yang jauh (hitam, atau pendek) dari jarum. (6b) Ujung pendek diarahkan
ke operator (melalui loop) dengan membalikkan tangan, dan jahitan dikencangkan pelan-pelan. (6c) Untuk
simpul kedua, bungkus untaian terjauh (putih, atau panjang) di atas pemegang jarum untuk membentuk
lingkaran, pegang ujung jahitan terdekat (hitam, atau ujung pendek), dan (6d) tarik melalui loop, pas
meletakkan simpul ke bawah untuk mencegah pengetatan jahitan secara berlebihan. Jaga agar tangan tetap
rendah dan sejajar saat mengencangkan jahitan untuk mencegah simpul jatuh ataupun slip (fossum, 2013).
2. Ikatan Tangan
Ikatan tangan digunakan di daerah yang sulit dijangkau seperti pada penutupan torakotomi.
Teknik satu tangan atau dua tangan dapat digunakan. Teknik dua tangan memungkinkan kontrol
dan akurasi yang lebih baik; Namun, teknik satu tangan lebih efektif di area yang terbatas. Teknik
untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8(fossum, 2013)
10
Gambar 7 Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (7a) Refleksikan jahitan kanan (putih) di
antara tiga jari tangan kanan (sarung tangan putih) dan pegang di antara jari telunjuk dan ibu jari.
(7b) Pegang jahitan kiri (hitam) di tangan kiri (sarung tangan gelap) dan letakkan di antara jari
telunjuk dan jari kedua tangan kanan. (7c) Phalanx distal dari jari kedua tangan kanan dilenturkan
dan ditarik untai kiri ke kanan untai kanan. Perpanjang ujung jari kedua sehingga untaian putih
ditarik dengan itu melalui loop. (7d) Tarik untai kanan melalui loop dengan ujung jari kedua dan
ketiga tangan kanan. (Fossum, 2013).
Gambar 8. (8e) tangan disilangkan dan kedua helai ditarik. (8f) Jari telunjuk tangan kanan
ditempatkan di antara untai kanan (hitam) dan kiri (putih) sehingga untaian tangan kiri membentuk
lingkaran dengan kanan. Phalanx distal jari telunjuk kanan dilenturkan. Simpul persegi satu tangan
(tangan kanan). (8g) Rentangkan phalanx distal jari telunjuk kanan untuk menarik untai kanan
melalui loop. (8h) Tarik untai kanan melalui loop. (Fossum, 2013).
11
Gambar10. simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (10a) Perluas jari telunjuk tangan kanan
(sarung tangan putih) sebagai jembatan dan tempatkan untai kanan (putih) di atasnya. Pegang untai
kiri (hitam) di telapak tangan kiri (sarung tangan gelap). (10b) Lewati ibu jari kiri di bawah dan di
sekitar untai kanan dan kemudian ke kiri untai kiri. (10c) perkenalkan jari telunjuk kiri antara helai
silang (dengan jempol kiri). (10d) membawa untaian kanan ke jari dan jempol indeks kiri dan,
(10e) menggunakan jari dan jempol indeks kiri Anda, bawa melalui loop. (10f) Kembalikan jahitan
ke tangan kanan. Simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (Fossum, 2013).
12
Gambar 11. (11g) tangan disilang dan jahitan ditegangkan. (11h) Tempatkan jempol kiri di antara
dua helai dan dibuat lingkaran dengan tangan kanan. (11i) Tempatkan jari telunjuk kiri melalui
loop dan menggunakannya dan jempol kiri untuk memegang untai kiri (putih) dan (11j) menarik
atau mendorongnya melalui loop. (11k) melewati untai kiri dari tangan kiri ke ibu jari kanan dan
jari telunjuk setelah lewat melalui loop dan (11l) bahkan berlaku ketegangan untuk helai jahitan
untuk mengencangkan simpul persegi(Fossum, 2013).
3. Menutup simpul
Simpul subkutan dan pola jahitan subcuticular ditutup untuk mengurangi iritasi yang
disebabkan oleh gesekan simpul terhadap jaringan. Gambar 2.4.6 Mendeskripsi prosedur ini
menggunakan simpul kuadrat yang tertanam. Untuk altetnatifnya digunakan simpul jahitan self-
locking yang dapat digunakan pada jahitan intradermal dan conyunious closure of subcutaneous.
(Fossum, 2013).
Gambar 12. (12a) untuk menutup jahitan terputus yang sederhana, jarum ditusukan kedalam
jaringan subkutan jauh dan kemudian diarahken ke jaringan dermis. Kemudian dilewatkan garis
sayatan dan jarum ditusukan kembali ke jaringan subkutan kemudian diarahkan kembali ke
jaringan dermis. (12b) untuk menutup simpul pada akhir garis jahitan kontinu, angkat loop jahitan
dari garis kemudian jarum dimasukan dari subkutan menuju area superficial, benang. Bergantian,
setelah pola kontinu selesai, majukan jarum 2 sampai 3 mm ke sisi yang berlawanan.
13
Tempatkan luka vertikal dari pertengahan dermis ke jaringan subkutan. Kemudian masukkan
jarum di sisi yang berlawanan, diarahkan vertikal dari jaringan subkutan, keluar pada pertengahan
dermis dalam 2 sampai 3 mm commissure. Buat 2-cm loop jahitan antara dua luka vertikal. Ambil
ujung vertikal ketiga sejajar dengan yang pertama, memulai di Mid-dermis, tetapi keluar lebih
dalam di lapisan subkutan. Bawa jarum di antara loop terbuka dan jahitan akhir melintasi sayatan.
Terapkan ketegangan pada loop terbuka untuk mengencangkan jahitan horizontal dan
menempatkan margin luka, lalu mengikat ujung jahitan bebas ke loop terbuka dengan empat
sampai lima lemparan untuk menyelesaikan simpul dan menutup luka. Trim loop 2 sampai 3 mm
di atas simpul. Masukkan jarum dekat dengan simpul, bertujuan untuk keluar dari dermis
setidaknya 1 cm lateral sayatan. Simpul ditarik lebih dalam ke dalam jaringan, di bawah dermis.
2.5.Contoh Macam-Macam Pola Jahitan Luka serta Jenis Jaringan Yang Sesuai untuk Dijahit
dengan Pola.
Pola jahitan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu polajahitan menerus
(continuous) dan terputus (interrupted),
14
a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat
masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
b. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendicular (tegaklurus) terhadap
permukaan jaringan.
c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama padakedua
sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkanjarak antara
jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm.
d. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
e. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
Secara umum, teknik penjahitan dibedakan menjadi :
a. Simple Interupted Suture
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada
teknikpenjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan. Terbanyak digunakan
karenasederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau
bagiantubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan
salingmenunjang satu dengan lain. Keuntungan jahitan ini adalah mudah, kekuatan jahitan
besar,kecil kemungkinan menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema, mudah
untukmengatur tepi-tepi luka, bila benang putus hanya satu tempat yang terbuka dan bila
terjadiinfeksi luka cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan
waktulebih lama untuk mengerjakannya. Interrupted suture bisa berbentuk jahitan simple,
atausubkutikuler, matras vertikal ataupun matras horizontal. Penjahitan dianjurkan dimulai di
tengahdan dilanjutkan setiap pertengahan dari insisi yang tersisa.
b. Simple Continous Suture
Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan benang tanpa terputus
antarajahitan sebelum dan sesudahnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan. Cara
inidapat dilakukan dengan cepat, kekuatan tegangan seluruh jahitan sepanjang luka hampirsama.
Tarikan yang terlalu kuat harus dihindari untuk mencegah putusnya jahitan yang akanmerusak
semua jahitan. Biasanya digunakan diperitoneum atau fascia dinding abdomen. Untukluka infeksi
tidak dianjurkan menggunakan teknik ini. Kerugiannya, jika satu jahitan longgarmaka akan
berpengaruh terhadap jahitan sebelum atau sesudahnya.
15
Simple Continous juga disebut Jahitan jelujur yang menempatkan simpul hanya padaujung-
ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akanterbuka
seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanyamenghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan
ikatyang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit.
17
Gambar 14 Pola Lambert (Sudisma, 2017)
Crushing suture
Pola Crushing atau Gambee (Crushing suture) merupakan tipe jahitan yang spesial
untukmenutup saluran usus. Pola crushing lebih dipilih daripada pola inversi biasa ketika lumen
dariusus besar yang dijahit hanya menghasilkan sedikit penyambungan.
18
Gambar 16 Pola Crushing (Sudisma, 2017)
Cross-mattress suture
Pola Mattress silang (Cross-mattress suture) adalah bagian benang yang panjangdimasukkan
kebagian lapisan kulit lainnya secara diagonal yang membuat seperti huruf X.
Corner Stitch
Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal mattress suture,atau
disebut juga corner stitch. Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk mendekatkanpinggir
luka yang membentuk sudut tanpa menghilangkan atau mengurangi suplai darah kepermukaan
kulit tersebut.
19
Jahitan pure-string
Merupakan jahitan tidak terputus pada sekeliling lumen atau area tertentu yangdikencangkan
seperti tali celana. Contohnya seperti pada apendektomi.
Stapler
Selain jahitan dengan benang, aproksimasi tepi luka dapat juga dengan menggunakanstapler.
Aplikasinya dengan menggunakan alat seperti halnya stapler kertas. Keuntungannyaadalah lebih
cepat, namun kerugiannya kadang-kadang tepi luka tidak sama tinggi dan inversi.
Skin Tapes
Plester kulit (steril) dapat digunakan bila jaringan yang dipertemukan memiliki reganganyang
rendah. Biasanya digunakan setelah jahitan subkutikuler yang baik sehingga terjadiaproksimasi
antara epitel kedua tepi luka. Penggunaan plester ini lebih cepat, namun rawanterjadi pergeseran.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bahan jahitan sangat penting untuk bedah hewan. Bahan memberikan penutupan dan
dukungan luka yang stabil sampai penyembuhan jaringan telah terjadi. Bahan jahitan yang ideal
harus memiliki karakteristik penanganan yang sangat baik, keamanan simpul, dan kekuatan tarik
tinggi per rasio diameter. Bahan jahitan harus mudah disterilkan, tidak beracun, tidak alergi,tidak
bersifat karsinogenik, dan tidak boleh berkolonisasi bakteri. Selain itu, bahan juga harus diserap
tanpa menimbulkan reaksi, dan jika penyerapan harus tidak boleh dipengaruhi oleh perubahan pH
atau karena perubahan suhu.
Berdasrkan material penyusunnya, benang dibagi atas dua jenis, yaitu Benang diserap
(absorbable sutures) dan Benang tidak diserap (non absorbable sutures).Benang absorbable
adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh.Benang non-
absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh
tubuh.. Benang yang dapat diserap dan yang tidak dapat diserap memiliki kekurangan dan
kelebihan.
Selain benang,Jarum operasi juga memliki banyak jenisnya dan dapat dibedakan
berdasarkan ujung jarum atau ukurannya. Pemilihan jarum operasi dilakukan berdasarkan jenis
jaringan yang akan dijahit (ketebalan, elastisitas, kekuatan), topografi luka (dalam, dangkal), dan
tipe jarum operasi (ujung, badan, diameter).
22
DAFTAR PUSTAKA
Fossum, T.W. 2013. Small Animal Surgery. Fourth Edition. Elsevier Mosby
Hickman John et all. 1995. An Atlas Of Veterinary Surgery. Blackwell
Mohan H K., Sathish B P H., Sripathi, Smitha P. 2009. Sutures and suturing techniques inskin
closure. Indian J Dermatol Venereol Leprol | July-August 2009 | Vol 75 | Issue 4
Sudisma I G N, Putra Pemayun IGAG, Jaya Wardita AAG, Gorda IW. 2006. Ilmu BedahVeteriner
dan Teknik Operasi. Pelawa sari. isbn:979-25-5196-6
23