Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

“ JAHITAN LUKA ”

OLEH
KELOMPOK III

1. Susi Martha Susanti Takubak (1709010012)


2. Plasedis Olgaviana Bude (1709010020)
3. Cesario Saputra Umbu Ngarang (1709010024)
4. Elsi Enjels Sinamohina (1909010044)
5. Bela Krista Roman (1709010058)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa karena atas
rahmat dan karuniahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis sangat berterimahkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan kemajuan penulis
kedepannya. Namun besar harapan dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Kupang, September 2019

Kelompok III
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………….............i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………............ii

BAB I. Pendahuluan …………………………………………………………………..............1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………….................1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….................1

1.3. Tujuan ………………………………………………………………………..................2

BAB II. Pembahasan …………………………………………………………………….........3

2.1. Bagaimana klasifikasi benang berdasarkan material penyusun serta kegunaannya..........3

2.2. Kelebihan dan kekurangan benang yang dapat diserap dan benang yang tidak dapat
diserap .....................................................................................................................................4

2.3. Tipe jarum Operasi dan fungsinya.………………………………………...................5-6

2.4. Macam-macam simpul operasi.…………………………….......................................7-11

2.5. Macam pola jahitan luka. …………………………………………………………..12-16

BAB III.Penutup ……………………………………………………………………………..17

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………………….....17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………......18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara menegai masalah jahit-menjahit dalam dunia veteriner berarti erat kaitannya
dengan luka. Luka sendiri bisa didapat secara sengaja maupun tidak sengaja, yang pada
akhirnya akan sembuh secara perlahan. Agar kesembuhan luka dapat terjadi maka tepian luka
harus disatukan.
Proses mempertautkan tepian luka inilah dimana diperlukan suatu jahitan yang
diajarkan dalam ilmu bedah. Pengaruh baik buruknya suatu jaringan juga sangat berpengaruh
terhadap perlekatan luka. Disamping itu, kesembuhan luka juga tergantung dari jenis benang
yang kita gunakan, macam atau pola jahitan, penaganan dan perawatan benang, serta teknik
menjahit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah utama
yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini berupa pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana klasifikasi benang berdasarkan material penyusun serta kegunaannya?
2. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan benang yang dapat diserap (absorbable
sutures) dan benang yang tidak dapat diserap (non absorbable sutures)?
3. Apa sajakah tipe jarum Operasi dan bagaimana fungsinya?
4. Apas ajakah macam-macam simpul operasi?
5. Bagaimana macam pola jahitan luka?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui klasifikasi benang berdasarkan material penyusun serta
kegunaannya.
2. Untuk megetahui kelebihan dan kekurangan benang yang dapat diserap (absorbable
sutures) dan benang yang tidak dapat diserap (non absorbable sutures).
3. Untuk mengetahui tipe jarum Operasi dan bagaimana fungsinya.
4. Untuk mengetahui macam-macam simpul operasi.
5. Untuk mengetahui macam- macam pola jahitan luka.
6.
1.4 Manfaat
Adapun makalah ini ditulis dengan harapan dapat memberikan manfaat yakni sebagai
berikut.
1. Sebagai bahan informasi baik bagi pembaca maupun penulis tentang bahan kajian
yang sama yakni Penjahitan Luka.
2. Sebagai kontribusi bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Ilmu Bedah Umum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Benang Berdasarkan Material Penyusun Serta Kegunaannya


Bahan material benang secara umum dapat diklasifikasikan menurut jenis
materialmenjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable.
1. Absorbable Suture Material
Benang absorbable adalah jenis benang yang dicerna oleh enzim atau dapat
dihidrolisis oleh tubuh. Benang absorbable (diserap)merupakan jenis benang yang
materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat ataudari sintetik polimer.
Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,sehingga tidak ada benda
asing yang tertinggal di dalam tubuh. Benang dapat diserap olehtubuh bersamaan dengan
waktu kesembuhan luka terjadi. Benang jenis absorbabledapat dibagi atas alami dan
sintetik. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan alamiadalah catgut (terbuat dari
usus kucing, domba),collagen, cargille membrane, kangarootendon, dan fascia lata. Jenis
benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalahpolyglicolic acid (dexon),
polyglactic acid (vicryl), polydioxanone (PDS), danpolytrimethlylene carbonate (maxon).
Benang jahit jenis absorbable yang paling seringdigunakan dalam bidang kedokteran
adalah catgut yang dimodifikasi dengan caraperendaman dalam larutan garam asam
kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebihlama dan daya reaktivitas jaringan
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yangtidak dimodifikasi. Pada
umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untukdiserap tubuh.Benang
yang dapat diserap dan jenisnya bermacam-macam :
2. Non Absorbable Suture Material
Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim
maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami
dan sintetik. Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan
cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon,
polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang non absorbable yang
paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0.
Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah. Benang tidak diserap
merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan
tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun–tahun.
Kelebihan dari benang tidak diserap adalah dapat memegang jaringan secara permanen
sedangkan kekurangannya adalah benang akan menjadi benda asing yang tertinggal
didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel. Benang ini tidak diserap tubuh pada
saat proses kesembuhan luka terjadi. Benang jenis ini ada dua, yaitu benang berkapiler
(kapiler suture) dan tidak berkapiler(non kapiler suture). Kedua benang tersebut dalam
praktek biasanya digunakan untuk menjahit kulit dan setelah luka sembuh benangnya
diambil. Benang yang berkapiler contohnya adalah benang cotton dan benang sutera.
Kedua benang ini biasanya menyerap cairan sehingga kondisi benang akan basah
sehingga sedikit mengganggu kesembuhan luka. Sedangkan benang tidak berkapiler
contohnya adalah nylon, stainless steel, fiber glass, metal, horse hair, dan polypropilene.
Keuntungan menggunakan benang yang tidak diserap (non absorable) adalah
pembalutannya terjamin dan tidak akan berubah dalam beberapa hari, reaksi jaringan yang
ditimbulkan lebih ringan, simpulnya tidak mudah lepas, dan benang dapat dipotong tepat
pada simpulnya sehingga lebih sedikit benang ditinggalkan pada jaringan.
Berdasarkan materi atau bahan benang, benang bedah dapat dibagi menjadi bahan
alami dan bahan sintetis. Masing masing juga dapat dibagi dua yang terdiri dari bahan
Diserap (absorbable) dan bahan Tidak Diserap (non absorbable). Bahan alami diserap
(absorbable sutures) dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub mukosa usus
domba dan serabut collagen tendon flexor sapi, contohnya adalah Surgical catgut plain
yang berasal dari lapisan sub mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi
tanpa campuran, Surgical catgut chromic yang berasal dari lapisan sub mukosa usus
domba dan serabut collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic acid.
Bahan alami tidak diserap (non ansorbable sutures) dibuat dari linen, ulat sutra (silk)
seperti surgical silk, virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga
yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contohnya
adalah metalik sutures (stainless steel).
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Benang Operasi
1. Benang Absorbable:
Keuntungan menggunakan benang cat gut dalam operasi adalah diserap tubuh, dapat
digunakan untuk jahitan kontinyu karena cepat menutup luka, dan dapat digunakan untuk
jahitan terputus kalau bekerja pada daerah terinfeksi, dan merupakan bahan
pilihan.Kerugian benang yang dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang
dapat menyebabkan fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya
indurasi.
2. Benang non-absorbable
Keuntungan menggunakan benang yang tidak diserap (non absorable) adalah
pembalutannya terjamin dan tidak akan berubah dalam beberapa hari, reaksi jaringan yang
ditimbulkan lebih ringan, simpulnya tidak mudah lepas, dan benang dapat dipotong tepat
pada simpulnya sehingga lebih sedikit benang ditinggalkan pada jaringan.Kerugiannya
karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis
ini biasanya di gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan
terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing
dikeluarkan.
2.3 Tipe Jarum Operasi Dan Fungsinya
Jarum bedah tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran jarum, pemilihan jarum
tergantung pada jenis jaringan yang akan dijahit (misalnya, penetrasi, kepadatan, elastisitas,
dan ketebalan), topografi luka (misalnya, dalam atau sempit), dan karakteristik jarum (yaitu,
jenis mata, panjang, dan diameter). Kekuatan jarum, daktilitas, dan ketajaman adalah faktor
penting dalam menentukan karakteristik penanganan dan penggunaan jarum. Ketajaman
jarum berhubungan dengan sudut titik dan rasio lancip jarum. Jarum yang paling tajam
memiliki titik panjang, tipis, dan meruncing dengan ujung tajam.
Sebagian besar jarum bedah terbuat dari kawat stainless steel karena kuat, bebas
korosi, dan tidak mengandung bakteri.Tiga komponen dasar dari jarum adalah ujung
attachment (mis., Ujung swaged atau eyed), tubuh, dan titik.
Berikut beberapa jenis jarum bedah antara lain:
1. Jarum bundar
Jarum-jarum ini harus selalu digunakan kecuali bila resistensi terhadap jaringan
menuntut titik potong untuk penetrasi yang mudah.mereka tidak memotong jaringan dan
hanya menyebabkan trauma minimum. Jarum ini digunakan khususnya untuk selaput tipis
yang mudah sobek seperti peritoneum dan untuk dinding saluran pencernaan, kandung
kemih, selaput lendir dan lemak.
a. Jarum melengkung dimanipulasi dengan pemegang jarum. Kedalaman dan
diameter luka penting ketika memilih jarum melengkung yang paling tepat.
b. Jarum lingkaran keempat terutama digunakan dalam prosedur mata.
c. Jarum lingkaran tiga per delapan lebih mudah dimanipulasi karena
membutuhkan lebih sedikit pronasi dan supinasi pergelangan tangan. Jarum ini
canggung untuk digunakan di lokasi yang dalam atau tidak dapat diakses.
d. Jarum setengah lingkaran atau lima per delapan, meskipun membutuhkan lebih
banyak pronasi dan supinasi pergelangan tangan, lebih mudah digunakan di
lokasi terbatas.
e. Jarum Mayo. Jarum setengah lingkaran yang sangat kuat dengan titik potong
dan mata persegi yang besar. Jarum yang paling memuaskan untuk menembus
jaringan keras dan terutama saat menjahit dalam-dalam dan ketika dibutuhkan
pengungkitan berlebihan.

Gambar 1. (A) Komponen dasar jarum. (B) Jenis jarum bermata. (C) Bentuk dan ukuran jarum. (D) Detail
ujung jarum. (Sumber: Small Animal Surgery, 2019)

2. Jarum potong
Jarum ini digunakan khususnya untuk jaringan kuat yang tidak mudah rusak seperti
kulit, fasia dan tendon.
a. Jarum potong, lurus. digunakan pada jaringan kuat yang tidak mudah rusak
seperti kulit, fasia dan tendon.
b. Jarum potong, setengah melengkung. Satu setengah dari jarum lurus dan
setengah lainnya melengkung, sehingga titiknya terletak pada 45 ° dari garis
mata jarum. Jarum ini sangat berguna untuk menembus jaringan tebal dan keras
seperti seperti kulit hewan ternak.
c. Jarum potong, setengah lingkaran. Jarum ini memungkinkan titik untuk
memotong ke jaringan pada hampir 180° dari arah mata. Digunakan pada semua
jaringan yang kuat di kedalaman luka. jarum setengah lingkaran bertubuh bulat
sangat populer untuk operasi gastrointestinal.

Gambar 2. Jarum potong (Sumber: An Atlas Of Veterinary Surgery, 1995)

2.4 Macam Simpul Operasi


Simpul terdiri dari setidaknya dua benang yang diletakkan di atas satu sama lain dan
dikencangkan. Benang dapat disambungkan secara paralel, seperti pada simpul persegi, atau
melintang, atau seperti pada simpul granny pada (Gambar 3).

Animal Surgery Gambar 3. Tipe simpul (Sumber: Small 5th Edition, 2019)
Teknik mengikat simpul yang benar sangat penting karena simpul yang diikat tidak
benar (mis., Simpul yang putus, setengah ikatan, atau simpul granny) dapat menyebabkan
dehiscence.
Cara membuat Simpul surgeon’s (gesekan) adalah dengan melakukan lemparan
pertama sebanyak dua kali (lihat Gambar 3). Karena adanya bahan jahitan tambahan, simpul
ini tidak dapat dikencangkan dengan mudah dan hanya dapat menahan sedikit ketegangan
pada loop jahitan. Meskipun sering digunakan di daerah dengan tonus yang tinggi, umumnya
tidak direkomendasikan untuk digunakan dengan bahan berlapis atau monofilamen. Simpul
surgeon’s tidak direkomendasikan untuk ligasi pembuluh darah. Simpul Miller, simpul
konstriktor, dan simpul ikatan dianggap paling andal ketika digunakan sebagai lemparan
pertama untuk ligasi pembuluh darah.

Gambar 4. Simpul ikat (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)

1. Ikatan Instrumen
Loop pertama dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, setelah itu benang
tidak boleh diangkat karena menyebabkan tekanan yang tidak merata ke seluruh
permukaan jahitan dan menyebabkan jahitan menjadi longgar. Jahitan yang berlawanan
harus ditarik tegak lurus dengan sumbu panjang sayatan.
Gambar 5. Pengikatan instrumen. (A) Tempatkan ujung pemegang jarum di antara dua untaian jahitan. Lilitkan
untaian terdekat (putih, atau ujung panjang) di sekitar tempat jarum untuk membentuk lingkaran dan pegang
ujung jahitan yang jauh (hitam, atau pendek) dari jarum. (B) Ujung pendek diarahkan ke operator (melalui loop)
dengan membalikkan tangan, dan jahitan dikencangkan pelan-pelan. (C) Untuk lemparan kedua, bungkus
untaian terjauh (putih, atau panjang) di atas pemegang jarum untuk membentuk lingkaran, pegang ujung jahitan
terdekat (hitam, atau ujung pendek), dan (D) tarik melalui loop, pas meletakkan simpul ke bawah untuk
mencegah pengetatan jahitan secara berlebihan. Jaga agar tangan tetap rendah dan sejajar saat mengencangkan
jahitan untuk mencegah simpul jatuh (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)

1. Ikatan Tangan
Ikatan tangan digunakan di daerah yang sulit dijangkau seperti pada penutupan
torakotomi. Teknik satu tangan atau dua tangan dapat digunakan. Teknik dua tangan
memungkinkan kontrol dan akurasi yang lebih baik; Namun, teknik satu tangan lebih
efektif di area yang terbatas. Teknik untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan
ditunjukkan pada gambar 6, 7, 8, 9.

Gambar 6. Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (A) Refleksikan jahitan kanan (putih) di antara tiga jari
tangan kanan (sarung tangan putih) dan pegang di antara jari telunjuk dan ibu jari. (B) Pegang jahitan kiri
(hitam) di tangan kiri (sarung tangan gelap) dan letakkan di antara jari telunjuk dan jari kedua tangan kanan. (C)
Phalanx distal dari jari kedua tangan kanan dilenturkan dan ditarik untai kiri ke kanan untai kanan. Perpanjang
ujung jari kedua sehingga untaian putih ditarik dengan itu melalui loop. (D) Tarik untai kanan melalui loop
dengan ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan. (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019).
Gambar 7. (E) tangan disilangkan dan kedua helai ditarik. (F) Jari telunjuk tangan kanan ditempatkan di antara
untai kanan (hitam) dan kiri (putih) sehingga untaian tangan kiri membentuk lingkaran dengan kanan. Phalanx
distal jari telunjuk kanan dilenturkan. Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (G) Rentangkan phalanx distal
jari telunjuk kanan untuk menarik untai kanan melalui loop. (H) Tarik untai kanan melalui loop (Sumber: Small
Animal Surgery 5th Edition, 2019)

Gambar 8. simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (A) Perluas jari telunjuk tangan kanan (sarung tangan
putih) sebagai jembatan dan tempatkan untai kanan (putih) di atasnya. Pegang untai kiri (hitam) di telapak
tangan kiri (sarung tangan gelap). (B) Lewati ibu jari kiri di bawah dan di sekitar untai kanan dan kemudian ke
kiri untai kiri. (C) perkenalkan jari telunjuk kiri antara helai silang (dengan jempol kiri). (D) membawa untaian
kanan ke jari dan jempol indeks kiri dan, (E) menggunakan jari dan jempol indeks kiri Anda, bawa melalui
loop. (F) Kembalikan jahitan ke tangan kanan. Simpul persegi dua tangan (tangan kanan) (Sumber: Small
Animal Surgery 5th Edition, 2019)
Gambar 9. Tangan disilang dan jahitan ditegangkan. (H) Tempatkan jempol kiri di antara dua helai dan dibuat
lingkaran dengan tangan kanan. (I) Tempatkan jari telunjuk kiri melalui loop dan menggunakannya dan jempol
kiri untuk memegang untai kiri (putih) dan (J) menarik atau mendorongnya melalui loop. (K) melewati untai kiri
dari tangan kiri ke ibu jari kanan dan jari telunjuk setelah lewat melalui loop dan (L) bahkan berlaku ketegangan
untuk helai jahitan untuk mengencangkan simpul persegi (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)

1. Menutup simpul
Simpul subkutan dan pola jahitan subcuticular ditutup untuk mengurangi iritasi yang
disebabkan oleh gesekan simpul terhadap jaringan. Gambar 10 ,mendeskripsi prosedur ini
menggunakan simpul kuadrat terkubur. Untuk altetnatifnya digunakan simpul jahitan self-
locking yang dapat digunakan pada jahitan intradermal dan conyunious closure of
subcutaneous.

Gambar 10. (A) untuk menutup jahitan terputus yang sederhana, jarum ditusukan kedalam jaringan subkutan dan
kemudian diarahkan ke jaringan dermis. Kemudian dilewatkan pada garis sayatan dan jarum ditusukan kembali
ke jaringan subkutan kemudian diarahkan kembali ke jaringan dermis. (B) untuk menutup simpul pada akhir
garis jahitan kontinu, angkat loop jahitan dari garis kemudian jarum dimasukan dari subkutan menuju area
superficial, benang.(Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)
2.5 Macam Pola Jahitan Luka
Pola jahitan dibedakan menjadi dua yaitu pola jahitan putus-putus (Interrupted Suture
Pattern) dan Pola Kontinu (Continuous Suture Pattern). Pola jahitan putus-putus memiliki
keunggulan dibandingkan pola kontinu: peningkatan keamanan karena kegagalan satu jahitan
tidak membahayakan seluruh garis jahitan, rekonstruksi margin luka yang tidak teratur,
kontrol ketegangan yang tepat pada setiap titik margin luka, lebih sedikit gangguan pada
suplai darah dari margin luka, dan tidak ada efek seperti dompet ketika mengencangkan
jahitan yang diterapkan di viscera berongga. Selain itu, bagian dari garis jahitan dapat dibuka
kembali pada periode pasca operasi jika drainase diperlukan.

1. Pola Jahitan Putus-Putus

Gambar 11. Pola jahitan putus-putus. (A) Pola putus-putus sederhana. (B) Horizontal mattress. (C)
Salib/silang. (D) Vertical mattress. (E) Halsted. (F) Gambee. (Sumber: Small Animal Surgery 5 th
Edition, 2019)
a. Pola Putus-Putus Sederhana
Jahitan putus-putus sederhana dibuat dengan memasukkan jarum melalui
jaringan pada satu sisi sayatan atau luka, meneruskannya ke sisi yang berlawanan,
dan diikat (Gambar 11). Simpul diimbangi sehingga tidak bertumpu di atas sayatan,
dan ujung jahitan dipotong (untuk jahitan kulit, ujung dibiarkan cukup panjang agar
dapat digenggam selama pengangkatan). Jahitan harus ditempatkan kira-kira 2
sampai 3 mm dari tepi kulit. jahitan terputus sederhana membutuhkan waktu lebih
lama daripada pola kontinu dan menghasilkan lebih banyak simpul pada luka.
(Fossum, 2019).
b. Pola Salib/Silang
Pola salib/silang dibentuk dengan dua jahitan terputus sederhana yang
ditempatkan sejajar satu sama lain dan kemudian diikat menyilang pada sayatan
untuk membuat "X" (Gambar 8 C). Bahan jahitan yang lebih sedikit digunakan untuk
menutup sayatan kulit daripada jahitan sederhana. (Fossum, 2019)
c. Pola Horisontal Mattress
Jahitan horizontal mattress dibentuk dengan memasukkan jarum pada tepi
luka/sayatan, menyeberang melewati sayatan, dan mengeluarkannya di sisi seberang
seperti pada jahitan terputus sederhana, kemudian menyilang sehingga membentuk
lingkaran di satu sisi dan dua ujung benang yang bebas di sisi lain yang kemudian
diikat. (Hickman, et al., 1995).

Gambar 12. Pola horizontal mattress (Sumber: An Atlas of Veterinary Surgery 3rd Edition, 1995)

Jahitan horizontal mattress umumnya dipisahkan 4 sampai 5 mm. Keuntungannya


adalah memberikan hasil jahitan yang kuat. Teknik ini dipergunakan biasanya pada luka yang
memiliki jarak kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh, sehingga regangan cukup
kuat. Jahitan ini dipergunakan sebagai initial suture untuk mendekatkan dua permukaan
pinggir luka.
d. Pola Vertical Mattress
Untuk membentuk jahitan vertical mattress, jarum dimasukkan sekitar 8
sampai 10 mm dari tepi sayatan di satu sisi, melewati garis insisi, dan keluar pada
jarak yang sama di sisi yang berlawanan (Gambar 11 D). Jarum dimasukkan melalui
kulit di sisi yang sama pada posisi berbalik arah dan keluar di sisi satunya, dan kedua
ujung benang diikat. (Fossum, 2019)
e. Pola Halstead
Jarum masuk dan keluar tegak lurus ke dan pada sisi yang sama dari sayatan.
Jarum kemudian menyeberangi luka dan dikeluarkan dan dimasikkan dari kulit
dengan cara yang sama. Jarum dimajukan ke bawah sayatan, dan pola ini diulang
mundur, kembali melintasi sayatan, dan simpul diikat (Gambar 11 E). (Fossum,
2019).
f. Pola Gambee
Jahitan Gambee adalah pola terputus yang digunakan dalam operasi usus untuk
mengurangi eversi mukosa. Jahitan ini diperkenalkan sama dengan jahitan terputus
sederhana dari serosa melalui muscularis dan mukosa ke lumen (Fossum, 2019).

Gambar 13. Pola Gambee (Sumber: Veterinary Surgery Small Animal Volume One, 2012)

2. Pola Jahitan Kontinu

Gambar 14. Pola jahitan berkelanjutan. (A) Simple continuous. (B) Running. (C) Ford interlocking. (D)
Lembert. (E) Connell. (F) Cushing.

a. Pola Kontinu Sederhana


Jahitan kontinu sederhana terdiri dari serangkaian jahitan putus-putus
sederhana dengan simpul di kedua ujungnya; jahitannya kontinu di antara simpul
(Gambar 14 A). Untuk memulai garis jahitan kontinu sederhana, jahitan terputus
sederhana dibuat dan diikat, tetapi hanya ujung yang tidak melekat pada jarum yang
dipotong. Garis jahitan kontinu sederhana sering digunakan untuk menutup linea alba
dan jaringan subkutan. (Fossum, 2019).
b. Pola Running
Jahitan Running merupakan variasi jahitan kontinu sederhana, dikenal sebagai
stitchbisbol karena penampilan akhir dari garis jahitan terkunci. Teknik ini biasa
digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul,
dengan simpul pertama dan terakhir dari jahitan terikat.
c. Pola Ford Interlocking
Pola ini merupakan modifikasi dari pola kontinu sederhana di mana setiap
bagian melalui jaringan sebagian terkunci (Gambar 14 C). Setiap melewati jaringan
jahitan terkait dengan bagian sebelumnya saat jahitan keluar dari jaringan melalui
loop bahan yang dibuat. Pola jahitan ini dapat dibuat dengan cepat dan dapat membuat
jaringan lebih baik dari pada pola yang terputus sederhana (Fossum, 2019).
d. Pola Lembert
Pola Lembert adalah pola pembalik yang sering digunakan untuk menutup
viscera berongga. Jarum menembus serosa dan muscularis sekitar 8 sampai 10 mm
dari tepi sayatan dan keluar dekat margin luka di sisi yang sama. Pola ini diulangi
sepanjang sayatan (Gambar 14 D). (Fossum, 2019).
e. Pola Connell dan Cushing
Ini adalah pola pembalik yang digunakan untuk menutup organ berlubang.
Pola Connell dan Cushing serupa, kecuali bahwa pola Connell memasuki lumen,
sedangkan pola Cushing hanya meluas ke lapisan submukosa (Gambar 14 E dan F).
Garis jahitan dimulai dengan jahitan vertical mattress. Jarum maju sejajar dengan
sayatan dan dimasukkan ke dalam serosa, melewati permukaan otot dan submukosa.
Dari permukaan dalam (lumen pada jahitan Connell), jarum dimajukan sejajar
sepanjang sayatan dan dikembalikan melalui jaringan ke permukaan serosa. Begitu
berada di luar visera, jarum dan jahitan dilewatkan melintasi sayatan dan dimasukkan
pada titik yang sesuai dengan titik keluar di sisi kontralateral (Fossum, 2019).

f. Pola Subkutan dan Subkutikuler


Jahitan subkutan umumnya ditempatkan dalam cara kontinu sederhana; namun,
dalam beberapa kasus, seperti ketika drainase mungkin diperlukan, jahitan terputus
sederhana lebih disukai. Penutupan subkutikular atau intradermal dapat digunakan
sebagai pengganti jahitan kulit untuk mengurangi jaringan parut atau menghilangkan
perlunya pengangkatan jahitan (misalnya, pasien fraktur).

Gambar 15. Pola jahitan. (A) Subkutan. (B) Subkutikuler.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Auer, J. A., dan Stick, J. A. 2012. “Equine Surgery Fourth Edition”. Elsevier Saunders.

Fossum, T. W. 2019. “Small Animal Surgery Fifth Edition”. Elsevier Saunders.

Hickman, J., Houlton, J., dan Edwards, B. 1995. “An Atlas of Veterinary Surgery 3 rd
Edition”. Blackwell Science.

Tobias, K. M. dan Johnston, S. A. 2012. “Veterinary Surgery Small Animal Volume One”.
Elsevier Saunders.

Dolpin Suture. 2017. types-of-sutures, Suture


Materials.http://www.dolphinsutures.com:8080/types-of-sutures. [19/10/2017]
JörgM.2006.SutureMaterialsandSutureTechniques.https://www.researchgate.net/publication/
265667668_Suture_Materials_and_Suture_Techniques. [19/10/2017]
Pola Jahitan. 2016. http://mydokterhewan.blogspot.com/2016/05/pola-jahitan-dan-jenis
benang-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai