“ JAHITAN LUKA ”
OLEH
KELOMPOK III
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa karena atas
rahmat dan karuniahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis sangat berterimahkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan kemajuan penulis
kedepannya. Namun besar harapan dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Kelompok III
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………….............i
2.2. Kelebihan dan kekurangan benang yang dapat diserap dan benang yang tidak dapat
diserap .....................................................................................................................................4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui klasifikasi benang berdasarkan material penyusun serta
kegunaannya.
2. Untuk megetahui kelebihan dan kekurangan benang yang dapat diserap (absorbable
sutures) dan benang yang tidak dapat diserap (non absorbable sutures).
3. Untuk mengetahui tipe jarum Operasi dan bagaimana fungsinya.
4. Untuk mengetahui macam-macam simpul operasi.
5. Untuk mengetahui macam- macam pola jahitan luka.
6.
1.4 Manfaat
Adapun makalah ini ditulis dengan harapan dapat memberikan manfaat yakni sebagai
berikut.
1. Sebagai bahan informasi baik bagi pembaca maupun penulis tentang bahan kajian
yang sama yakni Penjahitan Luka.
2. Sebagai kontribusi bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Ilmu Bedah Umum.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. (A) Komponen dasar jarum. (B) Jenis jarum bermata. (C) Bentuk dan ukuran jarum. (D) Detail
ujung jarum. (Sumber: Small Animal Surgery, 2019)
2. Jarum potong
Jarum ini digunakan khususnya untuk jaringan kuat yang tidak mudah rusak seperti
kulit, fasia dan tendon.
a. Jarum potong, lurus. digunakan pada jaringan kuat yang tidak mudah rusak
seperti kulit, fasia dan tendon.
b. Jarum potong, setengah melengkung. Satu setengah dari jarum lurus dan
setengah lainnya melengkung, sehingga titiknya terletak pada 45 ° dari garis
mata jarum. Jarum ini sangat berguna untuk menembus jaringan tebal dan keras
seperti seperti kulit hewan ternak.
c. Jarum potong, setengah lingkaran. Jarum ini memungkinkan titik untuk
memotong ke jaringan pada hampir 180° dari arah mata. Digunakan pada semua
jaringan yang kuat di kedalaman luka. jarum setengah lingkaran bertubuh bulat
sangat populer untuk operasi gastrointestinal.
Animal Surgery Gambar 3. Tipe simpul (Sumber: Small 5th Edition, 2019)
Teknik mengikat simpul yang benar sangat penting karena simpul yang diikat tidak
benar (mis., Simpul yang putus, setengah ikatan, atau simpul granny) dapat menyebabkan
dehiscence.
Cara membuat Simpul surgeon’s (gesekan) adalah dengan melakukan lemparan
pertama sebanyak dua kali (lihat Gambar 3). Karena adanya bahan jahitan tambahan, simpul
ini tidak dapat dikencangkan dengan mudah dan hanya dapat menahan sedikit ketegangan
pada loop jahitan. Meskipun sering digunakan di daerah dengan tonus yang tinggi, umumnya
tidak direkomendasikan untuk digunakan dengan bahan berlapis atau monofilamen. Simpul
surgeon’s tidak direkomendasikan untuk ligasi pembuluh darah. Simpul Miller, simpul
konstriktor, dan simpul ikatan dianggap paling andal ketika digunakan sebagai lemparan
pertama untuk ligasi pembuluh darah.
Gambar 4. Simpul ikat (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)
1. Ikatan Instrumen
Loop pertama dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, setelah itu benang
tidak boleh diangkat karena menyebabkan tekanan yang tidak merata ke seluruh
permukaan jahitan dan menyebabkan jahitan menjadi longgar. Jahitan yang berlawanan
harus ditarik tegak lurus dengan sumbu panjang sayatan.
Gambar 5. Pengikatan instrumen. (A) Tempatkan ujung pemegang jarum di antara dua untaian jahitan. Lilitkan
untaian terdekat (putih, atau ujung panjang) di sekitar tempat jarum untuk membentuk lingkaran dan pegang
ujung jahitan yang jauh (hitam, atau pendek) dari jarum. (B) Ujung pendek diarahkan ke operator (melalui loop)
dengan membalikkan tangan, dan jahitan dikencangkan pelan-pelan. (C) Untuk lemparan kedua, bungkus
untaian terjauh (putih, atau panjang) di atas pemegang jarum untuk membentuk lingkaran, pegang ujung jahitan
terdekat (hitam, atau ujung pendek), dan (D) tarik melalui loop, pas meletakkan simpul ke bawah untuk
mencegah pengetatan jahitan secara berlebihan. Jaga agar tangan tetap rendah dan sejajar saat mengencangkan
jahitan untuk mencegah simpul jatuh (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)
1. Ikatan Tangan
Ikatan tangan digunakan di daerah yang sulit dijangkau seperti pada penutupan
torakotomi. Teknik satu tangan atau dua tangan dapat digunakan. Teknik dua tangan
memungkinkan kontrol dan akurasi yang lebih baik; Namun, teknik satu tangan lebih
efektif di area yang terbatas. Teknik untuk mengikat simpul satu tangan dan dua tangan
ditunjukkan pada gambar 6, 7, 8, 9.
Gambar 6. Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (A) Refleksikan jahitan kanan (putih) di antara tiga jari
tangan kanan (sarung tangan putih) dan pegang di antara jari telunjuk dan ibu jari. (B) Pegang jahitan kiri
(hitam) di tangan kiri (sarung tangan gelap) dan letakkan di antara jari telunjuk dan jari kedua tangan kanan. (C)
Phalanx distal dari jari kedua tangan kanan dilenturkan dan ditarik untai kiri ke kanan untai kanan. Perpanjang
ujung jari kedua sehingga untaian putih ditarik dengan itu melalui loop. (D) Tarik untai kanan melalui loop
dengan ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan. (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019).
Gambar 7. (E) tangan disilangkan dan kedua helai ditarik. (F) Jari telunjuk tangan kanan ditempatkan di antara
untai kanan (hitam) dan kiri (putih) sehingga untaian tangan kiri membentuk lingkaran dengan kanan. Phalanx
distal jari telunjuk kanan dilenturkan. Simpul persegi satu tangan (tangan kanan). (G) Rentangkan phalanx distal
jari telunjuk kanan untuk menarik untai kanan melalui loop. (H) Tarik untai kanan melalui loop (Sumber: Small
Animal Surgery 5th Edition, 2019)
Gambar 8. simpul persegi dua tangan (tangan kanan). (A) Perluas jari telunjuk tangan kanan (sarung tangan
putih) sebagai jembatan dan tempatkan untai kanan (putih) di atasnya. Pegang untai kiri (hitam) di telapak
tangan kiri (sarung tangan gelap). (B) Lewati ibu jari kiri di bawah dan di sekitar untai kanan dan kemudian ke
kiri untai kiri. (C) perkenalkan jari telunjuk kiri antara helai silang (dengan jempol kiri). (D) membawa untaian
kanan ke jari dan jempol indeks kiri dan, (E) menggunakan jari dan jempol indeks kiri Anda, bawa melalui
loop. (F) Kembalikan jahitan ke tangan kanan. Simpul persegi dua tangan (tangan kanan) (Sumber: Small
Animal Surgery 5th Edition, 2019)
Gambar 9. Tangan disilang dan jahitan ditegangkan. (H) Tempatkan jempol kiri di antara dua helai dan dibuat
lingkaran dengan tangan kanan. (I) Tempatkan jari telunjuk kiri melalui loop dan menggunakannya dan jempol
kiri untuk memegang untai kiri (putih) dan (J) menarik atau mendorongnya melalui loop. (K) melewati untai kiri
dari tangan kiri ke ibu jari kanan dan jari telunjuk setelah lewat melalui loop dan (L) bahkan berlaku ketegangan
untuk helai jahitan untuk mengencangkan simpul persegi (Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)
1. Menutup simpul
Simpul subkutan dan pola jahitan subcuticular ditutup untuk mengurangi iritasi yang
disebabkan oleh gesekan simpul terhadap jaringan. Gambar 10 ,mendeskripsi prosedur ini
menggunakan simpul kuadrat terkubur. Untuk altetnatifnya digunakan simpul jahitan self-
locking yang dapat digunakan pada jahitan intradermal dan conyunious closure of
subcutaneous.
Gambar 10. (A) untuk menutup jahitan terputus yang sederhana, jarum ditusukan kedalam jaringan subkutan dan
kemudian diarahkan ke jaringan dermis. Kemudian dilewatkan pada garis sayatan dan jarum ditusukan kembali
ke jaringan subkutan kemudian diarahkan kembali ke jaringan dermis. (B) untuk menutup simpul pada akhir
garis jahitan kontinu, angkat loop jahitan dari garis kemudian jarum dimasukan dari subkutan menuju area
superficial, benang.(Sumber: Small Animal Surgery 5th Edition, 2019)
2.5 Macam Pola Jahitan Luka
Pola jahitan dibedakan menjadi dua yaitu pola jahitan putus-putus (Interrupted Suture
Pattern) dan Pola Kontinu (Continuous Suture Pattern). Pola jahitan putus-putus memiliki
keunggulan dibandingkan pola kontinu: peningkatan keamanan karena kegagalan satu jahitan
tidak membahayakan seluruh garis jahitan, rekonstruksi margin luka yang tidak teratur,
kontrol ketegangan yang tepat pada setiap titik margin luka, lebih sedikit gangguan pada
suplai darah dari margin luka, dan tidak ada efek seperti dompet ketika mengencangkan
jahitan yang diterapkan di viscera berongga. Selain itu, bagian dari garis jahitan dapat dibuka
kembali pada periode pasca operasi jika drainase diperlukan.
Gambar 11. Pola jahitan putus-putus. (A) Pola putus-putus sederhana. (B) Horizontal mattress. (C)
Salib/silang. (D) Vertical mattress. (E) Halsted. (F) Gambee. (Sumber: Small Animal Surgery 5 th
Edition, 2019)
a. Pola Putus-Putus Sederhana
Jahitan putus-putus sederhana dibuat dengan memasukkan jarum melalui
jaringan pada satu sisi sayatan atau luka, meneruskannya ke sisi yang berlawanan,
dan diikat (Gambar 11). Simpul diimbangi sehingga tidak bertumpu di atas sayatan,
dan ujung jahitan dipotong (untuk jahitan kulit, ujung dibiarkan cukup panjang agar
dapat digenggam selama pengangkatan). Jahitan harus ditempatkan kira-kira 2
sampai 3 mm dari tepi kulit. jahitan terputus sederhana membutuhkan waktu lebih
lama daripada pola kontinu dan menghasilkan lebih banyak simpul pada luka.
(Fossum, 2019).
b. Pola Salib/Silang
Pola salib/silang dibentuk dengan dua jahitan terputus sederhana yang
ditempatkan sejajar satu sama lain dan kemudian diikat menyilang pada sayatan
untuk membuat "X" (Gambar 8 C). Bahan jahitan yang lebih sedikit digunakan untuk
menutup sayatan kulit daripada jahitan sederhana. (Fossum, 2019)
c. Pola Horisontal Mattress
Jahitan horizontal mattress dibentuk dengan memasukkan jarum pada tepi
luka/sayatan, menyeberang melewati sayatan, dan mengeluarkannya di sisi seberang
seperti pada jahitan terputus sederhana, kemudian menyilang sehingga membentuk
lingkaran di satu sisi dan dua ujung benang yang bebas di sisi lain yang kemudian
diikat. (Hickman, et al., 1995).
Gambar 12. Pola horizontal mattress (Sumber: An Atlas of Veterinary Surgery 3rd Edition, 1995)
Gambar 13. Pola Gambee (Sumber: Veterinary Surgery Small Animal Volume One, 2012)
Gambar 14. Pola jahitan berkelanjutan. (A) Simple continuous. (B) Running. (C) Ford interlocking. (D)
Lembert. (E) Connell. (F) Cushing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Auer, J. A., dan Stick, J. A. 2012. “Equine Surgery Fourth Edition”. Elsevier Saunders.
Hickman, J., Houlton, J., dan Edwards, B. 1995. “An Atlas of Veterinary Surgery 3 rd
Edition”. Blackwell Science.
Tobias, K. M. dan Johnston, S. A. 2012. “Veterinary Surgery Small Animal Volume One”.
Elsevier Saunders.