LAHAN KERING “ Manajemen Produktif Hewan Lahan Kering “
OLEH :
ELSI ENJELS SINAMOHINA (1709010044)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2020 1. Menurut anda bagaimana manajemen produktif hewan lahan kering Disini saya mengambil contoh pada sapi. Sapi ketika dilihat dari aspek pemeliharaan sapi dilahan kering. Di Indonesia bagian Timur khususnya NTT lebih terfokus pada pemeliharaan sapi bali, mengapa pada sapi bali? Karena sapi bali sendiri bisa cepat beradaptasi dengan kehidupan atau kondisi yang ada di NTT sehingga sapi bali tersebut banyak dikembangkan NTT kemudian untuk menejemen pemeliharaan ada yang menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif (ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dan digembalakan), semi intensif (sapi di kandangkan dari awal sampai panen) dan ekstensif (ternak sapi dipelihara dengan cara dilepas di padang pengembalaan). Dilihat dari sundut pandang kita sebagai dokter hewan cara pemeliharaan sapi dengan sistem pemeliharaan secara ekstensif atau dilepas ini kurang produktif dikarenakan ternak-ternak tersebut semstinya mendapatakan perlakuan yang layak karena ketika dilepas pada musim kemarau maka ternak-ternak yang dilepas otomatis tidak sepenuhnya mendapatkan pakan hijaun, yang didaptkan hanyalah pakan-pakan kering yang ada disekitar padang pengembalaan sehingga Manejemen Produktif dari sapi sendiri tidak bagus. 2. Poin point apa saja yang perlu di perhatikan dalam mengembangkan manajemen produktif ternak? Poin-poin penting yang harus ini perhatikan yaitu: 1. Perkandangan Untuk perkandangan kita bisa melihat dari aspek kebersihan kebersihan dari kandang tersebut karena ketika kandang tersebut kotor dan banyak terdapat kotoran dari ternak itu sendiri juda dapat menganggu kenyamanan dari ternak itu sendiri 2. Sistem perkembangannya seperti apa. Disini lebih fokus pada sistem pemeliharaan yang diterapkan sehingga sapi-sapi tersebut bisa dapat produktif sesuai dengan yang diinginkan 3. Pakannya seperti apa karena yang kita tau sendiri bahwa di NTT memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemaru, pada saat musim hujan hijaun atau rumput-rumput melimpah tetapi pada saat musim kemarau pakan ternak seperti hijaun kering susah untuk didapat jadi poin-poin yang perlu kita perhatikan pada pengembangan manajemen produktif pada sapi yaitu perkandangan, sistem pemeliharaan dan pakan yang harus diperhatikan. Disini kita sebagai dokter hewan untuk mengembangkan manejemen produktif pada sapi maka kita juga bisa melakukan berbagai macam cara seperti pengolaan pakan ternak. Aklimasi atau daya adaptasi suatu hewan dimana sapi di NTT termasuk sapi yang sudah beradaptasi dengan lingkungan yang dibilang panas dan kering dengan bukti sapi-sapi di NTT bisa bereproduksi dengan baik ni tetapi disini sapi juga membutuhkan pakan hijau sehingga kita bisa melakukan pengawetan pakan. Pegawetan pakan saya ambil satu contoh yaitu pembuatan silase pengertian dari silase sendiri yaitu silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastic yang kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Untuk pembuatan silase bisa dilakukan pada saat musim hujan yang masih banyak hijaun sehingga ketika pada saat musim kemaru datang maka pakan ternak tersebut yang kita buat bisa dipakai untuk diberikan pada ternak sapi, bahan pakan hijauan yang dimaksud dapat berupa bahan pakan dari hijauan makanan ternak, seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), jerami hijau, tanaman jagung (Zea mays), dan rumput-rumput lainnya.