Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

“ PROSEDUR BEDAH ASEPTIS ”

OLEH:
KELOMPOK 3

1. Susi Martha Susanti Takubak (1709010012)


2. Plasedis Olgaviana Bude (1709010020)
3. Cesario Saputra Umbu Ngarang (1709010024)
4. Elsi Enjels Sinamohina (1909010044)
5. Bela Krista Roman (1709010058)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa karena atas
rahmat dan karuniahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis sangat berterimahkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan kemajuan penulis
kedepannya. Namun besar harapan dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Kupang, September 2019

Kelompok III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah teknik aseptik dan teknik steril digunakan secara bergantian oleh beberapa
penulis, tetapi dalam istilah yang ketat, asepsis didefinisikan sebagai tidak adanya
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit, sedangkan steril didefinisikan sebagai bebas
dari semua mikroorganisme yang hidup, prinsip aseptik harus diterapkan ke seluruh rumah
sakit. Di luar ruang operasi, teknik-teknik ini telah disebut sebagai asepsis medis dan
dirancang untuk melindungi pasien dan staf rumah sakit. Tidak adanya mikroorganisme sama
sekali tidak dapat dicapai di lingkungan rumah sakit, tetapi penggunaan teknik aseptik secara
substansial membantu dalam pengendalian patogen dan mengurangi risiko infeksi bagi pasien
dan staf. Sterilisasi adalah penghancuran semua mikroorganisme (bakteri, virus, spora) pada
suatu barang. Biasanya mengacu pada objek (mis., Instrumen, tirai, kateter, jarum) yang
bersentuhan dengan jaringan atau memasuki sistem pembuluh darah. Disinfeksi adalah
penghancuran sebagian besar mikroorganisme patogen pada benda mati (tidak hidup),
sedangkan antisepsis adalah penghancuran sebagian besar mikroorganisme patogen pada
benda hidup (benda hidup).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep aseptis pada tindakan pembedahan ?
2. Definisi Aseptis, septis, antisepsis, desinfeksi, sterilisasi, desinfektan, antiseptic?
3. Contoh antiseptic dan desinfektan yang sering digunakan dalam proses bedah
aseptis?
4. jelaskan macam-macam jenis sterilisasi?
5. Bagaimana prinsip kerja dari sterilisator ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui bagaimana konsep aseptis
pada tindakan pembedahan, definisi dari aseptis, septis, antisepsis, desinfeksi, sterilisasi,
desinfektan, antiseptic sekaligus, contohaseptic dan desinfektan, macam-macam jenis
sterilisasi, dan prinsip kerja dari sterilisator.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asepsis Pada Tindakan Pembedahan


Asepsis merupakan suatu tindakan untuk mengurangi mikroba semaksimal
mungkin/tindakan yang bebas dari infeksi.Asepsis sebagai keadaan terbebas dari
mikroorganisme patogen dan terlindung dari kontak mikroorganisme. Keadaan asepsis
merupakan syarat mutlak dalam tindakan bedah. Tujuan tindakan asepsis dalam pembedahan
adalah untuk masuknya bakteri pada luka pembedahan. Pencapaian tingkat asepsis dimulai
dengan alat-alat,jubah operasi,sarung tangan,benang bedah,dan kasa pembalut yang kontak
dengan luka oeprasi.kemudian,lakukan desinfeksi pada kulit tempat pembedahan dengan
menggunakan sediaan antiseptik (Schwartz,2000).
Karena itu teknik aseptik digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah yang
perlu diambil guna mencegah infeksi yang timbul dari kontaminasi luka selama
pembedahan,yang dapat menyebabkan penyembuhan yang terlambat setelah pembedahan
Berdasarkan guideline dari WHO tahun 2009 mengenai hand hygiene, terdapat 5 cara saat
harus mencuci tangan. Lima cara tersebut adalah :
1. Sebelum menyentuh pasien

2. Sebelum melakukan tindakan aseptik

3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien

4. Setelah menyentuh pasien

5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar perawatan pasien

2.1.1 Prinsip Asepsis


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam asepsis medis adalah sebagai berikut :
Mengevaluasi setiap pasien untuk menentukan apakah terjadi proses infeksi,melihat dan
menentukan kemungkinan barier tepat yang terlihat dalam proses infeksi.I
solasi penyakitnya dan bukan pasiennya.
1. Ketika terjadi penetrasi pada tubuh,kulit sebagai barier ditembus,maka kondidi
pasien menjadi rentan terhadap mikroba yang masuk kedalam tubuh.
2. Seluruh cairan tubuh dari pasien dipertimbangkan terkontaminasi
3. Melakukan prosedur pada tempat yang tidak ramai
4. Tidak menggunakan dua kali bahan yang sekali pakai.
2.1.2 Asepsis Setelah Pembedahan
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan asepsis setelah
pembedahan, yaitu penanganan luka dan penanganan benda tajam. Beberapa prinsip
perawatan setelah pembedahan berguna dalam mencegah penyebaran dari patogen.
Luka sebaiknya diinspeksi atau ditutup dengan tangan operator yang dilindungi oleh
sapu tagan yang bersih.ketika akan memeriksa beberapa pasien,maka pasien tanpa
masalah infeksi sebaiknya dilihat terlebih dahulu, dan yang memiliki masalah seperti
abses yang didrain,dilihat sesudahnya.
Selama dan setelah pembedahan,bahan-bahan yang terkontaminasi sebaiknya
ditangani dengan cara dimana staff dan pasien lainnya tidak akan terinfeksi. Resiko
yang paling umum dalam penyebaran penyakit dari pasien terinfeksi terhadap staff
adalah dengan tusukan jarum atau laserasi akibat scalpel. Oleh karena itu maka
jarum,blade scalpel dan instrumen tajam lainnya perlu ditangani secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya luka.

2.2. Definisi dari istilah-istilah:


1. Asepsis yaitu kondisi di mana tidak dijumpainya organisme patogen. Tindakan
asepsis merupakan prosedur klinis yang dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
luka dan bagian tubuh lainnya. Sumber kontaminasi bidang bedah, sumber utama
yaitu: suasana, tim bedah, instrumen dan peralatan, dan hewan itu sendiri
(LASA,2017).
2. Sepsis berasal dari bahasa Yunani “sepo” yang artinya membusuk dan pertama kali
dituliskan dalam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18 SM). Sepsis adalah
adanya respon sistemik terhadap infeksi di dalam tubuh yang dapat berkembang
menjadi sepsis berat dan syok septik (Irvan, 2018). Sepsis merupakan sindrom akibat
respons inflamasi sistemik terhadap infeksi melalui pelepasan sitokin oleh makrofag
berupa mediator proinflamasi dan antiinflamasi (Rampengan, Sari H).
3. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas
kuman patogen. Atau antisepsis adalah tindakan penggunaan bahan antiseptik untuk
menghilangkan organisme patogen.
4. Desinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.
Desineksi merupakan benteng makhluk hidup terhadap paparan mikroorganisme
patogen penyebab penyakit, termasuk didalamnya virus, bakteri, dan pprotozoa
parasit (Said, Nusa Idaman,2007).
5. Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua mikroorganisme,
baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Rachmawat, Farida Juliantina.2008)
6. Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan sebagai sterilan yang dapat
membunuh semua bentuk mikroorganisme dalam atau pada permukaan peralatan
medis (Utami, Sartika Putri,dkk.2016).
7. Antiseptik adalah antibakteri yang melawan flora patologis secara mekanis, kimiawi
atau gabungan keduanya, dengan tujuan membunuh, menghambat atau menurunkan
jumlah mikroorganisme(Hamijaya, Legawa, 2014).
2.3 Jenis Antiseptik Dan Desinfektan
2.3.1 Jenis Antiseptik
a. Ethyl alcohol
Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan
menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.
b. Alkohol
Merupakan antiseptik yang sering digunakan. alkohol memiliki
kemampuan yang baik dalam membunuh kuman pada area yang terluka dengan
cepat. Para tenaga medis biasanya menggunakan alkohol sebelum melakukan
tindakan seperti suntik dan infus. Tetapi jarang digunakan pada bagian luka bakar
karena menimbulkan rasa sakit.
c. Hidrogen peroksida (H2O2)
Dalam Hidrogen peroksida merupakan salah satu antiseptik yang berperan
sebagai agen oksidasi yang kuat dan memiliki kelebihan yakni tidak mengiritasi
jaringan hidup. Karena tidak mengiritasi, senyawa ini biasanya dapat digunakan
pada membran mukosa. Meskipun demikian zat ini memiliki kelemahan yakni
mudah rusak ketika kehilangan oksigen.
2.3.2 Jenis Desinfektan
a. Fenol
Secara lokal fenol memberikan efek:
 Bakteriostatik pada kadar 0,02% - 1%;
 Bakterisid pada kadar 0,04% sampai di atas 1,6%;
 Bersifat fungisid pada kadar di atas 1,3%;
 Tidak bersifat sporosidal. Efek sistemik fenol yaitu pada mukosa mulut dan
mukosa lambung usus, bahan ini bersifat korosif, dapat merangsang muntah dan
menimbulkan rasa sakit di mulut dan perut, bila diminum dalam percobaan bunuh
diri dapat menimbulkan keracunan sistemik, depresi kardio vaskular serta
kematian.

Gambar 1. Larutan Fenol (Rao, 2012)

b. Logam ringan
Jenis logam ringan yang biasa digunakan sebagai bahan disinfektan yaitu
Merkuri biklorida dan Mercurial ointments (obat salep).

Gambar 2. Merkuri biklorida (Zaki, 2011) Gambar 3. Mercurial oinments (Upjohn, 2014)

C. Kresol
Jenis-jenis kresol, antara lain asam kresilat dan trikesol yang merupakan
gabungan dari tiga isomer metilfenol. Kresol bersifat bakterisidal yang lebih kuat
dibandingkan fenol, namun selalu digunakan dalam konsentrasi tinggi, bersifat iritatif,
lebih sering dipakai untuk disinfektan alat, serta larut dalam air.
Gambar 4. larutan kresol

2.4. Macam-Macam Metode Sterilisasi


Beberapa metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Secara Fisik:
a. Sterilisasi kering
b. Sterilisasi basah
c. Sterilisasi bertahap
d. Sterilisasi perebusan
e. Steriliasi radiasi ionisasi
2. Secara Kimia:
a. Sterilisasi uap
b. Sterilisasi gas
c. Sterilisasi plasma
2.4.1 Metode Sterilisasi Secara Fisik
a. Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama
dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau
aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan
pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985).
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi
dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan
terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut
untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk pekerjaan mikrobiologi
 Autoklaf
Autoklaf adalah alat yang berfungsi untuk mensterilkan berbagai macam alat
dan bahan yg digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yg digunakan pada umumnya adalah 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 121 °C (250 °F). Autoklaf biasanya digunakan dalam bidang mikrobiologi,
kedokteran, body piercing,Mkedokteran hewan, kedokteran gigi, dan podiatry untuk
mensterilisasi alat-alat dari gelas, sampah medis, kandang hewan, dan media lisogenik
(Putriprinandya, Dea, 2014).
b. Pemanasan Kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini
disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985).
Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-
komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang
membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan
untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo,
1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam
dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
c. Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap
uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan
dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam
setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses
pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif
sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
d. Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu
1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan,
sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992). Digunakan untuk
sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat.
Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya
Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus
selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992).
e. Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi
dari pada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih
kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari
kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Kebanyakan peralatan yang berasal dari pabrik telah
disterilisasi dengan metode radiasi ionisasi (kobalt 60). Selain kobalt, sinar Ultraviolet
juga dapat digunakan untuk melakukan sterilisasi. Sinar ultra violet dengan panjang
gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat, namun masih
berada dibawah kobalt. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa
menyebabkan kerusakan pada permukaan sel (Fardiaz, 1992).
2.4.2 Metode Kimia
Bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat
disterilkan secara kimiawi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain:

 Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum
digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih
rendah kurang efektif.
 Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam
emzim atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila
digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
 Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan
sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam
protein mikrobia. Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat
kelembaban relative sekitar 70%. Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer
padat paraformaldehide dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
 Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan
pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama
10 menit baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
 Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau.
Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika
digunakan pada konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor

a. Sterilisasi Uap
Jenuh uap di bawah tekanan adalah agen praktis dan dapat diandalkan untuk
sterilisasi peralatan medis yang toleran terhadap panas dan kemasan. Uap dengan
cepat menghancurkan semua mikroorganisme yang dikenal dengan cara koagulasi dan
protein seluler denaturasi. Untuk memastikan penghancuran semua mikroorganisme
hidup, hubungan yang benar antara suhu, tekanan, dan waktu paparan sangat penting.
Jika uap terkandung dalam kompartemen tertutup dan tekanan meningkat, suhu juga
meningkat, disediakan volume kompartemen tetap sama. Jika barang yang terkena
cukup lama uap pada suhu dan tekanan tertentu, barang tersebut menjadi steril. Unit
yang digunakan untuk membuat ini suhu tinggi, tekanan uap disebut autoclave.
Beberapa jenis mikroorganisme memiliki ketahanan panas yang melekat lebih besar
daripada organisme lain.
b. Sterilisasi Kimia (Gas)
1. Etilen Oksida (ETO)
ETO adalah bahan kimia mudah terbakar, gas ledak yang membunuh
mikroorganisme dengan mengubah metabolisme sel normal dan replikasi melalui
alkilasi protein, asam deoksiribonukleat (DNA), dan asam ribonukleat (RNA).
Keuntungannya adalah bahwa hal itu dapat mensterilkan peralatan medis tanpa efek
merusak pada bahan yang digunakan dalam perangkat medis. Kekurangan terkait
dengan ETO adalah waktu siklus yang panjang, biaya, dan potensi bahaya untuk
pasien dan staf. Peralatan yang tidak dapat menahan suhu ekstrim dan tekanan dari
sterilisasi uap (misalnya, endoskopi, kamera, plastik, kabel listrik) dapat disterilkan
secara efektif dengan ETO. Lingkup endokapilar fleksibel biasanya memerlukan
persiapan khusus dengan topi ETO yang mencegah pecahnya lapisan plastik luar.
Empat parameter penting adalah konsentrasi gas (450-1200 mg / L), temperature,
kelembaban relatif (molekul air membawa ETO untuk reaktif situs), dan waktu
paparan. Proses ini ditingkatkan oleh panas dan kelembaban, dengan suhu optimum
mulai dari 120 ° F sampai 140 ° F (49 ° C hingga 60 ° C) dan tingkat kelembaban
optimal mulai dari 20% sampai 40%.
c. Sterilisasi Plasma
Sterilisasi Plasma adalah teknik sterilisasi yang telah menjadi metode pilihan
untuk mensterilkan item peka panas. Proses ini menginaktivasi mikroorganisme
terutama melalui penggunaan gabungan gas hidrogen peroksida dan generasi radikal
bebas (hidroksil dan radikal bebas hydroproxyl) selama fase plasma siklus. Teknik
sterilisasi konvensional (misalnya, otoklaf, oven, bahan kimia seperti ETO)
mengandalkan inaktivasi metabolik versible atau kerusakan komponen struktural
penting dari mikroorganisme. Plasma sterilisasi beroperasi secara berbeda karena
menggunakan ultraviolet (UV) foton dan radikal. Keuntungan dari metode plasma
adalah kemungkinan sterilisasi pada suhu relatif rendah (50 ° C), menjaga keutuhan
instrumen berbasis polimer, yang tidak dapat dikenai otoklaf dan oven. Selain itu,
sterilisasi plasma aman, baik untuk operasi dan bagi pasien, berbeda dengan ETO.
2.5 Prinsip Kerja Dari Sterilisasi Menggunakan Autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan pengenalan alat, autoklaf adalah
alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan
15 psi (2 atm) dan suhu 121oC. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat
dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh
sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan
suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 121oC atau 249,8oF adalah karena air mendidih pada suhu tersebut
jika digunakan tekanan 15 psi.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah
semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai,
maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah
proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf bekerja dengan sempurna dapat dideteksi dengan menggunakan
mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk
spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah
proses sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka
menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Sterilisasi adalah penghancuran semua mikroorganisme (bacteria, virus, spora) pada
item pembedahan. Ini biasanya mengacu pada objek (misalnya, instrumen, tirai, kateter,
jarum) yang dalam proses pembedahan terjadi kontak dengan jaringan atau memasuki sistem
vaskular. Disinfeksi adalah penghancuran mikroorganisme yang paling patogen pada benda
mati (tidak hidup) benda, sedangkan antisepsis adalah penghancuran mikroorganisme yang
paling patogen pada obyek yang hidup.

Apa saja peralatan atau perlengkapan yang mengalami kontak dengan jaringan tubuh
atau darah harus steril. Metode sterilisasi instrumen bedah atau peralatan lainnya termasuk
uap, bahan kimia dan sterilisasi plasma. Kesuksesan metode sterilisasi tergantung pada
jumlah, jenis, dan ketahanan mikroorganisme yang melekat pada instrumen yang akan
disterilkan dan kehadiran bahan lainnya (misalnya, tanah, minyak) yang hadir pada item yang
dapat melindungi atau menghambat untuk menonaktifkan agen sterilisasi. Proses sterilisasi
yang umum digunakan memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Sterilisasi kering-panas
memiliki suhu proses yang tidak dapat ditoleransi oleh sebagian besar perangkat. Baru-baru
ini, sistem sterilisasi suhu rendah (misalnya, hidrogen peroksida gas plasma, perasetat
perendaman asam, ozon) telah dikembangkan dan digunakan untuk mensterilkan alat medis
(Rutula dan Weber, 2008). Suhu rendah, proses kelembaban rendah, seperti sterilisasi oleh
gas ETO, plasma gas hidrogen peroksida, atau asam parasetic, harus digunakan untuk
banyak perangkat medis. Personil ruang operasi (OR) diminta untuk mensterilkan peralatan
yang lebih cepat dan secara efisien dan biaya lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Petterson, L.J.2003.Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 4th ed.Mosby.St.Louis.


Missouri
Crow, S. Asepsis-The Foundation Of Infection Control Practices.Louisiana State University
Healt Care Center.

Weber J. David, Rutalla A. William. 2013. Disinfection and sterilization: An overview.


American Journal of Infection Control: 41, 2-5.

Utami, Sartika Putri,dkk.2016. PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI DISINFEKTAN


INSTRUMEN PREPARASI SALURAN AKAR NATRIUM HIPOKLORIT 5,25%,
GLUTARALDEHID 2%, DAN DISINFEKTAN BERBAHAN DASAR
GLUTARALDEHID TERHADAP Bacillus subtilis. J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016:
151 – 156. ISSN 2086-0218

Rachmawat, Farida Juliantina.2008. PERBANDINGAN ANGKA KUMAN PADA CUCI


TANGAN DENGAN BEBERAPA BAHAN SEBAGAI STANDARISASI KERJA
DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.

Rampengan, Sari H. DISFUNGSI MIOKARD PADA SEPSIS DAN SYOK SEPTIK. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 8-22

LASA.2017.Prinsip- prinsip untuk Mempersiapkan dan Melakukan aseptik Bedah. 2 nd


Edition - April 2017.

Sartika Putri Utami, Ema Mulyawati, Dayinah Harman Soebandi.2016. PERBANDINGAN


DAYA ANTIBAKTERI DISINFEKTAN INSTRUMEN PREPARASI SALURAN
AKAR NATRIUM HIPOKLORIT 5,25%, GLUTARALDEHID 2%, DAN
DISINFEKTAN BERBAHAN DASAR GLUTARALDEHID TERHADAP Bacillus
subtilis

Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The


Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.

Anda mungkin juga menyukai