Anda di halaman 1dari 130

DAFTAR ISI

ASEPSIS DAN ANTISEPTIS


...................................................................................... 2
Dosen : dr. Hariatmoko, Sp. B
Noters : Patrick & Fanny
Editor : Choya
Korektor : Dewi
Screener : Mary

ETIOLOGI DAN KARSINOGENESIS .................................................................... 14


Dosen : dr. Tedjo Jayadi, Sp. PA
Noters : Jessica & Saras
Editor : Edwin
Korektor : Audi
Screene : : Mary
NYERI/PAIN DAN ANALGESIA ............................................................................. 34
Dosen : dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK
Noters : Vini & Silvi
Editor : Choya
Korektor : Dewi
Screener : Brian

TERMINOLOGI DEGENERASI NEOPLASMA .................................................... 46


Dosen : dr. JB Soebroto, Sp. PA
Noters : Yofan & Ririn
Editor : Nindya
Korektor : Kezia
Screener : Dhesti
FARMAKOLOGI OBAT ANTINEOPLASMA ....................................................... 64
Dosen : dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK
Noters : Astrit & Meca
Editor : Tesa
Korektor : Audi
Screner : Mary
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
TINJAUAN KLINIS KELAINAN KONGENITAL NON GENETIK ................... 86
Dosen : Dr. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp. A
Noters : Saras & Silvi
Editor : Nindya
Korektor : Audi
Screener : Mary

DETEKSI DAN PENCEGAHAN KELAINAN KONGENITAL .......................... 93


Dosen : Dr. dr. FX. Wikan Indrarto, Sp. A
Noters : Yofan & Ririn
Editor : Choya
Korektor : Dewi
Screener : Brian
CANCER IMMUNOLOGY ..................................................................................... 102
Dosen : dr. FX. Ediati Triningsih, Mc., Sp. PA (K)
Noters : Astrit & Fanny
Editor : Tesa
Korektor : Kezia
Screener : Dhesti
GRADING AND STAGING NEOPLASMA ........................................................... 111
Dosen : dr. FX. Ediati Triningsih, Mc., Sp. PA (K)
Noters : Vini & Jessica
Editor : Edwin
Korektor : Kezia
Screener : Dhesti

Screener penyatu : MARY :)

1
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
ASEPSIS DAN ANTISEPTIS
(WEEK2)

ASEPTIC Bebas infeksi atau materi septik


ASEPSIS :
1. Bebas infeksi
2. Pencegahan kontak dengan mikroorganisme
Beda asepsis dan antisepsis?
Asepsis = tindakan sikap dan perilaku dalam menjaga tetap steril
(MEMBUAT STERIL)
Antisepsis = prosedur/tindakan untuk membuat kondisi bebas patogen
atau menghilangkan patogen pada jaringan hidup
Co: memberikan povidone iodine 10% (MENGHILANGKAN
PATOGEN)
ANTISEPTIC
1.Berkenaan dengan antisepsis
2.Mencegah pembusukan atau putrefikasi
3.Zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme tanpa perlu mematikan mereka.

ANTISEPSIS
1. Pencegahan sepsis dengan menggunakan antiseptic
2. Tiap prosedur yang mengurangi flora mikroba kulit atau membran
mukosa secara signifikan

ANTISEPTICBebas infeksi atau materi septic


ANTISEPSISBebas infeksi, Pencegahan kontak dengan
mikroorganisme
Aseptik berarti tidak adanya kuman patogen pada suatu daerah tertentu.
Teknik aseptis adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari
mikrorganisme.

2
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Macam-macam Asepsis:
1. Asepsis medis
Teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, mengganti
linen (sprei, sarung bantal) tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk
obat.
2. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dari suatu daerah.
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
On = steril menyentuh tidak steril, benda” sembarangan.
 Kalau mau menyuntik pasien, barang yang disuntuikkan hingga
jarumnya harus steril.
 Kalau sudah cuci tangan, tangan harus di atas pinggang, agar kalau ada
kontaminan tidak jatuh ke ujung tangan.
Semua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam
kulit untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan
ke dalam rongga badan yang dianggap steril haruslah steril.
1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan
demikian objek-objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah
terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang tidak
steril.
4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang
sudah steril.
5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung
pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas. (Buka ke luar, gabole
ujungnya ke arah kita)
6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang
tidak steril.
7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang
sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep
(=tang panjang untuk barang” yang belum steril) itu sudah tercemar

3
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

ANTISEPTIK (=barangnya)
Antiseptik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara selektif. Tujuannya yaitu memusnahkan
semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai
daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup. Co: dettol,dll.
 Spora dan virus kadang belom bisa dibunuh antiseptik.
 Spora bisa melindungi diri sendiri
 Virus kan separo hidup separo mati, gatentu masi bisa hidup ato engga.
Antisepsis : adalah penerapan antiseptik pada jaringan hidup
menyebabkan terjadinya aksi/kerja pada struktur atau metabolisme
mikro-organisme ke tingkat dinilai untuk mencegah dan / atau membatasi
dan / atau mengobati infeksi jaringan tersebut.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan
kegunaanya yaitu:
1.Ethyl alkohol = Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena
daya kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. *baca ya kenapa yg 100% tidak lebih efektif dari yg 65-
85%.
2. Iodin povidon adalah sebuah polimer larut air yang mengandung
sekitar 10% iodin aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat
penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit iodin aktif yang dapat
menciptakan efek berkelanjutan. Keuntungan antiseptik berbasis iodin
adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Iodin membunuh semua
patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh desinfektan
dan antiseptik lain.
Penggunaan desinfektan/antiseptik:
Cuci tangan bedah lama cuci tangan 5 menit, kalau tidak cuci tangan
asisten tidak boleh ikut bedah. Nah lo jengjeng 
Infeksi  bedah perut bs sepsis  kematian
1. Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi) dengan larutan savlon 1:30
dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.
2. Desinfeksi tangan dan kulit dengan Chlorrhexidine 4% (hibiscrup)
minimal 2 menit

4
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
3. Untuk kasus Obsgin (persiapan partus, vulva hygiene, neonatal hygiene).
Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.

DESINFEKSI
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan
organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan
campuran zat kimia cair yang bersifat nonselektif (kuamnnya ga pilih”,
gram +/- ga pengaruh_.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
2. Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba. Mikroba kuat gaakan sebersih yg
kita harapkan.
3. Pembersihan/dekontaminasi benda sebelumnya. Dekontaminan =
membersihkan kotoran” yg terlihat.
4. Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
5. Struktur fisik benda  termasuk ruang operasi, sebaiknya tidak
membentuk sudut, kurva, termasuk langit”, supaya mudah dibersihkan
6. Suhu dan pH dari proses desinfeksi. Semakin asam atau basa semakin
mudah kuman tubuh. pH 7 kuman sulit tumbuh

Tingkat desinfeksi:
*Spora di desinfeksi tapi gabisa dibunuh.
1.Desinfeksi tingkat tinggi
Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
2.Desinfeksi tingkat sedang
Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
3.Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi
tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil
tuberkel dan spora bakteri

DEKONTAMINASI
Dekontaminasi yaitu membuang semua material yang tampak (debu,
kotoran) pada benda, lingkungan, permukaan kulit dengan menggunakan
sabun, air dan gesekan.

5
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Tujuan prosedur dekontaminasi adalah untuk:
1. Mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau
permukaan lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
Secara tidak langsung karena kita juga gabisa liat.
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan
alat pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.

STERILISASI
Defenisi
Secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora
bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat

Tujuan
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen
termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan
perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode
Sterilisasi:
- Sifat bahan yang akan disterilkan
- Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
- Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah
dipilih cara yang baik
*Beda desinfeksi dan sterilisasi?
Sterilisasi  spora bakteri mati. Alat” operasi gunting dll kuman hrs mati
semua
Desinfeksi  ga mati
TEKNIK STERILISASI
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering  jaman dulu dibakar pake
spiritus

6
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah  digodog
3.Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia  tablet kloroform
4. Sterilisasi dengan radiasi.
5. Sterilisasi dengan filtrasi (saring)  pada kamar operasi yg perlu
sterilitas tinggi

1. Sterilisasi dengan pemanasan kering.


a. Pemijaran/flambir
Sterilisasi dengan pemanasan kering. Cara ini dipakai langsung,
sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya, namun
penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda
dari logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari
porselen. Benda dari kain, karet, kertas jelas gamungkin, harus yg gbs
terbakar listrik kawat pijar dll. Pake suhu tinggi tanpa air.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi
pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini
yaitu benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan
kaca.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat
dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karena itu
agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1%
dan phenol 5%.
Suhu didih air 100 derajat  lebi tinggi menguap
+NaNO3 dan fenol supaya spora bisa mati
Masak nasi pake dandang, kalo gapunya autoklaf bisa pake ini
Dandang tutup baut rapat, pake autoclav = hampir semua RS harus punya
ini

7
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan
dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi
lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan
disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit. Sterilisasi dengan cara ini kalau
menggunakan tekanan akan lebih efektif alatnya disebut autoclav.
3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan
kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan
pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh
zat kimia yang biasa digunakan : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
Formalin ada bentuk tablet terus menguap
4. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi
udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril.
Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang
memakai radiasi ultraviolet.
Ada benda yg sulit pake kimia (dandang atau dibakar). Co: kamar
operasi.
Kamar isolasi: TB, HIV
Sinar jalan selalu lurus, gabisa kena bawah meja dll, so udara dibuat
bergerak jadi ketiup kena UV.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan.
Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya
adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi
obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam
perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis
filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis

8
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron. Contoh untuk
operasi otak
AC pake HEPA. Tekanan harus tinggi spy udara bs masuk. Co: Pabrik
farmasi, ruang operasi. Cuma alatnya mahal.
CUCI TANGAN BEDAH (SURGICAL HANDSRUB)
Prosedur Cuci Tangan Bedah adalah proses tindakan kebersihan tangan
secara mekanis dan kimiawi dengan cara disikat/digosok dengan
menggunakan sikat tangan yang lembut atau spon/busa dan cairan
antiseptik berisi Chlorhexidine gluconate 4%, di bawah air mengalir.
Scrub-ners adalah: perawat anggota tim operasi yang harus bekerja
secara steril, sehingga wajib melakukan cuci tangan bedah.
Langkah-langkah cuci tangan bedah :
1.Dokter operator atau scrub-ners mengambil sikat tangan, membuka
bungkusnya, diletakkan pada bibir/dinding scrub-sink.
2.Dokter operator atau scrub-ners menghidupkan kran air, membasahi
kedua tangan serta lengan bawah secara menyeluruh dengan air mengalir.
3.Dokter operator atau scrub-ners mengambil cairan antiseptic 3 – 5 ml,
gosok-gosok dan ratakan pada kedua tangan serta lengan bawah.
4.Dokter operator atau scrub-ners mengambil pembersih kuku (nail-
cleaner, yang jadi satu paket dengan sikat tangan), bersihkan bagian
bawah kuku tiap-tiap jari tangan kanan dan kiri dengan nail-cleaner di
bawah air mengalir, buang nail-cleaner pada tempat sampah.
5.Dokter operator atau scrub-ners mengambil sikat tangan yang terletak
pada bibir/dinding scrub-sink, membuang bungkusnya pada tempat
sampah, mengambil cairan anti aseptic (atau meremas-remas spon untuk
sikat yang sudah berisi anti septic dibawah air mengalir agar cairan anti
septic keluar).
6.Dokter operator atau scrub-ners mulai menyikat kuku jari-jari tangan
kiri menggunakan tangan kanan dengan gerakan naik turun sebanyak 30
kali, dilanjutkanmenggosok ke-empat sisi jari-jari dan sela jari-jari
tangan kiri masing-masing sebanyak 10 kali, dimulai dari bagian

9
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
punggung jari-jari dengan gerakan naik turun (dilaksanakan secara
berurutan dari ibu jari, kemudian sela jari antara ibu jari dan telunjuk
digosok dengan gerakan setengah lingkaran, kemudian menggosok
punggung jari telunjuk dan seterusnya sampai ke jari kelingking).
7.Dokter operator atau scrub-ners selanjutnya menggosok telapak tangan
kiri, sisi tangan kiri di bawah kelingking, sisi tangan kiri di bawah ibu
jari dan punggung tangan kiri dengan gerakan memutar masing-masing
sebanyak 10 kali.
8.Dokter operator atau scrub-ners, kemudian menggosok lengan bawah
dari pergelangan tangan sampai sedikit diatas siku, dilaksanakan pada ke-
empat sisi lengan dimulai dari punggung lengan bawah dengan gerakan
dari arah pergelangnan tangan menuju ke siku, masing-masing 10 kali.
9.Dokter operator atau scrub-ners, mengulang langkah nomor 6, 7 dan 8
dengan tangan kiri untuk diberlakukan pada tangan kanan, jika sudah
selesai kemudian membuang sikat tangan pada tempat sampah.
10.Dokter operator atau scrub-ners membilas kedua tangan dan lengan
bawah di bawah air mengalir, mematikan kran air secara aseptic, kedua
tangan ditekuk sehingga posisinya lebih tinggi dari siku, membiarkan sisa
air menetes melalui siku.
11.Dokter operator atau scrub-ners mengeringkan tangan dengan cara:
dengan tangan kanan mengambil handuk/tissue sterile, memegang
ujungnya kemudian mengeringkan tangan kiri dimulai dari jari-jari, sela-
sela jari, telapak tangan, punggung tangan, pergelangan tangan kemudian
lengan bawah kearah siku. Dengan ujung yang lain dari handuk/tissue
tersebut, tangan kiri dokter operator atau scrub-ners mengeringkan
tangan kanan dengan urutan yang sama, kemudian membuang
handuk/tissue pada tempatnya.
Interval waktu:
a.Selama 5 menit untuk cuci tangan bedah yang pertama pada hari itu,
atau setelah turun dari operasi yang pertama tetapi sudah melakukan
suatu kegiatan yang aseptic, misalnya: makan, ke kamar kecil dan lain-
lain.

10
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
b.Selama 3 menit untuk cuci tangan bedah yang ke 2 atau selanjutnya
tanpa diselingi melakukan aktifitas yang aseptic.
Total 5 menit: Tiap sisi gosok 10x,gosok kuku 24-30x
Jempol dianggap balok dg 4 permukaan: sela jari 10x5 jari, telapak
tangan, punggung tangan

MENUTUP AREA OPERASI (DRAPING)


Menutup atau memproteksi area operasi dengan menggunakan duk/linen
steril, tetapi masih menyediakan lubang secukupnya sebagai akses bagi
dokter operator dan tim operasi untuk melakukan intervensi pada area
operasi.
Langkah-langkah draping:
1.Dokter/perawat asisten bedah sudah melakukan antiseptic kulit pada
area operasi
2.Dokter/perawat asisten bedah mengambil duk draping kemudian
ditutupkan/diletakkan pada area operasi dengan cara aseptic secara
berurutan dimulai dari bagian yang paling dekat, bagian bawah, bagian
atas dan terakhir menutup bagian yang berseberangan dengan dirinya.
Keempat sudut pertemuan kain draping dikunci dengan duk klem,
kemudian bagian pangkal dari duk klem disembunyikan di bawah kain
draping.
3.Dokter/perawat asisten bedah mengambil duk lubang besar, memegang
bagian tengah kemudian memberikan ujung bawah duk kepada perawat
instrumen dan memberikan ujung atas duk kepada perawat asisten
anestesi, kemudian dokter/perawat asisten bedah memberi aba-aba untuk
membentangkan duk lubang secara hati-hati sambil mengatur posisi duk
lubang agar tepat berada pada area operasi, kemudian bentangan duk
lubang besar dirapikan. Pada bagian atas bentangan duk lubang besar
harus melampaui dan tersangga dengan baik oleh anaesthesia screen
(frame anestesi), sedangkan di bagian bawah duk lubang besar harus
melampaui dan menutup kaki pasien dengan sempurna.

11
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
GOWNING AND GLOVING ( MENGGUNAKAN JAS DAN
SARUNG TANGAN)
Hrsnya tangan gabole luka, tapi kalo terpaksa iya, pakai double
handscoon dulu baru cuci tangan.
Sekarang cenderung disposable, tergantung bpjs/bukan
Mengenakan Jas dan sarung tangan sterile adalah atribut wajib bagi tim
operasi (dokter operator dan scrub-ners) yang terlibat langsung dalam
medan operasi.
Langkah-langkah :
1.Dokter operator/scrub-ners sudah melakukan cuci tangan bedah dan
sudah dikeringkan dengan handuk/tissue sterile.
2.Dokter operator/scrub-ners mengambil yas operasi sterile secara
aseptic dengan jalan memegang sudut atas yas atau memegang garis
leher.
3.Dokter operator/scrub-ners membuka yas operasi dengan jalan
melepaskan jepitan tangan kiri pada yas operasi, tangan kanan
diposisikan setinggi bahu.
4.Tangan kiri dokter operator/scrub-ners tetap memegang leher yas
operasi, tangan kanan dimasukkan ke lengan kanan yas operasi disusul
tangan kiri juga dimasukkan ke lengan kiri yas operasi.
5.Perawat sirkuler yang berdiri dibelakang dokter operator/scrub-ners
membantu mengikatkan tali yas, dengan menarik leher yas dari bagian
sebelah dalam kemudian mengikatkan semua tali yang ada di bagian
belakang.
6.Dokter operator/scrub-ners memakai sarung tangan sterile, dengan
cara:
a.Memakai sarung tangan sterile secara terbuka:
1)Dokter operator/scrub-ners berusaha menjepit ujung lengan kiri yas
operasi dengan ibu jari tangan kiri, tangan kanan mengambil sarung
tangan kiri dan mengenakan ke tangan kiri secara aseptic (memegang

12
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
bagian pangkal sarung tangan yang sudah dilipat secara terbalik),
memasukkan jari-jari tangan kiri ke sarung tangan tersebut.
2)Dokter operator/scrub-ners dengan tangan kiri mengambil sarung
tangan kanan, mengenakannya pada tangan kanan secara aseptic:
memasukkan empat jari (selain ibu jari) tangan kiri ke bawah lipatan
pangkal sarung tangan kanan, jari-jari tangan kanan dimasukan kedalam
sarung tangan tersebut, termasuk ujung lengan kanan yas operasi
ditelusupkan ke pangkal sarung tangankanan.
3)Dokter operator/scrub-ners dengan tangan kanan merapikan ujung
lengan kiri yas operasi dan memasukkan ke pangkal sarung tangan kiri.
b.Memakai sarung tangan secara tertutup:
1)Dokter operator/scrub-ners tetap mempertahankan jari-jari tangan
berada didalam ujung lengan yas operasi.
2)Dengan jari-jari tangan kiri tetap berada didalan lengan yas
operasi, dokter operator/scrub-ners mengambil sarung tangan kanan,
diletakkan pada pada tangan kanan dengan ujung sarung tangan menuju
ke arah kranial, jemari tangan kanan menjepit sisi bawah pangkal sarung
tangan, jemari tangan kiri meregangkan pangkal sarung tangan dan
menarik kearah kranial agar bisa menutup ujung lengan yas operasi,
jemari tangan kanan berusaha masuk ke dalam sarung tangan tersebut.
3)Dengan sarung tangan kanan yang belum terpasang sempurna,
dokter operator/scrub-ners mengambil sarung tangan kiri dan
mengenakannya ke tangan kiri, bila sudah terpasang dengan rapi
kemudian dengan tangan kiri merapikan sarung tangan dan ujung yas
operasi tangan kanan.
7.Dokter operator/scrub-ners membuka ikatan tali pinggang (atau kertas
penjepit tali pinggang), memberikan kepada perawat sirkuler yang akan
meneriman/menjepit tali/kertas tersebut dengan korentang steril, dokter
operator/scrub-ners yang memakai yas sterile memutarkan badannya
dengan hati-hati (agar tidak terkontaminasi), mengambil tali yas operasi
dari jepitan korentang/kertas kemudian mengikatkan tali yas tersebut.

13
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Note:.
Suhu 18-24 derajat celcius Supaya ga lembab.
Supaya personal dokter dan perawat tidak keringatan, karena dapat
menjadi kontaminan
Pada bayi diberi selimut, karena memiliki resiko terkena hipotermi yang
tinggi
Tekanan + agar udara luar tidak masuk ke dalam. Sedangkan pada kamar
isolasi adalah kebalikannya, yaitu tekanan – agar udara dari dalam tidak
keluar

ETIOLOGI DAN KARSINOGENESIS


Kanker dalam pengertiannya merupakan neoplasia maligna, secara
perspektif sebagai penyakit genetika. Penyakit genetika dapat
menyebabkan perubahan sifat sel dan berbagai hal yang dipengaruhi
perubahan genetika.

 Bila sel normal mengalami kerusakan genetika  sel tersebut


akan mengalami apoptosis atau nekrosis (kematian sel)

14
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Bila kerusakan genetika pada sel tidak menyebabkan perubahan
di dalam sel atau tidak menyebabkan sel nekrosis atau mati maka
sel tersebut masih memiliki fungsi tapi berbeda dari sel normal.
Dasar Molekuler Kanker
Kerusakan genetika non-letal adalah inti dari karsinogenesis.
1. Agen- agen lingkungan (kimiawi, radiasi atau virus)
Eg: infeksi virus  DNA-nya berubah  terjadi kerusakan
genetika, Agen eksogen, Produk- produk endogen dari
metabolisme sel.
Eg: metabolisme sel menghasilkan radikal bebas, tetapi bisa
dinetralisir oleh tubuh
Tidak semua mutasi diinduksi oleh lingkungan, beberapa terjadi
spontan. Kejadian yang spontan ini terjadi saat sintesis DNA atau
replikasi DNA tidak berjalan dengan baik atau tidak normal. Dari situ,
akan berkembang sel yang memiliki kelainan genetika. Kelainan
genetika sporadik terjadi pada sel-sel somatik pada saat dewasa.
2. Kelainan sel embrional/sel ovum dan sperma/germline yang
diwariskan. Sel yang memiliki kelainan diturunkan dari orang
tua. Kejadian seperti ini disebut sebagai neoplasma familial.

15
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Struktur DNA double


helix. Terdiri dari basa
(adenine, guanine,
citosis, timin) basa ini
adalah komponen
penyusun DNA yang juga
bertugas untuk
menerima sinyal, dan
bereaksi dengan mRNA
menghasilkan protein.

DNA Mutation
1. Single base
change
2. Additons/
penambahan
3. Deletion/
terpotong
Semua itu dapat terjadi
Kanker adalah kelainan
karena lingkungan,
genetic yang progresif. Dari
spontan atau herediter
1 sel rusak, maka semakin
banyak DNA yang
bermutasi, menyebabkan
sifat khas pada kanker.
Ultra-sensitive DNA
detection adalah alat untuk
mengetahui gen yang
bermutasi atau perubahan
genetika.

16
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Retinoblastoma bisa familial dan


sporadic.
1. Familial : orang tua sudah ada
yang karier, saat terjadi
mutasi, langsung tejadi
retinoblastoma.
2. Sporadic : awalnya normal
semua, saat mutasi ada
ketidaknormalan, terjadi
retinoblastoma.

Mutasi somatic tidak


diturunkan. Ex :
payudara, kulit, intestinal,
hepar.

Germline mutation :
diturunkan dan
menyebabkan penyakit
familial dengan gejala
klinis yang khas. Ex:
mutasi di sel telur dan
spermaSuatu tumor
 diturunkan.
dibentuk oleh ekspansi klonal dari satu sel prekursor dengan kerusakan
genetika yang tidak dapat diperbaiki (tumor adalah monoklonal)
Empat kelompok gen regulator normal
1. Proto-onkogenpendorong pertumbuhan,
2. Gen pensupresi tumorpenghambat pertumbuhan,
3. Gen yang meregulasi kematian sel terprogram (apoptosis),
4. Gen yang terlibat dalam perbaikan DNA target prinsip dari
kerusakan genetika

17
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Karsinogenesis adalah proses bertahap-tahap baik di level fenotipe dan
genetika.

18
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Perubahan Esensial Transformasi Maligna
1. Mampu memproduksi signal pertumbuhan: tumor mampu
berproliferasi tanpa stimuli eksternal, biasanya sebagai
konsekuensi aktivasi onkogen
2. Insensitivitas terhadap sinyal inhibisi pertumbuhan: tumor
tidak berespon terhadap molekul yang menginhibisi proliferasi
sel normal seperti TGF-beta dan inhibisi langsung dari cyclin-
dependent kinases (CDKIs)
3. Mengelak apoptosis: tumor resisten terhadap kematian sel
terprogram, sebagai konsekuensi dari inaktifasi P-53 atau aktifasi
gen anti apoptosis.
4. Potensial replikasi tidak terbatas: menghindari cellular
senescence dan kekacauan mitosis
5. Angiogenesis yang terus menerus
6. Kemampuan menginvasi dan bermetastasis
7. Gangguan dalam perbaikan DNA. Tumor gagal memperbaiki
kerusakan DNA akibat karsinogen atau tidak dapat diperbaiki
selama proliferasi seluler yang tidak teregulasi, menyebabkan
instabilitas genom dan mutasi protonkogen dan gen pensupresi
tumor.

Sifat khas tumor adalah :


1. Mempromosi inflamasi
2. Menghindari sistem imun tubuh
3. Energi sel normal dipakai untuk pertumbuhan tumor

19
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Siklus Sel Normal
 Siklus sel berperan
dalam rangkaian
kejadian
menghasilkan
duplikasi DNA dan
pembelahan sel.
 Siklus sel dibagi
menjadi 4 tahap:
fase gap pertama
(G1), replikasi DNA
(S), fase gap kedua (G2), fase mitosis (M).
 Panjang siklus sel bervariasi, sekitar 16- 24 jam.

 Pada fase G1,


sel- sel
dipersiapkan
mensitesis
DNA, biositesis
RNA dan
protein
 Pada fase S,
DNA
bereplikasi dan
mensintesis histon. Pada akhir fase S, DNA sel menjadi dua dan
kromosom bereplikasi.
 Fase G2, sel bersiap-siap untuk melakukan pembelahan sel,
terjadilah replikasi komplek DNA.
Tambahan dari dr. Tedjo :)))

Fase gap: terjadi pengecekan DNA. Apabila terjadi


kerusakan DNA bisa ada repair bisa tidak.

Sebelum ke fase G1 atau G0, disitu terjadi penentuan


apakah sel terstimulasi growth hormone? Jika iya ke G1,
jika tidak G0.

20
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Fase mitosis inti dan sitoplasma membelah, menghasilkan dua sel
turunan. Yang kemudian masuk dalam siklus sel baru jika kondisinya
menunjang pertumbuhan selanjutnya
 Tanpa adanya mitogen atau deplesi nutrisi, sel masuk dalam fase
istirahat disebut fase G0.
 Transisi dari satu fase ke fase berikutnya di regulasi, terbentuklah
beberapa checkpoint yang mencegah dimulainya fase berikutnya
sel secara prematur dari siklus sel.
 Saat sel berkomitmen untuk membelah, mencapai akhir fase G1,
menjadi refrakter terhadap faktor pertumbuhan penginduksi
signal dan inhibitor faktor pertumbuhan (seperti TGF) dan
bergantung pada kerja protein- protein siklus sel untuk
meregulasi progresi.
 Progresi dari satu tahap ke tahap berikutnya dikontrol secara
ketat oleh pembentukan, aktivasi dan degradasi atau modifikasi
dari rangkaian siklin dan pasangannya. The cyclin-dependent
kinase inhibitor (CKIs) penting untuk transduksi sinyal dan
koordinasi dari setiap tahap siklus sel.
 Beberapa checkpoint yang telah diketahui yang mengevaluasi
integritas DNA dan pembentukan spindle dan spindle pole.
 Defek DNA itu sendiri menyebabkan penyusunan ulang
kromosomal dan pengiriman DNA yang rusak,
 Kerusakan spindel dapat menyebabkan mitotic nondisjunction
(suatu proses menghasilkan perolehan atau kehilangan seluruh
kromosom)
 Checkpoint I. START atau Restriction point (R) dan terjadi pada
akhir dari fase G1.
 Pada tahap ini sel harus mempersiapkan untuk replikasi DNA
dan pada poin ini setiap kerusakan DNA dapat dimonitor dan jika
perlu siklus selnya dihentikan sampai telah diperbaiki.

21
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Hilangnya checkpoint ini dapat menyebabkan instabilitas
genomik dan ketahanan hidup sel yang rusak.
 Chekpoint lanjut II terjadi selama fase S dan pada G2 sampai
transisi M pada monitor sintesis DNA dan pembentukan dari
spindel fungsional
 Checkpoint terakhir melindungi segregasi kromosom jika
kromosom tidak intak.
 Degradasi dari berbagai siklin terjadi pada setiap checkpoint dan
mekanisme ini bersamaan dengan interaksi CKI yang
memungkinkan sel memasuki fase berikutnya.

22
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Tahapan Karsinogenesis

Mampu Menstimulasi Sinyal Pertumbuhan


 Proto-onkogen: gen yang tidak mengalami mutasi
 Proto-onkogen memiliki berbagai peran, dalam fungsi seluler
berhubungan dengan pertumbuhan dan proliferasi.
 Protein mengkode proto-onkogen. Mungkin berfungsi sebagai
faktor pertumbuhan atau reseptornya, transduksi sinyal, faktor-
faktor transkripsi atau komponen siklus sel.
 Mutasi mengubah proto-onkogen menjadi onkogen seluler yang
aktif yang terlibat dalam pertumbuhan tumor, karena
onkoprotein mengkode sel dengan pertumbuhan yang tercukupi
sendiri.
 Onkogen: gen yang mengalami mutasi, pendorong pertumbuhan
sel secara autonom dalam sel kanker
 Onkoprotein:
 dikode oleh onkogen umumnya berfungsi mirip dengan
onkoprotein sejenis.
 protein produksi onkogen tanpa elemen regulasi interna
yang penting dan proses produksinya tidak bergantung

23
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
pada faktor- faktor pertumbuhan atau sinyal eksternal
lainnya
Dengan jalan inilah pertumbuhan sel menjadi autonom lepas dari
pengontrolan dan ketergantungan terhadap sinyal eksternal.
AKTIVASI ONKOGEN
Mekanisme dimana
proto-oncogene akan
bertransformasi
menjadi oncogene.
 Perubahan struktur
gen akan
menghasilkan produk
berupa gen yang
abnormal
(oncoprotein):
- Point mutations
- Insertion and
deletion
 Perubahan pada regulasiperubahan ekspresi
genbertambahnya/tidak sesuainya produksi Growth-promoting
protein:
- Chromosomal translocations
- Gene amplification
3 Tahap Pada KARSINOGENESIS:
INISIASI  PROMOSI  REGRESI
1. INITIATOR
 Initiator sendiri tidak cukup untuk membentuk tumor (Group 1)
 Saat suatu sel dipaparkan pada suatu initiator (agen
karsinogenik) dengan jumlah yang adekuat, inisiasi akan terjadi.

24
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Inisiasimutasi irreversible (kerusakan DNA)pembentukan
memory(beberapa bulan kemudian)+promoter tumor
(Group 2&3)

2. PROMOTER
• Tidak dapat menimbulkan kanker saat dia berdiri sendiri.
• Promoter menginduksi tumor pada sel yang terinisiasi (Group 5)
• Saat suatu promoter diaplikasikan sebelum inisiasi, tidak aka
nada tumor yang
berkembang (Group
4)
• Saat waktu
diperpanjangefek
promoter menjadi
reversibletumor
gagal berkembang
(Group 6)

3. PROGRESI
Terjadi instabilitas genetic yang menyebabkan perubahan
mutagenik dan epigenetik. Proses ini menghasilkan klon sel
tumor baru yang memiliki aktvfitas proliferasi tinggi, bersifat
menyerang jaringan sekitar dan meningkatan potensi metastasis
atau menyebar ke tempat lain.
Major Chemical Carcinogen
Direct-acting Carcinogens
 Alkylating Agents
 Acylating Agents
Pro-carcinogen yang membutuhkan aktivasi metabolic
 Polycyclic & Heterocyclic Aromatic Hydrocarbons
 Aromatic Amines, Amides, Azo Dyes
 Natural Plant and Microbial Products

25
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Others
Proses Inisiasi Karsinogenesis ternagi menjadi 2, yaitu *jengjeng*
1. Direct acting compound  tidak membutuhkan perubahan kimiawi
untuk memunuclkan sifat karsinogenisitasnya.
2. Indirect acting compound (procarcinogen)  membutuhkan konversi
mentabolik in vivo (dalam sel) utuk memproduksi the ultimate
carcinogen.
Ciri-ciri yang serupa:
- Sama-sama berupa electrophile yang reaktif.
- Sama-sama mampu bereaksi dengan unsur nucleophilic pada sel
yang kemudian akan menimbulkan reaksi electrophilic. Reaksi
tersebut dapat membahayakan DNA, membentuk suatu molecular
“fingerprint” pada sel.
Carcinogen  jenis tumor
(fingerprinting). Radikal
bebas sangat reaktif. Mereka
dapat bereaksi dengan
komponen molekuler
sehingga bisa terjadi reaksi
elektrofilik dan terjadi
perubahan DNA.

Proses Promosi Karsinogenesis (Promotion)


 Promoters: phorbol esters, hormone, phenols, drugs
 Jika suatu promoter tidak memiliki sifat mutagenik, kontribusi
mereka pada proses tumorigenesis akan diteliti. Hal ini dilakukan
untuk menunjang pencarian pengetahuan tentang TPA.

26
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 TPA: phorbol esters, activator yang kuat untuk protein kinase C
dan enzim yang memicu terjadi fosorilasi beberapa substrat yang
terlibat dalam signal transduction pathways.

CANCER SUPPRESSOR GENES


 Misnomer
 Fungsi fisiologis: meregulasi pertumbuhan sel  memperoleh
sel dengan “rem” untuk menghentikan dan mengendalikan
proliferasi selDiscovered by studying rare disease such as
retinoblastoma

27
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Sub-cellular location of protein product of tumor suppressor genes


2 broad categories regarding the Fungsis:
Molecules that regulate nuclear transcription and cell cycle
 Pada permukaan sel terdapat: TGF-receptor, E-cadherin
 Dibawah membrane plasma terdapat: NF-1
 Pada sitoskeleton terdapat: NF-2
 Pada sitosol terdapat: APC
Molekul yang mampu meregulasi transduksi signal terdapat pada
nucleus. Diantaranya adalah: RB, P-53, WT-1, p16(INK4a), BRCA-1,
BRCA-2

Gen Tumor-surpressor yang terlibat dalam proses pembentukan


neoplasma pada manusia:
TGF-β receptor:
 Fungsi: Menginhibisi pertumbuhan
 Tumor akibat mutasi somatik: Carcinoma colon
 Tumor akibat mutasi herediter: Belum diketahui
E-cadherin
 Fungsi: Adhesi sel
 Tumor akibat mutasi somatik: Carcinoma gaster & mammae
 Tumor akibat mutasi herediter: Carcinoma gaster familial

28
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

NF-1
 Fungsi: Menginhibisi transduksi signal RAS
 Tumor akibat mutasi somatik: Schwannoma
 Tumor akibat mutasi herediter: Neurofibromatosis type 1 and
sarcomas

NF-2
 Fungsi: Belum diketahui
 Tumor akibat mutasi somatik: Schwannoma and meningioma
 Tumor akibat mutasi herediter: Neurofibromatosis type 2,
acoustic schwannoma & meningioma

APC
 Fungsi: menginhibisi transduksi signal
 Tumor akibat mutasi somatik: Carcinoma gaster, colon,
pancreas; melanoma
 Tumor akibat mutasi herediter: Familial Adenomatous Polyposis
coli; Carcinoma colon
Rb
 Fungsi: Regulasi siklus sel
 Tumor akibat mutasi somatik: Retinoblastoma, osteosarcoma,
Carcinoma mammae, colon, pulmo
 Tumor akibat mutasi herediter: Retinoblastoma, osteosarcoma

p53
 Fungsi: Regulasi siklus sel & apoptosis (sebagai respon terhadap
kerusakan DNA)
 Tumor akibat mutasi somatik: Carcinoma gaster & mammae
 Tumor akibat mutasi herediter: Syndrome Li-Fraumeni, multiple
carcinoma & sarcoma

WT-1
 Fungsi: transkripsi pada nucleus
 Tumor akibat mutasi somatik: Wilms tumor

29
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Tumor akibat mutasi herediter: Wilms tumor

p16(INK-4a)
 Fungsi: Regulasi siklus sel dengan menginhibisi CDK
 Tumor akibat mutasi somatik: Carcinoma oesophageal, pancreas
 Tumor akibat mutasi herediter: Melanoma

BRCA-1
 Fungsi: Pembenahan DNA
 Tumor akibat mutasi somatik: Belum diketahui
 Tumor akibat mutasi herediter: Carcinoma mammae & ovarium
BRCA-2
 Fungsi: Pembenahan DNA
 Tumor akibat mutasi somatik: Belum diketahui
 Tumor akibat mutasi herediter: Carcinoma mammae (pria
maupun wanita)

Peran dari P53 adalah untuk mempertahankan integritas genome

30
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Apoptosis (programmed cell death)


Kematian yang terprogram dan terkoordinasi secara internal dari sel-sel
tunggal yang tersebar di antara sel-sel yang sehat, dalam bentuk kematian
sel yang dirancang untuk menghilangkan sel yang tidak diinginkan,
melalui serangkaian aktivitas, oleh satu set produk gen yang bertanggung
jawab.
Gen yang meregulasi apoptosis:
bcl-2 family
Antagonists: bcl-2 and bcl-xL
Agonists: bax, bcl-xS, bad, bid

31
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Kesimpulan
1. Laten
• Interval laten periodenya lama (antara paparan karsinogen dan
manifestasi klinis). Tumor  proliferasi klonal dari satu sel yang
butuh waktu lama untuk bertransformasi dari satu sel tumbuh
menjadi nodul yang tampak secara klinis.
• Perubahan sel-sel normal menjadi neoplasma yang tumbuh dan
berpotensi letal memerlukan lebih dari satu perubahan genetika.
2. Inisiasi dan Promosi
Inisiasi
• Kejadian yang menginduksi lesi dari genom sel yang
memberikan potensi metastatik
Promosi
• Kejadian yang menstimulasi proliferasi klonal dari sel yang telah
mengalami transformasi insiasi.
3. Persisten
• Tahap persisten dicapai saat proliferasi klonal sel tumor tidak
lagi membutuhkan inisiator atau promoter. Tidak hanya itu, sel
tumor menunjukkan pertumbuhan terautonomisasi.

32
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
• Pada awalnya terjadi perubahan ekspresi genetika (seluler atau
proto-onkogen) menyebabkan sel tidak berfungsi dengan baik
dan menyebabkan sel mampu tumbuh dengan stimulasi autokin.
4. Tahap lanjut

 Proses yang melibatkan induksi pertumbuhan vaskuler ke dalam


tumor melalui faktor angiogenik tumor, sehingga pertumbuhan
tumor dapat ditopang oleh perfusi dengan nutrisi. Jika tumor
maligna, akan terjadi pembentukan tumor sekunder oleh proses
metastasis.

33
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

NYERI/PAIN DAN ANALGESIA


Pain / Nyeri :

“An unpleasant sensory and emotional experience with actual or


potential tissue damage or described in terms of such damage”
(International Association for the Study of Pain, 1979)

Analgesia :

Kemampuan tubuh merespon impuls nyeri tanpa kehilangan


kesadaran yang ditandai dengan berkurangnya rasa nyeri. (bedanya
dengan anastesi adalah anastesi hilangnya rasa sakit sedangkan analgesia
hanya mengurangi).

Nyeri/Pain pada Inflamasi

Pelepasan substansi kimia / mediator dan / atau enzim aktivitas dan


kepekaan sel saraf :

1. Prostaglandins, leukotrienes : Sensititasi reseptor


2. Bradykinin dan PG : Stimulasi neuron secara langsung
3. Histamine : Nyeri dan itching

- Kenaikan aktivitas nociceptor


- Hiperalgesia
- Edema neurogenik
Infeksi ditunjukan dengan adanya rubor ( merah, berarti ada hiperemis),
calor, dolor ( vasodilatasi yang menyebabkan udem). Color, dolor dan
rubor ini adalah trias inflamasi.

34
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

JALUR NYERI

Tipe neuron penghantar nyeri

- A : first pain, sharp > tajam (somatic pain (kulit,


ekstramitas dan lainnya))
- C : second pain, dull > tumpul (visceral pain (organ – organ
didalam))
NYERI / PAIN : KELUHAN SUBJEKTIF

➢ TERGANTUNG USIA
➢ TERGANTUNG PENILAI NYERI
➢ DIKAITKAN DENGAN TANDA VITAL LAIN

35
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
BEBERAPA INSTRUMENT UNTUK PENILAIAN NYERI (pada
ANAK) :

1. ANGKA / NUMERIC :
- DIKELUHKAN OLEH YANG BERSANGKUTAN
- VERBAL : SCALA 0 – 10

- TIDAK NYERI = 0
- NYERI HEBAT = 10
UNTUK ANAK YG SUDAH MENGENAL ANGKA →
PERINTAH/PENGUNGKAPAN; BIASANYA USIA > 8 TAHUN.
2. Skala Bieri & Wong-Baker
a) Dikeluhkan oleh yang bersangkutan
b) Digambarkan pada 6 mimik wajah yang menggambarkan tidak
ada nyeri sampai nyeri yang berat
c) Digunakan pada anak yang belum mengenal angka atau pada
usia kognitif
3. FLACC (Face - Legs - Activity - Crying - Consolability)
a) Perilaku obserber
b) Perdasar pengamatan
c) Skor > 7 berarti nyeri berat (digabungkan dengan Bieri &
Wong-Baker
4. CRIES ; NIPS ; PIPP
a) Perilaku observer
b) Rate sesuai set kriteria standar dan diskor
c) Nonverbal infant < 1 tahun

36
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

37
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

OBAT-OBAT UNTUK NYERI / PAIN :

1. Non-Opioid Analgesics → parasetamol


2. Opioids Analgesics → morphine, codeine, fentanyl, pethidin,
tramadol, etc.
3. Neuropathic Pain → tricyclic antidepressants.
Note : neuropathic pain : nyeri pada saraf

4. Anti migraine → acute migraine attack : parasetamol, NSAIDs,


5HT1 agonist, sumatripan, anti-emetics ( muntah) and combined
- prophylaxis of migraine : propranolol
- cluster headache : sumatripan (parenteral)

38
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Untuk pemberian obat pada nyeri dengan skala

● 0-3 (mild) diberikan paracetamol atau NSAID adjuvant analgesic


● 4-6 (moderate ) NSAID adjuvant analgesic dan ditambahkan weak apioid
● 7-10 (severage) NSAID adjuvant analgesic dan strong opoid.
● Apoid tidak diberikan langsung pada nyeri pada skala mild karena
kemungkinan terjadinya tolerance sehingga dosis kemungkinan akan
dinaikkan ketika terkena nyeri kembali.

● COX-1 melindungi gastric


● COX-2 mengakibatkan nyeri

39
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

● Cox 1 dihambat akan memiliki dampak pada lambung akibat fungsi


proteksinya
● Cox 2 di hambat inflamasi akan berkurang

40
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Inhibitor Cyclo9-Oxygenase (COX)

- Inhibitor COX-1 dan COX-2


1. Aspirin (irreversible)
2. Ibuprofen
3. Acetaminophen
4. Naproxen
- Inhibitor COX-2 selektif
1. Celecoxib (Celebrex) → FDA warning
2. Rofecoxib (Vioxx) → withdrawn
3. Valdecoxib & Parecoxib → 2nd generation
● Pemakaian inhibitor cox 1 → melindungi jantung tapi dapat
menyebabkan pendarahan lambung
● Pemakaian inhibitor cox 2 → melindungi lambung tapi menyebabkan
ke jantung
NSAID : PENGGUNAAN KLINIS

1. Anti-inflamasi
2. Mengatasi nyeri sedang (nyeri kepala, strain otot)
3. Rheumatoid and osteo-arthritis
4. Antipiretik
5. Profilaksis gangguan kardiovaskuler (myocardial infarction and
stroke)
6. Gout (aspirin meningkatkan sekresi asam urat)
7. Profilkasis kanker colon-rectal (COX-2 inhibitor)
8. Alzheimer’s
PARACETAMOL

✓ Analgesik antipiretik
✓ Lemah menghambat COX-1 dan COX-2 (mungkin lebih ke
penghambatan COX-2)
✓ Efek anti infalamsi lemah

41
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
✓ Mungkin mengaktifkan endogenous cannabinoid system
✓ Tidak menimbulkan masalah di gastrointestinal.
✓ Salah satu first drugs of choice pada manajemen nyeri kronik ringan
sampai sedang
✓ Sering dikombinasikan dengan opiat untuk mengatasi nyeri sedang
PROSTAGLANDIN

KELAS DALAM NSAID

1. Salisilat
2. Asam propionat
3. Asam asetat
4. Penghambat COX-2 selektif
5. Parasetamol

42
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

DOSIS ASPIRIN

● Antitrombolitik : Dewasa: 75-325 mg/hari akan memberikan kadar


plasma 63-175 ng/ml. T1/2 : 2-3 jam
● Analgesik/antipiretik : Dewasa: 325-650 mg/4 jam dengn kadar
plasma 60 µg/ml. T1/2 : 2-3 jam
● Antiinflamasi : Dewasa:4-6 g /hari dengan kadar plasma 150-300
µg/ml. T1/2: 12 jam.
● Dosis fatal : 10-30 g menghasilkan kadar plasma > 450 µg/ml. T1/2
sekitar 15-30 jam atau lebih.
SALISILISME

✓ Dosis harian lebih dari 4 gram


✓ Tinnitis, hearing loss frekuensi tinggi, headache, nausea, gangguan
penglihatan.

43
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
✓ Stimulasi pusat pernafasan menyebabkan hiperventilasi, yang
mengakibatkan alkalosis respirasi. Akhirnya berakibat dehidrasia
dan asidosis metabolik sebagai kompensasi
✓ Sodium bicarbonate diberikan untuk mencegah keasaman darah dan
memacu pengeluaran salisilat melalui ginjal (sampai 30% lebih)
✓ Gejala bertahan 2-3 hari setelah henti obat
PENGHAMBAT COX2 : penarikan dan tambahan peringatan

1. Nimesulide
BPOM: efek hepatotoksisitas

2. Rofecoxib (Vioxx) Merck


Ditarik oleh industrinya

3. Celecoxib (Celebrex) Pfizer


FDA : tambahan peringatan atas efek kardiovaskular

4. Valdecoxib (Betxra) Pfizer


FDA : karena efek CV-risk dan Stevens-Johnson Syndrome

JENIS ANALGESIA

1. Narcotik
- morphine, codeine,
- Mekanisme kerja di analgesik di CNS, namun mempunyai efek
sedatif
2. Non narcotik
- aspirin, ibuprofen, dll
- berkerja sebagai antiinfalamsi diperifer namun beberapa
preparat mempunyai efek sentral

44
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
FAKTOR RISIKO : NSAID pada GIT

1. Faktor Pasien
a) Usia > 60 tahun
b) Riwayat gangguan saluran cerna
2. Faktor Obat
a) Dosis penggunaan
b) Potensi Organotoksis
c) Penggunaan bersama antikoagulan

3. Faktor Lain
a) Durasi pengobatan
b) Wanita
c) Penyakit kardiovaskuler
d) H. Pylori
e) Merokok
f) Alkohol
g) Dispepsia

45
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

TERMINOLOGI DEGENERASI
NEOPLASMA

46
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
TERMINOLOGI DEGENERASI

I. Secara Histo- Sito patologi : degeneratif change

 Kemunduran sel akibat jejas yang di tandai munculnya element


sitopatologi pada pengecatan HE – Khusus

 Misalnya : Degenerasi hidrofik, mucin, hialin, Amy loid , proten /


parenchymatosa , glycogen Vacuola

 Merupakan rangkaian akibat - reaksi radang infeksi, neoplasia,


gangguan metabolisme, trauma, jejas lain.

 Implikasi pembengkakan organ, simptom signs disfungsi


reversibel, bayangan /analisis

 Dibedakan (merupakan kelanjutan) mekanisme yang ireversibel -


Nekrosis

47
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Degenerasi

Sitoplasma
|
Gangguan Fungsi
Reversibel self limited Contoh: Paroritis
Hepatitis A
GastroEnteritis
Inflamasi-infeksi
Penuaan (aging)
Metabolisme
Neoplasma
…………… Degenerasi, hidropik, bialin, protein / parenkimatosa -
mucin

II. SECARA KLINIS: DEGENERASI DESEASE

 Di pakai secara luas untuk penyakit- penyakit kemunduran sel


fungsi tubuh bahkan akibat fibrosis karena proses – proses klinis
– aging (penuaan umur manusia)

 Misalnya penyakit – penyakit syaraf otak , tulang sendi


,metabolisme bahkan di kenal istilah “degenerasi maligna” : inti
progresif (atipi,polimorfi,mitosis), sitoplasma regresif .… Mundur
ke embryonal

 Contoh : osteoporosis, caries dentis, osteoarthritis, DM, stroke,


jantung, syndrom B ( Beser, bingung, budeg, Buyutan , Boyokan
; degenerasi senilis)

TERMINOLOGI NEOPLASMA DLL


Neoplasma, Neoplasia,Oncogenesis, Cancer, Oncology,
Mengapa kepiting?
Ular? Harimau? Singa?

48
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Carcinos = merusak dengan banyak kaki mengakar dengan “sapit” ekspansif,
infiltratif
Ganas mematikan ! Karena tumor primer organ vital/ sekunder metastase.
Tumor cancer diorgan manapun berbahaya !
Sel embrional, sel dewasa normal, tumor jinak praganas, ganas., contoh:
tumor payudara, bronkus dan leher rahim,
Tetapi dari sel normal bisa langsung menjadi ganas. Inilah yang lebih berbahaya,
mengapa ? Benjolan sekecil apapun harus diwaspadai kanker.Ukuran
tumor tidak identik dengan keganasan.
Terminologi Neoplasma :
Menyerang setiap organ “coca-cola”
ingat anatomi histologi!

A. Berdasarkan histogenetik (nama sel jaringan), histologi organ meliputi:


1. sel jaringan epitelial
2. sel jaringan mensenchym
3. sel jaringan limfoid dan hematopoietik
4. Sel jaringan germ reproduktif
5. Sel jaringan penunjang (stroma) Vs struma
 Jaringan ikat
 Pembuluh darah dan limfe

B. Sifat Tumor
 Jinak: Nama Jaringan + Suffix Oma
 Ganas epitel : nama jaringan + Karsinoma
 Ganas Mesenchimal :…….+ Sarkoma

C. Terminologi Khusus
 Diluar terminologi diatas
 Menggunakan nama orang

49
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

BENIGN EPITHELIAL NEOPLASMS


 Epitel pelapis Papilloma
 Squamous
 Transitional
 Glandular
 Epitel kelenjar Adenoma
 Kista = Ruangan upnormal yang dilapisi epitel
 Polyp = Tonjolan “bertangkai” yang konotasinya jinak.

50
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Kistadenoma
 Massa kista besar berasal dari ovarium

Kistadenoma papiler = Keganasan tidak tergantung ukuran !


 Tonjolan- tonjolan papiler pada lumen kista = Polip

51
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Penonjolan timbul dari permukaan mukosa kedalam lumen tampak
secara makroskopis, misalnya dalam lumen Cavum nasi, cervix, gaster,
colon, rectum

Polip
colon.
A. Tumor kelenjar jinak (adenoma) menonjol ke dalam lumen colon dan
dihubungan oleh tangkai ke permukaan mukosa
B. Gambaran makroskopis, tampak beberapa polip colo

52
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

53
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Melanoma

Basal sel karsinoma = karsinoma basoselulare

54
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

55
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

56
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Benign Mesenchymal Neoplasma

Smooth muscle : Leiomyoma


Fibrous tissue : Fibroma
Bone : Osteoma
Cartilage : Chondroma
Fat : Lipoma
Nerve : Neurofibroma
Nerve sheath : Neurilemmoma
Glial cells : Glioma

57
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Demato Fibroma

Malignant Mesenchymal Neoplasm

Smooth muscle : Leiomyosarcoma


Bone : Osteosarcoma
Fibrous tissue : Fibrosarcoma
Cartilage : Chondrosarcoma
Fat : Liposarcoma
Nerve : Neurofibrosarcoma
Nerve sheath : Neurilemmosarcoma
Glial cells : Malignant glioma

58
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Malignant Mesenchymal Neoplasm

III. Tumor Lain- lain

Mixed tumor
 Tumor dengan diferensiasi berbeda- beda (menjadi dua komponen
epitelial dan mesenkimal). Contoh : fibroadenoma mamma
 Umumnya neoplasma tersusun dari sel- sel yang merepresentasikan
satu lapisan embrional (germ layer). Mixed tumor tersusun dari
berbagai komponen tidak boleh dikelirukan dengan teratoma.

*Catatan : Mixed tumor kelenjar saliva (komponen epitelial dan stroma


miksoid SEPERTI kartilago).
istilah historis yang salah = Pleomorfic Adenoma vs Monomorfic
Adenoma

59
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

60
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Mixed tumor dari kelenjar parotis mengandung sel- sel epitelial membentuk
duktus dan stroma miksoid mirip kartilago.
IV. GERM CELL
 Testis
 Teratoma
 Seminoma\
 Ovary
 Dermoid Cyst
 Teratoma
 Tersusun dari sel- sel yang mewakili lebih dari 1 lapisan sel
embrional (germ cell layer), kadang kala tersusun dari ketiga
komponen lapisan sel embrional.
 Berasal dari sel- sel totipotensial sama seperti testis dan ovarium.
Sel- sel demikian dapat berdiferensiasi menjadi tipe sel- sel yang
ditemukan dalam jaringan tubuh dewasa, sehingga didapatkan
tulang, epitel, otot, adiposa, saraf, dan jaringan lain.
 Bila semua bagian berdiferensiasi baik, teratoma ini jinak / matur;
bila ada bagian yang tidak berdiferensiasi, teratoma ini imatur dan
menjadi maligna.

 Teratoma kistik ovarium (Kista dermoid)


Diferensiasi utama pada lapisan embrionik ektodermal yang
membentuk tumor kistik dibatasi oleh kulit dan kelenjar sebasea,
rambut, dan struktur gigi. Sel ovum yang tanpa dibuahi “tumbuh
menjadi janin”

61
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Catatan : kistik (ruangan dilapisi epitel) bisa besar, merupakan elemen
utama.

A. Gambaran makroskopis teratoma kistik ovarium. Didapatkan rambut,


material sebeseus, dan gigi.

B. Gambaran mikroskopis, tampak kulit, kelenjar sebaseus, sel- sel lemak dan
jaringan saraf.

V. LYMPHOID

Malignant lymphoma (B and T)


Hodgkins Disease
BONE MARROW
Acute and chronic leukaemia

VI. Tumor Embrional: “blastoma”

 Kadang tumor terjadi khusus pada usia < 5tahun, dan gambaran
histologi menyerupai bentuk embrionik dari organ di mana tumor
tersebut muncul.
 Retinoblastoma – pada mata, terdapat predisposisi keturunan
 Nefroblastoma/ tumor Wilms – pada ginjal
 Neuroblastoma – pada medula adrenal atau ganglia saraf
 Hepatoblastoma – pada liver

62
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
VII. Tumor Jar Penunjang

(- Conective Tissue )
 Stroma fibroma bedakan dengan “Struma”?
 Limfangioma bedakan dengan Limfoma?
 Haemangioma bedakan dengan eritropoesis?
VIII. TUMOR SESUAI EPONIM (NAMA SESEORANG)

 Burkitt’s lymphoma – suatu limfoma sel berhubungan dengan Epstein-


Barr virus dan malaria, merupakan penyakit endemik di suatu bagian
Afrika
 Hodgkin lymphoma
 Ewing sarcoma – tumor tulang maligna yang histogenesisnya tidak
dapat ditentukan
 Grawitz tumor – karsinoma tubulus renalis
 Kaposi’s sarcoma – neoplasma maligna dari endotel pembuluh darah,
sekarang berhubungan dengan infeksi AIDS dan human herpes virus-8
 Adamantinoma : PA : asal email (amyloblastoma) – solid palisaden –
degenerasi hidropik – multikistik – destruktif tulang – pingpong
sensation - Klinis Locally malignant?
 Wilms tumor : nefroblastoma anak
IX. NEOPLASMA YANG MEMPRODUKSI HORMON

 GRANULOSA CELL TUMOR ---> HORMON ESTROGEN >>>


 PADA WANITA DEWASA ------------------------ > HIPERPLASIA
ENDOMETRII
 PADA GADIS KECIL ------------------------------- > PUBERTAS
PREKOK.
 LEYDIG CELL TUMOR ------------------------------ > HORMON
ANDROGEN >>>
 TERJADI MASKULINISASI
PENYIMPANGAN TATA NAMA (NOMENCLATUR) NEOPLASMA
BEBERAPA NEOPLASMA PEMBERIAN NAMA TIDAK SESUAI
DENGAN SIFATNYA
JINAK GANAS
Amelo Blastoma = Adamantinoma Limfoma
SEMINOMA
SILINDROMA
BASALIOMA
MELANOMA

63
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

FARMAKOLOGI OBAT
ANTINEOPLASMA
Penyebab kanker :
 Paparan lingkungan :
 Radiasi/zat radioaktif (e.g: hematoma radio soma)
 Zat/bahan kimia (zat carcinogen) yang paling berhubungan
adalah perokok. Terkena oleh zat karsinogenik akan
menyebabkan terjadinya perkembangbiakan kanker di dalam
tubuh.
 Mikroorganisme
 Virus (Hepatitis B dan C)  Carsinoma hepar
 HIV  Hodgkin & Non-hodgkin lymphoma
 Human Papilloma Virus  Carcinoma Serviks, Carcinoma
kepala leher, dll (paling banyak dialami oleh wanita)
 Sel kanker sama sel normal itu sebenarnya sama. Yang membedakan
mereka berdua adalah kecepatan berkembangnya. Sel kanker lebih
cepat berkembang.
Ploriferasi sel (benign dan malignant)
Fase terdiri dari:
1. Sintesis DNA (S)
2. Fase mitosis (M)
3. Yang mendahului sintesis DNA (G1)
4. Interval setelah penghentian sintesis DNA (G2): fase sintesis
akhir
5. Kemungkinan pindah ke status diam (fase G0) dan gagal
bergerak maju untuk jangka waktu yang panjang
Proses multipikasi sel kanker  4 fase
1. G1 – prasintesis, durasi multiplikasi sangat bervariasi
2. S – fase melakukan sintesis DNA, tergantung dengan enzim-
enzim yang tersedia (DNA & RNA polymerase), topo-

64
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
isomerase, thymimidine kinase, dihydrofolate reductase. Durasi
multiplikasi: 12 – 18 jam
3. G2 – fase pasca sintetik, durasi: 8 jam
4. M – fase pembelahan, durasi cepat: 1 – 2 jam.%

Grafik pembentukan kanker


Terapi Kanker
1. Pembedahan
2. Radiotherapy
3. Chemotherapy
 Induksi primer
Pada Ca (Cancer) lanjut, tidak ada alternative terapi lain. Pilihan
ada pada terapi Ca lanjut dengan metastasis.

 Neoadjuvant
Pasien dengan Ca yang masih terlokalisir dan masih
memungkinkan terapi lain (pembedahan/radioterapi=hanya
sebagai pembersih)

65
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Adjuvant
Kemoterapi untuk Ca yang belum metastase, bersamaan dengan
pembedahan dan atau radioterapi

 Keberhasilan terapi
 Disease-free survival (DFS): melihat ada bakteri tersisa atau
tidak di dalam tubuh
 Overall survival (OS): melihat secara keseluruhan baik sel
ataupun lainnya sejauh mana berhasilnya dilakukannya
terapi tersebut.

4. Endocrine Therapy
5. Immunotherapy
6. Biological Therapy

Note:
1. Semakin banyak jumlah sel di dalam tubuh, maka akan semakin sulit
untuk dilakukannya pengobatan.
2. Sel dengan jumlah 109: masih bisa dilakukan pengobatan tetapi jika
lebih dari itu akan semakin sulit

Agen Antikanker

 Cell Cycle-Specific (CSS) Agents :


 Antimetabolites (hanya bekerja pada Fase S)
 Antitumor antibiotic
 Epipodophyllotoxins (pada Fase G1 dan S)
 Taxanes
 Vinca alcaloids
 Antimicrotubule inhibitor

66
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Cell Cycle-Nonspecific (CCNS) Agents :
 Alkylating agents
 Anthracyclines
 Antitumor antibiotic
 Camptothecins
 Platinum analogs: sekarang banyak digunakan untuk
dilakukannya terapi kanker

Kemoterapi diberikan dengan kombinasi:

 Mendapat efek maksimal destruksi sel Ca dan mengurangi


toksisitas terhadap sel host
 Untuk mendapatkan cakupan sel Ca lebih lebar pada kanker yang
heterogen
 Menghindari terjadinya resistensi sel Ca
Beberapa contoh kemoterapi kombinasi

 ABVD: Doxorubicin (Adriamycin), Bleomycin, Vinblastine,


Dacabarzine
 CHOP: Cyclophosphamide, Doxorubicin
(Hydroxydaunorubicine), Vincristine (Oncovin), Prednisone
 CMF: Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil

67
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 FEC: 5-Fluorouracil, Epirubicine, Cyclophosphamide
 FOLFIRI: 5-Fluorouracil, Leucovorin, Irinotecan
 FOLFOX: 5-Fluorouracil, Leuocovorin, Oxaliplatin

1. Alkylating Agents
 (Nitrogen Mustards) Mechlorethamine, Cyclophos-
Phamide, Ifosfamide, Chlorambucil, Melphalan,
Bendamustine
 (Ethylenimines) Thio-Tepa, Altrtamine
 (Alkyl Sulfonate) Busulfan
 (Nitrosourea) Carmustine, Streptozocin
 (Triazine) Dacabarzine, Temozolomide
 (Methylhydrazine) Procarbazine

2. Antimetabolities
 (Folate Antagonist) Methotrexate, Pemetrexed
 (Purine Analogues) 6-Mercaptopurine, Pentostatin,
Thioguanine, Fludarabin, Cladribin
 (Pyrimidine Analogues) 5-Fluorouracil, Floxuridine,
Capecitabine, Cytarabine, Gemcitabine
3. Natural and Semi-Synthetic Products
 (Antibiotics) Actinomycin-D (Dactinomycin),
Daunorubicin, Doxorubicin, Bleomycin, Mitomycin-C,
Mithramycin
 (Epipodophyllotoxins) Etoposide, Teniposide
 (Camptothecines) Topotecan, Irinotecan
 (Taxanes) Paclitaxel, Docetaxel
 (Vinca Alkaloids) Vincristine, Vinblastine
 (Vinorelbin)
 (Echinocandine)
 (Anthracenediones)
 (Enzimes) L- Asparaginase

68
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

4. Hormon and Antagonist


Glucocorticoids, Androgens, Anti-androgens, Estrogens,
Antioestrogens, Progestins, Aromatase Inhibitors

5. Miscellaneous Agents
Hydroxyurea, Cisplatin, L-Asparaginase, Imatinib,
Bortezomib, Thalidomide, Monoclonal Antibodies.

6. Biological Respons
Interferon Alpha, Interleukin-2, Amifostine, HGF
(Haematopoietic Growth Factors)

 Alkylating Agents
 Mensupply gugus alkyl
 Ke DNA, RNA dan enzim
 Ikatan kovalen pada strand DNA (sulfydril, amino, hydroxyl,
carboxyl amine, gugus fosfat)
 Dampak:
1. Terikat pada sel-sel dengan multiplikasi cepat (sel-sel kanker
maupun normal)
2. Metabolism sel-sel tersebut tidak normal  strand DNA
rusak
3. Sintesis protein terganggu  sel mati
Contoh Alkylating Agents
NITROGEN MUSTARD
1. Mechloretamine
 Oreparat IV (Intervenous), iritatif  Hodgkin’s lymphoma
regimen MOPP.
 AE: Surpresi Bone Marrow, Gangguan GIT, Allopaecia,
Amenorrhoe, Spermatogenesis↓
 Klinis ditinggalkan (iritatif)

69
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
2. Cyclophosphamide
 Merupakan PRODRUG.
 (Di hepar) Cyclophosphamide Aldophosphamide
(metabolit aktif)
 Phosphoramide mustard  aktivitas cytotoxic
 Acrolein  yang menimbulkan AE: cystitis.
 Mempunyai sifat immunosupressif
 Preparat: P. oral & parenteral (IV (Intervenous))

 KLINIS :
 Hodgkin’s Lymphoma
 Non-Hodgkin’s Lymphoma (NHL) (bersama:
Doxorubicin, Vincristine/Oncovin, Prednisone
Regimen CHOP)
 Burkitt’s Lymphoma (pada anak)
 Leukemia dan Myeloma.
 Terapi yang memerlukan: immunosupresif.
 dose: 2 – 3 mg/kg/hari per oral.
3. Ifosfamide
 Analog dengan cyclophosphamide
 Sifat mirip, tetapi aksi lebih lama
 AE <myelosupressive, <emetegenic
preventif: MESNA (sodium-2-mercaptoethane
sulfonate): 1-2 gr.

4. Chlorambucil
 Efektif pada keganasan lymphoid
 Dosis: 4-10 mg / hari.

5. Melphalan
 Mirip dengan chlorambucil
 Efektif pada tumor ovarium dan myeloma
 Dosis sama dengan chlorambucil

70
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

ALKYL SULFONATE
1. Busulfan
 Efektif untuk sel myeloid
 Drug of Choice untuk kasus chronic myeloid leukemia
 AE: pigmentasi kulit, hyperuricemia, gynekomasti, fibrosis
pulmonum
NITROSOUREAS
1. Carmustine
 Efektif untuk tumor otak, leukemia meningeal (dapat
menembus Blood Brain Barrier/BBB), lymphoma dan
melanoma maligna.
2. Bendamustine
 Kelompok alkylating agents,
menghambat sintesis DNAcytotoxis.
 Efektif untuk chronic lymphocytic leukemia,
lymphoma dan multiple myeloma
3. Streptozocin
 Merupakan antibiotika
 Efektif untuk tumor pada pancreatic islet cell
 AE: nephrotoxicity
4. Dacarbazine
 Dapat digunakan untuk melanoma maligna,
Hodgkin’s lymphoma, sarcoma jaringan lunak dan
neuroblastoma.
 pemberian IV (Intervenous) (nyeri bila diberikan extravasa)
 AE: GIT (nausea, vomitus, myelosupresi,
hepatotoxicity dan flu-like syndrome)
5. Temozolomide
 Digunakan untuk Glioma dan Melanoma.
 Dalam bentuk metabolit  aktif dan bekerja sebagai
cytotoxic disemua fase siklus sel.

71
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 AE: fotosensitivitas dan LFT meningkat
mual-muntah, myelosupresi, hepatoxicity,
neurotoxicity, flu-like syndrome, dermatologic toxicity.
6. Procarbazine
 Efektif untuk Hodgkin’s lymphoma (regimen MOPP), non-
Hodgkin’s lymphoma dan tumor otak.
 Bekerja dengan cara merusak DNA  kerusakan
chromosome, DNA, RNA dan sintesis protein terhambat.
 Procarbazine memiliki untur carcinogenisitas.
 Metabolit ada yang bersifat MAO inhibitor  berinteraksi
dengan obat atau makanan.
 AE: Supresi Bone Marrow, GIT, Neurologik,
Dermatologik dan Gangguan Perilaku.

Contoh Antimetabolits
FOLATE ANTAGONIST
1. Methotrexate: untuk penderita hematik

2. Pemetrexed
 Mirip dengan methotrexate (MTX)
 Indikasi: mesothelioma & NSCL cancer
(Non-Small Cell Lung Cancer) dalam MDR

72
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

PURINE ANALOG

PYRIMIDIN ANALOG
 Pada DNA: thymine dan cytosine
 Pyrimidine analog: mengonversi metolit aktif menyerupai
nucleotide alami  sintesis DNA terhambat.

1. 5-fluorouracil (5-FU)
 Merupakan pyrimidin analog yang aktif dalam
pembentukan metabolite nucleotide. Metabolite ini yang
menghambat kerja enzim thymidylate synthetase sehingga
sintesis DNA tidak terjadi.
 5-FU diberikan secara IV (Intervenous) mempunyai waktu
paruh yang pendek (10-20 menit)
 5-FU dimetabolisme oleh enzim:
Dihydropyrimidine dehydrogenase (DPD). Jika terjadi
defisiensi enzim DPD  toxisitas akan naik.
 Indikasi: Carcinoma gaster, colon, rectum, mammae dan
ovarium
2. Capecitabine
 Prodrug p.o dalam sel tumor menjadi metabolite aktif.
 AE dan Toksisitas lebih sedikit dibanding 5-FU
 Indikasi: Carcinoma mammae dan colorectal.

73
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 AE: n=Nausea, vomitus dan myelosupresi.

3. Cytosine Arabinoside (=cytarabine)


 prodrug mengubah sel tumor menjadi metabolite
aktifcytosine arabinoside triphosphatemerusak DNA
dan menghambat polymerase sehingga sintesis DNA
terhambat.
 Indikasi: leukemia myeloblastik akut dan pada kasus
leukemia akut yang relapse. Biasanya diberikan melalui
infus.
 AE: nausea, vomitus, depresi bone marrow
4. Gamcitabine (analog cytarabine)
 Indikasi: Carcinoma pancretic, paru, cervical,
bladder, ovariaum, dan mammae.

Contoh Natural and Semi-synthetic Products


ANTIBIOTICS: berasal dari tumbuh-tumbuhan
1. Actinomycin D (=Dactinomycin)
 Dari jamur Streptomyces sp.
 Terikat sebagai senyawa kompleks DNA  sintesis
DNA dan RNA terhambat  jembatan/rantai DNA
rusak.
 Indikasi: Tumor Wilm’s, Rhabdomyosarcoma,
Choriocarcinoma, Sarcoma jaringan lunak, Kaposi’s
sarcoma dan Ewing’s Tumor.
 Karena memiliki sifat immunosurpresan, kadang-
kadang digunakan juga pada transplantasi ginjal.
 AE: myelosurpresi, GIT (mual-muntah) dan
dermatologik.

2. Anthracyclines (daunorubicin, doxorubicin)


(analogs: epirubicin, idarubicin, mitoxanthrone)

74
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Mekanisme kerja :
Membuat ikatan kompleks dengan DNA dan
topoisomerase II  ikatan mengakibatkan kerusakan
DNA  radikal bebas mengoksidasi jembatan-
jembatan DNA  terjadi pada fase “S” siklus sel.
 PK:
 Pemberian IV (Intervenous) selama 10-15
menit. (jangan diberikan secara ekstravascular
karena dapat menimbulkan kerusakan kulit)
 Dimetabolisme di hepar (jika ada kelainan
hepar, harap dosis diatur ulang).
 AE: GIT (vomitus, stomatitis), allopaecia, depresi bone
marrow.
 Cardiotoxicity: hypotension, tachycardia. Pada kasus
akut (24 jam) dapat terjadi arhythmias, cardiomyopathy.
Yang dapat diikuti dengan pericarditis, myocarditis &
pericardial effusion.
 Prevensi: antioxidant
3. Daunorubicin  indikasi: leukemia akut
4. Doxorubicin  indikasi: leukemia akut, tumor solid, non-
Hodgin’s Lymphoma
5. Epirubicin, Idarubicin, Mitoxanthrone (analog doxorubicin,
dengan kardiotoksisitas lebih ringan)

 Indikasi: ?
 Epirubicin: Carcinoma mammae dengan
metastase, gastroesophageal cancer.
 Mitoxanthrone: Leukemia, Carcinoma prostat dan
Multiple sclerosis.
 Valrubicin: intravesical pada Carcinoma kandung
kemih.
 Idarubicin (+cytarabin )
 AML (mengganti daunorubicin).

75
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

6. Mitomycin C
 Berasal dari jamur Streptomyces caespitosus. Saat
masuk dalam tubuh akan berubah menjadi alkylating
agents
 Indikasi: Carcinoma gaster, paru, pancreas, dan
squamous cell (anus & cervix), vesica urinaria
7. Bleomycin
 Dari jamur Streptomyces verticillus. Setelah masuk
dalam tubuh, akan terikat pada Fe  radikal bebas
merusak rantai DNA.
 Toksisitas depresi bone marrow lebih ringan  banyak
digunakan dalam regimen kombinasi.
 Indikasi: Tumor solid (testis, squamous cell carcinoma,
kepala-leher dan oesophagus )
 AE: dapat terjadi fibrosis pulmonum (fatal)
dan dermatologik.
8. Mithramycin (plicamycin, mirip tetapi lebih toksik)
 Untuk tumor testicular yang menyebardan menurunkan
kadar calcium pada osteoclast.

EPIPODOPHYLLOTOXINS

76
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

CAMPTOTHECINES (Topotecan, irinotecan)


 Berasal dari tanaman di China: Camptotheca acuminata.
 Zat asli sangat toksik.
 Analognya: topotecan dan irinotecan dengan toksisitas lebih
ringan.
 Menghambat: topoisomerase I  DNA strand rusak  sel mati
 Pada fase “S”
 Pemberian: IV
 Indikasi: topotecan  Carcinoma pada ovarium lanjut dan
cancer paru, irinotecan (pro drug).
 Di hepar diubah menjadi metabolit aktif
 AE: GIT (diare). Berisiko dehidrasi.

TAXANES (paclitaxel, docetaxel)


1. Paxitaxel
 Berasal dari kulit kayu pohon Western Yew.
 Terikat pada beta-tubulin dari mikrotubulus dan
mengakibatkan arrests mitosis mitotic spindle poison
 Pemberian: IV (Intervenous) secara pelan (infus) dalam 3
jam dan diulang setiap 3 minggu.
 Metabolisme: di hepar (enzim mikrosomal) dan dieksresi
melalui GIT. (Perhatikan interaksinya)
 Indikasi: Carcinoma mammae, ovarium, head & neck, paru
dan oesophagus.
 AE: alergi (vehicle), myelosupresi, myalgia, hypotension,
arrhythmia, neuropathy perifer.
 Preventif (alergik): dexamethasone, diphenhydramine, H2-
blocker .
 Docetaxel is a potent paclitaxel
 PERHATIAN: gunakan bersama obat-obat yang
berpengaruh pada Enzim mikrosomal

77
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
VINCA ALKALOIDS (Vincristine, Vinblastine, Vinoreblin): ditemukan
pada tahun 70-an

Contoh Miscellaneous Agents


(Hydroxyurea, cisplatin, l-asparaginase, imatinib, bortezomib,
thalidomide, monoclonal antibodies.)

HIDROXYUREA
 Analog urea bekerja dengan menghambat enzim ribonucleotide
reductase sehingga sintesis DNA dihambat.
 Siklus sel pada: fase “S”
 Pemberian oral: absorpsi cepat.
 Indikasi: Chronic myeloid leukemia (first line)
 AE: GIT, myelosupresi dan pigmentasi kulit.
CISPLATIN, CARBOPLATIN, OXALIPATIN
 Senyawa mengandung platinum. Di dalam sel, senyawa aktif
akan menghambat sintesis DNA (memiliki efek cytotoxic seperti
alkalyting agents)
 CISPLATIN: Carcinoma ovarium, testikuler, bladder dan
head&neck.
AE: ototoxic, nephrotoxic, GIT dan anemia.
 CARBOPLATIN: lebih aman dibanding Cisplatin , digunakan
sebagai alternatif Cisplatin
AE: lebih ringan dibanding Cisplatin.
 OXALIPLATIN: efektif untuk Carcinoma colorectal, ovarium
dan cervix.

78
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

L-ASPARAGINASE
 Sel normal mensintesis as. amino asparginine  sel kanker tidak
dapat mensintesis (tergantung sel host nya)
 Enzim asparaginase yang merubah asparagine as. aspartat
yang mensupply sel kanker pengganti asparaginine 
menghambat sintesis protein sel.
 Indikasi: leukemia akut.
 AE: alergi, perdarahan, hepatotoxic, pancreatitis,
hyperglyangemia, GIT, depresi SSP.

PROTEIN TYROSINE KINASE INHIBITOR: obat baru pada


chemotherapy (Imatinib, Gefitinib, Sunitinib, Bortezomib, Dasatinib,
Nilotinib)
 Tyrosine kinase: berperan dalam transduksi DNA, pada
pathogenesis chronic myeloid leukemia (CML).
 Imatinib, Dasatinib, Nilotinib menghambat kerja tyrosine
kinase .
Per Oral: absorpsi baik, metabolisme enzim mikrosomal
CYP3A4, interaksi obat dengan enzim inducer/inhibitor.
Metabolit diekresi melaui GIT.
 Indikasi Chronic Myeloid Leukemia (CML), tumor GIT.
 AE: skin rash, GIT, muscle cramps, edema dan serum
transaminase naik.
 GEFITINIB & ERLOTINIB: menghambat Epidermal Growth
Factor Receptor (EGFR), Tyrosine Kinase yang berperan pada
proses malignancy.
 Indikasi: Non-Small Cell Lung Cancer yang irresponsive
terhadap first line drugs. Dosis: 250 mg/hari)
 AE: GIT, anorexia, pruritis dan skin rashes.
 Preparat
Sunitinib  Carcinoma renal dan hepatoseluler
Bortezomib  Multiple myeloma yang refrakter.

79
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
THALIDOMIDE
Sekarang digunakan untuk:
 MULTIPLE MYELOMA
Menstimulasi sel pembunuh (T-cells), menghambat
angiogenesis sel tumor, menghambat proliferasi-modulasi dan
diferensiasi hemopoetik sel tumor.
 AE: sedasi, konstipasi, neuropati periferi, syndrome carpel
tunnel.
 Lenalidomide: lebih poten tetapi lebih aman. Masih dalam
penelitian.
Monoclonal Antibodies: obat yang sedang dikembangkan kembali

HORMON PADA TERAPI KANKER (Glukokortikoid, Estrogen,


Progrestin, Androgen)
 Hormon Antagonist
Aromatase Inhibitor :
- (Exemestane, Anastrozole, Letrozole) menghambat kerja
enzim aromatase yang mengonversi androgen  estrogen
 efektif untuk kanker payudara
Aminoglotethimide & Trilastane
- menghambat konversi cholesterol
- pregnenolone (langkah awal sintesis corticosteroid)

80
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
- sintesis corticosteroid terhambat
- Indikasi: cancer payudara lanjut yang mempunyai reseptor
estrogen.
Octreotide  analog somatostatin
- Mengurangi sekresi: growth hormon, insulin, glucagon dan
hormon peptide  efektif untuk carcinoma sel Langerhan’s
pankreas.
Tamoxifen  antiestrogens
- Untuk Carcinoma mammae dengan reseptor esterogen
GnRH: leuprolide, goserelin, buserelin
- Efektif: Carcinoma prostate dan payudara, dapat
dikombinasi degan tamoxifen

Estramustine mengandung molekul: estradiol & nitrogen


mustard
- Carcinoma prostat yang tidak merespon esterogen

Antiandrogen: flutamide, bicatulamide


- Carcinoma prostat

RADIOISOTOP
 Radiophosphorus P³² for plycythemia versi A
 Radioiodine I¹³¹ for thyroid cancer
 Strontium chloride: sinar Beta untuk mencegah metastase tulang
CHEMOTHERAPY CANCER (pendekatan baru)
 Immunotoxin: Demileukin diftitox
Rekombinasi genetik interleukin-2. Untuk keganasan limfosit
(lymphomas)
 Konjugasi antibody: gemtuzumab

81
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Monoclonal antibody konjugasi dengan antibiotik (ozagamicin)
terikat pada CD33 sel tumor  DNA rusak sel mati.
Indikasi: AML relapse.

Note :
1. Haematopoeitic Growth Hormone: untuk memicu pertumbuhan pada
bone marrow (menanggulangi dampak kemoterapi yang terjadi bone
marrow)

2. Mengapa orang setelah kemoterapi biasanya pucat?


Dikarenakan bone marrow terkena dampak chemo, sehingga
eritropoeisis juga akan mengalami penurunan yang menyebabkan
seseorang pucat.

3. Untuk kanker stadium lanjut dan tidak bisa dilakukan pengobatan


kembali serta terdapat nyeri. Biasanya diberikan morfin agar pasien dapat
meninggal dengan tenang dan tidak merasakan nyeri kembali (efek
morfin)

82
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

OBAT-OBATAN PADA KEGANASAN

Obat anti kanker/sitotoksik/kemoterapi bekerja dengan bereaksi pada sel-


sel yang melalui multiplikasi cepat. Dampak yang ditimbulkan adalah
obat dapat juga mengenai sel normal yang multiplikasi cepat juga.
Contohnya sumsum tulang, epitel kulit, membrana mukosa, organ
lymphoid dan gonad

EFEK SAMPING
1. Surpresi sumsum tulang
meliputi leukopenia, anemia, thrombositopenia, aplastik anemia
2. Infeksi dan perdarahan
3. Sel pada organ yang mengalami ploriferasi
 GIT: stomatitis, esophagititis, glositis, proctitis, diare,
ulkus peptikum
 Rambut: alopesia

83
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
 Gonad: spermatogenesis, amenore
4. Efek samping yang segera muncul: mual, muntah (kira-kira 4-6
jam setelah obat masuk)
5. Hiperurecaemia
6. Teratogenic  carcinogenisitas
7. Mukosa mengalami kerusakan
RESISTENSI TERHADAP KEMOTERAPI
 Primer: bila sejak pertama kali pemberian kemoterapi tidak ada
respon
 Sekunder: dijumpai dalam masa kemoterapi, mekanisme:
1. Jumlah obat yang masuk ke sel kanker menurun
2. Akumulasi sitotoksik dalam sel kanker turun
3. Transport protein (P-Glycoprotein) mengeluarkan
kemoterapi dari sel kanker
4. Konversi kemoterapi  metabolit aktif berkurang
5. Meningkatnya inaktivasi kemoterapi
6. Meningkatnya produksi pada enzim target (DHFA
metabolit)
7. Berubahnya protein target (mutasi genetic)
PRINSIP TERAPI KANKER
 Kemoterapi  palliative dan surpressive
 Penggunaan terapi kombinasi  efek sinergis, mengurangi efek
samping dan mengurangi terjadinya resistensi sel kanker
 Ragioterapi dan pembedahan  tindakan upaya “total cell kill”
 Pada terapi kanker disertai:
Nutrisi yang baik, lindungi diri dari infeksi, kurangi rasa nyeri-
kecemasan

84
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1
Tambahan:

 Sel kanker masih dapat disembuhkan bila jumlahya kurang dari


1.000.000.000 apabila lebih itu tidak bisa disembuhkan
 Pemberian obat kanker berupa kombinasi karena mengurang
efek destruksi kanker tetapi melindungi sel host, mencegah
terjadinya resistensi sel.
 Sel kanker dan sel host sama tapi karakternya beda.
 Kanker pertumbuhannya cepat sehingga memerlukan makanan
dari bagian tubuh yang perkembangannya cepat juga seperti
rambut , sperma, mukosa. Makanya kalo orang kemoterapi
rambut gundul, cowo mengalami kemandulan, kulit tampak
menua.

85
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

TINJAUAN KLINIS KELAINAN


KONGENITAL NON GENETIK
 Non genetik penyebabnya bisa bermacam-macam, antara lain:

1. Mekanik 6. Radiasi
2. Infeksi 7. Gizi
3. Obat 8. Lainnya
4. Umur
5. Hormonal/metabolisme

 JENIS KELAINAN BAWAAN


 Malformasi: timbul sejak awal pertumbuhan
 Disrupsi: diawali pertumbuhan normal
 Deformasi: akibat tekanan mekanik
 Sekuens: anomali multipel dari kelainan tunggal
 Sindroma: anomali multipel &
kumpulan gejala

MEKANIK
1. Trauma perinatal: janin dalam kandungan 20 minggu sampai bayi usia 28
hari paska persalinan. Perinatal disini berarti disekitar proses kelahiran
(sebelum, saat, sesudah kelahiran). Rentang waktunya mulai dari 20
minggu kehamilan sampai 24 hari setelah kelahiran.

2. Defek neuromuskuler dan retardasi mental (terjadi di SSP) seperti pada


Cerebral Palsy.

3. Bentuk rongga panggul, posisi bayi dalam kandungan (sungsang,


melintang, presentasi bokong) proses kelahiran, ukuran, kualitas dan
lokasi plasenta yang tidak normal. Jika lokasi plasenta tidak sesuai bisa
saja menyebabkan menutupi jalan lahir.

4. Trauma perinatal: janin dalam kandungan 20 minggu sampai bayi usia 28


hari paska persalinan. Perinatal disini berarti disekitar proses kelahiran
(sebelum, saat, sesudah kelahiran). Rentang waktunya mulai dari 20
minggu kehamilan sampai 24 hari setelah kelahiran.

86
CATATAN ANGKATAN 2017
5. Defek neuromuskuler dan retardasi mental (terjadi di SSP) seperti pada
Cerebral Palsy.

6. Bentuk rongga panggul, posisi bayi dalam kandungan (sungsang,


melintang, presentasi bokong) proses kelahiran, ukuran, kualitas dan
lokasi plasenta yang tidak normal. Jika lokasi plasenta tidak sesuai bisa
saja menyebabkan menutupi jalan lahir.

7. Tekanan mekanik pada janin intrauterin dapat menyebabkan kelainan


bentuk dan deformitas organ. Mungkin saja bayi terjepit atau tertekan
dalam waktu yang cukup lama. Paling sering clubfoot. Jenis clubfoot ada
yang bilateral (kedua kaki mengalami abnormalitas) dan unilateral (salah
satu kaki mengalami abnormalitas).

8. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ, akan mempermudah


terjadinya deformitas.

9. Talipes pada kaki seperti: talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan
talipes equinovarus (clubfoot).

CLUBFOOT
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

INFEKSI
*kelainan kongenital karena infeksi ini disebabkan oleh adanya virus dan
parasit.
1. Infeksi selama atau jauh hari sebelum kehamilan & penyakitnya masih
aktif.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalo virus, dan Herpes symplex).

3. Infeksi pada trimester pertama dapat menimbulkan kelainan kongenital


berat dan abortus. Karena pada trimester 1 terjadi organogenesis.

4. Bayi yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi Rubella pada trimester pertama,
dapat menderita kelainan kongenital katarak, tuli, dan kelainan jantung
bawaan (e.g.: Patent Ductus Arteriosus)

RUBELLA

Microcephaly = ukuran kepala yang kecil, yang menyebabkan otak tidak


berkembang, dan kemampuan kognitifnya tidak maksimal.
1. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan
kelainan kongenital adalah infeksi virus sitomegalo & toksoplasma
(TORCH).

2. Kelainan kongenital yang mungkin dijumpai adalah gangguan


pertumbuhan pada sistem saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikrophtalmia.

88
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

HIDROSEFALUS, MIKROFTALMIA  semua penyebabnya


adalah infeksi

JAMU
1. Jamu “peluntur” yangg berpotensi menimbulkan cacat bawaan jika gagal
menggugurkan.

2. Bahan sejenis Ginkgo Biloba, untuk meningkatkan kinerja otak, terdapat


bahan alam daun biloba ini terkandung colchicine (sejenis anti gout).

3. Jamu yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik,
diduga erat hubungannya dengan kelainan kongenital, walaupun belum
banyak diteliti.

4. Pemakaian obat tranquilizer untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik


atau preparat hormon yang tidak dapat.

OBAT
1. Teratogenik
2. Thalidomide (golongan obat penidur), alkohol, methothrexate (obat untuk
penyakit keganasan), obat anti muntah, anti kejang, hormon bahkan
golongan vitamin A (asam retinoik).
3. Beberapa jenis obat yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan berhubungan dengan kelainan kongenital bayi.
4. Thalidomide, mengakibatkan amelia (anggota badan tidak tumbuh),
fokomelia (tangan dan kaki menempel langsung pada badan) dan
meromelia (pemendekan ukuran anggota badan).

89
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

MEROMELIA FOKOMELIA

UMUR
1. Sel telur sudah kelewat ranum pada ibu atau mutu sperma dari bapak yang
sudah lebih uzur.
2. Down Syndrome, bersifat genetik, berisiko dilahirkan oleh ibu yang hamil
pada usia >35 th. Semakin lanjut umur seorang ibu semakin besar
kemungkinan membuahkan anak yang berkelainan bawaan.

90
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

HORMONAL
1. Kelebihan hormon gondok (thyroid hyperactivity) berisiko melahirkan
bayi dengan cacat jantung, otak dan ginjal, selain sumbing dan kelebihan
jemari tangan atau kaki.
2. Kekurangan hormon gondok maupun kelenjar gondoknya kurang aktif,
selain kedunguan, bisa terjadi kelainan jantung.
METABOLISME (sering di ras kaukasoid)
 Dari lebih 170 kelainan bawaan, hampir semua disebabkan oleh gangguan
metabolisme asam amino tertentu, sehingga terjadi kelainan bentuk
kepala, tungkai, kelebihan ibu jari, jenis kelamin (kelamin rangkap
Hermafrodit), Spina bifida, atau penonjolan otak ke dahi, disertai dengann
gangguan mental.

 HERMAFRODIT

91
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

RADIASI
• Pada peristiwa ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang, banyak ibu
melahirkan anak cacat dalam periode paska peledakan tersebut.

GIZI
1. Ibu yang mengalami kegemukan (obesitas), kencing manis (DM) dan
darah tinggi pada kebanyakan orang gemuk berpeluang untuk melahirkan
bayi prematur atau cacat bawaan.

2. Ibu yang mengalami malnutrisi, juga dapat menyebabkan IUGR


(intrauterine growth retardation).

LAIN-LAIN
1. Polusi ozon dan gas CO di udara yang dihirup oleh ibu hamil berisiko
menimbulkan cacat jantung pada dua bulan pertama kehamilan.

2. Gas ozon dihasilkan oleh fotokimiawi ultraviolet dari cahaya matahari.


Sedang gas CO berasal dari asap mobil dan industri.

92
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

DETEKSI DAN PENCEGAHAN


KELAINAN KONGENITAL
Hukum kesehatan merupakan suatu bagian dari kesehatan
yang memberikan aturan-aturan dalam bidang kesehatan,
misalnya aturan untuk tidak boleh ada pernikahan antara laki-laki
dan perempuan yang memiliki suatu penyakit genetika seperti
thalasemia, hemophilia. Dan di Indonesia sendiri belum ada
aturan seperti itu, tetapi di xiprusaturan tersebut telah
diberlakukan karena xiprus masuk kedalam sabuk thalassemia
(lingkaran yang mengelilingi bumi dimana negara yang dilalui
sabuk tersebut memiliki banyak penyakit thalasemia)
PENYEBAB :
■ Genetik
■ Non genetik :
● Mekanik
● Infeksi
● Obat
● Umur
● Hormonal/metabolisme
● Radiasi
● Gizi
● lainnya
KELAINAN KONGENITAL GENETIK

93
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

TERATOGENIK
• Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang dapat
menyebabkan atau meningkatkan resiko terjadinya suatu kelainan
bawaan.
• Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.
DETEKSI & PENCEGAHAN
1. Deteksi :
▪ Pengenalan teratogen.
▪ ANC (USG dan amniosintesis). : dilakukan minimal 4 kali jika di
Indonesia (1 trimester I, 1 trimester II dan 2 kali pada trimester
III).
2. Pencegahan :
▪ Koreksi teratogen.
▪ Penghindaran pernikahan genetik.
PENCEGAHAN UMUM
• Kontrol kehamilan (ANC) rutin, kenali dan atasi infeksi, gizi dan
penyakit.
• Konsultasikan setiap obat yang akan diminum.
• Berhenti merokok.
• Tidak mengkonsumsi alkohol.
• Tidak menjalani pemeriksaan foto rontgen, kecuali jika sangat
mendesak. Radiasi termasuk bahan teratogen
INFEKSI
• Pada ibu hamil, infeksi juga dapat merupakan teratogen.
• Sindroma rubella kongenital : gangguan penglihatan atau
pendengaran, kelainan jantung, dan cerebral palsy.
• Toksoplasmosis : infeksi mata fatal, gangguan pendengaran,
pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral
palsy.

94
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

RUBELLA KONGENITAL

• Imunisasi MR sedang digalakkan oleh pemerintah untuk


mencegah infeksi virus rubella supaya anak 9 bulan -15 tahun
mereka kebal terhadap rubella dan menurunkan kejadian rubella
congenital beberapa tahun kedepan.
• Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan
kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan
berlangsung, dapat menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy,
gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi.
Pencegahannya dapat berupa peralihan jalan lahir, dari vagina ke
perut supaya bayi tidak terkena bakteri penyebab herpes tadi.
CEREBRAL PALSY

95
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

• Sindroma varicella kongenital : terbentuknya jaringan parut pada


otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota
gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan,
kejang dan keterbelakangan mental.
KATARAK KONGENITAL

GIZI
1. Menjaga kesehatan janin dengan mengkonsumsi gizi yang baik.
Jika gizi ibu buruk akan menyebabkan bayi terlalu kecil saat lahir.
Bisa kekurangan makro atau mikro nuttrien.
2. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina
bifida atau defek tabung saraf lain. Makanya saat ANC tidak

96
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

hanya memeriksa fisiknya tapi juga gizi ibu, biasanya ibu hamil
yang ANC akan mendapatkan tambahan tablet Fe dan asam folat.
3. Setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat
minimal sebanyak 400 mikrogram/hari
GIZI BALANCED:
1. Telur
2. Sayuran
3. Daging
4. Ikan
5. Kacang
6. Buah
7. Produk susu
SPINA BIFFIDA

FISIK RAHIM (mekanik)


1. Cairan ketuban yang terlalu sedikit, mempengaruhi pertumbuhan
paru-paru, anggota gerak tubuh, atau ginjal. Janin akan seperti
berenang didalam kandungan ibu hanya saja mereka tidak
bernapas dengan paru-paru, makan dan minum amnion (air

97
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

ketuban ) sehingga jika kurang atau berlebih akan mempengaruhi


bayi.
2. Penimbunan cairan ketuban (polihidramnion) terjadi jika janin
mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh
kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus) atau atresia
esofagus.
KONTROL KEHAMILAN
1. Minimal 4 kali :
2. Trimester I (1-12) 1x.
3. Trimester II (13-28) 1x.
4. Trimester III (29- 40) 2x.

ANENSEFALUS

GENETIK
1. Faktor genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan
bawaan, yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah
satu atau kedua orang tua.
2. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam
kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang
atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan

98
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

PEWARISAN GENETIK
Autosom dominan → hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah
satu orang tua (akondroplasia & sindroma Marfan).
AKONDROPLASIA

PEWARISAN GENETIK
• Autosom resesif
diperlukan 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua orang
tua (penyakit Tay-Sachs & kistik fibrosis).
KISTIK FIBROSIS

● X-linked
pada anak laki-laki dari gen yang berasal dari ibu, karena gen
kromosom X (hemofilia dan buta warna).

99
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

RIWAYAT KELUARGA
❖ Hemofilia terkait kromosom X manifestasi klinis pada pria,
perdarahan dipicu trauma, sedangkan wanita karier, manifestasi
klinis asimtomatik.

HEMOFILIA

TAMBAHAN :
✓ Adanya hubungan dengan Hukum Mendel, contoh kasus seperti
pada Thalasemia

100
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

✓ Salah satu tindakan pencegahan agar kelainan kongenital tidak


terulang kembali yaitu dengan tidak melakukan perkawinan,
ataupun melakukan tetapi tidak mempunyai keturunan
✓ Ada yang disebut sebagai “Sabuk Thalasemia”, negara-negara
yang dilewati sabuk tersebut memiliki angka insidensi Thalasemia
yang tinggi
✓ Salah satu faktor pencetus kelainan kongenital adalah Agen
Teratogenik → selainan melakukan pencegahan menghindarkan
diri dari agen ini perlu juga dilakukan Deteksi
✓ Salah satu contoh Deteksi adalah ANC → Hukum di Indonesia
mengatakan bahwa ANC harus dilakukan setidaknya minimal 4
kali, sedangkan setiap negara memiliki angka yang berbeda juga
→ semakin tinggi angka insidensi terjadinya Kelainan Kongenital
juga menurun seperti pada Negara Thailand ( minimal ANC
dilakukan 10 kali)
✓ Salah satu Mikronutrien yang sangat dibutuhkan pada masa
kehamilan terutama pada saat Trimester I yaitu Asam Folat →
mencegah terjadinya Defek pada sistem saraf pusat
✓ Ada suatu penelitian yang mengatakan bahwa anak memiliki
memori yang dimiliki ibunya pada saat sedang mengandung anak
tersebut → yang berarti aktivitas atau kebiasaan yang dimiliki ibu
akan diturunkan pada waktu anak tersebut sudah lahir
✓ Salah satu kelainan Kongenital yag diturunkan atau melalui
genetik adalah Fibrosis Kistik → biasaya jika adanya infeksi pada
paru-paru maupun adanya kelainan sering dicurigai sebagai akibat
dari Fibrosis Kistik
✓ Kemudian ada Kelainan Kongenital yang diturunkan terpaut
kromosom X atau X-Linked, dimana pada kasus-kasus kelainan
Kongenital yang diturunkan berdasarkan kromosom X seperti
Hemofilia juga dapat terjadi secara spontan → dalam arti pada
keturunan sebelumnya belum pernah yang mengidap Hemofilia

101
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

CANCER IMMUNOLOGY

Imunitas Tumor

Sitoplasma punya enzim lisozom yang langsung rusak.


Makrofag bisa langsung fagosit tapi harus ada mediator kimia yang mengaktifkan

Sel normal punya kromosom pada DNA, kalo ada perubahan misal ada delesi,
insersi, re-arrangement maka akan mengubah normal cell jadi abnormal 
trasformasi jadi neoplasia

Sel tumor sendiri menghasilkan peptide, dan beberapa sifat yang mendukung
untuk hidup di lingkungan yang bukan asal tumor tersebut.

Dari prostat kok bisa ke paru? Karena dia punya sifat bisa hidup tidak pada
lingkungan normal, bisa membentuk vasa sendiri, bentuk mediator kimia  tidak
mati

Sel peptida bisa diekspresikan di permukaan sel (non-self antigen). Sel asing 
host memberi perlawanan called Induce Tumor Surveillance.

Peptida bukan substansi normal dan bukan dari tubuh.

Pertahanan Pejamu Melawan Tumor

• Transformasi ganas berkaitan dengan perubahan genetik yang rumit,


yang sebagian mungkin menyebabkan ekspresi gen atau peptida yang

102
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

dianggap asing (“non self”) oleh sistem imun membuat ekspresi


pertahanan

• Erlich : dikenalinya sel tumor autolog oleh sel sistem imun mungkin
merupakan “mekanisme positif / pertahanan” yang mampu
mengeliminasi sel yang mengalami transformasi.

• Lewis Thomas dan Mcfarlane Bunnet – merumuskan konsep tersebut


dengan mengajukan istilah surveilans imun utk mengacu pada :
pengenalan dan penghancuran sel tumor “non self” tsb.

• Surveilans imun = pengenalan oleh CTL, NK, makrofag yang


menghancurkan tumor non self tadi

Pertanyaan

1. Bagaimana sifat Ag tumor ?

2. Sistem efektor pejamu mana yg dapat mengenali sel tumor ?

3. Apakah imunitas tumor efektif terhadap neoplasma yg muncul spontan


?

4. Dapatkah reaksi imun terhadap tumor dieksploitasi untuk


immunotherapy ?

Antigen Tumor

Antigenitas tumor biasanya dinilai melalui percobaan :

 Kemampuan seekor hewan untuk menolak implant tumor hidup setelah


imunisasi sebelumnya dengan sel tumor hidup/mati
 Kemampuan hewan percobaan yang sudah diberi sel T dari cell tumor
immunized bisa menghambat pertumbuhan tumor.
 Demonstrasi in vitro penghancuran sel tumor oleh sel T CD8 + sitotoksik
yang berasal dari hewan yang diimunisasi tumor

2 kategori umum

 TSAs (Tumor Specific Antigens)


Peptidanya hanya terdapat pada tumor sel, tidak pada sel
normal

103
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Berasal dari peptida yang secara unik hadir dalam sel-sel tumor
dan disajikan pada permukaan membran sel oleh molekul MHC
kelas I membangkitkan respon sel sitotoksik

 TAAs (Tumor Asscociated Antigens)


Hanya terdapat pada sel tumor dan juga terdapat pada beberapa
normal sel

TSA (Tumor Spesific Antigen)

A. Tissue Spesific Shared Antigen


 Dikodekan oleh gen yang diam di hampir semua jaringan dewasa normal
tetapi diekspresikan dalam sejumlah tumor dari berbagai tipe histologist
misal pada testis.
 Testis (tidak ada HLA): satu-satunya organ normal di mana protein
MAGE hadir  tidak dapat diekspresikan pada permukaan selnya
 MAGE = melanin antigen  tidak bisa diekpresi di permukaan normal
cells.
 Sel otak dan retina  gabisa dijadikan terapi
 Meskipun tidak khas untuk tumor individu tetapi MAGE-1 di
expressikan 37% di melanoma, cancer paru, hati, lambung, esofagus
dalam jumlah bervariasi.

104
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

B. Tissue Spesific Antigen


Terdapat pada sel normal dan sel kanker yang terdapat
tirosinase
 tirosinase di tepi supaya bisa ditangkap

 Sel normal jadi neuplasma ada beberapa perubahan gen


 Dibagi oleh sel-sel tumor dan mereka yang tidak tertransformasi normal
 MART-1, gp100, dan tirosinase
 Melanosit dan sel melanoma keduanya mengekspresikan tirosinase

C. Antigen Resulting from Mutation

 Mutasi proto onkogen dan gen supresor tumor


 P53 (sering pada serviks karsinoma) diintegrasi E6 E7 dari
hpv jadi gabisa mengendalikan diri dari tumor
 K-RAS
 CDK 4 pada colon

 Bcr-c-abl pada limfoma

105
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

D. Overexpressed Antigen

(Biasanya terjadi pada payudara dan ovarium)


antigen banyak sekali sehingga bisa diekspresi di permukaan dan
ditangkap CTL
 Karena amplifikasi gen atau mutasi lainnya
 C-erbB2 (HER-2neu): diekspresikan berlebihan
(overexpressed) dalam 30% kanker payudara dan ovarium

E. Viral Antigen

 Antigen berasal dari tumor yang berhubungan dengan virus


onkogenik
 Protein E7 dari HPV-16
 Dapat digunakan untuk Immuno Tx karena tidak diekspresikan
oleh sel normal
 Co Epstein barr: E7 dari hpv 16 ditaruh di permukaan sehingga
bisa ditangkap CTL. Hanya bisa di sel tumor jadi bisa dipake
imunoterapi atau vaksin.
 Cancer servix 99% dari HPV. Ingat map HPV, ada capsid, ada
pusat, virion. Neuron ada virion yang mengandung E6 E7 yang
berbahaya, yang integrasi ke sel epitel servix. Jadi vaksinasi

106
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

diberikan capsid (pembungkusnya) tapi tidak diberikan dg e6


e7. Inti diambil. Supaya ada antibodi terhadap HPV.

TAA

Kalau sudah berubah jadi tumor, yang tadinya tidak expressed, akan muncul lagi.

 Antigen Oncofetal/Embrio
 Biasanya dinyatakan dalam jaringan embrionik
 Bila sudah dewasa akan muncul lagi
 AFP: Protein Alpha Feto (pada hepar)
 CEA: Antigen Carcinoembryonic (pada colon)
 Digunakan sebagai penanda tumor
 Tumor marker = substansi yg pada sel” tumor akan
menyebabkan kenaikan / ekspresi dari peptida tertentu yang
juga akan disalurkan ke pembuluh kanker menaikkan kadar
substansi itu
 Protein normal <400. Cancer hati: 2000-4000.
 Salah satu penunjang diagnosa

 Differentiation antigen
 Khas terhadap kondisi diferensiasi dimana sel-sel kanker
ditangkap
 CD10 (CALLA antigen - diekspresikan oleh sel B awal,
limfoma sel B dan leukemia)
 PSA (Prostate Specific Antigen)
 β-hCG  molla, chorio apalagi ada perdarahan pada trimester
pertama
 Disajikan dalam sel neoplastic, Bcell normal, dan sel epitel
prostat jinak/ganas
 Digunakan sebagai penanda tumor. Tumor marker ingat pada
abnormal organ” tsb juga tinggi. Radang infark, keadaan tdk
normal. So dia hanya menunjang diagnose saja.
 GOLD DIAGNOSE tetap pakai PK penunjang, PA
pembuktian

107
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Mekanisme Efektor Antitumor

TSA (Tumor Spesific Antigen)


– Tissue-specific shared antigen
– Antigen resulting from
mutation
– Viral antigen
TAA (Tissue Associated Antigen)
– Tissue specific antigen
– Overexpressed antigen
– Oncofetal antigen
– Differentiation antigen

Efektor selular yang Memediasi Imunitas

 Limfosit T
sitotoksik
Peran protektif melawan
tumor terkait virus
EBV,HPV (memiliki
MHC kelas 1). Ada sel
tumor  ekspresi pada
permukaan o/ CTL mll
MHC 1  CTL akan
mengikat sehingga akan
memusnahkan sel tumor.
 NK (Natural
Killer) Cell
Limfosit yang mampu
menghancurkan sel
tumor tanpa sensitisasi
sebelumnya (setelah aktivasi dengan IL-2), termasuk banyak yang
muncul nonimmunogenic untuk sel T. NK ini tidak butuh bantuan.
Sitoplasma punya lisozom dengan membakar / melisiskan sel tumor

108
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

 Makrofag
Makrofag aktif menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel-sel tumor
in vitro. Makrofag harus diaktivasi IFN gamma, kemudian akan punya
substansi seperti TNF alfa (sebagai pengikat peptide yang ada di
permukaan).
 Antibodi
monoclonal Abo terhadap CD20, suatu permukaan sel B Ag, secara luas
digunakan untuk pengobatan limfoma

#dari noters cantik dan mempesona hehe sebelumnya kuy follow ig kita sis
@astrita_marjadi dan @yedidastephanie hehehe.

#Korektor : aku juga @keziadeodatis :)

INGAT semua jenis tumor tidak selalu sama. Misal : lung


carcinoma (adeno Ca paru). EGFR (reseptor penerima protein
dan mengatur pertumbuhan dan perkembangans sel) terjadi
mutasi mempunyai pengobatan sendiri. Punya pengobatan
sendiri yang bisa menghentikan mutasi ini sehingga ada
perbaikan atau menjadi sembuh.
Sekarang ada TARGETING TUMOR
Serkarang kita harus tau kalau terapi tumor gacuma radiasi dan
kemo, tapi juga targeting sel tumor yg sendiri”.
Di some cases, mutasi bisa lebih baik dari yang tidak mutasi
sehingga bisa diterapi dengan anti RAS.
RAS colon mutasi berkebalikan dari lung Cancer. Tidak mutasi
bisa lebih bagus. Bisa terapi dengan anti RAS mutasi.
Jadi harus tau dasarnya molekuler bahwa tiap jenis
Cancer/tumor punya sifat sendiri” terapi dikhususkan =
targeting/personalized therapy.
Cancer mamae: ada hormonal dan non hormonal dependent.
Pengobatannya beda-beda. Ada pengobatan dengan hormon
dan untuk cancer khusus yaitu pengobatannya dengan kemo
khusus.

109
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Immunosurveillance

Fakta : Peningkatan terjadinya tumor pada host imunodefiensi :

o Sekitar 5% orang dengan immunodeficient kongenital mengembangkan


kanker, sekitar 200x dari orang normal.
o Pasien transplantasi imunosupresi dan orang dengan AIDS juga
memiliki peningkatan kejadian keganasan/malignansi
o Kaposi sarkom = tumor ganas dari jaringan mesenkim terutama pada
jaringan otot. Sering pada aids.
o Sebagian besar pasien ini limfoma, sering limfoma sel B besar. Large B
cell lymphoma karena ketahanan imunitas turun. Jadi orang dengan
perawatan tumor (diradiasi, dikemo,) imun turun, jenis tumor memang
hilang tapi beberapa waktu lagi bisa timbul jenis lain JADI JANGAN
HERAN.

Mekanisme untuk lepas dari tumor immunosurveillance

1. Pertumbuhan selektif varian antigen-negatif


= antigen yang terbentuk dimatikan sendiri

2. Kehilangan atau penurunan ekspresi antigen histocompatibility


= Berkurangnya MHC 1  gbs present  gbs ditangkep CTL
3. Kurangnya costimulation
4. Imunosupresi
- agen onkogenik: radiasi pengion, bahan kimia saat kemoterapi
- Produk tumor: TGF-β (halangi pertumbuhan tumor)
- respon imun yang diinduksi oleh sel-sel tumor  aktivasi sel T
supressor
5. Apoptosis sel T sitotoksik (program cell death)
6. Tumor bisa melarikan diri dari sistem imun
7. Aktivasi supresi T cell bisa dikalahkan oleh sel tumor

110
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

GRADING AND STAGING NEOPLASMA


EFEK PADA HOST DARI RELEVAN KLINIS
Tumor bisa mempengaruhi host dengan beberapa cara yaitu :
1. Efek Non-Immunologis
2. Reaksi Immunologi
PENGARUH NON IMUNOLOGI
1. Lokasi anatomi
morbiditas / mortalitas: yaitu tumor otak menyebabkan tekanan intrakranial
meningkat. Neoplasma benigna juga bisa fatal tergantung lokasinya. Contoh:
tumor otak akan menekan jaringan sekitarnya sehingga mengganggu
sistem/organ penting dalam tubuh.
2. Local effect
Neoplasia menekan sehingga terjadi kekurangan darah -> nekrosis atau
terjadi pembentukan jaringan ikat di sekitar tumor sebagai respon terhadap
adanya tumor disebut desmoplasia jaringan.
3. Efek sistemik
hormon yang menghasilkan tumor dan substansi seperti hormone

Destruction of
surround tissue

111
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Circulation disturbances

Obstruction of hollow organ

112
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Secondary infection

Nerve pressure

Growth disturbances /ulcer

EFEK LOKAL

 Penghancuran jaringan di sekitarnya


 Gangguan sirkulasi pembuluh darah\
 Pertumbuhan pembesaran, contoh: terjadi di dekat traktus respiratorius
dan digestivus yang mengakibatkan ulkus/perlukaan
 Obstruksi organ berongga : pada dinding ruangan tertekan sehingga
ruangan bisa obstruksi/tertutup

113
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

 Infeksi sekunder
 Tekanan saraf : menekan aliran darah dan ujung-ujung saraf

EFEK SISTEMIK

Cachexia

Anemia

 Cachexia : penurunan/pengurusan tubuh


 Demam

114
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME
PENYAKIT 1
 Peningkatan BSR (tingkat sedimentasi darah)
(Basal Metabolisme Tubuh) meskipun input
makan tetap
 Ketahanan tubuh menurun
 Peningkatan kecenderungan perkembangan
thrombus. Kemampuan sel tumor -> agregrasi
trombos.

MANIFESTASI KLINIK MALIGNA

Cachexia:
Kelainan endokrin
Sindrom paraneoplastik

CACHEXIA
Cachexia adalah sindrom klinis yang sulit didefinisikan
1) Pasien dengan cachexia tingkat lanjut dicirikan oleh
anoreksia, cepat kenyang, berat badan yang berat,
lemah, anemia, dan edema.
2) Dalam bentuk-bentuk awal cachexia, fitur-fitur ini
terjadi pada tingkat variabel dan dapat berubah
keparahan selama perjalanan penyakit pasien.
3) Penurunan berat badan saja tidak mengidentifikasi
efek penuh dari cachexia pada fungsi fisik dan bukan
merupakan variabel prognostik

115
CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Profil 3-faktor (penurunan berat badan, mengurangi asupan makanan, dan


peradangan sistemik)mengidentifikasi pasien dengan kedua fungsi buruk dan
prognosis. Ketahanan hidup yang diperpendek berlaku terutama untuk pasien
cachectic dengan penyakit lokal, sehingga memperkuat kebutuhan untuk
intervensi awal.
Kerugian adiposa yang besar (hingga 80%)
jaringan dan massa otot rangka. Ditandai dengan kelemahan, penurunan berat
badan, anoreksia, anemia, infeksi, dan metabolisme meningkat.

ADENOMA ACIDOFILIK
tumor kelenjar pituitari yang ditandai oleh sel-sel yang dapat diwarnai merah
dengan pewarna asam. Gigantisme dan akromegali dapat terjadi akibat
hipersekresi hormon pertumbuhan yang disebabkan oleh adenoma acidophilic.
Tumor ini disebut juga dengan adenoma eosinofilik.

116
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

ABNORMALITAS PADA ENDOKRIN


A. Kelainan hipofisis:
1. Prolaktinoma --> amenore, infertilitas, galaktorea
2. Somatotropik (acidophilic) adenoma --> gigantisme pada anak-anak,
acromegali pada orang dewasa. Ujung ekstremitas membesar
3. Corticotropic (paling sering basophilic) adenoma --> Penyakit Cushing

B. Abnormalitas adrenokortikal:
1. sindrom adrenogenital (wajah menua), sindrom Conn terjadi
hiperaldosteronism akan terjadi hipokalemi, alkalosis, kelemahan otot,
polidipsi (sering lapar), sindrom Cushing (tumor adreno-kortikal) pada
suprarenalis.
C. Abnormalitas ovarium:
1. Tumor sel Granulosa-theca --> hyperestrinism. Contoh : Menarki lebih
awal, pertumbuhan payudara dan panggul lebih awal
2. Tumor sel Sertoli-Leydig --> produksi androgen berlebih. Contoh : dada
lebih lebar, tumbuh jambang bahkan jakun
D. Kelainan jaringan trofoblastik:
mole & choriocarcinoma -->
kelebihan hCG, mudah sekali
metastasis
ENDOCRINOPATHIES
Sindrom Cushing:
* Ca sel kecil paru-paru, ca
pankreas, tumor neural ACTH atau

117
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

substansi seperti ACTH. Moonface, mudah pendarahan, lebam, perut besar,


jambang, kumis
* Kortisol glikokortikoid yang berlebihan,
Aldosteron mineralokortikoid, androgenital corticoid
* Hiperkalsemia
Paru SCC, Ca (cancer) payudara & ginjal, leukemia sel T dewasa / limfoma,
ovarium Ca hormon paratiroid terkait peptida, TGF- α, TNF- α, IL-1
Hipoglikemia:
Fibrosarcoma, sarkoma lain, insulin LCC, atau zat mirip insulin
Sindrom karsinoid:
Adenoma bronkus (karsinoid), Ca pankreas, lambung Ca> serotonin, bradikinin,
histamin (?).
Ca = cancer

Bradikardi, urtikaria
Polycythemia:
Renal Ca, hemangioma cerebellar, LCC>
erythropoietin
Sindrom saraf dan otot

Myasthenia: imunogenisasi kronik bronkogenik.


Gangguan sistem saraf pusat & perifer: payudara Ca -->imunologI

118
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Gangguan dermatologis

Acanthosis nigricans: Ca lambung, Ca paru

kista uterus adalah kulit yang coklat sampai hitam, tidak terdefinisi dengan baik,
hiperpigmentasi beludru. Biasanya ditemukan di lipatan tubuh, seperti lipatan
posterior dan lateral leher, ketiak, selangkangan, pusar, dahi, dan area lainnya.

Dermatomiositis: Ca bronchogenic, payudara Ca>immunologic (?)


Dermatomyositis adalah kondisi yang ditandai dengan ruam yang mendahului
atau menyertai kelayuhan otot.

119
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Perubahan osseus, artikular, dan jaringan lunak


Osteoarthropathy Hypertrophic dan jari-jari clubbing: Cabronkogenik

Perubahan vaskular dan hematologi

Trombosis vena (Fenomena Trousseau):


Ca pankreatik, Ca bronkogenik, kanker lainnya -> produk tumor (musin yang
mengaktifkan pembekuan)
Endokarditis trombotik nonbakterial: kanker
lanjut -> hiperkoagulabilitas.

120
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Anemia: neoplasma timus>? (tidak diketahui)


Lainnya
Sindrom nefrotik: berbagai kanker ->
antigen tumor, kompleks imun

Moon face, mudah pendarahan, lebam, perut besar, jambang, kumis secara
imunologik.
1. Prolaktinoma adalah tumor jinak (adenoma) dari kelenjar pituitari yang
menghasilkan hormon yang disebut prolaktin. Itu adalah Amenorea terbanyak

121
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

2. Galaktorrhea (jarang terjadi pada pria)


3. Loss rambut ketiak dan kemaluan
4. Hypogonadism, ginekomastia, disfungsi ereksi (pada laki-laki)
5. Tipe umum tumor hipofisis. Gejala prolaktinoma disebabkan oleh terlalu
banyak prolaktin dalam darah (hiperprolaktinemia).

SINDROM PARANEOPLASTIC
A. Kompleks simtom pada pasien dengan kanker yang tidak mudah dijelaskan,
baik oleh penyebaran tumor secara lokal atau jauh atau oleh elaborasi hormon
yang berasal dari jaringan tempat tumor tersebut muncul.
B. Incidence: 10% pasien dengan keganasan lanjut

SINDROM PARANEOPLASTIC (PENTING!!!)


Sindrom paraneoplastik adalah suatu sindrom yang terjadi karena suatu
keganasan dalam tubuh yang mempunyai kemampuan mengeluarkan
hormon/hormon lain/mediator kimia sehingga terjadi sindrom yang tidak
ada hubungan dengan jumlah dan jenis tumor.

SINDROMPARANEOPLASTIC
Penting untuk mengenali beberapa masalah:
1. Manifestasi awal dari neoplasma okultisme/belum terlihat
2. Pada pasien: dapat mewakili masalah yang signifikan dan bahkan mungkin
mematikan
3. Mereka mungkin meniru penyakit metastasis dan karena itu mengacaukan
pengobatan

122
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

STAGING DAN GRADING


Stadium kanker didasarkan pada ukuran lesi primer, luasnya menyebar ke
kelenjar getah bening regional, dan ada atau tidak adanya metastasis yang
ditanggung darah.

Grading kanker didasarkan pada derajat diferensiasi sel tumor dan jumlah
mitosis (berkorelasi dengan agresivitas tumor). Grading berkaitan dengan
Histologi.

STAGING (lebih ke arah klinis)


Pementasan menggambarkan tingkat atau keparahan kanker seseorang.
Mengetahui stadium penyakit membantu dokter merencanakan perawatan dan
memperkirakan prognosis orang tersebut.
Sistem pementasan untuk kanker telah berevolusi dari waktu ke waktu dan terus
berubah ketika para ilmuwan belajar lebih banyak tentang kanker.
Sistem pementasan TNM didasarkan pada ukuran dan / atau jangkauan
(jangkauan) tumor primer (T), apakah sel kanker telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dekatnya (regional) (N), dan apakah metastasis (M), atau
penyebaran kanker ke bagian lain dari tubuh, telah terjadi.
Pemeriksaan fisik, prosedur pencitraan, tes laboratorium, laporan patologi, dan
laporan bedah memberikan informasi untuk menentukan stadium kanker.

123
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

ELEMEN DARI STAGING


-Tempat tumor primer dan jenis sel (misal: Adenocarcinoma, karsinoma sel
skuamosa)
-Ukuran dan / atau luas tumor (jangkauan)
-Keterlibatan kelenjar getah bening regional (penyebaran kanker ke kelenjar
getah bening di dekatnya)
-Jumlah tumor (tumor primer dan adanya tumor metastatik, atau metastasis)

SISTEM TNM
1. Tumor Primer (T) TX: Tumor primer tidak dapat dievaluasi T0: Tidak ada
bukti tumor primer Tis: Karsinoma in situ (CIS; sel-sel abnormal hadir tetapi
belum menyebar ke jaringan tetangga; meskipun bukan kanker, CIS dapat
menjadi kanker dan kadang-kadang disebut kanker preinvasive) T1, T2, T3, T4:
Ukuran dan / atau tingkat tumor primer
2. Regional Lymph Nodes (N) NX: Nodus limfatik regional tidak dapat
dievaluasi N0: Tidak ada kelenjar getah bening regional yang terlibat N1, N2,
N3: Derajat keterlibatan kelenjar getah bening regional (jumlah dan lokasi
kelenjar getah bening)
3. Metastasis Jauh (M) MX: Metastasis Jauh tidak dapat dievaluasi M0: Tidak
ada metastasis jauh M1: Metastasis jauh ada

124
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

TNM =

T(Tumor)N(Nodule)M(Metastasis)

125
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Astler-Coller

Staging Derajat Ca usus


A. hanya di mukosa
B1. Sampai di submukosa /otot tanpa metastase
B2. Sampai di serosa /otot tanpa metastase
C1. Sampai di submukosa + 1
C2. Sampai di otot + 1, metastase mesenterium
D. sampai paru, sumsum, otak

126
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Karsinoma in situ

Seluruh lapisan agak normal

Well Grade Squamous Cell Carcinoma (wujud tubuler/seperti kelenjar). Mampu


membentuk masa keratin dan squama terlihat.

Tejadi proliferasi banyak, sel-sel yang baik hanya 1 lapis, uniform, pure
adenoma. Namun pada tiroid bila sudah ke pembuluh darah atau kapsul maka
sudah adenokarsinoma.

Adenokarsinoma : sudah merupakan sarang sarang tumor epitelial yang tubuler


tetapi sel polimorfi, berlapis-lapis, inti hiperkromasi

127
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

Moderate to poorly grade Squamous Cell Carcinoma (padat, bentuk tidak


beraturan, tidak ada keratin pearl)
 1 sel dengan sel yang lain terlihat jembatan seluler : moderate
 Sudah padat, antar sel atipi polimorfi : poorly grade
Pemeriksaan laboratorium : terjadi perubahan kadar
hormon/antigen/enzim/musin yang pada tubuh normal tidak ada.

128
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017
BLOK 2.08 WEEK 3 | PATOMEKANISME PENYAKIT 1

TUMOR MARKER / PETANDA TUMOR

MARKER TUMOR
Hormon
-HCG (Human Chorionic Tumor trofoblastik dan testis non-
Gonadotropin) seminoma
-Kalsitonin Ca medular tiroid
-Katekolamin dan Metabolit Feokromositoma dan tumor yang
- Hormon Ektopik berhubungan
Antigen onkofetal Paraneoplastic syndrome
-Alfa-fetoprotein
- CEA HCC, tumor testis sel benih non
Isoenzim seminomatosa
-Prostatic Acid Phosphatase Ca kolon, pankreas paru gaster,
- Neuron Specific Enolase (NSE) mamae
Protein spesifik
-Imunoglobin CaProstat
- PSA Ca sel kecil paru, neuroblastoma
Musin & Glikoprotein lain
-CA-125 Mieloma multipel dan gamopati lain
-CA-19-9 Ca Prostat
-CA-15-3
Caovarium
CaKolon,pankreas
Ca mama
Normal alfa fetoprotein 400 kebawah.

Screener’s Word:

“There is no substitute for hard work. Never give up. Never stop
believing. Never stop fighting.”
-Self believe and hard work will always earn you success-

Semangat ya kalian buat UB terakhir di semester ini, semoga kita semua


bisa dapet hasil yang memuaskan guys!

129
CABUL : CATATAN ANGKATAN 2017

Anda mungkin juga menyukai