Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI
TUGAS MATA KULIAH MIKROBIOLOGI
DOSEN : SHANTI HEKMAWATI.,S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb

Oleh :

Kelompok 1
Nama NPM Nama NPM
A.A.Istri Alit Ardani L0450462105058 Emy Yunitasari L0450462105011
Ai Kusmiati L0450462105059 Euis Siti Muniroh L0450462105090
Anah L0450462105060 Gina Hardiati L0450462105091
Ani Rahmiati Grethania Meylani
L0450462105081 Suparman L0450462105092
Asriani Rustian L0450462105082 Hanip Nur Rochayati L0450462105093
Dede Humairoh L0450462105083 Ice Maryani L0450462105094
Denden Ika Ernawati
Shoryatiningsih L0450462105084 L0450462105095
Dina Rosdiana L0450462105085 Leni arianti L0450462105096
Dini Lesmana Lilis Marlina
Sukmawati L0450462105086 L0450462105097
Diny Lestari Slamet L0450462105087 Lisnawati Takaba L0450462105098
Erli Suhaeti L0450462105088 Nenden Siti Sa'adah L0450462105099
Erna Nurhayati L0450462105089 Neneng Hikmat Hijriyah L0450462105100

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini, kami mempersembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang


berjudul “Pencegahan Infeksi”. Dasar penulisan dilakukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi.

Akhirnya, Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari


kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah
ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua serta memperoleh ridho dari Allah SWT.

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB 1 PENDAHULUAN.. 1

1.1      Latar Belakang. 1

1.2      Rumusan Masalah. 1

1.3      Tujuan. 1

BAB II PEMBAHASAN.. 2

2.1      Introduksi Dan Kewaspadaan Baku Pencegahan Infeksi 2

2.2      Kesehatan Dan Kebersihan Tangan,  Serta Sarung Tangan. 5

2.3      Perlengkapan Perlindungan Diri 7

2.4      Antisepsi Tindakan/Bedah. 8

2.5      Budaya Aman Di Ruang Operasi 10

2.6      Pengelolahan Sampah. 11

BAB III PENUTUP. 14

3.1      Kesimpulan. 14

3.2      Saran. 14

DAFTAR PUSTAKA.. 15

 
BAB 1

PENDAHULUAN

 
1. Latar Belakang

Prinsip dasar tindakan pencegahan adalah cuci tangan secara


benar, penerapan aseptic antiseptic, dan penggunaan alat
pelindung pribadi dalam upaya mencegah transmisi mikro
organisme melalui darah dan cairan tubuh (Anwar, 2005). Adapun
upaya pokok pengendalian infeksi dan penularan penyakit adalah
tindakan pencegahan infeksi dan penularan penyakit dengan cara
memantau dan meningkatkan perilaku petugas dalam menerapkan
prosedur tindakan pencegahan universal (Pulungsih, 2004).

Kamar bedah merupakan suatu unit  khusus di rumah sakit


tempat melakukan tindakan pembedahan. Berbagai prosedur
pembedahan dan tindakan invasive memungkinkan perawat
terpapar dengan kuman yang berasal dari pasien melalui darah
dan cairan tubuh yang  mengandung darah (Anwar, 2005).
2. Rumusan Masalah

1. Introduksi pencegahan infeksi dan kewaspadaan baku


2. Kesehatan dan kebersihan tangan serta sarung tangan
3. Perlengkapan perlindungan diri
4. Antisepsis tindakan/bedah dan budaya aman di ruang operasi
5. Pengelolaan sampah
 Tujuan

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang introduksi pencegahan


infeksi dan kewaspadaan baku
7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kesehatan dan kebersihan
tangan serta sarung tangan
8. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengerti tentang perlengkapan
perlindungan diri
9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang antisepsis tindakan/bedah
dan budaya aman di ruang operasi
10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengelolaan sampah.

 
BAB II

PEMBAHASAN

 
 Introduksi Dan Kewaspadaan Baku Pencegahan Infeksi

 
1. Introduksi Pencegahan Infeksi

Istilah definisi (teknik aseptik), antisepsis, dekontaminasi, pembersihan,


disinfeksi, disinfeksi tingkat tinggi, dan sterilisasi sering kali
membingungkan. Untuk tujuan panduan ini, definisi-definisi berikut ini
yang digunakan :
1. Antisepsi,.Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,
selaput lendir, atau duh tubuh lainnya dengan menggunakan bahan
antimikrobial (antiseptik).
2. Asepsis dan teknik aspetik, Suatu istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering
menyebabkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ke
tingkat aman atau membasmi jumlah mikroorganisme pada
permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan objek mati (alat-alat
bedah dan barang-barang yang lain).
3. Dekontaminasi, Proses yang membuat obyek mati lebih aman
ditangani staf sebelumdibersihkan (umpamanya, menginaktifasi
HBV, HBC, dan HIV serta menurunkan, tetapi tidak membasmi
jumlah mikroorganisme lain yang mengkontaminasi). Idealnya, alat
bedah yang kotor, sarung tangan, dan bahan lain harus selalu
ditangani oleh staf yang memakai sarung tangan atau menggunakan
cunam.
4. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT),Proses yang menghilangkan semua
mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda
mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan disinfektan
kimia.
5. Pembersihan, Proses secara fisik menghilangkan semua debu,
kotoran, darah, atau duh tubuh lain yang tampak pada objek mati
dan membuang sejumlah besar mikroorganisme untuk mengurangi
risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda
tersebut
6. Sterilisasi, Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada
benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoklaf), panas
kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.

Pencegahan infeksi pada umumnya bergantung pada penempatan


pembatas antara orang yang rentan (orang yang kurang mendapat
perlindungan alamiah atau diperoleh) dan mikroorganisme. Pembatas
pelindung adalah proses-proses fisikal mekanikal atau kimiawi yang
dapat membantu mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi dari :
1. Orang-orang (pasien, klien petugas kesehatan, atau petugas
kesehatan); dan/atau
2. Peralatan, instrumen dan permukaan lingkungan sekitar manusia.

 
1. Kewaspadaan Baku

Komponen Utama :
1. Cuci tangan
2. Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi
3. Segera setelah melepas sarung tangan
4. Di antara sentuhan dengan pasien
5. Sarung tangan
6. Bila kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, dan bahan yang
terkontaminasi
7. Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka
8. Masker, kaca mata, masker muka
9. Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung,
dan mulut saat kontak dengan darah dan duh tubuh.
10. Baju pelindung
11. Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan duh tubuh.
12. Cegah pakaian tersebut selama tindakan klinik yang dapat
berkontak langsung dengan darah atau duh tubuh
13. Kain
14. Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
15.Jangan lekukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan
pasien.
16. Peralatan perawatan pasien
17.Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah
kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah
kontaminasi pada pakaian dan lingkungan.
18. Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
19. Pembersihan lingkungan
20. perawatan rutin, pembersihan dan disinfeksi peralatan dan
perlengkapan dalam ruang peralatan pasien
21. Instrumen taja
22. Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
23. Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai
24. Hindari pembengkokan, mematahkan, atau memanipulasi jarum
bekas dengan tangan
25. Masukkan instrumen tajam ke dalam tempat yang tidak tembus
tusukan.
26. Resusitasi pasien
1. Gunakan bagian mulut, kantong resusitasi atau alat ventilasi
yang lain untuk menghindari resusitasi atau alat bentilasi yang
lain untuk menghindari resusitasi dari mulut ke mulut.
27. Penempatan pasien
28. Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang
pribadi
29. Gunakan pembatas fisik (kaca mata pelindung, masker muka, dan
celemek) terhadap kemungkinan percikan duh tubu (sekresi dan
ekskresi) yang muncrat dan tumpah, (misalnya saat membersihkan
instrumen dan benda lainnya)
30. Gunakan antiseptik untuk membersihkan kulit atau selaput lendir
sebelum pembedahan pembersihan luka, atau pencucian tangan
sebelum pembedahan dengan antiseptik berbasis alkohol.
31. Gunakan praktik keselamatan kerja, seperti jangan memasang
kembali penutup jarum atau membengkokkan jarum, dan menjahit
dengan jarum tumpul.
32. Pembuangan sampah terinfeksi ke tempat yang aman untuk
melindungi dan mencegah penularan atau infeksi kepada
masyarakat.
33. Proses semua peralatan, sarung tangan, dan benda lainnya yang
telah dipakai dengan dekontaminasi dan dibersihkan secara
menyeluruh, kemudian desterilkan atau diinfeksi tingkat tinggi
(DTT) sesuai dengan prosedur yang dianjurkan.

 
 Kesehatan Dan Kebersihan Tangan,  Serta Sarung Tangan

 
1. Cuci Tangan

Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara


mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara. Cucu tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya
dengna cuci tangan menggunakan sabun anti mikrobial (Pereira, Lee
dan Wade 1990).

Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum :


 Memeriksa (kontak langsung) dengan psien; dan
 Memakai sarung tangan bedah steril atau DTT sebelum pembedahan
atau sarung tangan pemeriksaan untuk tidakan rutin, seperti
pemeriksaan panggul.

Cuci tangan sebaiknya dilakukan setelah :


 Situasi tertentu di mana kedua tangan terkontaminasi, seperti :
1. Memegang instrumen yang kotor dan alat lainnya.
2. Menyentuh selaput lendir darah, atau duh tubuh lainnya (sekresi
atau sekresi)
3. Kontak yang lama dan intensif dengan pasien.
4. Melepaskan sarung tangan.

Untuk mendorong cuci tangan, pengelola program harus melakukan


segala  upaya menyediakan sabun dan suplai air bersih terus-menerus
baik dari kran atau ember dan lap pribadi.

Langkah-langkah untk mencuci tangan rutin adalah:

Langkah 1 : basahi kedua belah tangan

Langkah 2 : gunakan sabun biasa (bahan antiseptik tidak perlu)

Langkah 3 : gosok dengan keras seluruh bidang permukaan tangan dan


jari-jari bersama sekurang-kurangnya selama 10 hingga 15 detik, dengan
memperhatikan bidang dibawah kuku tangan dan di antara jari-jari.

Langkah 4 : bilas kedua tangan seluruhnya dengan air bersih.

Langkah 5 : keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan


gunakan lap untuk mematikan keran.

Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak di tempat basah


dan di air yang menggenang maka :
 Apabila sabun batangan digunakan, sediakan sabun batangan yang
berukuran kecil dalam tempat sabun yang kering.
 Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah
ditambahhkan bahan antiseptik seperti detol atau savlon, karena
mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan
seperti ini.
 Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih
ada isinya., “penambahan” ini dapat menyebabkan kontaminasi
bakteri pada sabun yang baru dimasukkan.
 Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran
yang dapat dematikan sementara menyabuni kedua tangan dan buka
kembali untuk membilas atau gunaka ember dan kendi/teko.

1. Penggunaan Sarung tangan

Walaupun telah berulang kali terbukti sangant efektif mencegah


kontaminasi pada tangan petugas kesehatan (Tenosis, dkk, 2001),
sarung tangan tidak dapat menggantikan perlunya cuci tangan.

Sarung tangan pemeriksaan atau sarung tangan rumah tangga harus


dipakai bilamana :
1. Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh
lainnya, selaput lendir, atau kelit yang terluka
2. Akan melakukan tidakan medik invasif (misalnya pemasangan alat-
alat vaskular seperti intra-vena perifer);
3. Akan membersihkan sampah terkontaminasi memegang permukaan
yang terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :


1. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif
atau pembendahan.
2. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas
kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
3. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memroses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan terkontaminasi.

 
 Perlengkapan Perlindungan Diri

 
 Sarung tangan,melindungi tangan dari bahan infeksius dan
melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat
ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah
penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu
pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang
 Masker, harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian
bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke
dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
 Respirator, adalah masker jenis khusus, disebut resporator partikel,
yang dianjurkan dalam situasi memfilter udara yang ditarik napas
dianggap sangat penting (umpamanya dalam perawatan orang denga
turbekulosis paru
 Pelindung mata,melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau
cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata.
 Kap,dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit
rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus
cukup besar untuk menutup semua rambut.
 Gaun penutup,dipakai untuk menutupi baju rumah. Pemakai utama
dari gaun penutup adalah untuk melindungi pakaian petugas
pelayanan kesehatan. Gaun penutup biasanya terdiri dari celana,
piama dan baju
 Gaun bedah, pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat diabdomen dan lengan dari staf
perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.
 Apron,yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas
tahan air di bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron harus
dipakai kalau sedang membersihkan atau melakukan tindakan
dimana darah dan duh tubuh diantisipasi akan tumpah (umpamanya
sewaktu seksio atau persalinan pervaginam,
 Alas kaki,dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda
tajam atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes
pada kaki. Untuk alasan ini sandal atau sepatu terbuat dari bahan
empuk (kain) tidak dapat diterima.

 
 Antisepsi Tindakan/Bedah

Antisepsis. Proses pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit,


selaput lendir, atau jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan
antimikroba (antiseptik). Bahan antiseptik atau bahan antimikroba
adalah Bahan kimia yang dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya
dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik sementara
maupun menetap) sehingga mengurangi jumlah bakteri seluruhnya.
Contohnya alkohol (etil dan isopropil), cairan yodium, iodofor,
klorheksidin, dan triklosan.

 
1. Pilihan Antiseptik

Antiseptik digunakan untk menghilangkan mikroorganisme tanpa


menyebabkan rusaknya atau teritasinya kulit atau selaput lendir
(mukosa) ketika ia digunakan. Selain itu, beberapa larutan antiseptik
mempunyai efek residu, artinya proses penghancuran terus berlanjut
selama satu waktu setelelah diberikan pada kulit atau selaput lendir.

Antiseptik yang paling sering digunakan adalah klorheksidin glukonat,


yang terdapat dalam Hibitane® Hibiscrub®, dan iodofor terdapat dalam
Betadine®, dan Wescodyne®. Tidak terdapat dalam daftar Tabel 6-1
adalah Savlon®, yang mengandung klorheksidin.

 
1. Penggunaan Antiseptik
2. Kebersihan Tangan

Sabun anti kuman atau deterjen tidak lagi efektif dibandingkan sabun
biasa dan air bersih untuk mengurangi risiko infeksi saat digunakan
untuk cuci tangan, meski kualitas airnya bagus. Misalnya, air yang
mengandung sejumlah partikel (membuat air menjadi keruh) atau
terkontaminasi, tidak boleh digunakan untuk membasuh tangan
sebelum pembedahan.
2. Pembersihan Kulit Sebelum Tindakan/Prosedur Bedah
Meski kulit tidak dapat disterilkan, pemberian larutan antiseptik bisa
meminimalkan jumlah mikroorganisme yang dapat mengontaminasi
luka bedah dan menyebabkan infeksi.

 
1. Penyimpanan dan Pengeluaran Antiseptik

Mikroorganisme yang mengontaminasi larutan antiseptik meliputi


Stafikolokus epidermis dan aureus, gram-negatif basili,. Bahan
antiseptik yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi subsekuen
saat digunakan untuk mencuci tangan atau untuk kulit klien.

Berikut ini adalah pencegahan terhadap kontaminasi larutan antiseptik :


 Kecuali hanya tersedia dalam jumlah kecil, tuangkan antiseptik ke
dalam tempat kecil yang bisa digunakan kembali untuk pemakaian
sehari-hari. Hal ini untuk melindungi penguapan dan kontaminasi.
 Buatlah jadwal yang teratur untuk menyiapkan larutan baru dan
membersihkan tempat yang dapat digunakan kembali.Jangan
“mengisi ulang” dispenser antiseptik.
 Cuci tempat yang bisa dipakai kembali secara menyeluruh dengan
sabun dan air bersih, bersihkan dengan air mendidih apabila ada
dan keringkansebelum diisi kembali.
 Beri tanggal setiap tempat antiseptik yang akan digunakan kembali,
setelah dicuci, dikeringkan dan diisi.
 Konsentrat larutan antiseptik (yang belum diencerkan) harus
disimpan dalam daerah yang sejuk dan gelap. Jangan terkena sinar
matahari langsung atau panas yang berlebihan (misal di atas rak
dalam bangunan beratap seng).
 Budaya Aman Di Ruang Operasi

Kamar operasi adalah salah satu lingkungan yang paling berbahaya


dalam sistem layanan kesehatan .

Mencegah infeksi setelah tindakan operasi adalah sebuah proses


kompleks yang bermula di kamar operasi dengan mempersiapkan dan
mempertahankan lingkungan yang aman untuk melakukan
pembedahan. Teknik – teknik spesifik yang di butuhkan untuk membuat
dan mempertahankan asepsis dalam pembedahan dan membuat
lingkungan pembedahan lebih aman mencakup hal berikut ini :
 Pertimbangan pasien : membersihkan kulit pra oprerasi, antisepsis
kulit, dan menutup luka.
 Pertimbangan staf pembedahan : kebersihan dan kesehatan tangan
(cuci tangan atau penggosok tangan dan menggosok tangan untuk
pembedahan dengan produk – produk anti septik berbahan dasar
alkahol tanpa air); menggunakan dan melepaskan sarung tangan dan
pakaian bedah.
 Pertimbangan persiapan ruang dan peralatan : arus lalu lintas dan
pola aktivitas seperti praktik rumah tangga dan dekontaminasi,
pencucian atau desinfeksi tingkat tinggi instrumen, sarung tangan
dan unsur lainnya.
 Pertimbangan lingkungan : mempertahankan lapangan oprasi
aseptik dan mempergunakan teknik praktis dan oprasi yang lebih
aman.

1. Lingkungan pembedahan

Kamar operasi mempunyai karakteristik khusus yang dapat


meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas sering
menggunakan dan menyerahkan instrumen benda – benda tajam tanpa
melihat. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan untuk melihat apa
yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah tim (perawat
instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat
mempercepat dan menambah stres, kecemasan, kelelahan, frustasi dan
kadang – kadang bahkan kemarahan.
1. Instrumen yang dapat menyebabkan luka.

Sebagaian besar luka yang disebabkan oleh benda tajam di rumah sakit
terjadi dikamar operasi, dan sebagian besar oleh pisau dan jarum jahit
karena kedua benda tajam ini paling koyak mengakibatkan paparan
terhadap darah. Instrumen lain yang pentin adalah :
1. Jarum hipodermik
2. Jahitan
3. Trokar laparoskopi dan drain
4. Mata bor bedah tulang, skrup, pin, kawat, dan gergaji
5. Jarum kauter
6. Hak gigi dan duk klem
7. Cunam mosquito tajam dan gunting tajam
8. Pinset bergigi
9. Tenakulum dengan gigi tajam

 
 Pengelolahan Sampah

1. Definisi

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak di


senangi, atau sesuatu yang di buang berasal dari kegiatan manusia.
Macam – macam sampah :Sampah Medis ( sampa kering dan sampah
basah ) dan Sampah Non Medis.
1. Tujuan Pengelolaan Sampah :
2. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
3. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan..
4. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
5. Membuang bahan – bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif)
dengan aman.

 
1. Macam – macam Sampah
2. Sampah kering

(jarum, kapas, kasa, pembalut, vial, skalpel, dan semprit/spuit)

Cara penggunaan :
1. Di bakar dalam incinetor
2. Sisa pembakaran (abu/benda – benda tajam yang tidaak bagus
dalam pembakaran) ditanam dalam lubang tertutup.
3. Sampah benda tajam
Adalah objek atau alat yang memiliki sdut tajam, sisi, ujung/bagian
menonjol yang dapat memotong/menusuk kulit. Macam – macam benda
tajam : jarum, perlengkapan intravena, pipet, pecahan gelas, pisau
bedah, dan lain – lain.
1. Cara membuang benda – benda tajam sebagai berikut :
2. Jangan menyarungkan kembali penutup/melepaskan jarum semprit
3. Untuk dekontaminasi setelah digunakan, celupkan ujung jarum
dalam larutan klorin 0,5%, hisap dan semprotkan 3x
4. Masukkan benda – benda tajam tersebut dalam wadah yang tahan
tusukan, misal kotak kardus tebal, botol plastik/kaleng berpenutup.
Bukan penutup harus cukup lebar untuk mudah memasukkan benda
– benda tersebut, tetapi cukup kecil agar sukar untuk di keluarkan
lagi.
5. Jika wadah sudah terisi ¾, pindahkan di area tindakan untuk di
buang.
6. Cara membuang wadah benda – benda tajam :
7. Pakailah sarung tangan rumah tangga yang tebal.
8. Jika kontainer sudah ¾ penuh, tutup, sumbat/plaster dengan rapat.
Pastikan tidak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar wadah.
9. Buanglah wadah benda tajam tersebut secara dibakar, enkapsulasi,
atau dikubur
10. Lepaskan sarung tangan tersebut
11. Cuci tangan dan keringkan dengan kain/handuk bersih/alat
pengering laiinya.
12. Sampah Basah

Sampah basah disebut juga sampah cair terkontaminasi. Macam –


macam sampah basah yaitu jaringan, darah, tinja, urin, dan duh tubuh
lainnya. Cara Pembuangan Sampah Basah :
1. Pakai PPD (sarung tangan Rumah Tangga, kaca mata perlindungan
dan celemek plastik) sewaktu menangani dan mengangkut sampah
cair.
2. Hati – hati tuangkan sampah cair ke wastafel/ kedalam toilet dan
siramlah dengan air untuk membuang sisa sampah. Hindari
Percikan air.
3. Jika sistem pembuangan kotoran tidak tersedia, buanglah sampah
cair tersebut dalam wadah tertutup, jangan di buang ke saluran
terbuka.
4. Wadah bekas cair di dekontaminasi dengan menambahkan larutan
klorin 0,5% selama 10 menit sebelum di cuci.
5. Lepaskan sarung tangan (cuci setiap hari/apabila terlihat kotor dan
keringkan)
6. Cuci tangan dan keringkan/gunakan penggosok tangan antiseptik.

BAB III

PENUTUP

 
 Kesimpulan

Pengertian prinsip pencegahan infeksi.

Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko


penularan infeksi mikro organisme dari lingkungan klien dan tenaga
kesehatan ( Nakes ).

Infeksi adalah interaksi anti mikroorganisme dengan penjamu rentan


yang terjadi melalui kode transmisi, mikroorganisme dapat terjadi
melalui darah, udara, kontak langsung kuman tertentu.

Tujuan :
 Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan.
 Mengurangi terjadinya infeksi
 Memberikan perlindungan terhadap klien, nakes Aplikasi
Kewaspadaan Standar
 Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi
 Membudayakan cuci tangan
 Menggunakan barier protektif (misalnya: sepatu, masker, kacamata,
gaun bedah, sarung tangan)
 Penggunaan aseptik dan antiseptic

 
 Saran

1. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.


2. Jagalah alat dari dekontaminasi lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

 
Tietjen, Linda dkk. 2004. Pencegahan Infeksi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

NounaGhieta.2011http://agustinprasetyaningati.blogspot.com/
pencegahan-infeksi.html. (29September 2011)

Anne Ahira 2010 http://www.anneahira.com/limbah-medis.http (27


Agustus 2010)

Anda mungkin juga menyukai