Anda di halaman 1dari 11

EVINDENCE BASED DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

ESSAY
PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PELAYANAN KB (KELUARGA BERENCANA)

PUTU GITA YUSTISIANI


21089153007

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBULELENG
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga essay yang berjudul “Pencegahan
Infeksi Pada Pelayanan KB (Keluarga Berencana)” dapat diselesaikan
dengan lancar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Putu Dian Prima Kusuma
Dewi, S.ST., M.Kes. Selaku dosen mata kuliah EBP (Evidence-Based
Practice). Penulis menyadari essay ini masih jauh dari sempurna. Maka dari

itu penulis menerima saran dan kritik dari pembaca. Penulis ucapkan
terimakasih kepada semua narasumber yang sudah membantu dalam
pembuatan essay ini.
Akhir kata semoga essay ini bermanfaat dan menambah wawasan
bagi penulis dan juga pembaca.

Singaraja, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengatar...................................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
BAB I Hasil Kajian............................................................................................................1

ii
BAB I
HASIL KAJIAN

PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PELAYANAN KB (KELUARGA BERENCANA)

1.1 Pencegahan Infeksi


A. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan hidup
dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari
reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau berpindah. Penyebaran
mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam
kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit.
B. Pengertian pencegahan Infeksi
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah
upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan(Permenkes RI
No.27 Tahun 2017 ).

1.2 Keluarga Berencana (KB)


A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana atau KB adalah program skala nasional untuk menekan
angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara. Program KB
juga secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan, kestabilan, dan kesejahteraan
ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia diatur
dalam UU N0 10 tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

1
B. Jenis-jenis KB

Jenis-jenis metode kontarsepsi diantaranya:

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

3. Senggama terputus

4. Metode barier

5. Kontrasepsi kombinasi

6. Kontrasepsi progestin

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

8. Kontrasepsi mantap

(YBPSP, 2006 )

Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat mencapai tiga persen.
Catatan terbaru melaporkan bahwa angka kelahiran total di Indonesia berhasil diturunkan
dari 2,6 anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4 anak per wanita pada 2017. Penurunan
tren ini sejalan beriringan dengan semakin meningkatnya jumlah pemakaian alat
kontrasepsi (alat KB) dari 62% pada tahun 2012 menjadi 66 persen hingga 2017 silam.

Namun meski angka total kelahiran dinyatakan menurun, angka tersebut


diakui oleh KBBN belum mencapai sasaran Renstra (Rencana Strategis) yang bertujuan
untuk menurunkan TFR hingga 2,28 anak per wanita.

Itulah kenapa pemerintah berencana untuk kembali melanjutkan kampanye


program Keluarga Berencana demi mencapai target tersebut pada akhir 2019.

2
1.3 Tujuan Pencegahan Infeksi Saat Pelayanan Kontrasepsi

A. Melindungi klien dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit infeksi.

B. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan kontrasepsi
AKDR, suntik, suusk, dan kontrasepsi mantp.

C. Menurunkan resiko transmisi penyakit menular, seperti : Heptitis B dan HIV/AIDS,


baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.

Pelaksanaan kewaspadaan standar :

a) Anggap setiap orang dapat menularkan infeksi.

b) Cuci tangan adalah upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi.

c) Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah, seperti :
kulit terkelupas, membran mukosa, darah atau duh tubuh lain, serta alat-alat yang
telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi.

d) Gunakan pelindung fisik untuk mengantisipasi percikan duh tubuh.

e) Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa


sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum
operasi dengna bahan antiseptik berbahan dasar alkohol.

f) Lakukan upaya kerja sama yang aman, seperti: tidak memasang tutup jarum suntik,
memberikan alat-alat tajam dengan cara aman.

g) Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi


petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada
masyarakat.

h) Pemrosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan lainnya yang telah dipakai
dengan cara dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5 % dan cuci bersih, kemudian

3
i) disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT).

D. Mencuci Tangan

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa klien, cuci dengan sabun dan air bersih
yang mengalir salam 10-15 detik , lalu keringkan dengan handuk pribadi atau dianginkan.
Sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol (100 ml alkohol 60-90
% + 2 ml gliserin ) untuk mencuci tangan.

Gambar : Cuci Tangan Yang Efektif


4

E. Pemrosesan Alat

 Dekontaminasi

a) Masih memakai sarung tangan.

b) Rendam alat-alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0.5 % .

c) Permukaan yang mungkin terkena duh tubuh harus didekontaminasi.

Dekontaminasi

Rendam 10 menit dalam larutan klorin 0,5%

Cuci dan bilas

Pakai sarung tangan dan

hati-hati tertusuk jarum

Metode terbaik Metode Alternatif

STERILISASI DTT

Otoklaf tanpa Oven 170°C


bungkus 20 mnt, selama 60 mnt, Rebus selama 20 Kimia rendam
jika bungkus 30 160°c selama menit selama 20 menit
mnt 120 mnt

DINGINKAN

SIAP PAKAI
5

 Pencucian dan Pembilasan

a) Pakai sarung tangan tebal.

b) Cuci semua instrumen dengan air, detergen dan sikat lembut.

c) Sikat semua geligi, sambungan dan permukaan alat.

d) Bilas bersih hingga detergen hilang karena beberapa detergen dapat menghambat
kerja disinfektan kimiawi.

e) Keringkan instrumen.

 Sterilisasi

a) Sterilisasi uap.

b) Sterilisasi panas kering.

c) Sterilisasi kimia.

 Disinfeksi Tingkat Tinggi

a) DTT dengan merebus.

b) DTT dengan mengukus.

c) DTT dengan kimia.

F. PEMBUANGAN LIMBAH

Tujuan dari pembuangan limbah dengan cara yang aman adalah :

 Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah.

 Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyrakat di sekitar.

 Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk.


6

Cara penangan limbah yang benar :

 Menggunakan sarung tangan rumah tangga.

 Memindahkan limbah terkontaminasi ketempat pembuangan dalam wadah tertutup.

 Membuang alat/benda tajam kedalam wadah tahan tusuk.

 Menuangkan limbah cair secara hati-hati kedalam saluran pembungan.

 Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.

 Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk membuang
limbah yang dapat menginfeksi.
7

Anda mungkin juga menyukai