Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

DI KLINIK UTAMA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

KLINIK UTAMA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

Jl.Gatot Subrorto Kav 52-53, Kuningan Timur, setia budi

Jakarta Selatan 12950


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena
Rahmat dan Hidayahnya kami dapat Menyusun Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI. Panduan ini
diharapkan menjadi acuan bagi seluruh petugas Kesehatan dan pegawai Klinik Utama
Kementerian Perindustrian RI dalam mengupayakan pencegahan dan pengendalian
infeksi, pengunjung dan masyarakat melalui penerapannya dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan oleh Klinik Utama kemeneterian Perindustrian RI.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi telah menjadi isu global dalam


pelayanan Kesehatan, maka dari itu, keselamatan pasien merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk dilaksanakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka sehingga upaya
peningkatan mutu, manajemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan pelayanan Kesehatan di Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih


kepada semua pihak yang telah berkontribusi hingga selesainya buku panduan ini.

Kami menyadari panduan ini belum sepenuhnya sempurna, sehingga masukan yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.

Jakarta, Januari 2024

Penanggung Jawab

Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI
adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar Klinik Utama Kementerian
Perindustrian RI. PPI dilaksanakan melalui penerapan prinsip kewaspadaan
standar dan berdasarkan transmisi,
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Klinik Utama
Kementerian Perindustrian RI sangat penting bila petugas dan pengambil
kebijakan memahami konsep dasar penyakit infeksi dengan penyusunan
panduan pencegahan dan pengendalian infeksi ini untuk mewujudkan layanan
Kesehatan yang bermutu serta dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang
terlibat dalam pelayanan Kesehatan untuk melindungi masyarakat dan
mewujudkan keselamatan pasien yang akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan dan efisiensi manajemen fasilitas pelayanan Kesehatan.

Prinsip utama penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi pada fasilitas


pelayanan Kesehatan adalah :
1. Kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan untuk penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di
lingkungan Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI bagi Pegawai Negeri,
P3K, Pensiunan, Tenaga Kontrak dan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas
b) Memberikan pelayanan yang aman bagi pasien dan pelanggan yang
datang berkunjung ke Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI.
c) Memberikan layanan yang mengutamakan kepuasan dan keselamatan
pasien demi terciptanya pelayanan Kesehatan terpadu dan
berkesinambungan
d) Terciptanya layanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan.

C. SASARAN
Sasaran panduan ini mencakup seluruh pegawai Klinik Utama
Kementerian Perindustrian RI.
D. Ruang Lingkup
Upaya peningkatan mutu layanan klinik selalu dilakukan Klinik Utama
Kementerian Perindustrian RI secara berkesinambungan, salah satunya adalah
menyusun panduan ini sebagai salah satu bentuk sosialisasi dan sumber
informasi bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang selalu
mengutamakan keselamatan pasien.
BAB II TATALAKSANA

A. CUCI TANGAN
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat mudah dihilangkan dari
permukaan dengan mekanis dan pencucian, oleh karena itu cuci tangan
adalah cara pencegahan infeksi yang sangat penting.
Cuci tangan adalah suatu prosedur atau Tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan air mengalir dengan sabun antiseptic jika tangan
terlihat kotor atau handrub berbasis alkohol.
Tujuan mencuci tangan menghilangkan kotoran dari kulit dengan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara:
Cuci tangan harus dilakukan pada saat minimal waktu, yaitu:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum Tindakan aseptic
3. Sesudah kontak dengan pasien
4. Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Sarana dan prasarana juga merupakan hal yang penting untuk


terlaksananya kepatuhan tugas mencuci tangan, diantaranya air mengalir,
sabun, atau antiseptic

Langkah tepat mencuci tangan dengan air mengalir, yaitu:

1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir


2. Taruh sabun di bagian telapak tangan
3. Gerakan cuci tangan dengan :
a. Gosok kedua telapak tangan dengan menempelkan masing-masing
telapak tangan hingga sabun berada diseluruh permukaan
b. Gosok kedua punggung tangan atau tangan bagian luar secara
bergantian, seperti telapak tangan kanan berada di atas lalu gosok
punggung tangan kiri, demikian sebaliknya, telapak tangan kiri
menggosok punggung tangan kanan
c. Gosok sela-sela jari dengan cara menyilangkan jari tangan kanan
dengan jari tangan kiri secara bergantian
d. Gosok bagian dalam tangan dan punggung jari dengan posisi jari
saling mengunci satu dengan yang lain
e. Bersihkan ibu jari dengan cara menggosok secara memutar dalam
genggaman tangan kanan. Lakukan secara bergantian
f. Bersihkan juga bagian kuku dan ujung jari, lalu gosokkan pada
telapak tangan yang lain.
4. Bilas Kembali dengan air mengalir, dan keringkan dengan tissue
5. Tutup kran air dengan tissue
6. Proses berlangsung 40-60 detik
B. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dengan selaput lendir
dan risiko pajanan cairan tubuh pasien. Jenis-jenis alat pelindung diri, yaitu :

1. Sarung Tangan
Dikenal tiga jenis sarung tangan sesuai kebutuhannya, yaitu
sarung tangan bersih sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT), digunakan sebelum tindakan rutin seperti perawatan luka,
pemeriksaan dalam.
Kedua adalah sarung tangan steril yang digunakan untuk
Tindakan-tindakan bedah atau aseptic
Terakhir adalah sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari latex atau
vinil tebat, digunakan sebelum melakukan sterilisasi, membersihkan alat
dan lain-lain
Pemakaian sarung tangan steril, dilakukan dengan langkah-langkah : a.
Cuci tangan
b. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah
dalam lipatannya, yaitu bagian yang akan bersentuhan dengan kulit
saat dipakai
c. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke
lantai sehingga lubang jari-jari tangan terbuka, masukan tangan
(jaga supaya sarung tangan tetapi tidak menyentuh permukaan)
d. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan kedua dengan
cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan
ke bagian lipatan, yaitu bagian yang tidak akan bersentuhan dengan
kulit tangan saat dipakai
e. Menggerakan tangan sehingga sarung tangan terasa pas dan enak
ditangan

Melepas sarung tangan dilakukan dengan cara, yaitu :

a. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik ke arah
ujung-ujung jari tangan, sehingga bagian dalam dari sarung pertama
di sisi luar sampai terlepas (agar bagian luar sarung tangan tidak
menyentuh kulit tangan)
b. Genggam sarung tangan habis pakai di tangan yang masih memkai
sarung tangan.
c. Pegang sarung tangan satunya dengan menyelipkan tangan yang
sudah tidak memakai sarung tangan, di bagian yang bersentuhan
langsung dengan kulit tangan saat dipakai
d. Buka dengan teknik yang sama, sehingga bagian dalam berada
diluar, dan sarung tangan habis pakai yang pertama ikut tergulung di
dalam sarung tangan kedua
e. Buang dengan teknik yang sama sehingga bagian dalam berada
diluar dan sarung tangan habis pakai yang pertama ikut tegulung di
dalam sarung tangan kedua
f. Buang kedua sarung tangan ke tempat sampah medis
g. Cuci tangan kembali
2. Pelindung wajah (Masker, kacamata, Face shield)
Pemakaian pelindung wajah yang dimaksudkan untuk melindungi
selaput lendir hidung, mulut, dan mata selama melakukan tindakan atau
perawatan pasien yang memungkinkan terjadinya percikan darah dan
cairan tubuh lain.
Alat pelindung wajah digunakan tetapi memperhatikan perlunya
perlindungan lapangan pandang dan kenayaman kerja. Bila ada indikasi,
maka masker selalu dipasang lebih dulu sebelum gaun pelindung atau
sarung tangan.
3. Penutup Kepala
Tujuan menggunakan tutup kepala adalah mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap
alat-alat steril, dan melindungi kepala/rambut dari percikan bahan bahan
dari pasien

4. Gaun/baju pelindung
Tujuan menggunakan baju pelindung adalah melindungi petugas
dari kemungkinan percikan darah atau cairan tubuh lain. Gaun pelindung
dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan dipakai ulang (kain), atau
dari bahan kertas kedap air sekali pakai.
5. Alas kaki
Tujuan penggunaannya adalah agar kaki petugas terlindungi dari
percikan/tumpahan darah atau cairan, mencegah kemungkinan tertusuk
benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
C. PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN
Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril
dan siap pakai.
Proses pelaksanaan peralatan dilakukan empat tahap kegiatan, yaitu :
1. Dekontaminasi
2. Pencucian Alat
3. Sterilisasi atau DTT
4. Penyimpanan ALat Kesehatan

Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan sesuai resiko infeksi dan jenis
penggunaan alat.
Tingkat Resiko Jenis Cara
Penggunaan Pengelolaan

Alat

Resiko tinggi Alat yang Sterilisasi atau


digunakan dengan menggunakan
menembus kulit alat steril sekali pakai
atau rongga tubuh

Resiko sedang Alat yang digunakan Sterilisasi atau


pada mukosa
desinfeksi
atau kulit yang tidak
utuh kimiawi atau
perebusan

Resiko rendah Alat yang digunakan Cuci bersih


pada kulit
tanpa
menembus kulit atau
rongga tubuh

1. Dekontaminasi
Merupakan prosedur menghilangkan mikroorganisme patogen dan
kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan
alat kesehatan bekas pakai atau pengelolaan pencemaran
lingkungan, misalnya tumpahan darah/cairan tubuh
2. Pencucian Alat
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan
langkah penting yang harus dilakukan. Pada alat kesehatan yang
tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya kursi roda, alat pengukur
tekanan darah, cukup dilap dengan deterjen, namun jika jelas
terkontaminasi dengan darah, maka diperlukan desinfektan .
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala
kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan
sabun atau deterjen, air dan sikat
3. Desinfeksi dan sterilisasi
Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian
atau semua mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endoscope
bakteri. Salah satu cara desinfektan adalah secara kimiawi yaitu
dengan alcohol, klorin, dan ikatan klorin, formaldehid, dan lain-lain.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri.
Sterilisasi fisik dengan uap panas kering dilakukan dengan cara :
a. Dekontaminasi, cuci dan keringkan semua alat kesehatan dan
peralatan yang akan disterilisasi
b. Bungkus alat kesehatan atau peralatan lain dengan aluminium foil,
dua lapis katun/kain atau sterilization pouch
c. Letakan alat kesehatan dalam oven dan panaskan sampai
temperature yang diinginkan. Pemantauan proses sterilisasi dapat
dibagi dalam 2 cara berbeda, yaitu:
1. Cara mekanis: gambar atau grafik suhu dan waktu dalam
bentuk tercetak
2. Cara kimiawi: pita, bilah, atau pil yang peka terhadap waktu,
suhu, dan kelembaban
d. Penyimpanan alat kesehatan
D. PENGELOLAAN LIMBAH
Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan limbah
padat. Limbah yang berasal dari sarana kesehatan secara umum dibedakan
atas:
1. Limbah rumah tangga, atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai resiko
rendah
2. Limbah medis yaitu bagian dari sampah sarana kesehatan yang berasal
dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh
pasien dan dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi dan bersifat
menularkan penyakit.
Limbah medis dapat berupa limbah klinis, limbah laboratorium, limbah
berbahaya (limbah klinis yang mempunyai sifat beracun)

Cara penanganan limbah umum atau rumah tangga, dapat langsung


dibuang melalui pelayanan pengelolaan sampah kota. Sedangkan cara
penanganan limbah klinis dimulai dari menampung dengan
menggunakan plastic berwarna kuning, dan diikat secara tepat setelah
terisi 2/3 penuh.

a. Pemilahan
Dilakukan dengan menyediakan wadah yang sesuai dengan jenis
rekam medis. Wadah sampah tersebut biasanya menggunakan
kantong plastic kuning untuk bahan infeksius dan warna hitam untuk
bahan non medis.
b. Penanganan
- Wadah tidak boleh luber atau penuh, bila sudah terisi ¼ bagian
maka harus segera dibawa ke tempat penampungan
- Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan
harus tetap pada wadahnya jangan dituang pada wadah sampah
terbuka
c. Penampungan sementara
Pewadahan sementara sangat diperlukan sebelum sampah
dibuang, untuk wadah limbah padat menggunakan wadah yang
mudah dicuci, tidak mudah kotor, dilengkapi tutup dan pedal
pembuka. Untuk benda tajam, wadah harus tahan bocor dan tahan
tusukan, harus mempunyai pegangan dan penutup yang tidak dapa
dibuka lagi

d. Pembuangan/pemusnahan
Seluruh sampah yang dihasilkan pada akhirnya harus dilakukan
pembuangan dan pemusnahan. Dalam hal ini Klinik Utama
Kementerian Perindustrian RI melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga.

Pembuangan limbah cair


1. Pengelolaan limbah cair harus tetap memperhatikan:
a. Sistem penyaluran harus tertutup
b. Kemiringan saluran 2-40 untuk menjaga endapan saluran
c. Belokan saluran harus lebih besar dari 900
d. Septic tank harus kedap air, kuat, dilengkapi dengan mainhole
dan lubangn hawa
e. Penempatan lokasi harus mempertimbangkan keadaan muka
air tanah dan sumber air

E. KECELAKAAN KERJA
Penatalaksanaan Pajanan
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum
suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan
yang cemas dan tepatserta efektif. Tindakan pertama pada setiap pajanan
adalah mencuci dengan air mengalir dan sabun antiseptic.
Tatalaksana pajanan:
a. Jangan Panik
b. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan
jumlah banyak dana tau antiseptic, jangan menekan dan menghisap
darah dari luka
c. Tindakan menekan bagian yang tertusuk untuk mengeluarkan darah tidak
ada manfaatnya
d. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
BAB III MONITORING DAN PENCATATAN

Segala bentuk upaya monitoring dan pencatatan dilakukan secara berkala


oleh Tim Manajemen Resiko Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI , dan
seluruh kejadian dilaporkan kepada Kepala Klinik Utama Kementerian Perindustrian
RI.
Keberhasilan pelaksanaan kewaspadaan universal dapat dicapai dengan
peran aktif seluruh petugas kesehatan di Klinik Utama Kementerian Perindustrian
RI.
BAB IV PENUTUP

Dalam era modern ini menuntut perkembangan pengetahuan dan teknologi di


segala bidang kesehatan. Pelayanan yang PRIMA sesuai dengan Visi dan Misi Klinik
Utama Kementerian Perindustrian RI dapat memberikan bentuk pelayanan yang
terkoordinasi dengan baik dan bermutu. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta standar pelayanan yang baik diharapkan dapat memberikan peningkatan
kepuasan pelanggan yang datang ke Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI.
Panduan Kewaspadaan ini disusun untuk memberikan informasi tentang halhal
yang bertujuan untuk keselamatan pasien serta keselamatan petugas di Klinik Utama
kementerian Perindustrian RI.
Dengan Panduan Kewaspadaan ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan
kegiatan pelayanan klinis di Klinik Utama Kementerian Perindustrian RI

Anda mungkin juga menyukai