Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Vera Sesrianty, M.Kep

OLEH :

Jeli Anjelina

NIM : 2200212056

DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTS INDONESIA

2023
MENCUCI TANGAN

A. Pengertian
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al.,2004).
Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan
Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.

B. Tujuan
1. Mengangkat mikroorganisme yang ada ditangan
2. Mencegah infeksi silang (cross infection)
3. Menjaga kondisi steril
4. Melindungi diri dan klien dari infeksi
5. Memberikan perasaan yang segar dan bersih

C. Prosedur Cuci Tangan


 Prosedur Cuci Tangan Bersih
1. Peralatan dan perlengkapan:
a. Air mengalir
b. Handuk bersih atau tisu
c. Sabun
2. Prosedur kerja:
a. Basuh tangan dengan air
b. Tuangkan sabun secukupnya
c. Gosok kedua telapak tangan dengan cara memutar tangan kanan
diatas tangan kiri berlawanan dengan arah jarum jam
d. Gosok punggung tangan dan sela jari tangan bagian luar dengan
berlawanan arah bergantian
e. Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
f. Gosok punggung jari dengan Gerakan setengah memutar bolak
balik
g. Gosok ibu jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah
dengan Gerakan melingkar bergantian
h. Bersihkan sela kuku/ujung jari dengan cara gosokan ujung jari
dengan memutar di telapak tangan dengan bergantian
i. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
j. Bilas kedua tangan dengan air
k. Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
l. Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran sebelum dibuang pada
tempat sampah

 Prosedur Cuci Tangan antiseptic


1. Peralatan dan perlengkapan:
a. Sabun
b. Wastafel/air mengalir
c. Handuk steril
d. Sikat rambur
e. Spon
f. Bahan antiseptic
2. Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b. Melapas cincin, gelang dan jam tangan
c. Basahi kedua tangan dengan air mengalir sampai siku, gunakan
sabun dari siku kearah lengan bawah, dan tangan satunya
d. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut kearah
luar, lakukan hal yang sama pada tangan satunya
e. Bilas tangan secara bergantian dengan air mengalir, setelah bersih
tahan kedua tangan mengarah keatas sebatas siku
f. Gosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan
bawah dengan antiseptic minimal selama 2 menit
g. Bilas Kembali setiap tangan dengan air mengalir secara bergantian
h. Tegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan
sentuh permukaan atau benda apapun
i. Keringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-
anginkan. Seka tangan dimulai dari ujung sampai siku. Untuk
tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda.
PENGGUNAAN ALAT PROTEKSI DIRI

A. Definisi
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh /
Sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya / kecelakaan
kerja. APD (alat pelindung diri) merupakan satu bentuk proteksi yang harus
digunakan oleh perawat dalam melakukan Tindakan untuk mencegah terjadinya
infeksi nasokomial.

B. Tujuan
1. Sebagai proteksi diri (melindungi kulit dan selaput lender petugas dari resiko
pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret, ekskreat, kulit yang tidak utuh
dan selaput lender pasien)
2. Mencegah infeksi nasokomial

Ada berbagai macam APD yang sering digunakn di rumah sakit, antara
lain: sarung tangan, bersih / steril, masker, gaun operasi, penutup kepala, celemek,
sepatu dll.

C. Alat
1. Memakai sarung tangan
2. Penutup kepala
3. Memakai masker
4. Memakai skort/celemek
5. Memakai gaun operasi
D. Prosedur Kerja
1. Memakai Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk mencegah terjadinya transmisi
pathogen baik secara langsung maupun tidak langsung. Penggunaan
sarung tangan menurut CDC (Centrr for Disease Control and Prevention)
akan menurunkan :
a. Kemugkinan terjadinya kontak dengan mikroorganisme yang
infeksius
b. Resiko penyebaran flora endogen dari perawat ke klien
c. Resiko penyebaran mikroorganisme dari klien ke perawat

Sarung tangan digunakan pada saat:

a. Mengalami luka pada kulit


b. Melakukan tindakan invasive
c. Beresiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh

Sarung tangan yang dipakai di rumah sakit untuk tindakan yaitu


sarung tangan bersih dan steril. Untuk memakai saru tangan bersih
tidak memerlukan proseduran khusus, tapi untuk memakai sarung
tangan steril ada protap tertentu yang harus dijalankan.

2. Penutup Kepala
a. Tujuan:
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alat-alat daerah steril dan juga
sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan
bahan bahan dari pasien.
b. Indikasi Pemakaian Tutup Kepala :
 Tindakan operasi
 Pertolongan dan tindakan persalinan
 Intubasi Trachea
 Penghisapan lendir massive
 Pembersihan peralatan Kesehatan

c. Prosedur Kerja:

Cuci tangan, mempersiapkan alat, mengambil penutup


kepala lalu pasang di kepala dengan posisi pengikat berada di
belakang kepala. Usahakan agar seluruh rambut tertutup/berada di
dalam penutup kepala. Ikat penutup kepala sesual kenyamanan.
Lepas penutup kepala dengan melepas ikatan tali.

3. Memakai Masker
a. Tujuan:
 Mencegah membran mukosa petugas terkena kontak
dengan percikan darah dan cairan tubuh
 Mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung yang
mengandung mikroorganisme saat bicara, batuk, bersin
b. Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Tentukan tepi atas atau bawah masker
3) Pasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian ikat
tali-talinya. Tall bagian atas diikat ke kepala belakang
melewati bagian atas telinga. Tall bagian bawah diikat ke
belakang leher.
4) Tanggalkan masker dengan melepas ikatan tall-talinya,
kemudian lipat masker dengan bagian luar di sebelah dalam
5) Cuci tangan kembali

4. Memakai Skort/Celemek
Celemek adalah bentuk pakaian untuk penutup pakalan yang
digunakan pada waktu melakukan satu tindakan.

a. Tujuan memakai celemek yaitu:


 Melindungi pakaian dari kotoran
 Mengurangi bahaya penularan

b. Prosedur kerja :
1) Mencuci tangan
2) Peganglah tali penggantung celemek serta masukkan
melalu kepala
3) Kedua tali pada sisi kanan dan kiri diikat pada bagian
belakang tubuh dengan ikatan yang mudah di lepas.
4) Untuk melepas, buka ikatan celemek yang ada
dibelakang tubuh
5) Lepaskan celemek melalui kepala
6) Gantung celemek.
7) Mencuci tangan Kembali

5. Memakai Gaun Operasi


Yaitu mengenakan gaun atau jas operasi, yang dilakukan sebelum
melakukan tindakan operasi.
a. Tujuan:
 Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat
 Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat
(teknik pertahanan)
b. Prosedur kerja :
1) Menyiapkan alat: pengering tangan (handuk/waslap
steril), gaun operasi
2) Cuci tangan steril, mengeringkan tangan dengan
handuk/waslap steril
3) Mengambil baju dengan cara mengambil baju pada
banglan leher dengan tangan kiri sedang tangan kanan
diangkat setinggi bahu.
4) Masukkan tangan kanan dengan posisi membentang ke
lubang lengan baju
5) Setelah itu menyusul masukkan tangan kiri ke lubang
lengan baju berikutnya tanpa menyentuh bagian luar
baju.
6) Perawat yang menggunakan gaun steril maju dan
kemudian tali baju yang ada di leher dan pinggang
bagian belakang ditalikan oleh orang kedua (asisten)
dengan hati-hati,jangan sampai menyentuh baju bagian
depan serta menalikannya dengan simpul sederhana
agar mudah melepasnya
7) Menghindari menyentuh benda lain di sekitarnya
CARA BEKERJA DI RUANG ISOLASI

A. Pengertian
Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan/penyebaran kuman
pathogen dari sumber infeksi (petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain.

Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi


untuk pasien dengan penyakit infeksi airborne yang berbahaya seperti H5N1,
kewaspadaan yang diperlukan meliputi:

1. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi secret
pernapasan.
2. Kewaspadaan kontak
- Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan
pasien
- Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti stetoskop,
thermometer, tensimeter, dan lain-lain.
3. Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila berada
pada jarak 1 meter dari pasien
4. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborn, gunakan masker N95 bila
memasuki ruang isolasi
B. Ruang lingkup
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi yang menular yang dianggap mudah menular dan
berbahaya Pelaksanaan panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien
dan keluarga

C. Prinsip
Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya
dirawat di ruang terpisah dai pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi
Penggunaan alat pelindung diri (APD) diterapkan kepada setiap pengunjung dan
petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi Pasien yang rentan
infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan system imun dikarenakan
pengobatan atau penyakitnya, dirawat di ruang (terpisah) isolasi rumah sakit Pasien
yang tidak termasuk kriteria di atas dirawat di ruang rawat biasa Pasien yang dirawat
di ruang isolasi, dapat dipindahkan ke ruang rawat inap biasa apabila telah dinyatakan
bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter penanggung jawab pasien.

D. Kewajiban dan tanggung jawab


1. Seluruh staff' rumah sakit
Mematuhi peraturan yang ditetapkan di kamar isolasi
2. Perawat instalasi rumah sakit
a. Melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien di kamar isolasi
b. Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan
c. Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi
atau pasien yang dirawat dikamar isolasi
3. Dokter penanggung jawab pasien
a. Menetapkan diagnose pasien dan menentukan apakah pasien
memerlukan perawatan di ruang isolasi
b. Memastikan pasien membutuhkan perawatan di ruang isolasi
mendapat perawatan secara benar
4. Kepala instalasi/kepala ruangan
a. Memastikan peraturan di ruang isolasi terlaksana dengan baik
b. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam ruang isolasi
dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah
terulangnya kembali insiden tersebut
5. Direktur
a. Memantau dan memastikan peraturan di ruang isolasi terlaksana
dengan baik
b. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau menagtasi
setiap masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perwatan
pasien di ruang isolasi

E. Tujuan panduan ruang isolasi


 Tujuan umum
Sebagai pedoman bagi manajemen rumah sakit untuk dapat melaksanakan
isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

 Tujuan khusus
1. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien yang merupakan
salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nosocomial
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas Kesehatan
3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien
dengan penurunan daya tahan tubuh

F. Tata laksana
 Syarat kamar isolasi
1. Lingkungan harus tenang
2. Sirkulasi udara harus baik
3. Penerangan harus cukup baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi
pasien dan pembersihannya
5. Tersedianya toilet dan kamar mandi
6. Kebersihan lingkungan harus dijaga
7. Tempat sampah harus tertutup
8. Bebas dari serangga
9. Tempat alat tenun kotor harus ditutup
10. Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan

G. Ruang perawatan isolasi ideal terdiri dari:


1. Ruang ganti umum
2. Ruang bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang rawat pasien
5. Ruang dekontaminasi
6. Kamar mandi petugas

H. Kriteria ruang perawatan isolasi ketat yang ideal


 Perawatan isolasi (isolation room)
1. Zona pajanan primer /pajanan tinggi
2. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation system
3. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction system
4. Air sterilizer system dengan burning dan filter
5. Modular minimal= 3 x 3 m²
 Ruang kamar mandi perawatan isolasi (isolation rest room)
1. Zona pajanan sekunder /pajanan sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation system
3. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction system
4. Modular minimal 1,50 x 2,50 m²
 Ruang bersih dalam (ante room/foyer air lock)
1. Zona pajanan sekunder /pajanan sedang
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system
3. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang rawat isolasi
4. Modular minimal= 3 x 2,50 m²
 Area sirkulasi (circulation corridor)
1. Zona pajanan tersier /pajanan rendah/ tidak terpajan
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system
3. Pengkondisian udara keluar dengan system exhauster
4. Modular minimal=2,40 m
 Ruang stasi perawat (nurse station)
1. Zona pajanan tersier /pajanan rendah/tidak terpajan
2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system
3. Pengkondisian udara keluar dengan system exhauster
4. Modular minimal= 2 x 1,5 m²/petugas (termasuk alat)

I. Syarat petugas yang bekerja di kamar isolasi


1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung
tangan dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
8. Tidak memakai perhiasan
9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/antiseptic
11. Harus sehat

J. Alat-alat
1. Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia
2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan
4. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan Kembali
6. Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup
K. Prosedur keluar ruang perawatan isolasi
1. Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan alat perlindungan diri
(APD)
2. Pakaian bedah/masker tetap dipakai
3. Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan
dakam kantung binatu berlabel infeksius
4. Mandi dan cuci rambut (keramas)
5. Sesudah mandi kenakan pakaian biasa
6. Pintu keluar dari ruang perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk
ETIKA BATUK

A. Pengertian
adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan
mulut dengan tisu atau lengan baju. Hal ini berguna untuk mencegah penyebaran
bakteri atau virus ke udara sehingga tidak menularkannya kepada orang lain. Hal ini
wajib diperhatikan saat seseorang sedang batuk atau bersin.
Etika batuk sangat efektif untuk menghindari penyebaran penyakit menular
yang disebabkan oleh air liur yang dapat berterbangan di udara, seperti coronavirus.
Selain itu, cairan yang mengandung virus tersebut juga dapat menempel selama
berjam-jam pada benda yang terkontaminasi. Hal ini terjadi ketika benda tersebut
dipegang, lalu tangan menyentuh wajah sehingga penyakit COVID-19 dapat
menimbulkan infeksi saat masuk ke tubuh.
Maka dari itu, ketahui cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan etika
batuk:
1. Gunakan tisu untuk menutupi mulut dan hidung setiap kali akan batuk
atau bersin. Jika tidak ada, kamu dapat mengarahkan batuk ke siku.
Pastikan untuk tidak batuk ke tangan atau udara terbuka
2. Selalu palingkan atau menjauhkan wajah dari orang-orang sekitar saat
batuk atau bersin Jika menggunakan tisu, buanglah bekasnya segera di
tempat sampah
3. Pastikan untuk mencuci tangan setelahnya dengan sabun dan air atau
hand sanitizer
4. Dengan mengetahui teknik efektif dan etika ketika batuk, kamu dapat
mencegah orang lain untuk terserang batuk atau bahkan lebih parah.
Pastikan selalu melakukan hal-hal tersebut pada kehidupan sehari-hari.
Cara ini juga dapat memastikan orang-orang yang kamu sayangi di
rumah selalu terlindungi dari penyakit berbahaya yang penyebarannya
melalui batuk atau bersin.
DESINFEKSI

A. Pengertian
Desinfeksi suatu proses untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pathogen, dengan perkecualian spora bakteri dari suatu benda mati (Rutata, 1996).
Desinfektan secara umum dapat dilakukan menggunakan cara fisik dengan
pemanasan suhu 75-100ºC atau kimiawi (cairan kimia) (Depkes, 2002). Setiap proses
desinfeksi harus selalu didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucian yang
memadai, karena proses ini akan menghilangkan sebagian besarkuman yang terdapat
pada permukaan banda dan sisa kuman yang sedikit akan lebih mudah dibutuhkan
oleh zat bahan desinfektan.
pada saat ini telah banyak jenis desinfektan yang beredar dan digunakanpada
perawatan pasien, diantaranya adalah alkohol, klorin dan senyawanya. Hydrogen
peroksida, iodorof, fenolik dan senyawa ammonium kwartener. Desinfektan ini tidak
dapat saling ditukarkan satu dengan yang lainnya dalam penggunaan, yang
disebabkan karakteristik kerjanya yang spesifik. Oleh karena itu pemakaian harus
dapat memilih desinfektan yang sesuai dan menggunakan secara aman dan efisien.

B. Cara Melakukan Desinfeksi


Desinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi.Desinfeksi biasanya dilakukan dengan menggunakan zat – zat
kimia seperti fenol, formaldehide,klor, iodium atau sublimat. Pada umumnya
disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel – sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi
bukan spora – spora tahan panas.(Irianto 2007)Sistem yang paling sering digunakan
adalah pedoman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang diterbitkan
pada taun 1981 dan 1985 mengenai pencucian tangan dan pengendalian lingkungan
rumah sakit. Sistem ini terdiri atas tiga tingkat :
1. Desinfeksi tingkat tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang
mengeliminasi semua organisme kecualisebagian besar populasi
endospora bakteri. Sebagian desinfektan tingkat tinggi juga dapat
digolongkan sebagai sterilant apabila kontak berkepanjangan dapat
membunuh semuaendospora bakteri.

2. Desinfeksi tingkat sedang


Desinfeksi tingkat sedang menyebabkan inaktivasi bakteri
vegetatif, termasuk mikrobakterium (Mycobacterium tuberculosis),
sebaian besar virus dan sebagian besarjamur, tetapi tidak membunuh
spora bakteri. Desinfeksi tingkat rendah dan sedang digunakan untuk
permukaan dan alat – alat nonkritis dalam pelayanan kesehatan.

3. Desinfeksi tingkat rendah


Desinfeksi tingkat rendah membunuh semua bakteri vegetatif
serta sebagian virus dan jamur, tetapi tida diharapkan mampu
membunuh mikrobakterium atau spora.

Terdapat berbagai metode dalam melakukan desinfeksi, sebagai berikut:

1. Metode Pengepelan
Cara desinfeksi ini menggunakan bahan desinfektan yang
dicairkan ke dalam air, dan dilaukan dengan cara membasahi lantai.
Keunggulan dari cara ini efektif dalam menurunkan angkakuman
lantai, dan dapat menjangkau seluruh sudut ruangan lantai. Akan tetapi
cara inimempunyai kelemahan yaitu dapat mencelakai siapapun yang
tida berhati – hati melewatibagian yang basah, sehingga memerlukan
waktu yang relatif lama untuk kering.
2. Metode Pengkabutan (Fogging)
Cara desinfeksi ini sering sekali dilakukan di berbagai sarana
kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit di Indonesia. Desinfeksi
ini menggunakan bahan desinfektan, dan dengan metode pengkabutan
ruangan menggunakan fogger. Keunggulan dari cara ini adalah dapat
menjangkau seluruh ruangan dan sudut ruang. Bahan desinfektan yang
berupa kabut dapat membunuh mikroorganisme di udara, dinding
ataupun lantai. Akan tetapi kelemahan dari cara ini, dapat
menimbulkan noda atau bercak pada dinding, dan petugas harus
terpapar langsung.
3. Ozonisasi
Cara sterilisasi ini menggunakan gas O3 yang dikeluarkan dari
alat tersebut. Gas ini dapat menurunkan kuman udara dengan variasi
waktu yang diinginkan. Alat ini dapat menjangkau semua sudut
ruangan, namun alat ini hanya dapat membunuh kuman non pathogen.

 Desinfektan
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi.
Seringkali sebagai sinonim digunaan istilah antiseptik, tetapi pengertian disinfeksi
dan disinfektan biasanya ditujukan terhadap benda – benda mati, seperti lantai,
piring, pakaian (Irianto 2007).
Jenis desinfektan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Desinfektan kimia
Penggunaan disinfektan kimia dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan dampak negatif,karena dalam penggunaannya, bahan
kimia dapat meninggalkan residu yang berpotensi untukmengganggu
kesehatan (Wastiti et al. 2017). Untuk itu, perlu mencari alternatif lain
yaitudengan memanfaatkan tanaman atau disebut dengan desinfektan
nabati.
2. Desinfektan nabati
Desinfektan nabati ini tidak menimbulkan residu karena terbuat
dari bahan yang ada di alam sehingga mudah menguap.
CARA MELAKUKAN STERILISASI

A. pengertian
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom,
panas tinggi atau menggunakan bahan kimia.

B. Tujuan
Untuk menjamin kualitas alat kesehatan, laboratorium dan linen dalam
keadaan steril dan amandigunakan.

C. Persiapan alat dan bahan


1. terilisator kering yang terhubung dengan aliran listrik 1 buah.
2. Sterilisator basah atau autoclave 1 buah.
3. Sterilisator panas kering ( OVEN )
4. Larutan hypochlorite/klorin 0,5%.
5. Sarung tangan 1 pasang.
6. Sikat
7. Baskom
8. Handuk kering

D. Indikasi
Petugas kesehata

E. Kontraindikasi
Tidak ada
 Hal-hal yang harus di perhatikan
F. Prosedur kerja
1. Dekontaminasi
a. Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan Melepas Handscoen).
b. Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan klorin 0,5 %
dengan cara : Mencampur 1 sendok makan kaporit dengan 1 liter air.
c. Mengaduk larutan sampai terlarut.
d. Memasukan alat – alat kesehatan yang sudah terpakai dan bisa digunakan
lagi kedalam
e. bak perendaman dengan cara : Memasukan satu persatu alat kesehatan
kedalam bak perendaman klorin 0,5% dengan
f. korentang.
g. Biarkan selama kurang lebih 10 menit.

2. Pencucian dan pembilasan


a. Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum jam (model kran
bukan putaran) dengan tangan kanan.
b. Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hatihati
bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari plastik atau karet,
jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan darilogam atau kaca
c. Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang berbeda caranya
dengan mengambil satu persatu alkes atau peralatan laboratorium yang
sudah didekontaminasi dengan korentang.
d. Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang terbuat dari kaca
dengan cara :
 Menggunakan sikat dengan air dan sabun untukmenghilangkan sisa
darah dan kotoran dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah
dan berulang-ulang di bawah air mengalir sampai sisa darah dan
kotoran bersih di semua permukaan.
 Membuka engsel, gunting dan klem dengan cara memutar skrup
secara perlahan ke kiri sampai terlepas.
 Menyikat dengan seksama terutama pada bagian sambungan dan
sudut peralatan dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah
dan berulang-ulang di bawah airmengalir sampai tidak tampak
noda darah atau kotoran
 Memastikan sudah tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal
pada peralatan dengan cara melihat dengan membolak balik di
bawah penerangan yang cukup terang
 Mengulangi prosedur di atas setiap benda sedikitnya tiga kali (atau
lebih bila perlu) dengan air dan sabun atau detergen.
e. Membilas benda-benda tersebut dengan air bersih dengan cara
f. Mengambil satu persatu alkes dan peralatan laboratorium.
g. Membilas satu persatu di bawah air mengalir.
h. Mengulangi prosedur tersebut untuk benda- benda lain. Jika peralatan akan
didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin
0,5%), tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum mulai proses (DTT) dengan cara :
 Menyiapkan baki yang bersih dan kering
 Ambil alat satu-persatu sesuai dengan jenisnya (mis : tabung reaksi
dengan tabung reaksi, beaker glass dengan beaker glass).
i. Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus
/rebus, atau disterilisasi di dalam autoclave/oven panas kering, tidak perlu
dikeringkan dulu sebelum proses sterilisasi dimulai.
j. Selagi masih menggunakan sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air
dan sabun,kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih
dengan cara :
 Meletakan tangan yang masih bersarung tangan di bawah air
mengalir.
 Mengambil sabun.
 Menggosokkan kedua tangan dengan sabun sampai bersih.
k. Melepas sarung tangan (lihat SOP memasang dan melepas handscoon).
l. Menggantung sarung tangan dan biarkan kering
m. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (lihat SOP mencuci
tangan).

PENANGANAN SAMPAH BASAH,SAMPAH TERINFEKSI,BENDA TAJAM


/AHARP MANAGEMENT

A. Definisi
Pengelolaan Limbah sesuai Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pada Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dibahas juga risiko limbah
pada fasilitas kesehatan. Disana dijelaskan, rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lain sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat berkumpulnya
orang sakit maupun sehat, dapat menjadi tempat sumber penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, juga
menghasilkan limbah yang dapat menularkan penyakit. Untuk menghindari risiko
tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah
yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan
cara mengurangi bahan (reduce), penggunaan kembali limbah, dan daur ulang limbah
(recycle).
B. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Limbah pada fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain:
Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera. Membuang bahan-bahan
berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius, limbah kimiawi dan farmasi)
dengan aman. Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan,
labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/ pemusnahan.
1. Identifikasi jenis limbah
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiridari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah
farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah
radioaktif.

2. Pemisahan Limbah
Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya.
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain:
a. Limbah infeksius merupakan limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning. Jenis limbah
ini seperti sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian
dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum,
plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila
bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan
infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya
b. Limbah non-infeksius, merupakan limbah yang tidak terkontaminasi darah
dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
c. Limbah benda tajam, merupakan limbah yang memiliki permukaan tajam,
masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung
infus, benda yang berpermukaan tajam.
d. Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek).

3. Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang biohazard.


Beberapa syarat wadah limbah di ruangan antara lain harus tertutup, mudah
dibuka dengan menggunakan pedal kaki, bersih dan dicuci setiap hari, terbuat
dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat, jarak antar wadah limbah 10-20
meter, diletakkan di ruang tindakan dan tidak boleh di bawah tempat tidur pasien,
ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi 3/4 penuh.

4. Pengangkutan
Beberapa syarat pengangkutan antara lain, pengangkutan limbah harus
menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan, tidak boleh
tercecer, petugas menggunakan APD ketika mengangkut limbah. Juga lift
pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak memungkinkan atur
waktu pengangkutan limbah

5. Tempat Penampungan Limbah Sementara


Merupakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah sebelum dibawa
ke tempat penampungan akhir pembuangan. Beberapa syarat TPS limbah antara
lain:
 Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.
 Beri label pada kantong plastik limbah.
 Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.
 Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.
 Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah tidak
boleh ada yang tercecer.
 Gunakan APD ketika menangani limbah.
 TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu
dijaga kebersihannya dan kondisi kering.

6. Pengolahan Limbah
 Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.
 Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
 Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Limbah cair
dibuang ke spoelhoek.
 Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/ poj ok
limbah (spoelhoek).

7. Penanganan Limbah Benda Tajam/ Pecahan Kaca


 Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
 Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
 Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
 Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
 Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
 Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
 Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah
tangga.
 Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
 Tahan bocor dan tahan tusukan
 Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
 Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
 Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
 Ditutup dan diganti setelah 3/4 bagian terisi dengan limbah
 Ditangani bersama limbah medis

8. Pembuangan Benda Tajam


 Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan
ke dalam kantong medis sebelum insinerasi.
 Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak
mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.
 Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan
kemungkinan perlukaan.

Debu sisa pembakaran dari hasil incinerator dapat menimbulkan risiko,


debu hasil pembakaran incinerator dapat terdiri dari logam berat dan bahan
toksik lain sehingga menimbulkan situasi yang menyebabkan sintesa DIOXIN
dan FURAN akibat dari incinerator sering bersuhu area 200-450ᵒC. Selain itu
sisa pembakaran jarum dan gelas yang sudah terdesinfeksi tidak bisa hancur
menjadi debu dapat masih menimbulkan resiko pajanan fisik.

Metoda penanganan autoclave dan disinfeksi dengan uap panas juga dapat
menimbulkan produk hazard yang perlu penanganan yang lebih baik. Pada
prinsipnya, untuk menghindari pajanan fisik maka perlu perawatan dan
operasional incinerator yang baik

9. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen
terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,
termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehatian¬hatian ini mencakup penggunaan
perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur sesuai
pedoman kewaspadaan standar dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat SPO penatalaksanaan
linen. Prosedur penanganan, pengangkutan dan distribusi linen harus
jelas,aman dan memenuhi kebutuhan pelayanan.
b. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan
rumah tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
c. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi
cairan tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya
oleh perawat atau petugas.
d. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke
udara dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor
segera dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi
penggunaannya dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana
linen dipakai.
e. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya
harus dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan
diangkut/ditranportasikan secara berhati-hati agar tidak terjadi
kebocoran.
f. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan,
spoelhoek atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke
dalam kantong kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang
terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
g. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry
TERPISAH dengan linen yang sudah bersih.
h. Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi
seyogyanya langsung masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
i. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen
dilakukan melalui 2 tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya
dengan Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila dilakukan
perendaman maka harus diletakkan di wadah tertutup agar tidak
menyebabkan toksik bagi petugas.

Anda mungkin juga menyukai