KLINIK KEBIDANAN
Disusun oleh :
NIM : 2010115004
KOTA CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehdirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kita masih diberi kesehatan serta kenikmatan.
Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas remedial mata kuliah Keterampilan
Dasar Praktek Klinik (KDPK).
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami sampaikan dari hasil makalah ini.
Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, terutama bagi kami selaku penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami
juga menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
walaupun kami sudah berusaha dengan semaksimal mungkin. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KEBUTUHAN OKSIGEN
Jika pemasangan OGT satu rangkaian dengan pemberian ventilasi maka dilakukan
langkah-langkah :
1. Ketika memasukan selang melalui mulut, hidung harus tetap terbuka untuk
ventilasi
2. Pada saat selang sudah dimasukan sepanjang ukuran yang telah ditentukan
dengan posisi yang tepat maka lepaskan spuit dari pipa dan biarkan ujung
selang atau lubang selang terbuka untuk jalan keluar udara yang masuk
kelambung
3. Lakukan ventilasi kembali segera setelah selang terpasang
BAB 5
PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Persiapan alat :
a. Baki beserta alasnya
b. Perlak atau handuk kecil
c. Bengkok
d. Tiang infus
e. Sarung tangan
f. Torniket
g. Kapas alkohol
h. Cairan infus
i. Infus set
j. Jarum kateter atau ONC
k. Plester
l. Kassa kecil
m. Povidonyodin
n. Gunting plester
o. Jam tangan
Langkah-langkah :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Susun secara ergonomis
2. Lakukan informed consent
3. Mencuci tangan
4. Atur peralatan dan buka kemasan steril
5. Pasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip
6. Tusukan set infus ke dalam botol cairan
7. Isi selang infus dengan menekan bilik drip dan buka klep rol
8. Pakai sarung tangan
9. Pasang perlak di bawah tempat yang akan dipasang dan pilih vena
yang akan digunakan
10. Letakan torniket 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk
11. Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol 70%. Biarkan
mengering selama kurang lebih 30 detik
12. Tahan vena dengan meletakan ibu jari di atas vena dan lakukan
penusukan
13. Periksa apakah jarum sudah benar-benar masuk vena
14. Lepaskan torniket dan stilet dari ONC, masukan selang infus
15. Lepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus. Perhatikan tetesan
infus agar tidak terjadi obstruksi aliran larutan IV
16. Pasang plester di bawah kateter IV dengan sisi lengket menghadap ke
atas lalu disilangkan
17. Atur tetesan sesuai kebutuhan dalam satu menit
18. Bereskan alat-alat
19. Lepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
20. Dokumentasi hasil tindakan
B. Tranfusi darah
Prosedur kerja :
a. Tahap prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat :
a) 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
b) Cairan isotonik NaCl 0,9%
c) Produk darah
d) Obat-obatan sesuai dengan program medic
e) Handscoen disposable
f) Tensimeter dan thermometer
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupelik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan, tanda, dan gejala reaksi
tranfusi
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
4. Minta tanda tangan persetujuan/informen konsen
c. Tahap kerja
1. Periksa produk darah yang disiapkan, golongan darah dan kesesuaian
cross math, jumlah darah dan nomor kantong, masa berlaku
2. Menggunakan sarung tangan
3. Pemasangan sistem infus set dengan filter yang tepat terhadap produk
darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonik NaCl 0,9%
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah
pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien
6. Monitor ternopat IV terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi, phlebritis
dan infeksi lokal
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu
9. Ganti cairan NaCl 0,9% dengan produk yang tersedia
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infus
11. Monitor kecepatan aliran tranfusi
12. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonik
dalam darah atau produk
13. Ganti larutan NaCl 0,9% ketika tranfusi telah selesai
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi respon klien terhdap tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
5. Membersihkan peralatan
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan
BAB 6
Persiapan alat :
1. Kateter
2. Urin bag
3. Bengkok
4. Sarung tangan DTT/steril
5. Spuit yang telah di DTT/steril
6. Pinset
7. Lampu atau senter
8. Tempat sampah
9. Phantom
10. Air matang atau steril
11. Povidon iodin 10%
12. Kapas
13. Pelumas
14. Klorin 0,5%
15. Plester
Langkah-langkah :
1. Berikan informasi pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Susun alat dan bahas yang akan digunakan secara ergonomis
3. Pastikan ruangan tertutup untuk menjaga privacy pasien
4. Atur posisi pasien. Persilahkan pasien untuk membuka celana
dalamnya dan membantu pasien untuk mengambil posisi semi dorsal
recumbant (terlentang dengan lutut fleksi)
5. Mencuci tangan dengan air mengalir
6. Gunakan sarung tangan DTT
7. Lakukan vulva hygene. Pisahkan dan pegang labia dengan tangan yang
tidak dominan dan bersihkan daerah perineum khususnya uretra
dengan larutan antiseptik dengan menggunakan pinset dan kapas DTT.
Bersihkan dengan satu arah dari atas ke bawah
8. Genggam kateter sekitar 7,5-10 cm (3-4 inci) dari ujung kateter dengan
tangan yang dominan
9. Masukan kateter ke lubang uretra. Gunakan larutan antiseptik (povidon
iodin 10% sebagai pelumas), lihat dengan benar letak lubang uretra,
perhatikan respon ibu, perhatikan komunikasi dengan pasien, bantu ibu
untuk rileks dan kemudian masukan kateter dengan hati-hati kira-kira
5-8 cm (2-3 inci) atau sampai urin mengalir. Bila urin tampak dorong
kateter 5 cm lagi
10. Buanglah urin pada bengkok. Perhatikan kesterilan ujung kateter,
jangan sampai menyentuh bengkok
11. Kunci kateter dengan memasukan air steril/matang kurang lebih 5-10
cc, kemudian tarik secara hati-hati agar penolakan terasa
12. Hubungkan kateter ke kantong penampung urin. Pastikan kantong
penampung urin sudah terkunci
13. Plester kateter kesebelah dalam paha klien
14. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai dan rapikan klien
15. Bereskan alat dan kemudian lakukan cuci tangan
16. Dokumentasi hasil tindakan
B. Pelaksanaan Pengambilan Sampel Urin
Persiapan alat :
1. Botol/wadah steril untuk pemeriksaan urin kultur dan sensitivitas
2. Botol/wadah bersih untuk pemeriksaan urin rutin atau urin lengkap
3. Handscoen bersih
4. Pot/urinal
5. Bengkok/nierbeken
6. Perlak/alas
7. Etiket
8. Formulir pemeriksaan
9. Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no 21 G
atau 22 G
10. Klem penjepit
11. Kapas alkohol 70%
12. Baskom berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk
13. Pinset steril dan kapas betadine
Implementasi :
a. Menutup tirai atau sammpiran
b. Mencuci tangan
c. Memakai handscoen bersih
d. Melakukan pengambilan sampel urin :
1. Melalui kateter :
a. Mengklem selang urin bag selama kurang lebih 30 menit
b. Meletakan perlak/pengalas di bawah tempat pengambilan urin
c. Melakukan pengambilan urin
2. Kateter dengan port :
a. Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%
b. Menusukkan jarum dengan sudut 90 ̊ pada port
c. Melakukan aspirasi urin sebanyak kurang lebih 3-5 cc untuk
pemeriksaan kultur urin, atau sebanyak kurang lebih 10-20 cc
untuk pemeriksaan urin lengkap
d. Memindahkan urin dari spuit kedalam bokat/botol steril
3. Kateter tanpa port :
a. Membuka tutup bokat/botol urin dan meletakannya di atas
perlak/pengalas
b. Mendesinfeksi sambungan kateter-selang urin bag dengan
kapas alkohol 70%
c. Membuka sambungan tersebut dengan hati-hati, pegang selang
di atas sambungan kurang lebih 5 cm, jaga jarak agar tidak
terkontaminasi
d. Memasukan urin ke balam bokat/botol urin (jangan sampai
bersentuhan dengan ujung kateter)
e. Mendesinfeksi selang kateter dengan kapas alkohol 70%
kemudian sambungkan kembali urin bag dengan kateter
f. Membuka klem penjepit
4. Dengan cara mid steam :
a. Meletakan perlak/pengalas di bawah bokong klien, lepaskan
pakaian bawah klien dan atu posisi yang sama seperti saat
membersihkan vulva/perineum
b. Membersihkan daerah perineum dan alat genitalia dengan
menggunakan air hangat + sabun dan washlap, kemudian
keringnya dengan handuk
c. Membersihkan daerah meatus uretra eksternus dengan
menggunakan kapas betadine dan pinset steril
d. Anjurkan klien untuk berkemih dan tampung urin yang pertama
keluar dalam pot/urinal, kemudian tampung urin yang keluar
selanjutnya dalam bokat/botol urin sampai 10-20 cc dan
anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya kedalam
pot/urinal
e. Menempatkan bokal/botol urin ditempat yang aman, setelah
urin untuk pemeriksaan ditampung
f. Merapikan klien dan alat
g. Melepaskan handscoen
h. Menempelkan etiket pemeriksaan urin pada bokal/botol urin,
dan buatkan formulir pemeriksaannya
i. Membuat formulir pemeriksaan
j. Membawa sampel urin beserta formulir pemeriksaannya ke
laboratorium
5. Evaluasi
6. Dokumentasi hasil pemeriksaan
C. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Urineal
c. Perlak/pengalas
d. Air dalam botol
Prosedur
1. Pasang sampiran/tirai
2. Mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
3. Pasang perlak/pengalas
4. Lepas pakaian bagian bawah klien
5. Dengan tangan kiri petugas memasukan penis ke dalam mulut urineal
dan klien dianjurkan berkemih
6. Rapikan klien dan alat
7. Mencuci tangan
8. Dokumentasi
D. Prosedur Menggunakan Pispot
Persiapan alat :
a. Pispot
b. Air dalam botol
c. Kapas cebok/toilet tisu dalam tempatnya
d. Sarung tangan bersih, masker dan celemek
e. Bengkok
f. Selimut/kain penutup
g. Perlak dan alasnya
h. Sampiran
i. Bel bila tersedia
Prosedur :
1. Pasang sampiran/tirai
2. Pasang perlak dan alasnya
3. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri
disisi klien
4. Pakaian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang
terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
5. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong
6. Pispot diatur sampai terletak di bawah bokong klien, jika klien tidak
dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengankat
bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur
pispot sampai terpasang tepat dan nyaman
7. Bila klien sudah selesai, kakinya diregangkan dan selimut dibuka.
Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok. Kapas
cebok dibuang kedalam pispot, angkat pispot dan tutup kembali
8. Keringkan bokong klien dengan pengalas
9. Rapikan klien dan alat
10. Sampiran dibuka
11. Mencuci tangan
12. Evaluasi
13. Dokumentasi
E. Memberikan Huknah Rendah
Merupakan suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan cara
memasukan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon desenden
dengan mempergunakan kanul recti.
Persiapan alat :
1. Slang/kanul recti sesuai umur pasien
2. Handscoen disposible
3. Nierbekken/bengkok
4. Alas bokong dan perlak
5. Tisu
6. Vaselin untuk pelicin
7. Cairan NaCl 0,9% sebanyak 500-1000 cc yang sudah dihangatkan
8. Pispot 2 buah
9. Air dalam botol cebok
10. Irigator dan selang kanul
11. Selimut atau kain penutup
12. Bengkok berisi cairan disinfektan
13. Sampiran/tirai
Prosedur :
1. Buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Pasang selimut, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan
4. Dekatkan nierbekken
5. Pakai handscoen
6. Irigator diisi dengan cairan NaCl 0,9% hangat 1000 cc
7. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya
8. Pangkal kanul dihubungkan ke selang dan irigator
9. Keluarkan udara dari selang irigator dan diklem
10. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan kanul ke dalam anus sedalam 7,5 cm sampai dengan 15
cm secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan menarik nafas
panjang, tinggi irigator 30-50 cm dari atas tempat tidur
11. Klem selang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan kurang lebih
selama 15-20 menit
12. Bila cairan sudah habis klem ditutup dan kanul dikeluarkan secara
perlahan-lahan
13. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot
14. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan
ke toilet
15. Setelah selesau bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air
dan tisu
16. Angkat pispot, perlak dan pengalas
17. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
18. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
19. Dokumentasi
F. Memberikan Huknah Tinggi
Merupakan suatu tindakan memenuhi kebutuhan eliminasi dengan cara
memasukan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon desenden
dengan mempergunakan kanul recti.
Persiapan alat :
a. Selang/kanul
b. Handscoen disposible
c. Nierbekken
d. Pengalas/perlak
e. Tisu
f. Vaselin
g. Cairan NaCl 0,9% sebanyak 1000-2000 cc yang sudah dihangatkan
h. Pispot
i. Air dalam botol cebok
j. Irigator dan slang kanul
Prosedur :
1. Buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Dekatkan nierbekken
4. Pakai handscoen
5. Pasien dianjurkan untuk miring ke kiri
6. Bersihkan daerah anal dengan air dan tisu
7. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya
8. Pangkal kanul dihubungkan ke slang dan irigator
9. Keluarkan udara dari saluran irigator dan diklem
10. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan kanul ke dalam anus sedalam 10-15 cm
11. Memasukan ujung kanul ke dalam anus perlahan-lahan. Anjurkan
pasien untuk menarik nafas dalam
12. Tinggi irigator 50 cm dari tempat tidur
13. Pasien dianjurkan untuk menahan BAB beberapa waktu selama cairan
dimasukan
14. Angkat nierbekken, perlak dan pengalas
15. Pasang pispot dan pengalas, pasien dapat dianjurkan untuk BAB
16. Setelah selesai BAB, pasien dibantu untuk membersihkan bagian anal
dan bokong
17. Angkat pispot dan pengalas
18. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
19. Lepaskan handscoen, cuci tangan
20. Dokumentasi
G. Memberikan Gliserin Spuit
Merupakan suatu tindakan memasukan cairan minyak gliserin melalui
anus ke dalam rektum dengan menggunakan spuit gliserin.
Persiapan alat :
a. Handscoen disposible
b. Nierbekken
c. Pispot, pengalas dan perlak
d. Air dalam botol cebok dan tisu
e. Vaselin
f. Spuit gliserin diisi dengan gliserin hangat sebanyak 10-20 cc, dan
udara dikeluarkan
Prosedur :
1. Memberi kain penutup untuk menutupi bagian bawah tubuh pasien dan
buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Dekatkan nierbekken
4. Memakai handscoen
5. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan spuit gliserin ke dalam anus sampai pangkal kanul dengan
posisi ujung spuit diarahkan seperti menyendok
6. Masukan minyak gliserin perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
menarik nafas panjang
7. Spuit gliserin dikeluarkan dari anus dan diletakan di nierbekken
8. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot
dan persilahlkan pasien BAB
9. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan
ke toilet
10. Setelah selesai bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air dan
tisu
11. Angkat pispot, pengalas dan perlak
12. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
13. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
14. Dokumentasi
BAB 7
4. Prosedur pelaksanaan
Persiapan alat :
1. Urin ibu hamil
2. Larutan klorin 0,5% dalam baskom
3. Reagen : asam asetat 5%
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Penjepit tabung reaksi
7. Lampu spiritus (bunser burner)
8. Pipet takaran 5 cc
9. Bak instrumen berisi sarung tangan DTT/bersih
10. Bengkok
11. Korek api
12. Perlak/pengalas
13. Trolly
14. Sabun antiseptik
15. Handuk kering, bersih
Langkah-langkah :
1. Jelaskan prosedur tindakan pada klien
2. Susun alat dan bahan secara ergonomis
3. Mencuci tangan
4. Pakai sarung tangan DTT atau bersih
5. Isi dua tabung reaksi (A dan B) masing-masing dengan 2-3 cc urin
6. Panaskan tabung A di atas lampu spiritus. Beri jarak 2-3 cm dari
ujung lampu sampai mendidih
7. Jika urin keruh, tambahkan 4 tetes asam asetat 5%. Perhatikan
perbedaan yang tampak pada tabung A dan B. Jika setelah
ditambahkan asam asetat 5% kekeruhan menghilang, hal ini
menunjukan protein urin negatif
8. Jika urin tetap keruh, panaskan sekali lagi. Jika urin tetap keruh
berarti protei positif
9. Bereskan dan bersihkan alat yang telah digunakan
10. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
11. Cuci tangan
12. Buat laporan hasil pemeriksaan
C. Pemeriksaan feses
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan,
dan dapat menggunakan tinja sewaktu. Tinja sebaiknya diperiksa dalam
keadaan segar agar unsur-unsur dalam tinja tidak rusak. Bahan ini selalu
harus dianggap dapat mendatangkan infeksi sehingga bekerja harus berhati-
hati. Pemeriksaan penting dalam tinja adalah terhadap parasit, telur cacing,
dan darah samar.
1. Pemeriksaan feses
a. Makroskopik : warna, bau, konsistensi, lendir, darah
b. Mikroskopik : parasit, sisa makanan, unsur selular
c. Darah samar : untuk mengetahui perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopi dan mikroskopi
d. Urobilin : selalu ada dalam tinja normal
2. Prosedur pengambila spesimen feses
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan alat : pispot, wadah spesimen, sarung tangan
3. Minta ibu defikasi di pispot tanpa kontaminasi dengan urin
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Masukan feses ke dalam wadah dan tutup
6. Observasi warna, konsistensi, dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat bekas pakai dengan benar
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirim ke lab
9. Lakukan pendokumentasian
D. Pemeriksaan Sputum
Sputum, dahak atau riak adalah sekret yang dibatukan dan berasal dari
bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan
diperiksa. Seringkali pemeriksaan sputum menjadi tanpa arti karena sampel
yang diberikan kepada lab bukan sputum sejati. Sebelum mengeluarkan
sputum sebaiknya pasien diminta untuk berkumur terlebih dahulu. Jika hanya
sputum sewaktu saja yang dikehendaki, sputum pagilah yang sebaiknya. Bila
penderita mengalami kesukaran untuk mendapatkan bahan pemeriksaan yang
memadai, dapat dibantu dengan berbagai cara : bernafas dalam tindaka
pertama. Dengan meminta penderita berbaring dengan kepala lebih rendah
dari paru-paru selama beberapa menit, penderita dapat batuk dengan cara
yang benar. Aerosol dengan larutan garam yang agak panas atau dengan
bahan mukolitik dapat menambah volume sputum dan memudahkan
pengeluarannya.
Wadah penampung sputum harus dijaga jangan sampai tercemar dan
sebaiknya tempat/wadah yang digunakan bermulut lebar dan dapat ditutup
rapat. Sputum harus selalu dipandang sebagai material yang infeksius.
Pemeriksaan sputum :
a. Makroskopik : warna, bau, konsistensi, banyaknya dan unsur-unsur
khusus
b. Mikroskopik : leukosit, eritrosit, sel-sel yang memgandung pigment,
serat elastik, uliran curschmann, kristal-kristal, fungi.
Sediaan apusan
Pemeriksaan dengan pulasan yang dipakai ialah menurut wright atau
giemsa, pulasan gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam. Yang penting
ialah pulasan ziehl-neelsen dan pulasan gram. Agar pemeriksaan gram
bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan
larutan garam steril supaya kuman-kuman hanya melekat pada unsur-unsur
sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut.
E. Pemeriksaan Pap Smear
Pap’s smear merupakan pemeriksaan sitologi (pengecatan) dari cairan
liang senggama, dan cairan apa saja untuk dapat menetapkan secara dini
kemungkinan adanya keganasan. Dikemukakan bahwa sel yang lepas dapat
dicat dan diperiksa untuk mendapatkan keterangan tentang kemungkinan
keganasan secara dini. Selain untuk diagnosis dini tumor ganas, pemeriksaan
sitologi ini dapat dipakai juga untuk secara tidak langsung mengetahui fungsi
hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
perubahan-perubahan khas pada sel-sel selaput lendir vagina.
Sekalipun bukan merupakan dasar kepastian penyakit, tetapi pemeriksaan
ini telah menimbulkan kecurigaan untuk meneruskan dengan pemeriksaan
yang lebih terarah, agar kepastian penyakit dapat ditegakan. Cairan yang
dapat diperiksa adalah cairan liang senggama (untuk kecurigaan) terhadap
keganasan mulut rahim, keganasan tubuh rahim, atau keganasan saluran telur
(indung telur)., cairan yang berasal dari luka alat kelamin luar, cairan asites
(cairan dalam rongga perut), cairan dari tenggorokan atau tempat lainnya
1. Pengambilan cairan untuk pap’s smear
Untuk deteksi tumor ganas bahan diambil dengan spatel ayre atau
dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks. Untuk
pemeriksaan pengaruh hormonal, bahan cukup diambil dari dinding vagina
saja. Kemudian dibuat sediaan apus dikaca benda yang bersih dan segera
dimasukan ke dalam botol khusu berisi etil alkohol 95%. Syarat utama
cairan yang akan diambil adalh tidak boleh bercampur dengan cairan
lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya.
2. Teknik pengambilan cairan untuk pap smear
a. Bagian luar : dapat langsung dengan kaca objeknya. Memakai lidi
kapas dan selanjutnya dioleskan merata pada kaca objek. Memakai alat
khusus dan selanjutnya dioleskan pada kaca objek
b. Liang senggama : liang senggama dibuka dengan speculum cocor
bebek sehingga mulut rahim tampak. Kapas lidi atau alat khusus
dipakai mengambil cairan dan selanjutnya dioleskan pada kaca objek
c. Setelah dioleskan pada kaca objek dikeringkan, difiksasi dengan
alkohol dan dikirim ke dokter ahli patologi untuk dicat dan diperiksa
sebagaimana mestinya
BAB 11
PEMBERIAN OBAT
PERAWATAN BEDAH