Anda di halaman 1dari 87

RANGKUMAN

KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK

KLINIK KEBIDANAN

Disusun oleh :

Nama : Laila Yeni Rahmawati

NIM : 2010115004

PROGRAM STUDY D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

KOTA CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehdirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kita masih diberi kesehatan serta kenikmatan.
Rangkuman ini dibuat untuk memenuhi tugas remedial mata kuliah Keterampilan
Dasar Praktek Klinik (KDPK).

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami sampaikan dari hasil makalah ini.
Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, terutama bagi kami selaku penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami
juga menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
walaupun kami sudah berusaha dengan semaksimal mungkin. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Cirebon, 08 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI.....................................................................5


BAB 2 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR...............15
BAB 3 KEBUTUHAN OKSIGEN..................................................................................22
BAB 4 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI...........................................30
BAB 5 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.........33
BAB 6 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI......................................36
BAB 7 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI.........................44
BAB 8 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH, POSTUR
POSISI, AMBULASI DAN MOBILISASI......................................................................48
BAB 9 KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN ANAK
BALITA...........................................................................................................................52
BAB 10 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK............................63
BAB 11 PEMBERIAN OBAT.........................................................................................69
BAB 12 PERAWATAN BEDAH....................................................................................81
BAB 13 ASUHAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN DAN
KEMATIAN....................................................................................................................86
BAB 1

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

BAB 1 PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI


A. Macam-macam Cuci Tangan
1. Cara Biasa : membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
 Persiapan Alat:
a. Air bersih yang mengalir
b. Sabun antiseptik
c. Sikat lunak
d. Handuk atau lap tangan kering dan bersih
 Langkah-langkah:
a. Lepas semua alat yang melekat pada tubuh (jam tangan, cincin,
gelang, dll)
b. Gulung baju hingga di atas siku
c. Basahi tangan dengan air mengalir hingga siku kemudian disabun
dan digosok (bila perlu disikat)
d. Bilas dengan air mengalir
e. Keringkan tangan dengan handuk atau lap kering yang bersih
2. Cara Disinfeksi : mencuci tangan dengan larutan disinfektant, dilakukan
pada bagian yang berhubungan dengan penyakit menular atau bila
diperlukan
 Persiapan Alat:
a. Air bersih yang mengalir
b. Sabun antiseptik
c. Sikat lunak
d. Larutan disinfektan (lysol ½ %, savlon ½ %)
e. Handuk atau lap tangan kering dan bersih
 Langkah-langkah:
a. Lepas semua aksesoris yang melekat pada tubuh
b. Gulung baju hingga di atas siku
c. Basahi tangan dengan air mengalir, dari ujung jari sampai ke siku
d. Rendam tangan sekitar 2 menit di dalam larutan disinfektan
e. Kemudian disabun dan digosok (bila perlu disikat)
f. Bilas dengan air mengalir
g. Setelah bersih, keringkan tangan dengan handuk atau lap kering
yang bersih
3. Cara Steril : mencuci tangan secara steril. Dilakukan bila akan melakukan
pembedahan, karena merupakan syarat mutlak dalam persiapannya
 Persiapan Alat:
a. Kran untuk air yang mempunyai tangkai panjang
b. Sikat steril
c. Alkohol 70%
d. Sabun antiseptik
e. Handuk atau lap kering yang bersih
 Langkah-langkah
a. Lepas semua aksesoris yang melekat pada tubuh dan gulung baju
hingga batas siku
b. Buka kran, basahi tangan sampai siku, disabun dan digosok dengan
jari-jari selama kurang lebih 2 menit, lalu dibilas dengan air (sabun
tetap dipegang)
c. Ambil sikat, tangan disabuni lagi dan sikat mulai dari jari-jari
terutama kuku, sela-sela jari, punggung tangan, dan telapak tangan
sebanyak masing-masing lebih kurang 6 kali
d. Bilas dengan air mengalir mulai dari ujung-ujung jari sampai siku
(sabun dan sikat tetap dipegang)
e. Kemudian disabun, disikat dan dibilas lagi seperti di atas. Hal ini
diulangi beberapa kali selama kurang lebih 15 menit
f. Setelah selesai, sabun dan sikat diletakkan pada tempatnya. Tangan
dibilas dan tetap diarahkan keatas hingga air dari tangan mengalir
ke siku
g. Kran ditutup dengan siku
h. Tangan dikeringkan dengan lap yang steril, yang mana satu bagian
lap tersebut hanya dipakai untuk satu tangan dan bagian yang lain
untuk tangan yang lainnya
i. Sarung tangan dipasang
B. Cara-cara Sterilisasi
1. Cara Rebus : mensterilkan alat dalam air mendidih (100̊ C)selama lebih
kurang 15-20 menit. Contoh alat : alat-alat dari logam, kaca, dan karet.
2. Cara Stoom : mensterilkan dengan uap panas di dalam autoclave dengan
waktu, suhu dan tekanan tertentu. Contoh alat : alat-alat tenun, logam,
alat-alat karet dan berupa cairan atau obat-obatan.
3. Cara Panas Kering : mensterilkan alat dengan menggunakan oven dengan
panas tinggi. Contoh alat : alat-alat logam yang tajam, alat-alat dari kaca,
obat-obat tertentu (alat tenun dan karet tidak boleh memakai cara ini
karena akan terbakar dan rusak).
4. Dengan Bahan Kimia : digunakan untuk alat-alat yang cepat rusak bila
kena panas, seperti : sarung tangan, kateter, dll.
Bahan kimia yang dipakai : alkohol 70%; sublimat 1/000, untuk kapas
yang direndamkan selama 24 jam; uap formalin untuk mensterilkan
sarung tangan, kateter, dll, di dalam tromol/stoples tertutup selama 24 jam
(untuk ukuran tromol/stoples ukuran 1 liter digunakan 4 tab formalin 50
mg dalam waktu 24 jam).
C. Pemeliharaan Alat-alat Perawatan dan Kedokteran
1. Alat dari logam : pisau operasi, gunting, pinset, kocher, korentang, dll
 Persiapan :
a. Alat-alat yang akan dibersihkan
b. Tempat pencucian dengan air mengalir
c. Sabun cuci
d. Sikat halus
e. Bengkok
f. Lap kering
g. Larutan disinfektan
h. Kain kasa
i. Sterilisator yang siap dipakai
 Langkah-langkah :
a. Alat yang sudah dipergunakan dibawa ke tempat pencucian, dibilas
di bawah air mengalir untuk membuang kotoran-kotoran yang
melekat, lalu direndam di dalam larutan disinfektan selama lebih
kurang 2 jam (alat-alat yang telah dipergunakan pada pasien dengan
penyakit menular direndam lebih kurang 24 jam)
b. Kemudian dibilas dan disabun satu persatu dengan sabun lalu
dibilas sampai bersih
c. Sterilkan dengan cara memasukan alat-alat tersebut ke dalam
sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak hingga
mendidih. Setelah mendidih baru diangkat
d. Khusus untuk alat-alat logam yang tajam (pisau, gunting, jarum, dll)
dimasukan setelah air mendidih dan ditunggu lebih kurang 3-5
menit
e. Setelah alat-alat tersebut steril, diangkat/dipindahkan ke tempat
yang steril
f. Alat dibereskan dan disimpan di tempatnya
2. Alat-alat dari gelas : kateter kaca, pengisap lendir dari kaca (untuk bayi),
spuit kaca, dll
 Persiapan Alat : sda, bila perlu ditambahkan lidi kapas
 Langkah-langkah :
a. Sama dengan cara kerja untuk alat-alat logam
b. Khusus untuk spuit, pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas
c. Di dalam sterilisator spuit dan pengisapnya diletakan berdampingan
d. Setelah semua alat bersih, masing-masing alat dibungkus dengan
kain kassa, baru dimasukan ke dalam sterilisator yang sudah berisi
air, dimasak sampai mendidih selama kurang lebih 15 menit
e. Sesudah steril alat dipindahkan dengan korentang steril ke dalam
tempat steril atau bak steril yang khusus buat masing-masing alat
f. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ke tempatnya
3. Alat-alat dari karet : kateter, sonde (neus slang/maag slang, dll) drain, dll
 Persiapan alat :
a. Alat-alat yang akan dibersihkan
b. Tempat pencucian dengan air mengalir
c. Sabun cuci
d. Bengkok
e. Spuit
f. Kapas dan bensin dalam tempatnya
g. Larutan disinfektan, misal lysol 2%
h. Sterilisator
 Langkah-langkah :
a. Alat-alat dibersihkan, bekas-bekas plester dihilangkan dengan kapas
bensin
b. Direndam di dalam larutan disinfektan kurang lebih 2 jam kemudian
dibilas dan disabun. Bagian dalamnya dibersihkan dengan
menyemprotkan air dari spuit atau dengan air yang mengalir sambil
dipijit-pijit, sampai bersih
c. Air di dalam sterilisator didihkan, lalu masukan alat tersebut dan
dibiarkan selama kurang lebih 5-10 menit, baru diangkat dengan
korentang steril, disimpan pada tempat yang steril
d. Setelah selesai alat-alat dibereskan dan dikembalikan ke tempatnya
4. Membersihkan dan mnesterilkan sarung tangan
 Persiapan alat :
a. Sarung tangan yang telah dipakai
b. Tempat pencucian dengan air mengalir
c. Sabun
d. Kain pengering/lap kering/handuk bersih
e. Talk
f. Tablet formalin secukupnya
g. Tromol/stoples yang tertutup rapat (ukuran 1 liter atau lebih)
 Langkah-langkah :
a. Sarung tangan dibilas dan disabuni bagian luar dan dalamnya, lalu
dibilas sampai bersih
b. Periksa sarung tangan tersebut apakah bocor atau tidak, yaitu
dengan cara memasukan udara ke dalamnya lalu direndamkan ke
dalam air (bila bocor, dipisahkan)
c. Setelah bersih, sarung tanagan yang masih baik dikeringkan dengan
cara menggantungkan terbalik atau langsung dikeringkan luar
dalamnya dengan handuk atau lap kering
d. Kerjakan hati-hati jangan sampai robek
e. Beri talk atau bedak tipis-tipis di bagian luar dan dalamnya. Diatur
atau digulung per pasang atau dipisahkan per bagian (satu kelompok
bagian kiri dan kelompok lain bagian kanan) bila dipisahkan per
bagian harus diberikan etiket yang jelas pada tromol masing-masing
f. Kemudian disterilkan di dalam tromol tertutup yang telah berisi
sarung tablet formalin, selama 24 jam dihitung mulai saat
dimasukan
g. Setelah selesai alat-alat dibereskan
D. Membersihkan Alat Bercat
 Persiapan alat :
a. Ember berukuran sedang berisi larutan sabun hangat
b. Ember berukuran sedang berisi air bersih
c. Baki (yang berisi beberapa lap kerja, lap tua, dan vim)
 Langkah-langkah :
a. Membawa alat-alat kedekat alat bercat yang akan dibersihkan
b. Membersihkan debu dengan lap tua yang lembab
c. Menggosok alat dengan lap yang telah dicelupkan ke dalam larutan
sabun hangat, dari permukaan bagian atas ke permukaan bagian
bawah dan dari bagian sudut ke bagian tengah
d. Membersihkan dengan lap yang telah dicelupkan ke dalam air
bersih, kemudian dikeringkan dengan lap kering
e. Bila ada noda gosoklah lebih dahulu noda tersebut dengan lap tua
lembab memakai vim, kemudian gosoklah dengan larutan sabun
hangat, lalu bersihkan dengan air bersih, akhirnya keringkan dengan
lap kering
f. Membawa alat-alat ke spoelhok untuk dibersihkan, dijemur atau
dikeringkan dan dikembalikan ke tempat masing-masing
g. Mencuci tangan
E. Membersihkan alat yang berpolitur
 Persiapan alat, bak yang berisi:
a. Obat gosok
b. Beberapa lap kerja
c. Beberapa lap tua
d. Ember sedang berisi air bersih
e. Alat tambahan : bila ada barang terbuat dari rotan yang perlu
dibersihkan, maka alat-alat perlu ditambah dengan ember sedang
berisi larutan sabun hangat, sikat, dan penyemprot berisi obat
pembasmi serangga
 Langkah-langkah :
a. Membawa alat-alat kedekat alat pelitur yang akan dibersihkan
b. Membersihkan debu dengan lap tua yang lembab yang telah
dicelupkan ke dalam air bersih, kemudian dikeringkan dengan lap
kering
c. Membersihkan bagian yang tidak berpelitur dengan lap yang telah
dicelupkan ke dalam larutan sabun hangat, lalu disikat dengan air
bersih, kemudian dikeringkan dengan lap kering
d. Membersihkan bagian yang tidak berpelitur dengan lap yang telah
dicelupkan ke dalam larutan sabun hangat, dibersihkan dengan air
bersih dengan menggunakan lap kerja, kemudian dikeringkan
dengan lap kering
e. Menuangkan obat gosok pada lap tua, lalu digosokan pada
permukaan alat yang berpelitur dengan rata, kemudian ditunggu
selama kurang lebih 2-3 menit
f. Membawa alat ke spoelhok untuk dibersihkan, dijemur atau
dikeringkan dan dikembalika ke tempat masing-masing
g. Mencuci tangan
F. Melawa-lawa, Menyapu, Mengepel
Hal ini betujuan untuk :
a. Memelihara atau menjaga kebersihan ruangan secara keseluruhan
b. Memberikan kesan yang baik, dan pemandangan yang menyenangkan
serta segar
c. Menghindari sumber infeksi
1. Melawa-lawa
 Persiapan alat :
a. Pembungkus kepala atau kain segitiga (mitella)
b. Masker
c. Schort
d. Sapu lawa-lawa bertangkai panjang (ragebol) dan kain
pembungkusnya
e. Ember plastik sedang yang berisi larutan lysol 2%
f. Keranjang atau ember tempat pakaian kotor
 Langkah-langkah :
a. Membungkus kepala dengan pembungkus kepala atau mitella
b. Memakai celemek atau masker
c. Membungkus ujung sapu lawa-lawa bertangkai panjang dengan
pembungkusnya
d. Membersihkan langit-langit mulai dari sudut menuju ke arah luar
terus ke bagian tengah. Demikian seterusnya sampai selesai
e. Membuka masker dan pembungkus kepala kemudian dimasukan ke
dalam ember plastik yang tersedia
f. Membuka celemek, kemudian dimasukan ke dalam keranjang
pakaian kotor
g. Mengembalikan sapu lawa-lawa ke tempatnya
h. Mencuci pembungkus kepala, masker, dan pembungkus sapu lawa-
lawa, dijemur hingga kering dan disimpan
i. Mencuci tangan
2. Menyapu
 Persiapan alat :
a. Sapu
b. Baskom kecil berisi air
c. Serok bertangkai
 Langkah-langkah :
a. Memercik lantai secukupnya dengan air agar debu dan kotoran tidak
berterbangan. Percikan jangan sampai kena alat-alat yang ada di
dalam ruangan, termasuk dinding ruangan
b. Menyapu dimulai dari sudut ruangan terus ke arah tengah menuju
pintu, disini kotoran dikumpulkan
c. Memasukan kotoran ke dalam serok untuk dibuang ke tempat
sampah
d. Mengembalikan alat-alat ke tempat masing-masing serta
membersihkan serok
e. Mencuci tangan
3. Mengepel
 Persiapan alat :
a. Lap pel yang tengahnya dibuat lubang
b. Tangka atau gagang pel
c. Ember plastik berisi larutan disinfektan
d. Ember berisi air bersih
 Langkah-langkah
a. Memasukan lap pel ke dalam larutan disinfektan kemudian peras
secukupnya
b. Memasukkan kain pel ke tengan lubangnya pada tangkai pel
c. Mengepel dengan menekan tangkai pel mulai dari sudut menuju ke
tengah ruangan, terus menuju pintu dengan cara mengayunkan
tangkai pel ke kiri dan ke kanan serta bergerak mundur
d. Melepaskan kain pel yang sudah kotor dari tangkainya lalu dibilas
dengan larutan disinfektan (mengganti larutan bila sudah kotor)
e. Pelaksanaan diatas dilakukan dua kali berturut-turut
f. Membilas kain pel yang telah dilepas dari tangkai pel dengan air
bersih, lalu diperas sampai kering dan ruangan dipel kembali
g. Mencuci kain pel, dijemur sampai kering lalu diletakan ditempatnya
h. Membersihkan alat-alat lain dan mengembalikan alat-alat itu ke
tempat yang telah disediakan
i. Mencuci tangan
G. Membersihkan Kaca Jendela dan Kaca Pintu
Hal ini bertujuan agar kaca tetap bersih dan kelihatan terang, serta
menghindari dari sumber infeksi
 Persiapan alat :
a. Baki berisi beberapa helai lap tua, sebuah silet
b. Ember plastik berukuran sedang yang berisi laruran sabun hangat
c. Ember plastik berukuran sedang yang berisi air bersih
d. Cerek yang berisi air panas
e. Beberapa potong sabun atau sabun bubuk
 Langkah-langkah :
a. Mendekatkan alat-alat ketempat kerja
b. Membersihkan kayu jendela atau pintu terlebih dahulu dengan lap
yang telah dicelupkan ke dalam larutan sabun hangat, lalu diperas
c. Membersihkan kembali kayu jendela atau pimtu dengan air bersih
yang tersedia, lalu dikeringkan dengan lap kering
d. Membuang air yang telah kotor dan mengganti dengan larutan
sabun panas
e. Membersihkan kaca dengan lap yang telah dicelupkan ke dalam
sabun panas, cara menggosok dari sudut ke tengah, kemudian
menggosok bagian tengah dengan cara memutar
f. Keringkan segera dengan lap kering
g. Kalau ada noda seperti cat, noda tersebut harus dibersihkan lebih
dahulu dengan silet
h. Mencuci lap yang telah dipakai dan dijemur sampai kering
i. Membersihkan alat-alat dan dikembalikan ke tempatnya
j. Mencuci tangan
H. Membersihkan Wastafel dan Alat Dari Kuningan
1. Membersihkan wastafel
Hal ini bertujuan agar tempat cuci tangan terpelihara dengan baik dan
memenuhi estetika penglihatan, serta menghindari sumber infeksi
 Persiapan alat : ember plastik yang berisi :
a. Abu gosok
b. Dua lembar lap kerja
c. Pompa bak cuci tangan
d. Celemek plastik
e. Gayung kecil
f. Botol brasso
g. Ember plastik berisi larutan sabun panas
h. Cerek berisi air panas
 Langkah-langkah :
a. Menyiram keran dan permukaan tempat cuci tangan dengan air
panas
b. Membersihkan keran dengan lap kerja yang dicelupkan ke dalam
larutan sabun hangat
c. Mengambil gayung, lalu menampung air dan membilas keran
d. Menggosok bak dengan vim dengan memakai lap tua, mulai dari
bagian luar kemudian ke bagian dalam
e. Selanjutnya bersihkan dengan lap kerja yang dicelupkan ke dalam
larutan sabun hangat; jaga agar larutan sabun tidak berpercikan
f. Mengambil gayung, kemudian menampung air dan membilas bak
g. Mengeringkan dengan lap kering
h. Membersihkan dan membereskan serta menyimpan alat-alat
i. Mencuci tangan
2. Membersihkan alat-alat dari kuningan
 Persiapan alat:
a. Baki yang berisi sebuah kaleng brasso
b. Beberapa helai lap kerja
 Langkah-langkah :
a. Membawa alat-alat yang telah disediakan ke tempat kerja
b. Mengocok brasso terlebih dahulu, lalu dituangkan sedikit pada lap
tua hingga alat yang digosok bersih dan mengkilat
c. Menggosok beberapa kali pada keseluruhan alat kuningan dengan
cara menekan
d. Mengeringkan dengan lap tua hingga alat yang digunakan bersih
dan mengkilat
e. Membawa alat-alat ke spoelhok, lalu dibereskan dan diletakan ke
tempat masing-masing
f. Mencuci tangan
I. Membongkar kamar
 Persiapan alat :
a. Peralatan untuk melawa-lawa, menyapu, mengepel, ditambah
dengan 1 sikat ubin bertangkai, 1 sikat biasa, dan sapu lidi
b. Membersihkan alat-alat dari kuningan
c. Larutan sabun hangat
d. Ember atau cerek berisi air panas
e. Beberapa lap kerja
f. Sepasang sendal jepit dari karet plastik
g. Pipa karet plastik yang sesuai dengan mulut keran dan cukup
panjang
h. Beberapa celemek lengan panjang dan celemek plastik
i. Beberapa helai plastik besar untuk menutup barang-barang
 Langkah-langkah
a. Menyediakan alat-alat secukupnya
b. Mengeluarkan barang-barang yang dapat diangkat; yang tidak dapat
diangkat ditutupi dengan plastik koran supaya tidak terkena debu
c. Dimulai dengan melawa-lawa
d. Membersihkan jendela, pintu, dan kacanya
e. Memercikan air secukupnya pada lantai lalu disapu
f. Membersihkan alat-alat yang bercat dan berpelitur
g. Mengeluarkan alat-alat yang sudah dibersihkan dan diletakan di
tempat tertentu
h. Membuka celemek dan memakai celemek plastik
i. Menyiram lantai dengan larutan sabun hangat lalu disikat sampai
bersih
j. Mengeluarkan larutan sabun yang sudah kotor dengan sapu lidi ke
tempat pembuangan air terdekat
k. Membilas lantai dengan air bersih memakai pipa karet/plastik,
mulai dari sudut ke tengah lalu disapu ke luar; pembilasan ini
dilakukan beberapa kali sampai bersih
l. Mengepel lantai sampai kering
m. Mengembalikan barang-barang yang dikeluarkan ke dalam kamar
n. Membawa alat-alat yang kotor ke spoelhok dibersihkan kemudian
dijemur sampai kering, lalu disimpan ditempat masing-masing
o. Mencuci tangan
BAB 2

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

BAB 2 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


A. Membersihkan Tempat Tidur
 Persiapan alat : ember berisi :
a. Sikat lunak untuk menyikat kasur dan bantal
b. Sikat kerja
c. Dua lap kerja
d. Dua lap tua
e. Vim
f. Tempat pakaian kotor
g. Empat buar ember untuk larutan sabun hangat, larutan lysol 1%, air
bersih dan tempat perlak kotor
 Langkah-langkah :
a. Meletakan alat-alat di dekat tempat tidur
b. Melepaskan alat-alat tenun dengan hati-hati dari bawah kasur dan
menggulung satu persatu alat itu di atas kasur, lalu dimasukkan ke
dalam tempat pakaian kotor
c. Memasukan perlak ke dalam ember kosong
d. Membawa kasur dan bantal ke tempat pembersihan yang telah
ditentukan
e. Menyikat bantal dan kasur dengan sikat lunak lembab yang telah
dicelupkan ke dalam larutan lysol 1%. Bantal dan kasur disikat ke
arah luar
f. Menjemur bantal dan kasur
g. Mencuci alat untuk menyikat alas kasur
h. Menyikat per tempat tidur sesuai dengan alur anyaman dengan sikat
biasa yang telah dicelupkan ke dalam larutan lysol 1%
i. Menggosok kerangka tempat tidur
j. Jika pada besi ada noda, bersihkan noda tersebut dengan vim atau
bersihkan lagi dengan lap memakai air bersih kemudian dikeringkan
lalu dikembalikan ke tempat masing-masing
k. Membawa pakaian kotor ke tempat pencucian
l. Mencuci tangan
B. Mencuci Rambut
 Persiapan alat :
a. Sisir : 1 buah
b. Handuk : 2 buah
c. Waslap/sapu tangan : 1 buah
d. Celemek : 1 buah
e. Sarung tangan bersih : 1 pasang
f. Kapas kering dan tempatnya : 1 buah
g. Shampo : 1 buah
h. Perlak besar : 1 buah
i. Perlak kecil : 1 buah
j. Seprai : 1 buah
k. Ember berisi ai bersih : 1 buah
l. Ember kosong : 1 buah
m. Gayung : 1 buah
 Langkah-langkah :
1. Lakukan informed consent
2. Susun alat dan bahan secara berurutan, periksa kelengkapannya
serta letakan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Cuci tangan dibawah air mengalir
4. Membuat talang dari sprei dan perlak besar
5. Memasang celemek
6. Memakai sarung tangan
7. Membaringkan pasien secara diagonal
8. Melepas bantal dan memasang perlak di bawah bahu dengan
dilapisi handuk
9. Memasang talang di bawah tengkuk pasien dengan ujung bawah
perlak dimasukan dalam ember kosong untuk menampung air
siraman
10. Mata klien ditutup sapu tangan/waslap dan telinga ditutup kapas
11. Menutup bagian dada klien dengan handuk sampai ke leher
12. Menyisir rambut pasien dan rambut yang rontok dikumpulkan dan
dibungkus dengan kertas
13. Membasuh rambut klien dengan air bersih dengan menggunakan
gayung
14. Memberi shampo dan menggosok-gosok kulit kepala dan rambut
sampai rata
15. Membilas rambut dengan air sampai bersih
16. Angkat penutup mata dan telinga pada klien
17. Angkat talang dan masukan ke dalam ember
18. Keringkan rambut klien dengan menggunakan handuk
19. Angkat handuk dan perlak yang ada di bawah punggung klien dan
masukan ke dalam baskom
20. Mengatur posisi klien seperti semula serta letakan bantal yang
dilapisi handuk kering dibawah kepala klien
21. Sisir rambut klien dengan perlahan
22. Rapikan klien
23. Melepaskan sarung tangan
24. Melepaskan celemek
25. Merapikan alat dan mengembalikan pada tempatnya
26. Mencuci tangan
27. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
C. Menyiapkan Tempat Tidur Tertutup
 Persiapan alat :
a. Tempat tidur
b. Kasur
c. Bantal
d. Alas kasur
e. Seprai besar
f. Perlak
g. Stik laken
h. Boven laken
i. Selimut tidur
j. Sarung bantal
k. Penutup seprai
l. Tempat kain kotor
 Langkah-langkah :
a. Cuci tangan
b. Meletakan alat tenun di dekat bed
c. Lepas seprai bagian sudut
d. Ambil selimut dan bantal yang akan digunakan
e. Gulung sprei dari atas ke bawah
f. Letakan sprei kotor di tempatnya
g. Atur letak kasur
h. Memasang sprei
i. Letakan perlak melintang 50 cm dari bagian kepala
j. Letakan stik laken diatas perlak kemudian masukan sisanya ke sisi
tempat tidur
k. Pasang boven laken pada kasur, daerah kaki masukan sedikit kain
ke bawah tempat tidur kemudian bentangkan ke arah bagian kepala
l. Pasang selimut
m. Lipat boven laken ke atas dan rapikan beserta selimut
n. Pasang bantal
o. Pasang penutup sprei diatas kasur
p. Dokumentasi hasil tindakan
q. Cuci tangan
D. Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka
Tempat tidur terbuka adalah tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei
penutup, sprei atas/selimut dilipat ke bawah pada bagian kaki.
 Persiapan alat :
a. Tempat tidur
b. Kasur
c. Bantal
d. Alas kasur/sarung kasur (2,80-2 m)
e. Perlak 1 m2
f. Kain belacu
g. Sprei melintang (stik laken; 2-1,20 m)
h. Sprei atas (boven laken; 2,80-1,50 m)
i. Selimut
j. Sarung bantal
 Langkah-langkah :
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat
c. Meletakan alat tenun
d. Memasang alas kasur dan mengikatkan tali-talinya ke arah dalam
pada rangka tempat tidur pada tiap sudut
e. Meletakan sprei dengan lipatan memanjang yang menentukan garis
tengahnya di tengah-tengah tempat tidur
f. Memasukan sprei pada bagian kepala kurang lebih 25 cm di bawah
kasur, kemudian dibuat sudut
g. Memasukan sprei pada bagian kaki kurang lebih 25 cm di bawah
kasur dan dibuat sudut
h. Memasukan sprei bagian sisi ke bawah kasur
i. Meletakan perlak melintang kurang lebih 50 cm dari garis kasur
bagian kepala, demikian pula sprei melintang dan masukan sama-
sama ke bawah kasur
j. Memasukan sprei atas secara terbalik dengan jahitan lebar di bagian
kepala mulai dari garis kasur; masukan bagian kaki ke bawah kasur
k. Meletakan selimut kurang lebih 25 cm dari garis kasur bagian
kepala dan masukan bagian kaki ke bawah kasur
l. Melipat sprei bagian atas tepat di atas garis selimut
m. Memasukan bantal ke dalam sarungnya dan meletakan bantal
dengan bagian yang tertutup ke jurusan pintu
n. Menyelesaikan sisi yang lain seperti sisi yang tadi
o. Melipat sprei atas dan selimut ke bawah pada bagian kaki dengan
cara dua tangan memegang sprei atas dan selimut kemudian ditarik
ke bagian kaki, lalu dilipat bersusun
E. Mengganti Alat Tenun dengan Pasien di Atasnya
 Persiapan alat :
a. Alat tenun bersih disusun berdasarkan pemakaian
b. Kursi atau bangku
c. Tempat kain kotor yang tertutup
d. Dua ember kecil yang berisi lysol 1% dan air bersih
e. Lap kerja 3 buah
 Persiapan pasien :
a. Posisi pasien telentang di atas tempat tidur
b. Informed consent
 Langkah-langkah :
1. Cuci tangan
2. Meletakan alat yang telah disiapkan
3. Bersihkan rangka tempat tidur
4. Letakan selimut dan bantal pasien yang tidak perlu ke atas kursi
5. Miringkan pasien ke satu sisi
6. Lepas alat tenun pada bagian kosong dari bawah kasur lalu gulung
satu persatu sampai dengan di bawah punggung pasien. Gulung stik
laken ke tengah tempat tidur sampai sejauh mungkin. Bersihkan
perlak dengan larutan disinfektan dan keringkan lalu gulung ke
tengah tempat tidur sejauh mungkin. Gulung laken atau sprei besar
ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
7. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab
disinfektan, lalu lap kembali dengan lap kering
8. Bentangkan sprei besar bersih kering dan gulung setengah bagian,
letakan setengah gulungannya di bawah punggung pasien, ratakan
setengah bagian lagi lalu pasangkan di bawah kasur
9. Gulung perlak dan ratakan lagi
10. Bentangkan stik laken bersih di atas perlak. Gulung setengah bagian
dan letakan di punggung pasien, ratakan setengah lagi di atas perlak,
lalu masukan ke bawah kasur bersama dengan perlak
11. Setelah selesai dan rapikan pada salah satu bagian, miringkan pasien
ke arah yang berlawanan
12. Lepas alat tenun yang kotor dari bawah kasur
13. Angkat stik laken dan masukan pada tempat kain kotor
14. Bersihkan perlak kemudian gulung ke tengah
15. Lepas laken kotor kemudian letakan pada tempat kain kotor
16. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur
17. Buka gulunga laken dari punggung pasien, tarik dan ratakan
setegang mungkin kemudian masukan ke dalam kasur
18. Pasang perlak dan sprei seperti tadi
19. Lepas sarung bantal dan guling yang kotor, ratakan isinya kemudian
pasang sarung yang bersih
20. Susun bantal lalu baringkan kembali pasien pada posisi nyaman
21. Ganti selimut kotor dengan yang bersih
22. Bereskan alat-alat dan kembalikan ke tempatnya
23. Dokumentasikan hasil tindakan
24. Merapikan pasien
25. Cuci tangan
F. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi Roda
 Langkah-langkah :
a. Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur
b. Kaji postural hipotensi
c. Intruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
d. Intruksikan mencondongkan tubuh kedepan mulai dari pinggul.
Intruksikan meletakan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan
kaki yang lemah berada di depannya. Meletakan tangan pasien di
atas permukaan bed atau diatas kedua bahu perawat
e. Berdiri tepat di depan pasien, condongkan tubuh ke depan, fleksikan
pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah
satu di depan dan yang lainnya di belakang
f. Lingkari punggung pasie dengan kedua tangan perawat
g. Tangan otot glutelal, abdominal, kaki dan lengan otot anda siap
untuk melakukan gerakan
h. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama
menuju kursi roda
i. Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi
roda, meletakan kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap
pada bahu perawat
j. Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi paling
aman
k. Turunkan tatakan kaki, dan letakan kedua kaki pasien di atasnya
l. Pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman dan
nyaman
m. Mencuci tangan
n. Dokumentasikan hasil tindakan
G. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Brankar
 Langkah-langkah :
a. Naikan posisi tempat tidur sampai lebih tinggi dari brankar
b. Posisikan pasien di tepi tempat tidur, tutupi dengan selimut untuk
kenyamanan dan privacy
c. Minta pasie untuk memfleksikan leher jika memungkinkan dan
letakan kedua tangan menyilang di atas dada
d. Lakukan persiapan untuk mengangkat pasien. Perawat pertama
meletakan kedua tangan di bawah bagian dada dan leher, perawat
kedua di bawah pinggul, dan perawat ketiga di bawah kaki pasien
e. Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut dan
pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan instruksi
kemuadian angkat pasien secara bersamaan
f. Buat pasien merasa nyaman dan angkat pagar brangkar dan
kencangkan sabuk pengaman melintang di atas tubuh pasien
g. Dokumentasikan hasil tindakan
h. Pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman
i. Mencuci tangan
BAB 3

KEBUTUHAN OKSIGEN

BAB 3 KEBUTUHAN OKSIGEN


A. Pemasangan oksigen
Yaitu memasukan zat asam (oksigen) ke dalam paru-paru melalui saluran
pernafasan menggunakan alat khusus. Hal ini dilakukan pada pasien anoxia,
hypoxsia; mengalami kelumpuhan alat-alat pernafasan; pasien yang mendapat
trauma paru-paru; pasien dalam keadaan gawat darurat, koma, dan lain-lain;
serta pasien yang tiba-tiba menunjukan tanda-tanda syok.
 Persiapan alat :
a. Tabung oksigen
b. Water of irrigation
c. Kateter nasal
d. Flow metter
e. Gunting plester
f. Plester
g. Vaselin
h. Wastafel
i. Handuk
j. Alat tulis
 Persiapan pasien :
a. Melakukan informed consent
b. Pasien diposisikan fowler
 Lanngkah-langkah :
a. Lakukan informed consent
b. Siapakan alat secara ergonomic
c. Pasang sampiran
d. Mencuci tangan
e. Atur posisi pasien setengan duduk (fowler)
f. Isi gas humidifier dengan water of irrigation setinggi batas yang tertera
g. Hubungkan flow meter dengan tabung oksigen
h. Cek flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi
oksigen dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam gas floe meter
i. Hubungkan kateter nasal dengan flow meter
j. Alirkan oksigen sesuai dengan kebutuhan
k. Cek aliran kateter nasal dengan menggunakan punggung tangan untuk
mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
l. Olesi ujung kateter nasal dengan jelly
m. Pasang kateter nasal
n. Bereskan alat dan rapikan pasien
o. Mencuci tangan
p. Dokumentasi hasil tindakan
B. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Batuk efektif dan nafas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi. Hal ini
dilakukan pada pasien COPD/PPOK, emphysema, fibrosis, asma, chest
infection, pesien bedrest atau post operasi.
1. Huft Coughing
Merupakan teknik mengontrol batuk yang dapat digunakan untuk pasien
yang menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema atau
cystic fibrosis
 Langkah-langkah :
a. Keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas, mulai
dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan
mengeluarkan nafas secara perlahan selama 3-4 detik
b. Tarik nafas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman,
jangan sampai overventilasi paru-paru
c. Setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik. Ini
untuk mengontrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huft
secara efektif
d. Angkat dagu agak ke atas, dan gunakan otot perut untuk pengeluaran
nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut terbuka,
keluarkan dengan bunyi ha, ha, ha atau huft, huft, huft. Tindakan ini
membantu epiglotis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus
e. Kontrol nafas, kemudian ambil nafas pelan 2 kali
f. Ulangi teknik batuk huft di atas sampai ke belakang tenggorokan
g. Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus
2. Postsurgical deep coughing
 Langkah-langkah :
a. Duduk di sudut tempat tidur/kursi, juga dapat berbaring terlentang
dengan lutut agak ditekuk. Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk
terhadap luka operasi dengan kedua tangan. Bernafaslah dengan
normal
b. Bernafas dengan pelan dan dalam melalui hidung. Kemudian
keluarkan nafas dengan penuh melalui mulut, ulangi untuk yang kedua
kalinya. Ambil nafas secara pelan dan dalam melalui hidung, penuhi
paru-paru sampai terasa sepenuh mungkin
c. Batukkan 2-3 kali secara berturut-turut, usahakan untuk mengeluarkan
udara dari paru-paru semaksimal mungkin ketika batuk. Relax dan
bernafas seperti biasa. Ulangi tindakan diatas
 Persiapan alat :
a. Sarung tangan
b. Bengkok
c. Antiseptik (bila perlu)
d. Sputum pot
e. Tisu habis pakai
f. Air minum hangat
 Prosedur :
a. Fase prainteraksi
1) Mengecek program terapi
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat
b. Fase orientasi
1) Memberikan salam dan sapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan persetujuan pasien
c. Fase kerja
1) Menjaga privacy pasien
2) Mempersiapkan pasien
3) Meminta pasien meletakan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
4) Melatih pasien melakukan nafas perut
5) Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen
6) Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7) Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan
8) Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
9) Memasang perlak atau alas dan bengkok
10) Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang
ketiga : inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
11) Menampung lendir dalam sputum pot
12) Merapikan pasien
d. Fase terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Berpamitan dengan klien
3) Mencuci tangan
4) Dokumentasi hasil tindakan
C. Fisioterapi Dada
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Dalam fisioterapi tenaga alam yang diapakai antara lain listrik, sinar, air,
panas, dingin, message, dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan
dengan batas toleransi penderita sehingga di dapatkan efek pengobatan
Fisioterapi dada adalah salah satu daripada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang sangat bersifat akut maupun
kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi
ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki
ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
 Langkah-langkah :
1. Tahap prainteraksi
a. Cek catatan medik klien
b. Siapkan alat-alat meliputi :
1) Stetoskop
2) Handuk
3) Bantal (2-3 buah)
4) Segelas air
5) Tisu
6) Sputum pot berisi cairan disinfektan
7) Buku catatan
c. Mencuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien atau keluarga
c. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya bila ada yang
ditanyakan
d. Mengatur lingkungan
e. Atur posisi klien
3. Tahap kerja
a. Mendekatkan alat-alat di dekat klien
b. Berikan kesempatan pada klien atau keluarga untuk bertanya sebelum
tindakan dimulai
c. Menanyakan keluhan pada klien
d. Memulai tindakan dengan cara yang baik sesuai dengan prosedur
e. Berikan privacy klien
f. Perawat mencuci tangan
g. Pelaksanaan :
1) Lakukan auskultasi bunyi nafas klien
2) Instruksikan klien mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada,
dispneu (sesak)
D. Persiapan Pasien Untuk Drainase Dostural
1. Prosedur kerja :
a. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dang pinggang
b. Terangkan cara pelaksanaan kepada klien secara ringkas tetapi
lengkap
c. Periksa nadi dan tekanan darah
d. Apakah pasien memiliki refleks batuk atau memerlukan suction untuk
mengeluarkan sekret
2. Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
b. Menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
c. Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan selanjutnya
d. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
e. Merapikan lingkungan
f. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam pamitan
3. Dokumentasi
a. Cara melakukan drainase dostural
1) Dilakukan sebelum makan untuk mencegah mual muntah dan
menjelang tidur malam untuk meningkatkan kenyamanan tidur
2) Dapat dilakukan 2 kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi
tidak lebih dari 40-60 menit (tiap satu posisi 3-10 menit)
3) Posisi drainase postural
b. Evaluasi setelah dilakukan drainase postural
1) Auskultasi : suara pernafasan meningkat dan sama kira dan kanan
2) Inspeksi : dada kanan dan kiri bergerak bersama-sama
3) Batuk produktif
4) Perasaan klien mengenai drainse postural
5) Efek drainase postural terhadap tanda vital
6) Rontgen thorax
c. Drainase postural dapat dihentikan bila :
1) Suara pernafasan normal dan tidak terdengar ronchi
2) Klien mampu bernafas secara efektif
3) Hasil rontgen tidak terdapat penumpukan sekret
E. Perkusi
Prosedur kerja :
a. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk
mengurangi ketidaknyamanan
b. Anjurkan pasien untuk rileks, nafas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi
c. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
fleksi membentuk mangkok yaitu jari dan ibu jari secara berhimpitan
d. Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara
secar cetan menepuk dada
e. Hindari daerah-daerah klavikula, sternum, scapula, vertebra, ginjal, limpa
F. Vibrating
Prosedur kerja :
a. Meletakan kedua telapak tangan tumpang tindih di atas area paru yang
akan dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
b. Anjurkan pasien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat melalui
mulut
c. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien
inspirasi
d. Istirahatkan pasien
e. Ulangi vibrasi hingga 3 kali, minta pasien untuk batuk
f. Kembalikan klien keposisi yang nyaman
g. Membereskan alat-alat
h. Mencuci tangan
G. Penghisapan Lendir pada Anak (Suction)
Suction (penghisapan) adalah aspirasi sekresi, seringkali melalui suatu
kateter karet atau yang dihubungkan ke suatu mesin penghisap. Jenis-jenis
suction antara lain oropharingeal suction, nasopharyngeal suction, dan
endotracheal suction. Oropharingeal suction dan naspharyngeal suction
adalah pengangkatan sekresi dari saluran pernafasan atas.
Oropharingeal suction dilakukan melalui mulut hingga kebagian belakang
tenggorokan. Sedangkan nasopharyngeal suction dilakukan dengan cara
menginsersikan suction melalui salah satu lubang hidung. Pada anak-anak
umumnya dilakukan oral suction, sebab lubang hidungnya terlalu kecil untuk
dimasukan kateter suction. Oropharingeal suction dan nasopharyngeal
suction dilakukan bila klien tidak mampu membersihkan sekresi dengan
mengeluarkan atau menelan. Tindakan ini sering dilakukan setelah klien
batuk. Penghisapan oropharingeal dan nasopharyngeal mungkin yang tepat
pada klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan
melalui oral.
 Persiapan alat :
a. Penghisap portable atau dinding dengan selang penghisap dan
konektor bila perlu
b. Kateter steril dengan ukuran yang tepat
c. Air steril atau normal salin
d. Sarung tangan steril
e. Kotak atau cangkir (wadah) steril
f. Tisu
g. Pelumas larut cair
h. Selimut atau handuk untuk melindungi linen dan baju klien
i. Masker wajah jika diperlukan
 Langkah-langkah :
1. Siapkan peralatan di samping tempat tidur
2. Mencuci tangan
3. Lakukan informed consent
4. Yakinkan bahwa pencahayaan di ruangan cukup
5. Atur posisi tidur klien dengan tepat:
a. Penghisapan oropharingeal : posisi semi fowler dengan kepala
menghadap ke arah perut
b. Penghisapan nasopharyngeal : posisi semi fowler dengan kepala
hiperekstensi
c. Pasien tidak sabar : posisi luteral menghadap ke arah perut
6. Tempatkan handuk bersih pada bantal atau di atas dada atau di bawah
dagu klien. Pasang tirai atau sampiran untuk menjaga privacy klien
7. Pilih tekanan dan tipe unit penghisapan yang tepat regulator vacum
tekanan. Alat vacum dinding :
a. Bayi
b. Anak-anak
c. Tuangkan air steril atau normal saline ke dalam wadah
8. Hubungkan selang penghubung ke alat atau mesin penghisap
9. Hidupkan mesin dan test dengan menempatkan ibu jari pada ujung
selang
10. Pakai sarung tangan steril pada tangan dominan
11. Ambil kateter dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan
dan gunakan tangan yang tidak dominan untuk menggunakan ujung
konektor dengan suction
12. Uji coba alat, basahi ujung kateter dengan larutan steril dengan
menghisap air melalui lubang dan kateter
13. Masukan kateter sesuai rute suction.
a. Untuk oropharingeal suction : anjurkan klien untuk membuka
mulut (jika sadar) atau buka mulut klien dengan cara menarik
rahang bawah ke bawah (pasien tidak sadar). Tarik lidah ke depan,
jika perlu gunakan tongue spatel, perlahan-lahan masukan kateter
ke dalam mulut dan arahkan oropharing
b. Untuk nasopharyngeal suction : masukan kateter ke dalam salah
satu lubang hidung. Arahkan ke arah medial sepanjang dasar
lubang hidung. Jangan dorong paksa kateter. Bila lubang hidung
yang satu tidak paten, coba lubang hidung yang lain
14. Lakukan penghisapan dengan menutup menyumbat porteng hisap
dengan ibu jari lakukan prosedur secara menyeluruh tidak boleh 15
detik
15. Tarik kateter secara perlahan dengan rotasi kateter
16. Bilas kateter dengan larutan steril untuk mengangkat sekresi
17. Bila klien tidak mengalami distress pernafasan, biarkan ia istirahat 20-
30 detik sebelum memasukan ulang kateter. Jumlah waktu suction
keseluruhan adalah 2 menit
18. Bila klien mampu, minta ia untuk bernafas dalam dan batuk di antara
pengisapan
19. Ulangi pengisapan (langkah 15-18) jika diperlukan ganti lubang
hidung untuk pengulangan suction
20. Dapatkan spektimen jika diperlukan
21. Matikan suction
22. Lepaskan kateter dari pipi (tubing)
23. Buka sarung tangan, tarik sarung tangan ke bawah ke atas kateter yang
digunakan, bungkus kateter dalam sarung tangan untuk dibuang
24. Atur kembali posisi pasien senyaman mungkin
25. Berikan oral hygene
26. Mencuci tangan
27. Dokumentasi hasil tindakan
BAB 4

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

BAB 4 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI


A. Melakukan Pemasangan Pipa Lambung (NGT)
 Persiapan alat :
a. NGT steril (ukuran disesuaikan misal : NGT  besar 14-18 French
atau NGT  kecil 8-12)
b. Spuit berujung 60 ml 1 buah
c. Handscond 1 pasang
d. Aqua gel
e. Plester
f. Kertas lakmus biru
g. Stethoscope
h. Spatel lidah
i. Handuk
j. Tisu
k. Larutan garam fisiologie
l. Segelas air dan sedotan
m. Kawat pemandu kecil untuk mengikat
 Langkah-langkah :
a. Memberikan informed consent
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat dan susun secara ergonomis
d. Posisikan klien dengan posisi fowler tinggi
e. Letakan handuk di atas dada klien dan tisu dekat dengan jangkauan
klien
f. Tentukan panjang selang dan tandai dengan plester
1. Metoda tradisional : jarak dari daun telinga ke ujung hidung
prosesus xipoideus sampai sternum
2. Metoda hanson : tandai selang sampai 50 cm lalu ukur dengan
metoda tradisional, beri tanda plester diantara keduanya
g. Siapkan selang untuk intubasi
1. Selang plastik jangan direndam di air es
2. Tutup ujung selang dan hubungkan ke spuit
3. Beri gel pada NGT 10-20 cm
h. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (DTT bila perlu)
i. Ingatkan klien bahwa insersi dimulai. Masukan selang secara perlahan
melalui lubang hidung sampai nasofaring posterior lalu fleksikan
kepala klien ke arah dada biarkan klien untuk rileks sebentar
j. Dorong klien untuk menelan dengan siberi sedikit air, rotasikan selang
180 ̊ saat memasukan, tekankan pentingnya bernafas lewat mulut
k. Masukan selang setiap kali menelan panjang. Jangan dorong paksa,
bila terjadi tahanan, atau tersedak atau menjadi sianotik, tarik selang
kembali periksa posisi selang di belakang tenggorok dengan spatel
lidah
l. Periksa letak selang. Letakan stetoskop di atas kuadran kiri atas
abdomen tepat di bawah garis kosta, suntikan udara 10-20 ml saat
auskultasi abdomen. Aspirasi perlahan untuk mendapat isi gaster lalu
periksa pH nya. Bila selang tidak di lambung masukan lebih kurang
2,5-5 cm lalu periksa kembali posisinya
m. Fiksasi pipa lambung
n. Lakukan hygene oral secara teratur
o. Tetap berada di dekat klien beberapa saat
p. Bersihkan dan rapikan alat lalu mencuci tangan
q. Catat jenis selang yang dipakai dan toleransi klien selama prosedur
B. Pemasangan OGT
 Persiapan alat :
a. Pipa orogastrik steril (ukuran disesuaikan, misal :  besar 3,5-5 french
atau  8 Fr)
b. Spuit 10 atau 20 ml 1 buah
c. Handscond 1 pasang
d. Pinset anatomis
e. Plester
f. Stethoscope
g. Kassa
h. Gunting
i. Bengkok
 Langkah-langkah :
a. Lakukan informed consent
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
d. Siapkan bayi
e. Buka set selang orogastrik
f. Gunakan sarung tangan
g. Menentukan panjang selang dengan cara mengukur selang dari glabela
ke ujung bawah telinga diteruskan ke prosesus xifoideus dan tandai
dengan plester
h. Menyiapkan selang untuk intubas
i. Memasukan selang secara perlahan melalui mulut sepanjang ukuran
yang telah ditentukan (hidung harus tetap terbuka) dengan
menggunakan pinset steril
j. Setelah selang terpasang, periksa apakah selang benar-benar masuk
lambung dengan cara :
1. Pasang spuit dengan cepat namun lembut, hisap isi lambung, jika
ada cairan yang keluar di selang, posisi selang sudah tepat
2. Masukan udara kurang lebih 2 cc menggunakan spuit dan
dengarkan dengan stetoskop di daerah lambung, bila terdengar
suara, posisi selang sudah tepat, keluarkan kembali udara yang tadi
masuk menggunakan spuit
k. Lepaskan spuit dan tutup lubang selang orogastrik
l. Rekatkan plester selang ke pipi bayi
m. Mulut bayi dan sekitarnya dibersihkan dengan menggunakan kassa dan
bayi dirapikan
n. Membersihkan dan merapikan alat
o. Mencuci tangan
p. Dokumentasi hasil tindakan

Jika pemasangan OGT satu rangkaian dengan pemberian ventilasi maka dilakukan
langkah-langkah :

1. Ketika memasukan selang melalui mulut, hidung harus tetap terbuka untuk
ventilasi
2. Pada saat selang sudah dimasukan sepanjang ukuran yang telah ditentukan
dengan posisi yang tepat maka lepaskan spuit dari pipa dan biarkan ujung
selang atau lubang selang terbuka untuk jalan keluar udara yang masuk
kelambung
3. Lakukan ventilasi kembali segera setelah selang terpasang
BAB 5
PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT

BAB 5 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
A. Keterampilan Dasar Praktek Klinik
Pemberian obat melalui jaringan tubuh (parental) adalah memasukan obat
tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan menggunakan semprit dan jarum
steril. Salah satu cara memberikan obat melalui jaringan tubuh adalah
memberikan infus. Pemberian infus ini diberikan pada klien dengan dehidrasi,
syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah tertentu, sebelum tranfusi darah
dan klien yang memerlukan pengobatan tertentu. Posisi pemasangan infus :
a. Permukaan dorsal tangan : vena sevalika, vena superfisial dorsalis, vena
basalika
b. Lengan bagian dalam : vena basalika, vena sefalika, vena kibital median,
vena median lengan bawah, vena radialis
c. Permukaan dorsal kaki : fleksus dorsalis, ramus dorsalis, vena safena
magna
Kategori larutan infus terbagi menjadi isotonik, hipotonik, dan hipertonik.
Contoh cairannya adalah ringer laktat, dextrose, Nacl. Jenis-jenis ukuran
abocat atau jarum infus:
a. 20-21 G untuk orang dewasa
b. 23-25 untuk anak-anak
c. 18-19 untuk tranfusi darah

 Persiapan alat :
a. Baki beserta alasnya
b. Perlak atau handuk kecil
c. Bengkok
d. Tiang infus
e. Sarung tangan
f. Torniket
g. Kapas alkohol
h. Cairan infus
i. Infus set
j. Jarum kateter atau ONC
k. Plester
l. Kassa kecil
m. Povidonyodin
n. Gunting plester
o. Jam tangan
 Langkah-langkah :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Susun secara ergonomis
2. Lakukan informed consent
3. Mencuci tangan
4. Atur peralatan dan buka kemasan steril
5. Pasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip
6. Tusukan set infus ke dalam botol cairan
7. Isi selang infus dengan menekan bilik drip dan buka klep rol
8. Pakai sarung tangan
9. Pasang perlak di bawah tempat yang akan dipasang dan pilih vena
yang akan digunakan
10. Letakan torniket 10-12 cm di atas tempat yang akan ditusuk
11. Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol 70%. Biarkan
mengering selama kurang lebih 30 detik
12. Tahan vena dengan meletakan ibu jari di atas vena dan lakukan
penusukan
13. Periksa apakah jarum sudah benar-benar masuk vena
14. Lepaskan torniket dan stilet dari ONC, masukan selang infus
15. Lepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus. Perhatikan tetesan
infus agar tidak terjadi obstruksi aliran larutan IV
16. Pasang plester di bawah kateter IV dengan sisi lengket menghadap ke
atas lalu disilangkan
17. Atur tetesan sesuai kebutuhan dalam satu menit
18. Bereskan alat-alat
19. Lepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
20. Dokumentasi hasil tindakan
B. Tranfusi darah
Prosedur kerja :
a. Tahap prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat :
a) 1 sol tranfusi darah dengan blood filter
b) Cairan isotonik NaCl 0,9%
c) Produk darah
d) Obat-obatan sesuai dengan program medic
e) Handscoen disposable
f) Tensimeter dan thermometer
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupelik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan, tanda, dan gejala reaksi
tranfusi
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
4. Minta tanda tangan persetujuan/informen konsen
c. Tahap kerja
1. Periksa produk darah yang disiapkan, golongan darah dan kesesuaian
cross math, jumlah darah dan nomor kantong, masa berlaku
2. Menggunakan sarung tangan
3. Pemasangan sistem infus set dengan filter yang tepat terhadap produk
darah
4. Memasang cairan dengan cairan isotonik NaCl 0,9%
5. Hindari tranfusi darah lebih dari satu unit darah atau produk darah
pada satu waktu, kecuali diwajibkan oleh kondisi pasien
6. Monitor ternopat IV terhadap tanda dan gejala dari infiltrasi, phlebritis
dan infeksi lokal
7. Monitor tanda-tanda vital (pada awal, sepanjang dan setelah tranfusi)
8. Berikan injeksi anti histamine bila perlu
9. Ganti cairan NaCl 0,9% dengan produk yang tersedia
10. Monitor ada tidaknya reaksi alergi terhadap pemasangan infus
11. Monitor kecepatan aliran tranfusi
12. Jangan memberikan medikasi IV atau cairan lain kecuali isotonik
dalam darah atau produk
13. Ganti larutan NaCl 0,9% ketika tranfusi telah selesai
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi respon klien terhdap tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
5. Membersihkan peralatan
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan
BAB 6

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

BAB 6 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI


A. Pemasangan Kateter
Infeksi saluran kencing (ISK) merupakan jenis infeksi nosokomial yang
sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada rumah sakit setiap
tahunnya. Selain itu dari beberapa penelitian dilaporkan sekitar 80% ISK
nosokomial terjadi sesudah penggunaan instrumen terutama kateterisasi,
karena hampir 10% dari seluruh pasien rawat inap menggunakan kateter.
Pencegahan infeksi adalah faktor utama dalam mengurangi infeksi
nosokomial.

 Persiapan alat :
1. Kateter
2. Urin bag
3. Bengkok
4. Sarung tangan DTT/steril
5. Spuit yang telah di DTT/steril
6. Pinset
7. Lampu atau senter
8. Tempat sampah
9. Phantom
10. Air matang atau steril
11. Povidon iodin 10%
12. Kapas
13. Pelumas
14. Klorin 0,5%
15. Plester

 Langkah-langkah :
1. Berikan informasi pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Susun alat dan bahas yang akan digunakan secara ergonomis
3. Pastikan ruangan tertutup untuk menjaga privacy pasien
4. Atur posisi pasien. Persilahkan pasien untuk membuka celana
dalamnya dan membantu pasien untuk mengambil posisi semi dorsal
recumbant (terlentang dengan lutut fleksi)
5. Mencuci tangan dengan air mengalir
6. Gunakan sarung tangan DTT
7. Lakukan vulva hygene. Pisahkan dan pegang labia dengan tangan yang
tidak dominan dan bersihkan daerah perineum khususnya uretra
dengan larutan antiseptik dengan menggunakan pinset dan kapas DTT.
Bersihkan dengan satu arah dari atas ke bawah
8. Genggam kateter sekitar 7,5-10 cm (3-4 inci) dari ujung kateter dengan
tangan yang dominan
9. Masukan kateter ke lubang uretra. Gunakan larutan antiseptik (povidon
iodin 10% sebagai pelumas), lihat dengan benar letak lubang uretra,
perhatikan respon ibu, perhatikan komunikasi dengan pasien, bantu ibu
untuk rileks dan kemudian masukan kateter dengan hati-hati kira-kira
5-8 cm (2-3 inci) atau sampai urin mengalir. Bila urin tampak dorong
kateter 5 cm lagi
10. Buanglah urin pada bengkok. Perhatikan kesterilan ujung kateter,
jangan sampai menyentuh bengkok
11. Kunci kateter dengan memasukan air steril/matang kurang lebih 5-10
cc, kemudian tarik secara hati-hati agar penolakan terasa
12. Hubungkan kateter ke kantong penampung urin. Pastikan kantong
penampung urin sudah terkunci
13. Plester kateter kesebelah dalam paha klien
14. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai dan rapikan klien
15. Bereskan alat dan kemudian lakukan cuci tangan
16. Dokumentasi hasil tindakan
B. Pelaksanaan Pengambilan Sampel Urin
 Persiapan alat :
1. Botol/wadah steril untuk pemeriksaan urin kultur dan sensitivitas
2. Botol/wadah bersih untuk pemeriksaan urin rutin atau urin lengkap
3. Handscoen bersih
4. Pot/urinal
5. Bengkok/nierbeken
6. Perlak/alas
7. Etiket
8. Formulir pemeriksaan
9. Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no 21 G
atau 22 G
10. Klem penjepit
11. Kapas alkohol 70%
12. Baskom berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk
13. Pinset steril dan kapas betadine
 Implementasi :
a. Menutup tirai atau sammpiran
b. Mencuci tangan
c. Memakai handscoen bersih
d. Melakukan pengambilan sampel urin :
1. Melalui kateter :
a. Mengklem selang urin bag selama kurang lebih 30 menit
b. Meletakan perlak/pengalas di bawah tempat pengambilan urin
c. Melakukan pengambilan urin
2. Kateter dengan port :
a. Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%
b. Menusukkan jarum dengan sudut 90 ̊ pada port
c. Melakukan aspirasi urin sebanyak kurang lebih 3-5 cc untuk
pemeriksaan kultur urin, atau sebanyak kurang lebih 10-20 cc
untuk pemeriksaan urin lengkap
d. Memindahkan urin dari spuit kedalam bokat/botol steril
3. Kateter tanpa port :
a. Membuka tutup bokat/botol urin dan meletakannya di atas
perlak/pengalas
b. Mendesinfeksi sambungan kateter-selang urin bag dengan
kapas alkohol 70%
c. Membuka sambungan tersebut dengan hati-hati, pegang selang
di atas sambungan kurang lebih 5 cm, jaga jarak agar tidak
terkontaminasi
d. Memasukan urin ke balam bokat/botol urin (jangan sampai
bersentuhan dengan ujung kateter)
e. Mendesinfeksi selang kateter dengan kapas alkohol 70%
kemudian sambungkan kembali urin bag dengan kateter
f. Membuka klem penjepit
4. Dengan cara mid steam :
a. Meletakan perlak/pengalas di bawah bokong klien, lepaskan
pakaian bawah klien dan atu posisi yang sama seperti saat
membersihkan vulva/perineum
b. Membersihkan daerah perineum dan alat genitalia dengan
menggunakan air hangat + sabun dan washlap, kemudian
keringnya dengan handuk
c. Membersihkan daerah meatus uretra eksternus dengan
menggunakan kapas betadine dan pinset steril
d. Anjurkan klien untuk berkemih dan tampung urin yang pertama
keluar dalam pot/urinal, kemudian tampung urin yang keluar
selanjutnya dalam bokat/botol urin sampai 10-20 cc dan
anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya kedalam
pot/urinal
e. Menempatkan bokal/botol urin ditempat yang aman, setelah
urin untuk pemeriksaan ditampung
f. Merapikan klien dan alat
g. Melepaskan handscoen
h. Menempelkan etiket pemeriksaan urin pada bokal/botol urin,
dan buatkan formulir pemeriksaannya
i. Membuat formulir pemeriksaan
j. Membawa sampel urin beserta formulir pemeriksaannya ke
laboratorium
5. Evaluasi
6. Dokumentasi hasil pemeriksaan
C. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
 Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Urineal
c. Perlak/pengalas
d. Air dalam botol
 Prosedur
1. Pasang sampiran/tirai
2. Mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
3. Pasang perlak/pengalas
4. Lepas pakaian bagian bawah klien
5. Dengan tangan kiri petugas memasukan penis ke dalam mulut urineal
dan klien dianjurkan berkemih
6. Rapikan klien dan alat
7. Mencuci tangan
8. Dokumentasi
D. Prosedur Menggunakan Pispot
 Persiapan alat :
a. Pispot
b. Air dalam botol
c. Kapas cebok/toilet tisu dalam tempatnya
d. Sarung tangan bersih, masker dan celemek
e. Bengkok
f. Selimut/kain penutup
g. Perlak dan alasnya
h. Sampiran
i. Bel bila tersedia
 Prosedur :
1. Pasang sampiran/tirai
2. Pasang perlak dan alasnya
3. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri
disisi klien
4. Pakaian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang
terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
5. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong
6. Pispot diatur sampai terletak di bawah bokong klien, jika klien tidak
dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengankat
bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur
pispot sampai terpasang tepat dan nyaman
7. Bila klien sudah selesai, kakinya diregangkan dan selimut dibuka.
Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok. Kapas
cebok dibuang kedalam pispot, angkat pispot dan tutup kembali
8. Keringkan bokong klien dengan pengalas
9. Rapikan klien dan alat
10. Sampiran dibuka
11. Mencuci tangan
12. Evaluasi
13. Dokumentasi
E. Memberikan Huknah Rendah
Merupakan suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan cara
memasukan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon desenden
dengan mempergunakan kanul recti.
 Persiapan alat :
1. Slang/kanul recti sesuai umur pasien
2. Handscoen disposible
3. Nierbekken/bengkok
4. Alas bokong dan perlak
5. Tisu
6. Vaselin untuk pelicin
7. Cairan NaCl 0,9% sebanyak 500-1000 cc yang sudah dihangatkan
8. Pispot 2 buah
9. Air dalam botol cebok
10. Irigator dan selang kanul
11. Selimut atau kain penutup
12. Bengkok berisi cairan disinfektan
13. Sampiran/tirai
 Prosedur :
1. Buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Pasang selimut, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan
4. Dekatkan nierbekken
5. Pakai handscoen
6. Irigator diisi dengan cairan NaCl 0,9% hangat 1000 cc
7. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya
8. Pangkal kanul dihubungkan ke selang dan irigator
9. Keluarkan udara dari selang irigator dan diklem
10. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan kanul ke dalam anus sedalam 7,5 cm sampai dengan 15
cm secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan menarik nafas
panjang, tinggi irigator 30-50 cm dari atas tempat tidur
11. Klem selang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan kurang lebih
selama 15-20 menit
12. Bila cairan sudah habis klem ditutup dan kanul dikeluarkan secara
perlahan-lahan
13. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot
14. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan
ke toilet
15. Setelah selesau bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air
dan tisu
16. Angkat pispot, perlak dan pengalas
17. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
18. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
19. Dokumentasi
F. Memberikan Huknah Tinggi
Merupakan suatu tindakan memenuhi kebutuhan eliminasi dengan cara
memasukan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon desenden
dengan mempergunakan kanul recti.
 Persiapan alat :
a. Selang/kanul
b. Handscoen disposible
c. Nierbekken
d. Pengalas/perlak
e. Tisu
f. Vaselin
g. Cairan NaCl 0,9% sebanyak 1000-2000 cc yang sudah dihangatkan
h. Pispot
i. Air dalam botol cebok
j. Irigator dan slang kanul
 Prosedur :
1. Buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Dekatkan nierbekken
4. Pakai handscoen
5. Pasien dianjurkan untuk miring ke kiri
6. Bersihkan daerah anal dengan air dan tisu
7. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya
8. Pangkal kanul dihubungkan ke slang dan irigator
9. Keluarkan udara dari saluran irigator dan diklem
10. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan kanul ke dalam anus sedalam 10-15 cm
11. Memasukan ujung kanul ke dalam anus perlahan-lahan. Anjurkan
pasien untuk menarik nafas dalam
12. Tinggi irigator 50 cm dari tempat tidur
13. Pasien dianjurkan untuk menahan BAB beberapa waktu selama cairan
dimasukan
14. Angkat nierbekken, perlak dan pengalas
15. Pasang pispot dan pengalas, pasien dapat dianjurkan untuk BAB
16. Setelah selesai BAB, pasien dibantu untuk membersihkan bagian anal
dan bokong
17. Angkat pispot dan pengalas
18. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
19. Lepaskan handscoen, cuci tangan
20. Dokumentasi
G. Memberikan Gliserin Spuit
Merupakan suatu tindakan memasukan cairan minyak gliserin melalui
anus ke dalam rektum dengan menggunakan spuit gliserin.
 Persiapan alat :
a. Handscoen disposible
b. Nierbekken
c. Pispot, pengalas dan perlak
d. Air dalam botol cebok dan tisu
e. Vaselin
f. Spuit gliserin diisi dengan gliserin hangat sebanyak 10-20 cc, dan
udara dikeluarkan
 Prosedur :
1. Memberi kain penutup untuk menutupi bagian bawah tubuh pasien dan
buka pakaian bagian bawah
2. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
3. Dekatkan nierbekken
4. Memakai handscoen
5. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasukan spuit gliserin ke dalam anus sampai pangkal kanul dengan
posisi ujung spuit diarahkan seperti menyendok
6. Masukan minyak gliserin perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan
menarik nafas panjang
7. Spuit gliserin dikeluarkan dari anus dan diletakan di nierbekken
8. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot
dan persilahlkan pasien BAB
9. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan
ke toilet
10. Setelah selesai bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air dan
tisu
11. Angkat pispot, pengalas dan perlak
12. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
13. Lepaskan handscoen dan cuci tangan
14. Dokumentasi
BAB 7

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI

BAB 7 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI


A. Tujuan Prosedur Cara Tindakan Merawat Kulit pada Daerah Tertekan
Mencegah dan mengatasi terjadinya luka decubitus akibat tekanan lama
dan tidak hilang.
 Persiapan alat :
a. Baskon kecil
b. Sabun
c. Air
d. Agents pembunuh
e. Balutan
f. Pelindung kulit
g. Plester
h. Sarung tangan
 Prosedur :
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Tutup pintu ruangan
4. Atur posisi pasien dengan miring ke kanan atau ke kiri
5. Kaji luka atau kulit tertekan dengan memperhatikan warna,
kelembaban, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit dan ukur
kedalaman
6. Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun, cuci secara
menyeluruh
7. Dengan perlahan, keringkan kulit secara menyeluruh dengan message
8. Bersihkan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau agents
pembersih, gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam
9. Setelah selesai, berikan obat atau agent tropikal
10. Dokumentasi
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
B. Perawatan Oral Hygiene Pada Pasien Tidak Sadar
1. Pengertian
a. Clark, oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan
menyegarkan gigi, mulut, dan gusi
b. Taylor, et al, oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk
menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi
dan melembabkan membran mulut dan bibir.
c. Hidayat dan Uliyah, oral hygiene merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang dihospitalisasi. Tindakan ini dapat
dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau dengan bantuan
perawat. Untuk pasien yang tidak mampu mempertahankan
kebersihan mulut dan gigi secara mandiri dapat dipantau sepenuhnya
oleh perawat.
2. Tujuan
a. Menurut Clark :
1) Mencegah penyakit gigi dan mulut
2) Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut
3) Mempertinggi daya tahan tubuh
4) Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan
b. Menurut Hidayat dan Uliyah :
1) Mencegah infeksi gusi dan gigi
2) Mempertahankan kenyamanan rongga mulut
C. Bahaya Kurangnya Kebersihan Mulut
Tujuan utama dari kesehatan rongga mulut adalah untuk mencegah
penumpukan plak dan mencegah lengketnya bakteri yang terbentuk pada gigi.
Akumulasi plak bakteri pada gigi karena hygiene mulut yang buruk adalah
faktor penyebab dari masalah utama kesehatan mulut, terutama gigi.
Kebersihan mulut yang buruk memungkinkan akumulasi bakteri penghasil
asam pada gigi. Asam demineralizes email gigi menyebabkan kerusakan gigi
(gigi berlubang). Plak gigi juga dapat menyerang dan menginfeksi gigi
menyebabkan penyakit gusi dan periondonitis. Masalah kesehatan lain yang
disebabkan karena kesehatan mulut yang buruk adalah sariawan, mulut luka,
bau mulut, dll.
D. Cara Menjaga Oral Hygiene
Menurut Denstisty :
1. Sikat gigi
2. Kumur-kumur antiseptik
Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-
kumur : metal salisilat, chlorhexidine 0,20%, dan H2O2 1,5% atau 3,0%.
3. Dental flos atau benang gigi
4. Pembersih lidah
Tumpukan debris di dorsum lidah penuh dengan kuman-kuman opoturnis
serta candida yang bermukim sebagai flora normal maupun transient.
E. Cara Perawatan Oral Hygiene pada Pasien dengan Penurunan Tingkat
Kesadaran (menurut perry)
 Persiapan alat :
1. Air segar
2. Spatel lidah dengan bantalan atau spons
3. Handuk wajah, handuk kertas
4. Baskom kecil
5. Bengkok
6. Gelas dengan air dingin
7. Spuit ber-bulb kecil
8. Kateter pengisap dihubungkan dengan alat pengisap
9. Sarung tangan sekali pakai
10. Pinset
11. Depper
 Prosedur :
1. Pastikan program dokter bila diperluka hal-hal khusus
2. Pastikan identitas pasien
3. Jika memungkinkan jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan
keoada keluarga pasien
4. Dekatkan alat-alat
5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
6. Uji adanya refleks muntah dengan menempatkan spatel lidah di atas
bagian belakang lidah
7. Inspeksi rongga mulut
8. Posisikan klien dekat ke tempat tidur, balik kepala pasien ke arah
matras, bila perlu nyalakan mesin pengisap dan sambungkan slang ke
kateter pengisap
9. Tempatkan handuk di bawah wajah pasien dan bengkok di bawah dagu
10. Secara hati-hati regangkan gigi atas dan bawah pasien dengan spatel
lidah dengan memasukan tong spatel secara cepat tetapi lembut,
diantara moral belakang. Masukan bila pasien rileks
11. Bersihkan mulut pasien menggunakan spatel lidah yang dibasahi
dengan air segar. Isap sesuai kebutuhan selama pembersihan.
Bersihkan permukaan pengunyah dan permukaan dalam pertama.
Bersihkan atap mulut dan bagian dalam pipi dan bibir. Gosok lidah
tetapi hindari menyebabkan refleks muntah bila ada. Basahi aplikator
bersih dengan air dan gosok mulut untuk mencuci. Ulangi sesuai
kebutuhan
12. Isap sekresi bila terakumulasi
13. Jelaskan kepada keluarga bahwa tindakn telah selesai
14. Lepaskan sarung tangan
15. Kembalikan pasien pada posisi nyaman
16. Bersihkan peralatan dan kembalikan ke tempatnya
17. Dokumentasikan prosedur dan keadaan pasien
18. Periksa kembali bila perlu
F. Bahaya Oral Hygiene Buruk Terhadap Penyakit Sistemik (menurut
wikipedia)
1. Penyakit kardivaskular (serangan jantung dan stroke)
2. Bakteri pneumoia
3. Bayi lahir berat badan rendah
4. Komplikasi diabetes
5. Osteoporosis
BAB 8

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH,


POSTUR POSISI, AMBULASI DAN MOBILISASI

BAB 8 PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN MEKANIKA

TUBUH,POSTUR POSISI, AMBULASI DAN MOBILISASI


A. Jenis-Jenis Pengaturan Posisi Tubuh Pada Pasien
1. Posisi fowler
a. Pengertian
Merupakan posisi sentengah duduk atau duduk dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan
pasien
b. Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
c. Alat dan bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
d. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Dudukkan pasien
3) Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur
tempat tidur
4) Untuk posisi semi fowler (30-45 ̊ ) dan untuk fowler (90 ̊ )
5) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
2. Posisi semi fowler
a. Pengertian
Merupakan sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
b. Tujuan
1) Mobilisasi
2) Memberikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3) Memudahkan perawatan misal pemberian makan
c. Prosedur
1) Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat (45-
90 ̊ )
2) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika
tubuh bagian atas klien lumpuh
3) Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan
klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari
adanya tekanan di bawah jarak poplital (di bawah lutut)
3. Posisi sim
a. Pengertian
Merupakan posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria)
b. Alat dan bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
c. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri
dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut.
Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
3) Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur
4) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk
diarahkan ke dada
5) Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur
4. Posisi trendelenburg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah ke otak.
b. Indikasi
1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2) Pasien shock
3) Pasien hipotensi
c. Alat dan bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
5. Posisi dorsal recumbent
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik/diregangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.
b. Alat dan bahan
1) Tempat tidur
2) Selimut
c. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakan bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut
3) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
6. Posisi litotomi
a. Pengertian
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan dan memasang alat kontasepsi.
b. Alat dan bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
c. Cara kerja
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
paha dan tarik ke arah perut
2) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3) Letakan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4) Pasang selimut
7. Posisi genu pectrocal/knee chest
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
b. Cara kerja
1) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur
2) Pasang selimut pada pasien
B. Pengertian ambulasi
1. Pengertian
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat
di rumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh
kondisi pasien. Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan
latihan untuk semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan
dan fleksibelitas. Menurut Kozier ambulasi adalah aktivitas berjalan.
Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien pasca operasi, dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat
tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
2. Duduk ditempat di atas tempat tidur
Cara kerja
1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badannya, dengan
telapak tangan menghadap ke bawah
3) Berdirilah di samping tempat tidur, kemudian letakan tangan pada
bahu pasien
4) Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal
3. Turun dan berdiri
Cara kerja
1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Atur kursi roda dalam posisi terkunci
3) Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang
4) Fleksikan lutut dan pinggang anda
5) Anjurkan pasien untuk meletakan kedua tangannya di bahu anda di
samping kanan kiri pinggang pasien
6) Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda pada lutut pasien
7) Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi secara nyaman
4. Membantu berjalan
Cara kerja
1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Anjurkan pasien untuk meletakan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan anda
3) Berdirilah di samping pasien serta pegang telapak dan lengan tangan
pada bahu pasien
4) Bantu pasien untuk jalan
5. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien
Cara kerja
1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
2) Atur branchard dalam posisi terkunci
3) Bantu pasien dengan 2-3 orang
4) Berdiri menghadap pasien
5) Silangkan tangan pasien di depan dada
6) Tekuk lutut anda kemudian masukan tangan ke bawah tubuh pasien.
Orang kedua meletakan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien
dan orang ketiga meletakan tangan di bawah pinggul dan kaki
7) Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
8) Atur posisi pasien di branchard
BAB 9

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK PADA

IBU, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB 9 KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN


ANAK BALITA
A. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau
dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru
lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam
melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah
lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan
pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau
penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta
mencari kelainan pada bayi.
 Alat dan bahan :
a. Lampu
b. Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
c. Kapas dan tempatnya
d. Senter/pen light
e. Thermometer
f. Bengkok
g. Sarung tangan bersih
h. Kain bersih/bedong
i. Stetoskop
j. Jam dengan jarum detik
k. Timbangan bayi
l. Pengukur panjang bayi
m. Pengukur lingkar kepala
n. Pengukur LILA
o. Baby table
 Langkah-langkah :
1. Membaca basmalah, mengucapkan salam
2. Melakukan informed consent
3. Melakukan anamnesa riwayat ibu meliputi faktor genetik, lingkungan,
sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal
4. Menyusun alat secara ergonomis
5. Mencuci tangan
6. Meletakan bayi di tempat yang rata dan di bawah lampu terang
7. Melakukan inspeksi daerah kepala. Perhatikan dengan cermat dan teliti
adanya tanda-tanda kelainan seperti maulage, caput succedeneum,
chepal haematum, ada tidaknya perdarahan, adanya fontanel
8. Inspeksi daerah mata. Perhatikan dengan cermat dan teliti tentang
adanya kelainan seperti mata juling, katarak, dll
9. Pemeriksaan telinga. Perhatikan dengan cermat dan teliti mengenai
kesimetrisan, reflek pendengaran yang baik, dll
10. Pemeriksaan hidung. Lakukan dengan cermat dan teliti mengenai
kesimetrisan, adanya faktur tulang hidung, dll
11. Pemeriksaan mulut. Perhatikan dengan cermat dan teliti adanya bercak
pada mukosa mulut, palatum dan pipi, dan kelainan lainnya
12. Pemeriksaan leher. Lakukan dengan cermat dan teliti mengenai adanya
pembesaran vena jugulari, limfe, nyeri tekan, dll
13. Pemeriksaan dada, paru, dan jantung. Lakukan dengan cermat dan teliti
mengenai kesimetrisan, frekuensi nafas, dll
14. Pemeriksaan abdomen. Lakukan dengan cermat dan teliti mengenai
cekung atau tidak, kesimetrisan, dll
15. Pemeriksaan genitalia
16. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas. Lakukan denga cermat
dan teliti adanya tanda-tanda kelainan
17. Pemeriksaan anus. Lakukan dengan cermat dan teliti apakah ada
lubang anus, mekonium, dll
18. Pemeriksaan kulit. Lakukan dengan cermat dan teliti mengenai adanya
lanugo, verniks kaseosa, dll
19. Menjelaskan kepada ibu/keluarga mengenai hasil pemeriksaan secara
lengkap
20. Merapikan bayi dan memberikan pada ibu kembali
21. Membereskan alat-alat
22. Mencuci tangan
23. Dokumentasi
24. Mengucapkan hamdalah
B. Mengukur Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah bertujuan untuk mengetahui keadaan umur
pasien. Tekanan maksimum pada dinding arteri terjadi ketika bilik kiri
jantung menyemprotkan darah ke dalam aorta. Tekanan yang secara konstan
terdapat di dinding arteri disebut tekanan diastolik. Perbedaan diantara
keduanya disebut pulse pressure. Terdapat beberapa faktor yang dapat
memperngaruhi tekanan darah antara lain :
a. Umur : tekanan darah akan meningkat dengan bertambahnya umur
b. Waktu pengukuran : bila pagi hari tekanan darah agak menurun sedangkan
bila siang hari dan sore hari sedikit lebih meningkat
c. Latihan dan aktivitas : tekanan darah meningkat selama latihan dan
beraktivitas
d. Emosi dan nyeri : emosi tinggi dan rasa nyeri yang tinggi dapat
meningkatkan tekanan darah, juga bila kandung kemih penuh atau pasien
kedinginan, merokok dan posisi kaki silang dapat meningkatkan tekanan
darah
e. Miscellaneus factors : bila dalam posisi berbaring tekanan darah lebih
rendah daripada pasien duduk
 Persiapan alat :
a. Tensimeter (spignomanometer)
b. Stetoskop
c. Sabun, handuk, pulpen, dan buku catatan
 Langkah-langkah :
1. Lakukan informed consent
2. Susun alat secara ergonomis
3. Atur posisi pasien. Letakan lengan atas sejajar dengan jantung telapak
tangan menghadap ke atas. Pastikan lengan atas bebas dari pakaian
4. Mencuci tangan
5. Palpasi arteri brachial. Gunakan dua ujung jari untuk merasakan
denyut kuat dibagian siku
6. Letakan manset kurang lebih 2,5 cm diatas arteri tersebut dan bagian
tengah bladder pasang diatas arteri tersebut, pasang manset melingkari
lengan atas tersebut dan kaitkan ujungnya
7. Letakan manometer sejajar dengan mata pemeriksa
8. Pasang stetoskop. Letakan bel atau diafragma dari stetoskop di atas
arteri brachial untuk mendapatkan suara tang maksimal
9. Katup dikunci sampai rapat, lalu pompa bola manometer sampai 30
mmhg di atas tekanan sistolik untuk meyakinkan keakuratan
pengukuran tekanan sistolik
10. Buka katup untuk mengeluarkan udara. katup dibuka secara perlahan
sekitar 2-3 mmhg/detik. Apabila penurunan air raksa terlalu cepat atau
terlalu lambat mengakibatkan hasil yang tidak akurat, keluarkan udara
dari manset secara berangsur-angsur dan perhatikan angka pada
manometer saat terdengar bunyi (dup) pertama (sistolik) dan
perhatikan suara keras yang terakhir (diastolik). Kemudian keluarkan
seluruh udara dari manset dengan cepat
11. Manset dilepas secara perlahan, jangan sampai menyakiti pasien
12. Dokumentasi hasil pemeriksaan
13. Beritahu pasien hasil pemeriksaan
14. Bereskan alat
15. Mencuci tangan
C. GCS (Glasgow Coma Scale) Tingkat Kesadaran
GCS (Glasgow Coma Scale) tingkat kesadaran adalah parameter untuk
pemeriksaan kesadaran kuantitatif pada orang dewasa yang meliputi :
1. Eye (respon membuka mata)
a. (4) : spontan membuka mata
b. (3) : membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan)
c. (2) : membuka mata dengan rangsang nyeri
d. (1) : tidak membuka mata dengan rangsang apapun
2. Verbal (respon verbal)
a. (5) : berorientasi baik
b. (4) : bingung, berbicara mengacau, disorientasi tempat dan waktu
c. (3) : bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat
d. (2) : bisa mengeluarkan suara tanpa arti (mengerang)
e. (1) : tidak bersuara
3. Motor (respon motorik)
a. (6) : mengikuti perintah
b. (5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri
c. (4) : withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
d. (3) : menjauhi rangsang nyeri
e. (2) : extensi spontan
f. (1) : tidak ada gerakan
D. Pemeriksaan pernafasan
Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam-basa.
1. Alat dan bahan
a. Jam tangan atau stop-watch
b. Buku catatan nadi
c. Pena
2. Prosedur kerja
a. Atur posisi pasien
b. Jangan beritahu pasien jika frekuensi pernafasannya dihitung
c. Hitung frekuensi dan irama pernafasan
d. Jelaskan pada klien bahwa saudara telah menghitung frekuensi dan
irama pernafasan klien
e. Catat hasil
3. Frekuensi pernafasan

No umur Rentang Nilai rata-rata waktu


. (kali/menit) tidur (kali/menit)
1 Neonatus 30-60 35
2 1 bulan-1 tahun 30-60 30
3 1 tahun-2 tahum 25-50 25
4 3 tahun-4 tahun 20-30 22
5 5 tahun-10 tahun 15-30 18
6 10 tahun lebih 15-30 15
E. Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteria brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis
pada leher, arteri temporalis pada samping muka bagian atas didepan-atas
telinga (pelipis), arteri femoralis pada lipatan paha, arteri dorsalis pedis pada
kaki, dan pada arteri frontalis pada bayi.
1. Alat dan bahan
a. Arloji atau stop-watch
b. Buku catatan nadi
c. Pena
2. Prosedur kerja
a. Jelaskan prsedur kepada klien
b. Cuci tangan
c. Atur posisi klien
d. Letakan kedua tangan pasien terlentang disisi tubuh
e. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
f. Periksa denyut nadi dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis. Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan
irama serta kekuatan denyutan
g. Catat hasil
h. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
3. Denyut nadi normal
a. Bayi : 120-150 kali/menit
b. Anak : 80-150 kali/menit
c. Dewasa : 60-90 kali/menit
F. Mengukur Suhu Tubuh
1. Mengukur suhu oral
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang
ditempatkan di mulut.
 Persiapan alat :
a. Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
b. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
c. Sarung tangan
d. Tisu
e. Bengkok
f. Buku catatan dan alat tulis
 Prosedur :
1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Menempatkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sub
lingual lateral ke tengah rahang bawah
5. Meminta klien menahan termometer dengan bibir terkatup dan
hindari penggigitan. Bila klien tidak mampu menahan termometer
dalam mulut maka pegangi termometer
6. Biarkan termometer di tempat tersebut
a. Termometer air raksa : 2-3 menit
b. Termometer digital : sampai sinyal terdengar
7. Keluarkan termometer dengan hati-hati
8. Lap termometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari atas
ke arah resevoir, kemudian buang tisu ke bengkok
9. Baca air raksa atau digitnya
10. Menurunkan tingkat raksa/mengembalikan termometer digital ke
skala awal
11. Mengembalikan termometer ke tempatnya
12. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
13. Dokumentasi hasil tindakan
2. Mengukur suhu aksila
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer
yang di tempatkan di ketiak (aksila). Suhu aksila tidak seakurat
pengukuran rektal/oral, dan ini umumnya mengukur 1 derajat lebih
rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan.
 Persiapan alat :
a. Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
b. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
c. Sarung tangan
d. Tisu
e. Bengkok
f. Buku catatan dan alat tulis
 Prosedur :
1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Memasang tirai
5. Membantu klien untuk duduk atau posisi berbaring terlentang.
Buka pakaian lengan klien
6. Menempatkan termometer di tengah ketiak, turunkan lengan dan
silangkan lengan di bawah klien
7. Biarkan termometer di tempat tersebut
a. Termometer air raksa : 5-10 menit
b. Termometer digital : sampai sinyal terdengar
8. Keluarkan termometer dengan hati-hati
9. Lap termometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari atas
kearah resevoir, kemudian buang tisu di bengkok
10. Baca air raksa atau digitnya
11. Membantu klien merapikan bajunya
12. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital
ke skala awal
13. Mengembalikan termometer ke tempatnya
14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15. Dokumentasi hasil tindakan
3. Mengukur suhu rektal
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer
yang ditempatkan di rektal. American academy of pediatric
merekomendasikan pengukuran suhu rectal untuk anak di bawah usia 3
tahun, karena hal ini memberikan bacaan yang paling akurat dari suhu
utama tubuh.pengukuran suhu rektal akan membaca sekitar 1 derajat
lebih tinggi dari suhu oral jika dilakukan pengukuran secara bersamaan.
 Persiapan alat :
a. Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
b. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
c. Vaselin/pelumas larut air
d. Sarung tangan
e. Tisu
f. Bengkok
g. Buku catatan dan alat tulis
 Prosedur :
1. Menjelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Memasang tirai
5. Membuka pakaian bagian bawah
6. Mengatur posisi klien
a. Dewasa : sim/miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah
perut
b. Bayi/anak : tengkurap/terlentang
7. Melumasi ujung termometer dengan vaselin sekitar 2,5-3,5 cm
untuk orang dewasa dan 1,5-2,5 cm untuk bayi/anak
8. Membuka anus dengan menaikkan bokong ke atas dengan tangan
kiri (untuk orang dewasa). Bila bayi tengkurap di tempat tidur,
renggangkan kedua bokong dengan jari-jari
9. Minta klien menarik nafas dalam dan masukan termometer secara
perlahan ke anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan pada bayi
1,5-2,5 cm
10. Pegang termometer di tempatnya selama 2-3 menit (orang dewasa)
dan 5 menit (bayi/anak)
11. Keluarkan termometer dengan hati-hati
12. Lap termometer memakai tisu dengan gerakan memutar dati atas ke
arah resevoir, kemudian buang tisu di bengkok
13. Baca air raksa atau digitnya
14. Melap area anal untuk membersihkan pelumas atau feaces dan
merapikan klien
15. Membersihkan termometer air raksa
16. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke
skala awal
17. Mengembalikan termometer ke tempatnya
18. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
19. Dokumentasi hasil tindakan
4. Mengukur suhu tymphani
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer
yang ditempatkan di telinga. Pengukuran suhu gendang telinga tidak
akurat pada anak-anak kecil dan tidak boleh digunakan pada anak di
bawah 3 tahun.
 Persiapan alat :
a. Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
b. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
c. Sarung tangan
d. Tisu
e. Bengkok
f. Buku catatan dan alat tulis
 Prosedur :
1. Menjelaskan pada klien tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4. Masukan termometer ke dalam telinga pasien
5. Setelah dirasa cukup, keluarkan dengan hati-hati
6. Lap termometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari atas ke
arah resevoir, kemudian buang tisu di bengkok
7. Baca air raksa atau digitnya
8. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke
skala awal
9. Mengembalikan termometer pada tempatnya
10. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
11. Dokumentasi hasil tindakan
G. DDST
DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas
untuk menilai kemajuan perkembangan usia 0-6 tahun. DDST digunakan
untuk mendeteksi adanya masalah dalam perkembangan anak yang berat dan
sebagai metode yang cepat untuk mengidentifikasi anak yang memerlukan
evaluasi lebih lanjut. DDST terdiri dari 125 item tugas perkembangan yang
sesuai dengan usia anak mulai dari 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun
dalam formulir khusus yang terbagi dalam 4 sektor yaitu :
a. Sektor personal sosial adalah penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuha
pribadi
b. Sektor motorik halus adalah koordinasi tangan kemampuan memainkan
dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah
c. Sektor bahasa adalah mendengar, mengerti menggunakan bahasa
d. Sektor motorik kasar adalah duduk, berjalan, dan melakukan gerakan otot
besar lainnya

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam DDST

a. DDST bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan


adaptif atau intelektuan pada masa yang akan datang
b. DDST tidak digunakan untuk menetapkan diagnosa, seperti kesukaan
belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional dan sebagainya
c. DDST diarahkan untuk membandingkan kemampuan dengan anak yang
lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik dan
pemeriksaan fisik
 Persiapan alat :
a. Benang wol
b. Icik-icik dengan gagang kecil
c. Boneka kecil dengan botol susu
d. Kubus warna merah, kuning, hijau dan biru
e. Botol kecil berwarna bening
f. Manik-manik dan lonceng kecil
g. Bola tenis
h. Pensil merah dan kertas folio
i. Alat tambahan : meja, kursi kecil 3 buah
 Formulir DDST
Formulir DDST berupa selembar kertas yang berisi
a. 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan
b. Pada bagian belakang berisi pedoman panduan untuk test tertentu
c. Pada bagian depan terdapat garis horizontal teratas dan terbawah untuk
skala usia dari mulai lahir sampai dengan 6 tahun
d. Pada usia 0-25 bulan, satu garis tegak kecil adalah 1 bulan
e. Pada usia setengah 24 bulan, satu garis tegak adalah 3 bulan
f. Pada bagian depan terdapat 125 item dalam bentuk persegi panjang
yang ditempatkan dalam neraca usia yang menunjukkan 25%, 50%,
75%, 90% yang menyatakan presentasi keberhasilan rata-rata seluruh
anak.
 Menghitung usia anak
a. Tulis tanggal, bulan dilaksanakan tes
b. Kurangi dengan cara bersusun antara tanggal, bulan dan tahun
kelahiran anak
c. Patokan umur bayi 1 bulan = 30 hari. Jika kurang dari 15 hari
dibulatkan ke bawah, dan jika lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas
 Cara melakukan test DDST
a. Lakukan tes terhadap semua item yang dilalui garis usia dan item
sebelah garis usia untuk masing-masing sektor
b. Jika seluruh item adalah lulus, lanjutkan pada item yang di sebelah
kanan garis usia hingga akhirnya dicapai skor lulus 3 kali berturut-turut
c. Jika diperoleh skor gagal, menolak, atau tak, lanjutkan tes pada item di
sebelah garis usia sampai di dapat skor lulus 3 kali berturut-turut
 Cara pemberian skor
a. Lulus (p=pass). Anak dapat melakukan item dengan baik
b. Gagal (f=fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik
c. Menolak (r=refusal). Anak menolak untuk melakukan tes pada item
tersebut
d. Tak = tak ada kesempatan (no=no opportunity). Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan
 Interpretasi hasil
1. Penilaian per item
a. Penilaian item lebih (advance). Nilai diberikan apabila anak lulus
dari item sebelah kanan garis usia
b. Penilaian ok atau normal : nilai ini diberikan pada anak dengan
kondisi
1) Anak gagal atau menolak melakukan tugas pada item sebelah
kanan garis usia
2) Anak lulus, gagal atau menolak melakukan tugas pada item di
daerah putih kotak (25-75%)
c. Penilaian item P “peringatan” (C=caution). Nilai ini diberikan jika
anak gagal atau menolak melakukan tugas pada item yang dilalui
garis usia di daerah gelap kotak (75-90%)
d. Penilaian item T “terlambat” (D=delayed). Nilai ini idberikan jika
anak gagal atau menolak melakukan tugas untuk item di sebelah
kiri garis usia sebab tugas tersebut ditunjukan untuk anak yang
lebih muda
e. Penilaian item tak. Nilai ini diberikan jika anak mendapat skor
“tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba

2. Penilaian keseluruhan test


a. Normal : interpretasi ini diberikan jika ada skor terlambat atau
maksimal satu peringatan. Lakukan uji ulang pada pertemuan
berikutnya
b. Suspek : interpretasi ini diberikan jika terdapat satu atau lebih skor
terlambat dan dua atau lebih skor peringatan yang disebabkan oleh
kegagalan bukan penolakan. Lakukan uji ulang 1-2 minggu
berikutnya, jika tes hasil berulang kali suspek dan tidak dapat diuji,
lakukan konsultasi dengan seorang ahli
c. Tidak dapat diuji : interpretasi ini diberikan jika terdapat satu atau
lebih skor terlambat dan dua atau lebih skor peringatan yang
disebabkan oleh penolakan. Lakukan uji ulang 1-2 minggu
kemudian
BAB 10

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

BAB 10 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOST


A. Pemeriksaan Darah
1. Persiapan alat :
a. Lanset darah
b. Jarum dan semprit
c. Haemositometer
d. Hemoglobinometer
e. Tabung dan pipet wintrobe
f. Pipet westergen
g. Kaca objek dan kaca penutup
2. Persiapan bahan
a. Darah kapiler
b. Darah vena
c. Zat antikoagulansia
3. Kesalahan-kesalahan lazim dalam memperoleh darah
a. Darah kapiler :
1) Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran
2) Tusukan yang kurang dalam, sehingga darah harus diperas-peras
keluar
3) Kulit yang ditusuk masih basah alkohol
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
5) Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja
b. Darah vena :
1) Menggunakan semprit dan jarum yang basah
2) Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu kencang
3) Terjadi bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja
4) Terjadi bekuan dalam botol karena tidak dicampur semestinya
dengan oxalat kering atau antikoagulans lain
4. Pemeriksaan kadar hemoglobin
a. Cara fotoelektrik : sianmethemoglobin
Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin
(hemiglobinida) dalam larutan yang berisi kaliunferrisianida dan
kaliumsianida.
b. Kolorimetrik visual : cara sahli
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam
alat itu
B. Pemeriksaan Urinalisis
Urinalisis adalah pemeriksaan ciri fisik dan komposisi urin yang baru
dikeluarkan, yang dilakukan dengan tujuan :
 Skrining : untuk penyakit sistemik atau ginjal
 Diagnosis : untuk kondisi yang dicurigai
 Penatalaksanaan : untuk memantau perkembangan kondisi tertentu,
misal kehamilan dengan hipertensi
Urinalisis dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium atau untuk
mempercepat hasil dengan stip reagen kimia, sebagai tambahan pengkajian
karakteristik fisik urin seperti warna, kejernihan, dan bau.
 Mengkaji karakteristik urin
a. Warna : rentang warna urin dari kuning pucat sampai kuning sawo,
tergantung konsentrasi. Warna urin dihasilkan dari urokrum yang berasal
dari pemecahan hemoglobin
b. Kejernihan : urin yang baru dikeluarkan normalnya transparan
c. Bau : bau urin biasanya tidak menyengat
 Komposisi urin
a. Memiliki pH 4,5-8
b. Berat jenis urin 1,003-1,030
c. Terdiri dari 96% air dan 4% dari substansi yang larut di dalamnya : urea
(2%), asam urat, kreatin, natrium, kalium, fosfat, sulfat, oksilat dan
klorida. Komponen selular seperti epitel atau leukosit, protein dan
glukosa dalam jumlah sedikit, secara normal tidak dapat ditemukan pada
pemeriksaan urin
1. Prosedur urinalisasi
a. Siapkan spesimen urin segar untuk pemeriksaan
b. Siapkan alat :
1) Reagen yang diperlukan sesuai kebutuhan pemeriksaan
2) Tabung reaksi dan rak tabung
3) Pipet
4) Tabung penakar/semprit
5) Bengkok
6) Lampu busen
7) Sarung tangan bersih
8) Gelas dan kertas penyaring
9) Celemek (bila perlu)
c. Periksa reagen; jenis yang diperlukan, tanggal kadaluarsa dan pastikan
tidak terkontaminasi
d. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
e. Observasi warna, kejernihan dan bau urin
f. Lakukan pemeriksaan sesuai kebutuhan dan prosedur yang berlaku
g. Nilai hasil pemeriksaan dengan tepat
h. Buang urin pada tempatnya dan lakukan dekontaminasi dan pencucian
alat dengan benar
i. Cuci tangan dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
j. Beritahu pasien dan jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
k. Berikan asuhan dan intervensi sesuai kebutuhan pasien
2. Penyebab urin keruh
a. Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlag besar
b. Bakteri
c. Unsur-unsur sediment dalam jumlah besar (eritrisit, leukosit, dan sel-
sel epitel)
d. Chylus dan lemak
e. Benda-benda koloid
3. Pemeriksaan urin terhadap protein
Pemeriksaan urin terhadap protein dalam urin berdasarkan pada
timbulnya kekeruhan, karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada maka menggunakan
urin yang jernih menjadi syarat penting pada tes-tes terhadap urin. Salah
satu jenis pemeriksaan yang dianggap cukup peka untuk mendeteksi urin
protein adalah pemanasan dengan asam asetat. Pemberian asam asetat
dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein,
pemanasan selanjutnya mengadakan deneturasi dan terjadilah presipitasi
dengan bantuan garam-garam yang telah ada pada urin atau yang sengaja
ditambahkan ke dalam urin. Asam asetat yang biasa dan dapat digunakan
adalah dengan konsentrasi 3-6% dengan rata-rata pH 4,5. Dengan reagen
ini adanya garam-garam untuk mempresipitatkan protein dengan
sendirinya terjamin.
Penilaian hasil pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :

(-) : tidak ada keruhan

(+)/(1+) : ada sedikit keruhan tanpa butiran (kadar protein kurang


lebih 0,01-0,05 %)

(++)/(2+) : kekeruhan dapat dilihat dengan butiran-butiran (0,05-


0,2%)

(+++)/(3+) : kekeruhan disertai adanya kepingan-kepingan (0,2-0,5%)

(++++)/(4+) : urin sangat keruh dan kepingan besar atau bergumpal


(˃0,5%)

4. Prosedur pelaksanaan
 Persiapan alat :
1. Urin ibu hamil
2. Larutan klorin 0,5% dalam baskom
3. Reagen : asam asetat 5%
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Penjepit tabung reaksi
7. Lampu spiritus (bunser burner)
8. Pipet takaran 5 cc
9. Bak instrumen berisi sarung tangan DTT/bersih
10. Bengkok
11. Korek api
12. Perlak/pengalas
13. Trolly
14. Sabun antiseptik
15. Handuk kering, bersih
 Langkah-langkah :
1. Jelaskan prosedur tindakan pada klien
2. Susun alat dan bahan secara ergonomis
3. Mencuci tangan
4. Pakai sarung tangan DTT atau bersih
5. Isi dua tabung reaksi (A dan B) masing-masing dengan 2-3 cc urin
6. Panaskan tabung A di atas lampu spiritus. Beri jarak 2-3 cm dari
ujung lampu sampai mendidih
7. Jika urin keruh, tambahkan 4 tetes asam asetat 5%. Perhatikan
perbedaan yang tampak pada tabung A dan B. Jika setelah
ditambahkan asam asetat 5% kekeruhan menghilang, hal ini
menunjukan protein urin negatif
8. Jika urin tetap keruh, panaskan sekali lagi. Jika urin tetap keruh
berarti protei positif
9. Bereskan dan bersihkan alat yang telah digunakan
10. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
11. Cuci tangan
12. Buat laporan hasil pemeriksaan
C. Pemeriksaan feses
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan,
dan dapat menggunakan tinja sewaktu. Tinja sebaiknya diperiksa dalam
keadaan segar agar unsur-unsur dalam tinja tidak rusak. Bahan ini selalu
harus dianggap dapat mendatangkan infeksi sehingga bekerja harus berhati-
hati. Pemeriksaan penting dalam tinja adalah terhadap parasit, telur cacing,
dan darah samar.
1. Pemeriksaan feses
a. Makroskopik : warna, bau, konsistensi, lendir, darah
b. Mikroskopik : parasit, sisa makanan, unsur selular
c. Darah samar : untuk mengetahui perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopi dan mikroskopi
d. Urobilin : selalu ada dalam tinja normal
2. Prosedur pengambila spesimen feses
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Siapkan alat : pispot, wadah spesimen, sarung tangan
3. Minta ibu defikasi di pispot tanpa kontaminasi dengan urin
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Masukan feses ke dalam wadah dan tutup
6. Observasi warna, konsistensi, dan adanya parasit pada sampel
7. Buang alat bekas pakai dengan benar
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirim ke lab
9. Lakukan pendokumentasian
D. Pemeriksaan Sputum
Sputum, dahak atau riak adalah sekret yang dibatukan dan berasal dari
bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan
diperiksa. Seringkali pemeriksaan sputum menjadi tanpa arti karena sampel
yang diberikan kepada lab bukan sputum sejati. Sebelum mengeluarkan
sputum sebaiknya pasien diminta untuk berkumur terlebih dahulu. Jika hanya
sputum sewaktu saja yang dikehendaki, sputum pagilah yang sebaiknya. Bila
penderita mengalami kesukaran untuk mendapatkan bahan pemeriksaan yang
memadai, dapat dibantu dengan berbagai cara : bernafas dalam tindaka
pertama. Dengan meminta penderita berbaring dengan kepala lebih rendah
dari paru-paru selama beberapa menit, penderita dapat batuk dengan cara
yang benar. Aerosol dengan larutan garam yang agak panas atau dengan
bahan mukolitik dapat menambah volume sputum dan memudahkan
pengeluarannya.
Wadah penampung sputum harus dijaga jangan sampai tercemar dan
sebaiknya tempat/wadah yang digunakan bermulut lebar dan dapat ditutup
rapat. Sputum harus selalu dipandang sebagai material yang infeksius.
Pemeriksaan sputum :
a. Makroskopik : warna, bau, konsistensi, banyaknya dan unsur-unsur
khusus
b. Mikroskopik : leukosit, eritrosit, sel-sel yang memgandung pigment,
serat elastik, uliran curschmann, kristal-kristal, fungi.
 Sediaan apusan
Pemeriksaan dengan pulasan yang dipakai ialah menurut wright atau
giemsa, pulasan gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam. Yang penting
ialah pulasan ziehl-neelsen dan pulasan gram. Agar pemeriksaan gram
bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan
larutan garam steril supaya kuman-kuman hanya melekat pada unsur-unsur
sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut.
E. Pemeriksaan Pap Smear
Pap’s smear merupakan pemeriksaan sitologi (pengecatan) dari cairan
liang senggama, dan cairan apa saja untuk dapat menetapkan secara dini
kemungkinan adanya keganasan. Dikemukakan bahwa sel yang lepas dapat
dicat dan diperiksa untuk mendapatkan keterangan tentang kemungkinan
keganasan secara dini. Selain untuk diagnosis dini tumor ganas, pemeriksaan
sitologi ini dapat dipakai juga untuk secara tidak langsung mengetahui fungsi
hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
perubahan-perubahan khas pada sel-sel selaput lendir vagina.
Sekalipun bukan merupakan dasar kepastian penyakit, tetapi pemeriksaan
ini telah menimbulkan kecurigaan untuk meneruskan dengan pemeriksaan
yang lebih terarah, agar kepastian penyakit dapat ditegakan. Cairan yang
dapat diperiksa adalah cairan liang senggama (untuk kecurigaan) terhadap
keganasan mulut rahim, keganasan tubuh rahim, atau keganasan saluran telur
(indung telur)., cairan yang berasal dari luka alat kelamin luar, cairan asites
(cairan dalam rongga perut), cairan dari tenggorokan atau tempat lainnya
1. Pengambilan cairan untuk pap’s smear
Untuk deteksi tumor ganas bahan diambil dengan spatel ayre atau
dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks. Untuk
pemeriksaan pengaruh hormonal, bahan cukup diambil dari dinding vagina
saja. Kemudian dibuat sediaan apus dikaca benda yang bersih dan segera
dimasukan ke dalam botol khusu berisi etil alkohol 95%. Syarat utama
cairan yang akan diambil adalh tidak boleh bercampur dengan cairan
lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya.
2. Teknik pengambilan cairan untuk pap smear
a. Bagian luar : dapat langsung dengan kaca objeknya. Memakai lidi
kapas dan selanjutnya dioleskan merata pada kaca objek. Memakai alat
khusus dan selanjutnya dioleskan pada kaca objek
b. Liang senggama : liang senggama dibuka dengan speculum cocor
bebek sehingga mulut rahim tampak. Kapas lidi atau alat khusus
dipakai mengambil cairan dan selanjutnya dioleskan pada kaca objek
c. Setelah dioleskan pada kaca objek dikeringkan, difiksasi dengan
alkohol dan dikirim ke dokter ahli patologi untuk dicat dan diperiksa
sebagaimana mestinya
BAB 11

PEMBERIAN OBAT

BAB 11 PEMBERIAN OBAT


A. Melakukan Injeksi Secara Intrakutan
Injeksi intrakutan adalah pemberian suntikan atau memasukan obat
kedalam jaringan kulit. Tujuannya adalah untuk mendapatkan reaksi setempat
misalnya untuk mengetes reaksi pasien terhadap antibiotik seperti amoksilin,
dan dapat juga bertujuan untuk memasukan atau menambah kekebalan pada
pasien terhadap suatu penyakit, misalnya pada suntikan BCG. Injeksi dapat
dilakukan pada dua tempat, yaitu :
a. Lengan bagian bawah : bagian depan lengan bawah sepertiga dari lekukan
siku, dan lakukan pada kulit yang sehat, jauh dari pembuluh darah
b. Lengan bagian atas : 3 jari di bawah sendi bahu di tengah-tengah daerah
muskulus deltoideus, tempat ini khususnya untuk pemberian BCG
 Persiapan alat :
1. Bak instrumen
2. Spuit 1 cc dan 10 cc
3. Jarum kecil
4. Handscoen
5. Nierbekken
6. Obat suntik antibiotik sesuai dosis
7. Aquabidest 1 vial
8. Kapas alkohol 70% di dalam tempatnya
9. Larutan klorin 0,5% di dalam tempatnya
10. Sabun cuci tangan
11. Pulpen/spidol
12. Daftar suntikan
13. Handuk cuci tangan
14. Tempat sampah medis
15. Tempat sampah non medis
16. Tempat pembuangan spuit bekas
17. Tempat tidur pasien
 Langkah-langkah :
1. Beri penjelasan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Siapkan dan susun alat secara ergonomis
3. Siapkan daerah yang akan di injeksi
4. Cuci tangan
5. Pasang handscoen
6. Usap bagian karet dari vial dengan alkohol. Tunggu hingga kering
7. Masukan aquadest ke dalam spuit 10 cc dan campur dengan obat.
Gunakan teknik satu tangan saat memasukan jarum suntik ke vial
8. Letakan spuit yang sudah digunakan ke dalam nierbekken. Jangan
menutup spuit yang telah dipakai
9. Kocok vial obat yang sudah dicampur. Kocok dengan cara memutar
sampai menjadi homogen
10. Ambil obat dengan spuit 1 cc, sampai 0,1 cc. Gunakan teknik satu
tangan
11. Campurkan dengan aquadest sampai menjadi 1 cc. Gunakan teknik
satu tangan
12. Tutup kembali spuit yang sudah berisi obat. Gunakan teknik satu
tangan
13. Ganti dengan jarum baru. Gunakan jarum no. 18 atau 20
14. Keluarkan udara yang ada dalam spuit dengan posisi vertikal, sentil
bagian tabung spuit untuk mengeluarkan gelembung udara
15. Bersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT. Usap dengan
cara melingkar dari bagian dalam keluar
16. Tegangkan kulit dengan tangan kiri dan tusuka jarum. Perhatikan saat
menusuk jarum dan permukaan kulit harus membentuk sudut 15 ̊ - 20 ̊
17. Dorong piston untuk memasukan cairan obat. Saat mendorong piston
pertahankan sudut antara jarum dan permukaan kulit dengan meletakan
jari telunjuk di bawah tabung. Masukan cairan obat sampai terjadi
gelembung pada kulit
18. Tarik jarum keluar kulit. Lakukan tarikan dengan cepat dan tanpa
menghapus dengan kapas dan memasase daerah yang sudah disuntik
19. Letakan spuit yang sudah digunakan ke dalam nierbekken
20. Lingkari daerah bekas suntikan dengan pulpen/spidol
21. Rapikan pasien
22. Lakukan dekontaminasi spuit dan masukan pada tempat khusus
23. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
24. Mencuci tangan
B. Melakukan Injeksi Secara Intramuskular
Suntikan intramuskular adalah suatu prosedur memberikan obat melalui
suntikan ke dalam jaringan otot, yang dapat dilakukan pada otot bokong (1/3
bagian dari spina iliaka anterior superior), otot paha bagian luar (1/3 tengah
paha sebelah luar), atau pada oto pangkal lengan. Prinsip dalam melakukan
suntikan intramuskular adalah mempertahankan teknik aseptik, karena klien
beresiko terhadap infeksi manakala jarum suntik menusuk kulit.
 Persiapan alat :
1. Spuit disposible (ukuran disesuaikan dengan jumlah obat yang akan
diberikan)
2. Bak instrumen
3. Kartu obat/buku obat
4. Nierbekken
5. Kapas/kassa antiseptik
6. Obat dalam vial
7. Larutan klorin 0,5% dalam tempatnya
8. Wastafel
9. Handuk/lap tangan sekali pakai
10. Meja pasien
 Langkah-langkah :
1. Siapkan dan susun alat secara ergonomis
2. Cuci tangan dan keringkan
3. Kenakan sarung tangan steril
4. Siapkan obat dari ampul atau vial. Pastikan obat yang akan diberikan
dalam kondisi steril dan tidak kadaluarsa
5. Lepaskan tutup logam, usap permukaan penutup karet dengan kapas
alkohol
6. Lepaskan tutup jarum, tarik plunger, masukan ujung jarum, dan isap
obat sejumlah yang diperlukan. Masukan sejumlah udara sesuai jumlah
obat yang diperlukan sebelum aspirasi obat
7. Periksa nama klien, jelaskan prosedur tindakan pemberian obat pada
klien
8. Tentukan lokasi suntikan yang akan dipilih dengan menggunakan
tanda anatomi
9. Minta klien untuk melemaskan tungkainya
10. Bersihkan lokasi suntikan dengan swab kasa antiseptik, putar ke arah
luar dengan arah melingkar sekitar 5 cm, biarkan beberapa saat hingga
kering
11. Lepaskan tutup jarum dari spuit dengan menarik lurus
12. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang
dominan
13. Suntikan spuit dengan cepat pada sudut 90 ̊
14. Raih ujung bawah barrel spuit, pindahkan tangan dominan ke ujung
plunger, hindari spuit bergerak
15. Tarik plunger untuk aspirasi obat, suntikan obat secara perlahan
16. Cabut jarum dengan cepat sambil meletakan swab antiseptik tepat di
bawah suntikan
17. Spuit bekas menyuntik ditutup kembali dengan menggunakan teknik
satu tangan
18. Massage bekas lokasi suntikan dengan perlahan kecuali terdapat
kontraindikasi
19. Rapikan pasien dan bereskan alat
20. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
21. Cuci tangan dan keringkan
22. Catat pemberian obat pada buku obat atau catatan medik
C. Memberikan Suntikan Secara Intravena
Tempat penyuntikannya yaitu pada vena dangkal dan dekat dengan tulang,
seperti :
a. Pada lengan (vena mediana cubiti/vena cephalica)
b. Pada tungkai (vena saphenosus)
c. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d. Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis) khusus pada anak
Pemberian obat secara intravena ini akan lebih mempercepat reaksi karena
obat langsung masuk ke dalam peredaran darah.
 Persiapan alat :
a. Handscoen
b. Spuit steril 3 ml atau 5 ml
c. Bak instrumen
d. Baskom
e. Karet pembendung vena
f. Perlak dan alasnya
g. Bengkok
h. Wastafel
i. Handuk lap tangan
j. Kapas alkohol
k. Obat injeksi dalam vial
 Langkah-langkah :
1. Beri penjelasan pada pasien
2. Siapkan dan susun alat secara ergonomis
3. Atur posisi pasien
4. Cuci tangan dan keringkan dengan handuk
5. Memakai sarung tangan steril
6. Cari daerah yang terlihat jelas venanya
7. Pasang pengalas
8. Mengikat karet pembendung di atas daerah yang akan disuntik,
anjurkan pasien mengepalkan tangannya agar vena mudah terlihat
9. Olesi kulit dengan kapas alkohol. Tunggu hingga kering
10. Tegangkan kulit dengan tangan kiri
11. Tusukan jarum ke dalam vena. Lubang jarum menghadap ke atas
sejajar dengan vena, jarum dan kulit membentuk sudut 20 ̊
12. Lakukan aspirasi. Jika ada darah berarti jarum telah masuk ke dalam
vena, jika tidak ada darah masukan sedikit lagi jarum sampai terasa
masuk vena
13. Buka karet pembendung dan anjurkan pasien membuka kepalan
tangannya, masukan obat secara perlahan
14. Tarik jarum keluar setelah obat masuk. Pada saat menarik jarum keluar
tekan bekas suntikan dengan kapas alkohol agar darah tidak keluar
15. Bereskan alat
16. Cuci tangan
D. Memberikan Suntikan Secara Sub Cutan
 Persiapan alat :
1. Spuit steril 3 ml/5 ml atau spuit imunisasi
2. Bak instrument
3. Baskom
4. Perlak dan alasnya
5. Bengkok
6. Wastafel
7. Handuk/lap tangan
8. Kapas alkohol
9. Obat injeksi dalam vial atau ampul
10. Daftar pemberian obat
11. Waskom berisi larutan klorin 0,5%
 Langkah kerja :
1. Cek instruksi/order pengobatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang
benar
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
6. Atur posisi klien sesuai daerah suntikan
a. Daerah lengan : klien duduk atau berdiri
b. Daerah abdomen, scapula : klien duduk atau berbaring
c. Daerah bokong : klien duduk atau berbaring
d. Daerah tungkai : klien duduk di tempat tidur atau kursi
7. Bebaskan area yang akan disuntik dari pakaian
8. Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri
tekan, jaringan parut, kemerahan/inflamasi, gatal)
9. Memakai sarung tangan
10. Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol
dari tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm, gunakan tangan yang
tidak untuk menginjeksi
11. Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil
menunggu antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit
12. Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari
dan jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke arah samping,
atas atau bawah
13. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk
mengangkat/meregangkan kulit
14. Suntikan jarum secara perlahan dengan sudut 45 ̊
15. Raih ujung bawah barrel spuit dengan tangan non dominan dan
pindahkan tangan dominan ke plunger
16. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, jika terdapat darah
dalam spuit maka segera cabut spuit dan buang, lalu diganti dengan
spuit yang baru. Bila tidak terdapat darah, suntikan obat secara
perlahan ke dalam jaringan
17. Cabut spuit dengan cepat sambil meletakan kapas alkohol pada tempat
penyuntikan lalu usap pada area injeksi. Bila tempat penusukan
mengeluarkan darah, tekan tempat penusukan dengan kassa steril
kering sampai perdarahan berhenti. Buang spuit pada tempat
pembuangan secara benar
18. Melepas sarung tangan dan merapikan pasien
19. Membereskan alat
20. Mencuci tangan
21. Buat pendokumentasian (dosis, waktu, cara)
22. Evaluasi respon klien terhadap obat (15-30 menit)
E. Pemberian Obat Melalui Vagina
 Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Bak steril
c. Bengkok
d. Baskom
e. Baki/troli
f. Pengalas
g. Tempat sampah
h. Waskom plastik
i. Suppositoria
j. Kapas sublimat
k. Larutan klorin 0,5%
 Langkah-langkah :
1. Melakukan informed consent
2. Siapkan dan susun alat secara ergonomis
3. Mengatur posisi pasien, alas bokong terpasang. Klien dalam posisi
dorsal recumbent.
4. Menutup tirai guna menjaga privasi
5. Mencuci tangan
6. Membuka bungkus suppositoria. Buka bungkus aluminium foil sesuai
petunjuk
7. Memakai sarung tangan
8. Bersihkan daerah vulva dan introitus vagina dengan menggunakan
kapas sublimat, sekali pakai secara bergantian
9. Memasukan suppositoria ke vagina. Gunakan tangan kiri untuk
membuka labia minora, kemudian tangan kanan memasukan
suppositoria secara perlahan ke dalam vagina sejauh mungkin sampai
bertemu forniks posterior sambil klien diminta untuk menarik nafas
10. Keluarkan jari dengan perlahan kemudian bersihkan daerah sekitar
labia agar klien merasa nyaman. Anjurkan klien untuk tetap terlentang
sekitar 10 menit, agar memungkinkan obat untuk meleleh dan
diabsorpsi ke dalam mukosa vagina
11. Melepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
secara terbalik
12. Bereskan alat
13. Cuci tangan
F. Pemberian Obat Per Oral
 Persiapan alat :
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
 Prosedur kerja :
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung, dll)
3. Periksa kembali nama klien, dosis obat, waktu dan cara pemberian
serta periksa tanggal kadaluarsa obat
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang
sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat
6. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposible tanpa
menyentuh obat
7. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat
sesuai dengan dosis
8. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian
campurkan menggunakan air. Cek dengan farmasi sebelum
menggeruskan obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab
dapat mempengaruhi daya kerjanya
9. Obat dalam bentuk cair
10. Kocok/putar/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum
dituangkan
11. Buka penutup botol dan letakan menghadap ke atas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam
12. Pegang botol obat sehingga sisi labelnya berada pada telapak tangan,
dan tuangkan obat ke arah menjauhi label
13. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala
14. Sebelum menutup botol usap tutup botol dengan tisu
15. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml) maka
gunakan spuit steril untuk mengambilnya
16. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar
17. Indentifikasi klien dengan tepat
18. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien
19. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral
20. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit untuk menelan
anjurkan klien meletakan obat di lidah bagian belakang kemudian
anjurkan untuk minum
21. Catat obat yang telah diberikan (nama dan dosis obat, serta tanda
tangan pelaksana) jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan catat
secara jelas alasannya
22. Kembalikan peralatan ke tempatnya
23. Cuci tangan
24. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien
G. Pemberian Obat Via Anus/Rektum
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah
feses dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki
efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk
meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat
suppositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani
interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
 Alat dan bahan :
a. Obat suppositoria dalam tempatnya
b. Sarung tangan
c. Kain kassa
d. Vaselin/pelicin/pelumas
e. Kertas tisu
 Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kassa
5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan
suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan
mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak
7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama
kurang lebih 5 menit
9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah dosis dan cara pemberian
H. Pemberian Obat Pada Kulit
Pemberian obat pada kulit dapat bermacam-macam seperti krim, lotion,
aerosol dan sprei.
 Alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Pinset anatomis
c. Kain kassa
d. Kertas tisu
e. Balutan
f. Pengalas
g. Air sabun, air hangat
h. Sarung tangan
 Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian
7. Bila perlu tutup dengan kain kassa atau balutan pada daerah yang
diobati
8. Cuci tangan

I. Pemberian Obat Pada Mata


 Alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penets steril atau berupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Plester
e. Kain kasa
f. Kertas tisu
g. Balutan
h. Sarung tangan
i. Air hangat/kapas pelembab
 Prosedur kerja :
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Identifikasi klien secara tepat
4. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
5. Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperekstensi
leher
6. Basahi kapas steril, bersihkan kelopak mata dari dalam keluar
7. Minta klien untuk melihat langit-langit
8. Teteskan obat tetes mata :
a. Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata
yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm diatas sacus kojungtiva
b. Sementara jari tangan non dominan menarik kelopak mata ke
bawah
c. Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus
konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes
d. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran
obat yang merata diseluruh mata
e. Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
f. Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata
dengan perlahan
g. Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien
selama 30-60 detik
9. Memasukan salep mata :
a. Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva
b. Minta klien untuk melihat ke bawah
c. Membuka kelopak mata atas
d. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva
bagian dalam
e. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata
secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas
f. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan
usap dari bagian dalam keluar kantus
g. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.
Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata
10. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah
dipakai
11. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian serta lokasi
pemberian (mata kiri, kanan, atau keduanya)
J. Pemberian Obat Melalui Telinga
Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberikan
dapat berupa antibiotik (tetes dan salep). Contoh :
a. Obat antibiotik : lorafenikol
b. Obat pelunak serumen : karbogliserin 10%
 Persiapan alat :
a. Botol obat dengan penetes steril
b. Buku obat
c. Cotton bad/kapas lidi
d. Cairan normal saline/NaCl
e. Sarung tangan
 Prosedur kerja :
1. Cek obat, waktu, jumlah dan dosis serta telinga bagian mana
2. Siapkan pasien
3. Cuci tangan
4. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
a. Jika pasien terdapat infeksi telinga (Otitis Media Akut/OMA)
b. Gunakan kapas lidi yang dibasahi dengan NaCl kemudian
bersihkan daun telinga (meatus auditorius eksterna)
c. Hangatkan obat tetes telinga
d. Tarik daun telinga ke atas dan kebelakang (dewasa dan anak-anak
diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang untuk
bayi
5. Masukan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
6. Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
(diputar-putar dengan jempol pada tulang kartilago)
7. Anjurkan pasien untuk tetap pada posisinya
8. Kaji respon pasien terhadap karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan sebagainya
9. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah dipakai
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi tindakan
K. Pemberian Obat Melalui Hidung
 Bentuk obat :
a. Tetes
b. Semprot
c. Inhaler
 Alat dan bahan :
a. Obat pada tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang pada tempatnya
f. Plester
g. Kain kassa
h. Balutan
i. Handscoen
j. Bengkok
 Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Pasang handscoen
3. Atur posisi klien
4. Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis)
5. Pertahankan posisi kepala tetap menengadah selama 5 menit
6. Lepas handscoen dan letakan di bengkok
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat prosedur dan respon pasien
9. Evaluasi respon pasien setelah pemberian obat melalui hidung
termasuk rasa tidak nyaman
BAB 12

PERAWATAN BEDAH

BAB 12 PERAWATAN BEDAH


A. Mengangkat Jahitan Pada Ibu Dengan Luka Post SC
Pengangkatan jahitan luka bertujuan untuk meningkatkan proses
penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi. Luka operasi perlu
diawasi pada masa pasca operasi. Bila luka telah kuat dan sembuh primer,
maka jahitan atau benangnya dapat diangkat. Keputusan untuk mengangkat
atau membuka jahitan dibuat sesuai dengan hasil pengkajian. Jahitan dibuka
ketika luka sudah sembuh, seringkali dalam 5-10 hari pasca operasi.
Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan jahitan
adalah tegangan pada tepi luka operasi. Tepi luka yang searah dengan garis
lipatan kulit tidak akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak lurus
terhadap garis kulit atau yang dijahit setelah banyak bagian kulit yang
diambil, akan menyebabkan ketegangan tepi luka yang besar. Dalam hal ini,
pengambilan jahitan harus ditunda lebih lama sampai dicapai kekuatan
jaringan yang cukup sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi. Jahitan
yang dibiarkan terlalu lama dapat memperlambat penyembuhan luka.
 Persiapan alat :
1. Bak instrumen yang berisi gunting benang, handscoen steril, pinset
anatomi
2. Nierbekken
3. Handuk kecil
4. Tempat sampah medis
5. Tempat tidur pasien
6. Troli
7. Waskom plastik
8. Gunting verband
9. Kassa
10. Bethadine 10% dalam tempatnya
11. Plester
12. Kapas alkohol dalam tempatnya
13. Larutan klorin 0,5%
 Prosedur pelaksanaan :
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2. Susun dan siapkan alat secara ergonomis
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Cuci tangan
5. Pasang handscoen
6. Buka plester dan kassa menggunakan pinset. Sebelumnya plester diberi
alkohol yang telah dibubuhi pada kapas, dengan tujuan agar mudah
dan tidak sakit saat plester dibuka. Angkat dengan hati-hati
7. Kaji dan pastikan luka operasi kering. Tekan daerah sekitar luka. Jika
luka operasi terlihat kering (sembuh) angkat jahitan
8. Lakukan tindakan antisepsis pada bekas luka dengan bethadine. Saat
memberikan bethadine, kassa ditekan secara lembut pada luka
kemudian buang ke nierbekken
9. Angkat dan tahan bagian luar jahitan dengan menggunakan tangan
yang nondominan untuk memegang pinset. Pengangkatan jahitan
dimulai dari jahitan yang terjauh dari bidan agar pekerjaan efektif
10. Potong benang di bawah simpul dengan gunting. Sambil tangan
nondominan memegang pinset dan mengangkat bagian luar jahitan,
maka tangan yang dominan memotong benang di bawah simpul
sedekat mungkin ke kulit dengan menggunakan gunting
11. Benang dicabut dengan menggunakan pinset secara perlahan dan
perhatikan ekspresi ibu
12. Lakukan tindakan antisepsis dengan menggunakan kassa yang telah
diberi bethadine
13. Tutup luka dengan kassa steril dan pasang plester.
14. Lepas handscoen dan letakan di nierbekken
15. Rapikan pasien dan bereskan peralatan
16. Rendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan klorin selama
10 menit
17. Cuci tangan
B. Melakukan Perawatan Luka Post Operasi SC (Ganti Balutan)
 Peralatan :
1. Bak instrumen yang berisi handscoen dan 2 buah pinset anatomi
steril
2. Bengkok
3. Gunting verband
4. Tempat sampah medis
5. Waskom plastik
6. Termpat tidur pasien
7. Troli
8. Kassa steril
9. Plester
10. Larutan NaCl 0,9%
11. Betadin dalam tempatnya
12. Larutan klorin 0,5%
13. Kapas alkohol dalam tempatnya
 Prosedur pelaksanaan :
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2. Siapkan dan susu alat secara ergonomis
3. Atur posisi pasien
4. Cuci tangan
5. Pakai handscoen
6. Buka plester dan kassa menggunakan pinset. Angkat dengan hati-
hati dan buang balutan ke dalam nierbekken
7. Tekan daerah sekitar luka, lihat apakah luka sudah
kering/basah/keluar pus/cairan dari tempat luka serta penutupan dan
integritas kulit
8. Membersihkan luka dengan larutan antiseptik menggunakan kassa
9. Keringkan luka atau insisi
10. Berikan salep antiseptik
11. Tutup luka dengan kassa steril dan memasang plester
12. Buka handscoen dan letakan pada nierbekken
13. Rapikan pasien dan bereskan peralatan
14. Rendam peralatan yang sudah digunakan dengan larutan klorin
0,5% selama 10 menit
15. Cuci tangan
16. Berikan koseling pada klien tentang perawatan luka mandiri
C. Penjahitan Luka Perineum Tingkat II
 Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Air bersih dan sabun untuk mencuci tangan
3. Handuk kecil
4. Hecting pack yang berisi :
a. Spuit 10 cc
b. Nald foeder
c. Pincet chirurgis
d. Jarum otot
e. Jarum kulit
f. Gunting benang
g. Benang chromic/catgut 2.0
h. Sarung tangan DTT
i. Duk DTT
j. Lidocain 1% 20 cc
k. Kassa dan tampon
5. Larutan klorin 0,5%
6. Head lamp
 Prosedur pelaksaan :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
3. Atur posisi pasien (litotomi)
4. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong klien
5. Anjurkan pasien untuk rileks
6. Gunakan kassa DTT untuk menyeka vulva, vagina dan perineum
klien dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada
sambil menilai dalam dan luasnya luka
7. Jelaskan pada klien prosedur pelaksaan
8. Hisap 10 ml lidokain 1% ke dalam spuit 10 ml
9. Tusukan jarum ke ujung atau pojok sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa
jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke
tabung suntik, jangan suntikna lidokain dan tarik jarum sepenuhnya.
Pindahkan posisi jarum dan suntik kembali
10. Suntikan anesteri sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum
suntik ditarik perlahan. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat
dimana jarum tersebut disuntikan
11. Cek apakah masih terasa sakit atau tidak pada daerah yang
teranestesi dengan sedikit cubitan menggunakan pinset. Tempatkan
jarum pada pemegang jarum (nald foeder) dengan sudut 90 ̊ , dan
jepit jarum tersebut hingga kuat. Pasang benang catgut sesuai
panjang luka pada jarum
12. Bila sudah tidak terasa sakit, pasang bola tampon bila perlu agar
saat penjahitan tidak terganggu oleh aliran darah. Buat jahitan
pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung sayatan di bagian dalam
vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong
pendek benang yang tanpa jarum
13. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jejujur, jahit ke bawah ke arah
cincin himen. Tepat sebelum cincin himen, masukan jarum ke
dalam mukosa vagina dari belakang cincin himen hingga menembus
luka robekan perineum. Periksa bagian antara jarum di perineum
dan bagian atas laserasi, perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak
luka
14. Teruskan jahitan jejujur pada luka perineum hingga mencapai
bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan
otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot,
mungkin perlu melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus
untuk menghentikan perdarahan dan/ mendekatkan jaringan tubuh
secara efektif
15. Setelah mencapai ujung laserasi, ganti jarum dengan jarum kulit dan
jahit jaringan subkutis kanan dan kiri dengan mengarahkan jarum ke
atas menggunakan jahitan jejujur untuk menutup lapisan
subkutikuler
16. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas
jarum. Jahitan lapus kedua ini akan meninggalkan luka yang tetap
terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup
dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka
17. Tusukan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum
harus keluar dari belakang cincin himen. Ikat benang dengan
membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan
sekitar 1,5 cm jika terlalu pendek simpul akan longgar
18. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan
bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam
19. Dengan lembut masukan jari telunjuk ke dalam rektum dan rabalah
dinding atas rektum
20. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam
minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna
(misal ada fistula rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontensia
alvi atau feses), segera rujuk klien
21. Cuci daerah genetal dengan lembut menggunakan sabun dan air
DTT, kemudian keringkan. Atur posisi klien. Buang sisa bahan
bekas ke dalam tempat sampah
22. Lepaskan sarung tangan
23. Rendam peralatan ke dalam larutan klorin selama 10 menit
24. Cuci tangan
BAB 13

ASUHAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN DAN


KEMATIAN

BAB 13 ASUHAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEHILANGAN


DAN KEMATIA
A. Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan
termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi
ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik
klien.
1. Kelengkapan sarana
a. Sarana medis
1) Kassa/verband secukupnya
2) Sarung tangan bersih
3) Pads
4) Kapas secukupnya
5) Plastik jenazah/pembungkus jenazah
6) Plester penahan untuk menutup luka (bila ada luka)
7) Bengkok
8) Troli
b. Sarana non medis
1) Pengganjal dagu
2) Label identifikasi
3) Tas plastic untuk tempat barang-barang klien
4) Air dalam baskom
5) Sabun
6) Handuk
7) Selimut mandi
8) Kain kafan
9) Daftar barang berharga
10) Peniti
11) Sisir
12) Baju bersih
13) Peralatan ganti balut (jika diperlukan)
2. Prosedur pelaksanaan
a. Siapkan alat dan bahan
b. Menyingsingkan lengan baju panjang sampai atas mata siku lengan
(jika menggunaka baju lengan panjang)
c. Melepaskan aksesoris/perhiasan
d. Memakai sarung tangan
3. Perawatan jenazah
1. Siapkan alat yang diperlukan dan bawa ke ruangan
2. Atur lingkungan tempat tidur dan jaga privacy
3. Cuci tangan
4. Tinggikan tempat tidur agar mempermudah pekerjaan
5. Tutup mata jenazah
6. Luruskan badan jenazah
7. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut jenazah
8. Tempatkan bantal di bawah kepala
9. Lepaskan perhiasan dan barang berharga dihadapan pasien dan beri
label identitas
10. Jaga keamanan barang berharga klien
11. Bersihkan bada klien
12. Setelah kematian, sfingter otot rileks sehingga terjadi incontinensia
feces dan urin
13. Rapikan rambut dengan sisir rambut
14. Rawat drainage dan tube yang lain
15. Ganti balutan jika ada balutan
16. Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga
17. Beri label identifikasi pada jenazah. Ikatkan label identifikasi pada
pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau plester label pada dada
depan pasien
18. Letakan jenazah pada kain kafan sesuai dengan peraturan RS
19. Beri label pada bagian luar
20. Pindahkan jenazah ke kamar jenazah
21. Bereskan dan bersihkan kamar pasien
22. Dokumentasi prosedur
4. Hal yang diperhatikan
a. Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien atau bawa
barang tersebut ke kamar jenazah
b. Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan
c. Mengangkat jenazah dilakukan secara perlahan untuk mencegah lecet
dan kerusakan kulit
5. Perawatan jenazah yang akan diotopsi
a. Ikuti prosedur RS dan jangan lepas alat kesehatan
b. Beli label pada pembungkus jenazah
c. Beri label pada alat protesa yang digunakan
d. Tempatkan jenazah pada lemari dingin
6. Perawatan jenazah yang meninggal akibat kasus penyakit menular
a. Tindakan di ruangan
1. Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
2. Lepaskan alat kesehatan yang terpasang
3. Setiap luka harus diplester rapat
4. Tutup semua lubang tubuh dengan plester kedap air
5. Membersihkan jenazah dengan memperhatikan hal berikut:
a) Perawat menggunakan pelindung
b) Menggunkan masker penutup mulut
c) Harus menggunakan sarung tangan karet
d) Sebaiknya menggunakan apron
e) Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi bahan
disinfektan
f) Mencuci tangan setelah membersihkan jenazah
g) Pasang label identitas jenazah pada kaki
h) Keluarga/teman diberi kesempatan untuk melihat jenazah
i) Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah penderita
penyakit menular
j) Jenazah dikirimkan ke kamar jenazah
b. Tindakan di kamar jenazah
1. Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah
mengetahui cara memandikan jenazah yang infeksius
2. Petugas sebaiknya menggunakan masker penutup mulut, kacamata
pelindung mata, sarung tangan karet, apron, dan sepatu lars sampai
lutut
3. Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi disinfektan (kaporit)
4. Mencuci tangan setelah membersihkan jenazah
5. Jenazah dibungkus dengan kain kafan
6. Segera mencuci kulit atau permukaan lain bila terkena darah atau
cairan tubuh lain
7. Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam
wadah khusus alat tajam
8. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam tas
plastik
9. Pembuangan sampah dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai
dengan tujuan mencegah infeksi
10. Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera
dibersihkan dengan larutan disinfektan
11. Peralatan yang digunakan harus kembali diproses dengan urutan:
dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
12. Jenazah yang sudah dibungkus tidah boleh dibuka
13. Jenazah tidak boleh dibalsam, disuntik untuk pengawasan dan
diautopsi kecuali oleh petugas khusus
14. Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari pimpinan RS

Anda mungkin juga menyukai