Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN PRINSIP DAN IMPLEMENTASI UPAYA

PENCEGAHAN DAN PENULARAN

Disusun oleh:

1. NABILLA SHAFIRA (1814401102)


2. BELLY FUSFITA (1814401104)
3. ASTIA NINGSIH (1814401109)
4. TAHSYA RIA SHAFIRA (1814401112)
5. DAVID ANDREANSYAH (1814401123)
6. INDRA FAKSI ALAM (1814401125)
7. TRI YANA APRIANTI (1814401133)
8. WIDDATUL MILATI (1814401140)
9. DINI SALSAHBILA (1814401148)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN TJK
TA. 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Penerapan Prinsip Dan Implementasi Upaya Pencegahan Dan Penularan“
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan, oleh karena itu saran dan
kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah
yang lebih baik untuk masa mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

Bandar Lampung, 23 Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 3


A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
B. Tujuan .................................................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 5


A. Cuci Tangan ......................................................................................................... 5
B. Alat Pelindung Diri .............................................................................................11
C. Cara Bekerja di Ruang Isolasi ........................................................................... 13
D. Cara Melakukan Desinfeksi ............................................................................... 16
E. Cara Melakukan Sterilisasi ................................................................................ 18

BAB III PENUTUP ................................................................................. 21


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 21
B. Saran ...................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan
pasien (patient safety). Program pateint safety adalah untuk menjamin
kesalamatan pasien di rumah sakit melalu pencegahan terjadinya kesalahan
dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial,
pasien jatuh, pasien dekubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan
bunuh diri yang bisa dicegah, kegagalan profilaksis.
Perilaku manusia merupakan unsur yang memgang peranan penting
dalam mengakibatkan suatu kejadian yang tidak diharapkan, sehingga cara
yang efektif untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan
adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman.
Bagi pekerja di RS, prinsip implementasi upaya pencegahan dan
penularan yang harus dijalankan diantaranya penggunaan alat APD yang
berkaitan langsung dengan program keselamatan pasien dan keselamatn
pekerja di RS.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mendekripsikan fungsi-fungsi manajemen dalam upaya promosi
kesehatan dalam menjalankan program patien and self safety bagi
perawat yang bekerja di RS.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan cara mencuci tangan.
b. Menjelaskan penggunaan APD di RS.
c. Menjelaskan cara bekerja di ruang isolasi
d. Menjelaskan cara melakukan desinfeksi.
e. Menjelaskan cara sterilisasi.

4
C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian cuci tangan?


2. Apa tujuan cuci tangan?
3. Apa indikasi mencuci tangan?
4. Apa macam-macam cuci tangan dan bagaimana cara cuci tangan yang
baik dan benar?
5. Apa pengertian APD?
6. Apa saja jenis-jenis APD yang digunakan di rumah sakit?
7. Apa itu ruang isolasi?
8. Apa saja macam-macam ruang isolasi?
9. Bagaimana prosedur perawatan di ruang isolasi?
10.Apa pengertian desinfeksi?
11.Apa saja macam-macam desinfektan?
12.Bagaimana cara kerja desinfeksi?
13.Apa pengertian sterilisasi?
14.Apa saja metode sterilisasi?

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cuci Tangan

1. Pengertian Cuci Tangan


Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan
kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas
dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme
sebanyak mungkin. Ada dua prosedur pencucian tangan yang dapat
dilakukan.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang
tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di
pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah
diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce
dan Pitter, 2002). Cuci tangan dianggap sebgai salah satu langkah paling
efektif untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa atau kontak
langsung dengan pasien,sebelum memakai sarung tangan bedah steril atau
DTT (desinfeksi tingkat tinggi), dan setelah kedua tangan terkontaminasi
(memegang instrumen yang kotor dan alat lainnya, menyentuh selaput
lendir,darah dan tubuh lainnya, kontak yang lama dan intensif dengan
pasien), serta setelah melepas sarung tangan.

2. Tujuan Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan suatu teknik yang paling mendasar untuk


menghindari masuknya kuman ke dalam tubuh dimana tindakan ini
dilakukan dengan tujuan :

a. Menghilangkan kotoran yang melekat di tangan.


b. Menghilangkan bau yang melekat di tangan.
c. Mencegah penyebaran infeksi silang.
d. Menjaga kondisi tangan agar tetap steril.
e. Memberikan perasaan yang segar dan bersih.
6
3. Indikasi Mencuci Tangan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang


melalui tangan, oleh karena itu berikut indikasi mencuci tangan :

a. Sebelum dan setelah kontak dengan kulit bayi atau cairan tubuh.
b. Sebelum melakukan teknik aseptic.
c. Sebelum memegang makanan.
d. Setelah dari toilet.
e. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi
terkontaminasi.
f. Setelah melepaskan sarung tangan.

4. Prinsip Mencuci Tangan

Dalam mencuci tangan terdapat beberapa prinsip, antara lain :

a. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi : jangan terlalu sering


memegang keran, tempat sabun, wastafel, alat pengering,
terutama setelah mencuci tangan : dianjurkan untuk menggunakan
tempat sampah yang dapat dibuka tutup menggunakan injakan
kaki, keran yang diputar dengan siku.
b. Jangan memakai perhiasan seperti cincin meningkatkan jumlah
mikroorganisme yang ada di tangan; perhiasan juga menimbulkan
kesulitan dalam mencuci tangan secara seksama.
c. Gunakan air hangat yang mengalir, alirannya diatur sedemikian
rupa demi kenyamanan; air yang terlalu panas akan membuka
pori-pori dan menyebabkan iritasi kulit; cegah terjadinya percikan
air, terutama kebaju, karena mikroorganisme akan berpindah dan
berkembang biak di tempat yang lembab.
d. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa:
sabun akan mengemulsikan lemak dan minyak serta mengurangi
tegangan permukaan, sehingga memudahkan pembersihan.
e. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser: gerakan ini
mengangkat dan menghilangkan kotoran dan mikroorganisme.

7
f. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan
tangan : handuk ini lebih sedikit menyebarkan mikroorganisme
dibandingkan pengering udara panas atau handuk.

5. Macam-Macam Cuci Tangan dan Cara Cuci Tangan

Cara untuk melakukan cuci tangan dapat dibedakan dalam beberapa


macam antara lain sebagai berikut ini:

1. Cuci Tangan Biasa

Cuci tangan biasa adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air
mengalir.

 Peralatan dan perlengkapan :


a. Sabun biasa/ antiseptic.
b. Handuk bersih atau tisu.
c. Wastafel atau air mengalir.

 Prosedur pelaksanaan :
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
b. Lepas cincin, jam tangan, dan gelang.
c. Basahi kedua tangan degan menggunakan air mengalir.
d. Tuangkan sabun secukupnya.
e. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan.
f. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya.
g. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
h. Bersihkan punggung jari dengan gerakan mengunci.
i. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan,
lakukan sebaliknya.
j. Bersihkan ujung jari tangan kanan dengan gerakan memutar pada
telapak tangan kiri dan lakukan sebaliknya.

8
k. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan, dan lakukan sebaliknya.
l. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
m. Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar
kering.
n. Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran.

2. Cuci Tangan Bedah

Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme


sementara secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan.
Tujuannya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua
belah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan
panggunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang mengandung
klorheksidin menunjukkan pengurangna yang lebih besar pada jumlah
mikrobial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan
sumber daya (Larson dkk 2001).

 Peralatan Dan Perlengkapan


a. Sabun biasa/antiseptic
b. Bahan antiseptic
c. Sikat lembut DTT
d. Spon
e. Handuk steril / lap bersih dan kering
f. Wastafel atau air mengalir

 Prosedur Pelaksanaan
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b. Lepas cincin, jam tangan dan gelang.
c. Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir sampai
siku. Gunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama
pada sebelah tangan.
d. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atur sikat lembut kearah
luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular
dengan spon. Ulangi hal yang sama pada lengan yang lain.
Lakukan selama minimal 2 menit.
9
e. Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air yang
mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas
sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bersih.
f. Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan
lengan bawah dengan antiseptik minimal selama 2 menit.
g. Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air yang
mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas
sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area tangan.
h. Menegakkan kedua tangan kea arah atas dan jauhkan dari badan,
jangan sentuh permukaan atau benda apapun.
i. Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-
anginkan. Seka tangan dimulai dari ujung jari hingga siku. Untuk
tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda
j. Pakai sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua
tangan.

10
B. Penggunaan Alat Pelindung Diri Bagi Perawat

1. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang


digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta
kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Walaupun
upaya ini berada pada tingkat pencegahan terakhir, namun penerapan alat
pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2008). APD di Rumah Sakit
merupakan alat yang digunakan oleh pasien, pengunjung maupun
pendamping pasien untuk melindungi dirinya dari mikroorganisme yang
terdapat pada suatu tempat pelayanan kesehatan yang biasanya digunakan
pada saat petugas keehatan melakukan tindakan kepada pasiennya.

Penggunaaan APD oleh perawat digunakan untu mencegah terjadinya


infeksi bagi perawat saat dimulainya tindakan kepada pasien. Tidak hanya
bagi petugas kesehatan, tetapi juga bagi pengunjung yang dalam hal ini bagi
yang mengunjungi pasien seperti TB paru yang mengharuskan pasien,
petugas kesehatan, dan pengunjung menggunakan masker.

Penggunaan APD dapat mengurangi kontaminasi penyakit yang


terjadi karena adanya transmisi mikroorganisme yang dapat melalui darah,
udara baik droplet maupun airbone, dan juga kontak langsung. Infeksi dapat
terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas kesehatan, dari antar sesama
petugas kesehatan, dan dari petugas kesehatan ke pasien. Kontaminasi
penyakit ini dapat terjadi pada seorang perawat maupun dokter apabila
selama melakukan interaksi dengan pasien tidak memperhatikan tindakan
pencegahan (universal precaution) dengan cara menggunakan alat
pelindung diri (APD). 

11
2. Jenis-Jenis APD yang Dapat Digunakan di Rumah Sakit

a. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi
pasien dari mikroorganisme pada tangan perawat. Sarung tangan merupakan
APD terprnting dalam mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Penggunaan
sarung tangan haruslah diganti dengan setiap kontak pada satu pasien ke
pasien lainnya dalam mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Masker
Masker merupakan APD yang digunakan untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu perawat berbicara, mengurangi masuknya air borne yang
masuk ke saluran pernapasan perawat, ketika batuk dan bersin, dan juga
menahan cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke
saluran pernapasan. Pada penggunaanya, masker digunakan untuk menutupi
hidung sampai dengan dagu.
c. Respirator
Respirator merupakan masker jenis khusus yang digunakan untuk menyaring
udara ( seperti pada pasien TB paru).
d. Pelindung Mata (Googles)
Googles merupakan pelindung berupa pengaman mata terbuat dari plastik
jernih. Googles digunakan untuk melindungi mata agar terhindar dari
cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang biasanya digunakan pada
tindakan pembedahan.
e. Cap
Cap digunakan untuk menutupi rambut dan kepala agar guguran kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka operasai sewaktu pembedahan. Cap harus
menutupi seluruh rambut yang dapat member sedikit perlindungan kepada
pasien.
f. Gaun
Gaun digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
terdapat pada abdomen dan lengan petugas kesehatan sewaktu pembedahan.
Gaun terbuat dari bahan tahan cairan berperan dalam menhan darah dan
cairan lainnya berkontaminasi dengan tubuh petugas kesehatan.
g. Aphron

12
Aphron terbuat dari bahan karet atau plastic sebgai pelindung tahan air di
bagian depan tubuh perawat. Aphron digunakan ketika perawa melakukan
tindakan dimana pasiennya dapat mengeluarkan cairan tubuh dan darahnya
sehingga mengenai perawat. Penggunaan aphron dapat membuat cairan yang
terkontaminasi tidak mengenai baju perawat.

C. Proses Perawatan Ruang Isolasi

1. Pengertian Ruang Isolasi

Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular,


isolasi menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau
binatang yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun
tidak langsung dari orang atau binatang yang rentan.Sebaliknya, karantina
adalah tindakan yang dilakukan untuk membatasi ruang gerak orang yang
sehat yang diduga telah kontak dengan penderita penyakit menular tertentu.

CDC telah merekomendasikan suatu “Universal


Precaution atau Kewaspadaan Umum” yang harus diberlakukan untuk
semua penderita baik yang dirawat maupun yang tidak dirawat di Rumah
Sakit terlepas dari apakah penyakit yang diderita penularanya melalui darah
atau tidak.

Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari
penderita (sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina,
jaringan, Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum,
pericardial dan amnion) dapat mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit
penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.

13
2. Macam-Macam Isolasi

a. Isolasi Ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang
sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui
kontak langsung. Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus
bagi penderita juga bagi mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan
memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga
dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
b. Isolasi Kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atauinfeksi yang
kurang serius, untuk penyakit-penyakityang terutama ditularkan secara
langsung sebagai tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan
kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat
dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara
langsung dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi
kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika
menyentuh bahan-bahan yanginfeksius.
c. Isolasi Pernafasan
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara,
diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang
menderita penyakit yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama.
Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, pemakaian
masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan
sarung tangan tidak diperlukan.
d. Isolasi Terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran
radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan
adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai
tambahan terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan masker khusus tipe
respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke ruangan perawatan, lab jas
diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan
atidak diperlukan.
e. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie

14
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak
langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang
diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene
perorangannya rendah. Masker tidak diperlukan jika ada kecenderungan
terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan
yang terkontaminasi.

3. Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi

a. Persiapan Sarana

Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan.
Sepatu  bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran
pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang sesuai dengan
ukuran tangan. Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang
bersih. Masker N95 dan kaca mata pelindung  Lemari berkunci tempat
menyimpan pakaian dan barang – barang pribadi.

b. Langkah Awal Saat Masuk ke Ruang Perawatan Isolasi

Lakukan hal sebagai berikut: 

a) Lepaskan cincin, jam atau gelang 


b) Lepaskan pakaian luar 
c) Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
d) Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang–
barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci yang telah
disediakan. 
e) Mencuci tangan.
f) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.
g) Kenakan gaun luar/jas operasi.
h) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.
i) Kenakan masker.
j) Kenakan masker bedah.
k) Kenakan celemek plastik/apron.

15
l) Kenakan penutup kepala.
m) Kenakan alat pelindung mata (goggles/kacamata).
n) Kenakan sepatu boot karet.

D. Desinfeksi

1. Pengertian Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme


patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora
bakteri.Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh
spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran.

Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui


cara mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah
terjadinya infeksi dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai. Kriteria
desinfeksi yang ideal adalah :

a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada


suhu kamar.
b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH,
temperature dan kelembaban.
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia.
d. Tidak bersifat korosif.
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda.
f. Tidak berbau.
g. Bersifat biodegradable / mudah diurai.
h. Larutan stabil.
i. Mudah digunakan dan ekonomis.
j. Aktivitas berspektrum luas.

Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara yaitu cara fisik (
pemanasan ) dan cara kimia ( penambahan bahan kimia ).

16
2. Macam-Macam Desinfektan

1. Alkohol
Etil alcohol atau propel alcohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi
kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan.
2. Grutalldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada
kedokteran gigi , baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Grutaldehid
merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptic kontrok plak.
4. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh
zat organic.Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun
karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak digunakan
di Rumah Sakit dan laboratorium.
5. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptic.

3. Cara Kerja Desinfeksi

a. Denaturasi protein mikroorganisme. Perubahan strukturnya hingga sifat-sifat


khasnya hilang.
b. Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, fenol, alcohol,
dan garam logam).
c. Oksidasi protein (oksidanasia).
d. Mengganggu system dan proses enzim (zat-zat halogen, alcohol ,dan garam
logam).
e. Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma (desinfektasi dengan
aktivitas permukaan).

17
E. Sterilisasi

1. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik


yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh
jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana
pada akhir proses tidak terdapat mikroorganisme pada bahan atau barang
tersebut (Diana Arisanti, 2004). Sterilisasi adalah setiap proses kimia , fisika
dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan , terutama
mikroorganisme ( waluyo,2005).

2. Metode Sterilisasi

a. Pemanasan Basah

Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama


dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau
aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Cara
pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme
terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).

b. Pemanasan Kering

Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan


membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal
ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten
(Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel
dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang
membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang
digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah
(Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam

18
sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan
suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz,
1992).

c. Pemanasan Bertahap

Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap
uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi)
dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap
selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi
diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat
bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada
pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).

d. Perebusan

Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu
1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif
dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).

e. Penyaringan

Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar.


Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap
panas misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan
cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme
hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang
sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan
diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril
(Hadioetomo,1985).

f. Radiasi Ionisasi

Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih
tinggi daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya
desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar
gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan
sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo,
1992).

19
g. Radiasi Sinar Ultraviolet

Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya
antimikrobial yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam
nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan
tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang mempunyai
gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawat perlu


melakukan penerapan prinsip dan implementasi upaya pencegahan dan
penularan guna mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan tidak
aman serta berguna untuk self safety.

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian


makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dari kurangnya sumber
buku, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penyusun guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang
ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa
penyusun mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
Butar Butar, Junita dan Roymond H. Simamora. 2016. “Hubungan Mutu Pelayanan
Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah”. Journal Ners Indonesia. 6 (1): 51 – 64.

Khairiah. 2012. Faktor Faktor yang Berhubungan degan Kepatuhan Perawat untuk


Menggunakan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Skripsi. Program
Studi Keperawatan UIN Alauddin Makassar

Riyanto, Dwi Agung. 2016. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi  Kepatuhan Perawat dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten”. Banten. 81
– 89

Roza, Andalia. 2016. “Perilaku Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Irna
Medikal RSUD Pekanbaru 2016”. Pekanbaru. 1 – 9

Simamora, Roymond H. 2017. “A Strengthening of Role of Health Cadres in BTA-Positive


Tuberculosis (TB) Case Invention through Education with Module Development and Video
Approaches in Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera Indonesia”.
International Journal of Applied Engineering Research. 12 (20). 1027 – 1035

Tietjen, Linda. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Yunita, Analia Refsi. 2017. Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Penggunaan  Alat Pelindung Diri pada Petugas Kesehatan di Ruang  Rawat  Inap Penyakit
Bedah RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Skripsi. Sarjana Kedokteran
Univertsitas Lampung

James, Joy. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Suciati, D.W. 2014. Ilmu Keperawatan Dasar (IKD). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nursing Skills Book I

http://eprints.undip.ac.id/10728/1/ARTIKEL.pdf

http://www.scribd.com/doc/138618184/Sterilisasi-Lengkap-pdf#scribd

http://doktersehat.com/infeksi-nosokomial-penyebab-dan-pencegahannya/

http://www.kerjanya.net/faq/6564-infeksi-nosokomial.html

22

Anda mungkin juga menyukai