Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN PENERIMAAN

DIRI PADA MAHASISWA ACEH DI YOGYAKARTA


Muhammad Ridha
Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan
Jl. Kapas 9 Semaki Yogyakarta
Ridhaa12@yahoo.co.id
Abstract
This research aims to know the relationship between Body Image and
Self-acceptance of student. The subject of this research is Aceh student who
lives in Dormitory at Yogyakarta. Data collection tools used in this research is
scale of Body Image and Self-acceptance. Data analysis method using correlation
of Pearson Product Moment
The result showed that significant that there is a positive relationship
between body image and self acceptance at a student dormitory located in
Yogyakarta. The relationship indicated by a correlation coefficient ( r ) = 0,318,
( = 0,013 p ). The contribution of effective body image by the reception is
worth 10,11 %.
Conclusion in this research is a significant positive relationship between a
body image and self-acceptance of Aceh students who lives in Jogjakarta.
These results informed that higher body image makes high self-acceptance.
Then, the lower body image makes low self-acceptance.
Keywords: body image, self acceptance
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Body Image
dengan Penerimaan Diri pada Mahasiswa Aceh yang tinggal di Asrama
Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Aceh yang berada di
Asrama Provinsi Yogyakarta. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Body Image dan Skala Penerimaan Diri. Metode
analisis data dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari
Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara Body Image dan Penerimaan Diri pada Mahasiswa Aceh yang
berada di Asrama Provinsi Yogyakarta. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh
koefisien korelasi (r) = 0,318, (p) = 0,013. Sumbangan efektif Body Image
dengan Penerimaan adalah sebesar 10,11 %.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif yang
signifikan antara antara Body Image dengan Penerimaan Diri pada Mahasiswa
Aceh yang tinggal di Asrama di Yogyakarta. Hasil ini menginformasikan bahwa

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012

112

semakin tinggi Body Image, maka semakin tinggi Penerimaan Diri, sebaliknya
semakin rendah Body Image, maka semakin rendah Penerimaan Diri.
Kata kunci: Body Image, Penerimaan Diri

PENDAHULUAN
Individu dalam rentang kehidupannya akan selalu berhadapan dengan berbagai masalah,
hanya saja masalah yang dihadapi indvidu satu akan mempunyai bentuk dan tingkat kesulitan
yang berbeda dengan yang lainnya. Keterampilan individu dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang dihadapi akan menuntun individu tersebut menuju tujuan hidup yang akan di
jalaninya. Dalam hal ini, mahasiswa yang penerimaan dirinya baik ditandai dengan sikap yang
positif terhadap diri, mengakui dan menerima kekurangan dan kelebihan pada dirinya, termasuk
sifat baik maupun sifat buruk dan memiliki pandangan yang positif terhadap masa lalunya.
Penerimaan diri erat kaitannya dengan penerimaan terhadap kondisi fisik yang dimiliki
individu. Penurunan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya
peningkatan kejadian overweight dan lainnya pada remaja sampai saat ini. Aktivitas fisik
berpengaruh pada tingkat kebugaran tubuh seseorang. Faktor lainnya yang dapat mengakibatkan
terjadinya overweight adalah faktor genetik, pengetahuan gizi, sosial ekonomi dan image tubuh.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis (Tanggal 14 Maret 2012) dengan
lima orang mahasiswa diperoleh informasi bahwa sebagian dari mahasiswa sulit untuk menerima
kondisi diri yang ada pada mereka. Hal tersebut diantaranya ketika bersama dalam kelompok
banyak mahasiswa yang dapat menilai rekan-rekan mahasiswa lainnya terutama tentang
kelemahan fisik yang dimiliki mahasiswa tersebut, tetapi ketika harus mengintrospeksi kelemahan
yang dimiliki diri sendiri sebagian mahasiswa merasa kesulitan. Hal tersebut bagi penampilan
juga menjadi bagian penting bagi mahasiswa untuk dapat menerima diri, ketika penampilan yang
dimunculkan kurang representative model terbaru atau mengikuti trend yang ada pada umumnya
akan membuat sebagian mahasiswa tersebut kurang dapat menerima kondisi tersebut. Ketika
kekurangan-kekurangan fisik yang dirasa kurang menawan, dan indah ketika dilihat, sebagian
mahasiswa lainnya juga masih sulit menerima ketika diri mereka dikritik oleh orang lain.
Penerimaan diri pada mahasiswa akan menjadi sesuatu yang penting jika hal tersebut
mempengaruhi berbagai segi kehidupan mahasiswa. Dari lima mahasiswa yang diwawancarai
(tanggal 14 Maret 2012) diperoleh informasi bahwa dalam pergaulan sehari-hari sering dibicarakan
mengenai idealnya kondisi diri seseorang seperti bertubuh langsing, luwes dan smart. Namun
terkadang ketika menilai diri sendiri mereka mengalami kesulitan karena harapan ideal terhadap
diri sangat tinggi. Kondisi tersebut akan menjadi bermasalah ketika mahasiswa menerima penilaian
dari teman/orang lain mengenai kondisi dirinya. Terkadang mahasiswa yang dinilai tidak dapat
menerima hasil penilaian yang dilakukan oleh temannya sehingga mencari solusi dengan melakukan
treatmen terhadap berbagai hal yang masih dirasa kurang. Namun tidak jarang juga ada mahasiswa
yang menjadi malu dan sering menutup diri dari pergaulan sosial. Jika terpaksa harus mengikuti
perkumpulan dengan sesama mahasiswa maka hanya terbatas pada komunitas yang kecil dalam
rentang kuantitas waktu yang minim.

Muhammad Ridha

113

Pengertian Penerimaan Diri


Menurut Chaplin (2012), penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa
puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan
keterbatasan sendiri. Penerimaan diri menurut Arthur (2010) adalah sebuah sikap seseorang
menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan
kepada ujian yang relatif objektif terhadap talenta-talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik
dari seseorang. Sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang
penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya.
Penerimaan diri menurut Supratiknya (1995) adalah memiliki penghargaan yang tinggi
terhadap diri sendiri, atau lawannya tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Hurlock
(Satyaningtyas, 2005) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima
segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga
apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir
logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan, permusuhan,
perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman.
Penerimaan diri menurut Helmi (Nurviana, 2006) adalah sejauhmana seseorang dapat
menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan
hidupnya. Sikap penerimaan diri ditunjukkan oleh pengakuan seseorang terhadap kelebihankelebihan sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan
mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri.
Hurlock (Wibowo, 2010) membagi dampak penerimaan diri menjadi dua kategori:
a. Dalam penyesuaian diri
Orang yang memiliki penerimaan diri, mampu mengenali kelebihan dan
kekurangannya. Individu yang mampu menerima dirinya biasanya memiliki keyakinan diri
(self confidence) dan harga diri (self esteem). Selain itu mereka juga lebih dapat menerima
kritik demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman
untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih
realistis sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Penilaian yang realistis
terhadap diri sendiri, membuat individu akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura, merasa
puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain.
b. Dalam penyesuaian sosial
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang
yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan
perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan
rasa empati dan simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat
melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa
rendah diri sehingga mereka cenderung berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented). Ia
dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan
memiliki dorongan untuk membantu orang lain.
Aspek-aspek Penerimaan Diri
Menurut Supratiknya (1995) penerimaan diri berkaitan dengan:
a. Kerelaan untuk membuka atau rnengungkapkan aneka pikiran, perasaan, dan reaksi kita
kepada orang lain. Membuka atau mengungkapkan aneka pikiran, perasaan, dan reaksi kita
kepada orang lain, pertama-tama harus melihat bahwa diri kita tidak seperti apa yang

114

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012

dibayangkan, dan pembukaan diri yang akan kita lakukan tersebut diterima atau tidak oleh
orang lain. Kalau kita sendiri menolak diri (self-rejecting), maka pembukaan diri akan sebatas
dengan pemahaman yang kita punya saja. Dalam penerimaan diri individu, terciptanya suatu
penerimaan diri yang baik terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dapat dilihat
dari bagaimana ia mampu untuk menghargai dan menyayangi dirinya sendiri, serta terbuka
pada orang lain.
b. Kesehatan psikologis.
Kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri
sendiri. Orang yang sehat secara psikologis rnemandang dirinya disenangi, mampu, berharga,
dan diterima oleh orang lain. Orang yang menolak dirinya biasanya tidak bahagia dan tidak
mampu rnembangun serta melestarikan hubungan baik dengan orang lain. Maka, agar kita
tumbuh dan berkembang secara psikologis, kita harus menerima diri kita. Untuk rnenolong
orang lain tumbuh dan berkernbang secara psikologis, kita harus menolongnya dengan cara
memberikan pemahaman terhadap kesehatan psikologis, agar rnenjadi lebih bersikap
menerima diri.
c. Penerimaan terhadap orang lain.
Orang yang menerima diri biasanya lebih bisa menerima orang lain. Bila kita berpikiran
positif tentang diri kita, maka kita pun akan berpikir positif tentang orang lain. Sebaliknya
bila kita menolak diri kita, maka kita pun akan menolak orang lain.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Hurlock (Nurviana, 2006) penerimaan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
diantaranya adalah :
a. Aspirasi yang realistis.
Individu yang mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya dan tidak
mempunyai ambisi yang tidak mungkin tercapai.
b. Keberhasilan.
Agar individu menerima dirinya, individu harus mampu mengembangkan faktor
peningkat keberhasilan sehingga potensinya berkembang secara maksimal.
c. Wawasan diri.
Kemampuan dan kemauan menilai diri secara realistis serta menerima kelemahan
serta kekuatan yang dimiliki akan meningkatkan penerimaan diri.
d. Wawasan sosial.
Kemampuan melihat diri pada individu seperti pandangan orang lain tentang diri individu
tersebut menjadi suatu pedoman untuk memungkinkan berperilaku sesuai harapan individu.
e. Konsep diri yang stabil.
Bila individu melihat dirinya dengan satu cara pada suatu saat dan cara lain pada saat
lain, yang kadang menguntungkan dan kadang tidak, akan menyebabkan ambivalensi pada
dirinya. Agar tercapainya kestabilan dan terbentuknya konsep diri positif, significant others
memposisikan diri individu secara menguntungkan.
Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi penerimaan diri adalah
individu yang memiliki Body Image yang stabil sehingga mampu memahami diri sendiri dan memiliki
keyakinan diri yang baik diserta rasa aman untuk mengembangkan diri. Hal ini mendorong individu
untuk menentukan harapan yang realistis dan puas dengan diri sendiri. Penerimaan diri yang
positif juga dapat dipengaruhi dengan keberhasilan yang pernah dialami, memperhatikan
pandangan orang lain tentang dirinya, pengidentifikasian diri dengan orang yang baik dalam

Muhammad Ridha

115

penyesuaian diri, dan diberikan kesempatan serta dihargai oleh lingkungan.


Penerimaan Diri pada Remaja
Santrock (2007) Menjelaskan penerimaan diri merupakan suatu kesadaran untuk menerima
diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri pada remaja tidak berarti menerima begitu saja kondisi
dirinya tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Proses bagaimana seorang individu
mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penerimaan
diri lebih bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia. Dalam proses penerimaan
diri dapat saja muncul konflik, tekanan, frustasi, yang menyebabkan remaja terdorong untuk
meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan.
Dalam ilmu perkembangan psikologi remeja, secara singkat dapat mendeskripsikan
pandangan pemprosesan informasi terjadi terhadap penerimaan diri remaja, pemprosesan informasi
pada remaja meliputi bagaimana remaja itu menemukan kembali informasi positif untuk dipikirkan
dan digunakan dalam memecahkan masalah Santrock (2007).
Pengertian Body Image
Pengertian body image menurut Arthur (2010) adalah merupakan imajinasi subyektif yang
dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan
seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Beberapa peneliti atau
pemikir menggunakan istilah ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain mencakup pula
penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh, dan sebagainya.
Menurut Amalia, (2007) setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang
diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya. Ketidaksesuaian antara
bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan
memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum seorang
anak mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-kata. Melalui
kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya sebagai seseorang yang dapat
menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya dengan menggunakan tangannya sebagai alat.
Menurut Thompson, (2000) Tingkat Body image individu digambarkan oleh seberapa
jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan
serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh
sosial budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang
lain, peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain.
Pengertian Body Image menurut Honigam dan Castle (Januar, 2007) adalah gambaran
mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi
dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dipikirkan dan
rasakan olehnya, belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih
merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif.
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap seseorang terhadap
tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman
efektif terhadap atribut fisiknya. Body image bukan sesuatu yang statis, tetapi selalu berubah.
Pembentukannya dipengaruhi oleh persepsi, imajinasi, emosi, suasana hati, lingkungan, dan
pengalaman fisik. Dengan demikian, proses komparasi sosial pasti terjadi dalam membentuk
body image remaja.

116
Aspek-aspek Body Image

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012

Menurut Thompson, (2000) tingkat citra raga individu digambarkan oleh seberapa jauh
individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan
serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh
sosial budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang
lain, peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain.
Komponen citra raga terdiri dari komponen perseptual dan komponen sikap menjadi
landasan pengukuran. Komponen perseptual menunjukkan bagaimana individu menggambarkan
kondisi fisiknya. Oleh karena itu penilaian merupakan aspek yang tepat untuk mewakili komponenkomponen tersebut. Komponen sikap mengarah pada perasaaan dan sikap yang muncul dari
kondisi tersebut. Perasaan diwakili dengan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap
tubuhnya, sedangkan sikap diwakili oleh harapan-harapan mengenai tubuhnya, sebagai akibat
dari harapan biasanya menjadi tindakan demi mewujudkan harapan tersebut (Thompson, 2000).
Oleh karena itu aspek perasaan dan aspek harapan mewakili seluruh komponen sikap.
Thompson, (2000) menjelaskan aspek-aspek dalam citra raga yaitu:
a. Persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan.
Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karna dalam hal
tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri. Selanjutnya bentuk
tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan perasaan senang atau tidak
senang terhadap bentuk tubuhnya sendiri.
b. Aspek perbandingan dengan orang lain
Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, sehingga
menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya keorang lain, hal-hal yang menjadi perbandingan
individu ialah ketika harus menilai penampilan dirinya dengan penampilan fisik orang lain.
c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain).
Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang itu menarik
secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang baik untuk menilai dirinya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Body Image
Menurut Thompson (Januar, 2007) faktor-faktor pembentuk citra tubuh pada diri individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/kurus
Keinginan-keinginan untuk menjadikan berat badan tetap optimal dengan menjaga
pola makan yang teratur, sehinnga persepsi terhadap citra tubuh yang baik akan sesuai dengan
diinginanya.
b. Budaya
Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana cara budaya
mengkomunikasikan norma-norma tentang penampilan fisik, dan ukuran tubuh yang menarik.
c. Siklus hidup
Pada dasar Individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh seperti masa
lalu.
d. Masa kehamilan
Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam kandungan,
tanpa ada peristiwa-peristiwa pada masa kehamilan.

Muhammad Ridha

117

e. Sosialisasi
Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut terpengaruh
didalamnya.
f. Konsep diri
Gambaran Individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
g. Peran gender
Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu, sehingga
menjadikan individu lebih cepat terpengaruh
h. Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu
Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya yang dapat
diikuti oleh sikap yang buruk.
Berdasarkan uraian yang ada di atas citra tubuh bisa dipengaruhi oleh budaya yang ada di
sekitar individu dan cara bagaimana budaya mengkomunikasikan norma yang ada terhadap
penampilan, ukuran tubuh, bentuk badan, dan daya tarik fisik.
Body Image pada Remaja
Menurut Sarwono (2012) remaja adalah suatu tahap perkembangan fisik, yaitu dimana
masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin
khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara
faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Remaja merupakan periode
kehidupan yang unik, karena saat itu terjadi perubahan yang amat kompleks, diantaranya
perubahan fisik, emosional, kognitif, perubahan pertumbuhan dan perkembangan sosial yang
menjembatani antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Santrock, 2007).
Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan
sebelumnya, sehingga dalam periode selanjutnya individu telah menpunyai suatu pola pribadi
yang lebih baik. Masalah-masalah sehubungan dengan perkembangan fisik pada periode remaja
masih terus berlanjut, tetapi pada akhirnya mereda pada saat individu memasuki masa dewasa.
Bagi sebagian besar orang, memasuki usia remaja tidaklah mudah.
Hubungan antara Body Image dengan Penerimaan Diri pada Mahasiswa
Persepsi dan evaluasi remaja terhadap Body Image dipengaruhi oleh serangkaian masalah
yang kompleks, di antaranya yang pertama adalah adanya perubahan fungsi-fungsi kognitif pada
remaja yang membuat ramaja mampu mengkonstruksi dan melakukan interpretasi kembali teoriteori mereka mengenai tubuh dengan cara baru yang berbeda. kedua, perubahan-perubahan
fisik dan kognisi yang terjadi sering dengan meningkatnya isu konformitas terhadap teman-teman
sebaya.
Menurut Botta (Amalia, 2007) komparasi sosial yang dilakukan oleh remaja perempuan
dan laki-laki tentang apa yang disebut body image yang indah, yaitu memperhatikan dengan
seksama citra tubuh dalam diri di lingkungan maupun masyarakat, serta media informasi yang
sesungguhnya. Mempelajari, serta mencari tahu apa itu citra tubuh yang indah, kemudian
memutuskan seperti apa mereka harus berpenampilan yang baik, serta membandingkan
penampilan mereka dengan apa yang disebut cantik dan indah oleh masyarakat, yang menjadikan
sumber informasi bagi remaja, dan terakhir memotifasi diri mereka untuk dapat mengubah
penampilan serta menyesuaikan dengan citra tubuh yang mereka lihat, sehingga remaja dengan
mudah membentuk pemahaman-pemahaman realistis yang menimbulkan penerimaan diri yang

118

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012

baik pada remaja.


Penerimaan diri banyak dipengaruhi oleh body image berupa budaya dan standarisasi
masyarakat mengenai penampilan dan kecantikan, meliputi konsep kurus, gemuk, indah dan
menawan ketika dilihat. Sehingga body image menjadi isu yang meluas dikalangan remaja.
Penerimaan diri juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, baik berupa
penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan
atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan, yang sewaktu-waktu bisa menjadi pengaruh
yang sangat kuat pada diri remaja.
Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis
penelitian bahwa ada hubungan positif antara body image dengan penerimaan diri pada mahasiswa.
Artinya semakin tinggi tingkat body image maka semakin tinggi penerimaan diri, sebaliknya
semakin rendah tingkat body image maka semakin rendah tingkat penerimaan diri.
Metode Penelitian
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan Skala Body Image
dan Skala Penerimaan diri. Penggunaan skala dalam penelitian ini karena skala merupakan
pemberian respon yang berwujud pernyataan yang diajukan melalui self report untuk Skala
Body Image dan Skala Penerimaan Diri.
Penggunaan metode skala menurut Hadi (2004) didasarkan pada anggapan bahwa :
1. Subjek adalah orang yang paling mengerti tentang dirinya
2. Pernyataan subjek pada penelitian adalah benar dan dapat dipercaya
3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan adalah sama, dengan yang
dimaksud oleh peneliti.
Metode yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah metode statistik. Tekhnik
analisis yang akan digunakan adalah teknik korelasi product moment untuk mencari hubungan
antara variabel bebas (Body Image) dengan variabel tergantung (Penerimaan Diri). Keseluruhan
komputasi data dilsakukan dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS 16 for Windows.
Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis, sebelum dilakukan uji hipotesis didahului dengan
uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas.
Menurut Azwar (2003) skala memiliki beberapa karakteristik sebagai alat ukur psikologis,
yaitu:
1. Sikap subjek diukur menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang disusun oleh penulis
tidak diketahui maksud tujuannya oleh individu, sehingga jawaban yang diberikan tergantung
pada interpretasi subyek terhadap pernyataan tersebut dan antara satu subyek dengan subyek
lainnya memiliki jawaban yang berbeda.
2. Jawaban subyek terhadap satu aitem merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai
atribut yang diukur, dan kesimpulan akhir merupakan suatu diagnosis baru yang dapat dicapai
apabila semua aitem telah direspon.
3. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah, semua jawaban
dapat diterima selama diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.
Penjelasan mengenai alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai
berikut :

Muhammad Ridha

119

Skala Body Image


Skala Body Image dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek Body Image yang dikemukakan
oleh Thompson (2000). Aspek-aspek dalam body image yaitu persepsi terhadap bagian-bagian
tubuh dan penampilan secara keseluruhan, aspek perbandingan dengan orang lain, dan aspek
reaksi terhadap orang lain. Penilaian, perasaan dan harapan yang menyertai objek body image
menjadi aspek dasar pengukuran terhadap body images.
Format respon dari Skala Body Image model summated rating scale terdiri dari empat
pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).
Asumsi yang mendasar pada penskoran adalah jawaban yang mendukung atribut ukur (favorabel)
dan pernyataan yang tidak mendukung atribut ukur (unfavorabel).
Skala Penerimaan diri
Skala penerimaan diri dibuat oleh peneliti berdasarkan pada aspek penerimaan diri menurut
Supraktinya, 1995 yaitu keterbukaan kepada orang lain, kesehatan psikologis, dan menerima
kehadiran orang lain.
Format respon dari skala penerimaan diri model summated rating scale terdiri dari
empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai
(STS). Asumsi yang mendasar pada penskoran adalah jawaban yang mendukung tujuan
(favorabel) dan pernyataan yang tidak mendukung tujuan (unfavorabel), jawaban subyek pada
pernyataan favorabel diberi bobot yang lebih tinggi daripada pernyataan unfavorabe.
Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.(Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Aceh Di
Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara body
image dengan penerimaan diri. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi ( rxy ) sebesar 0,318
dan peluang kesalahan p sebesar 0,013 (p > 0,01). Nilai (r) yang positif menunjukkan bahwa
kenaikan nilai variabel yang satu yaitu variabel bebas (x) yang berupa body image akan diikuti
dengan naiknya variabel yang lain, dalam hal ini variabel tergantung (y) yaitu penerimaan diri,
artinya semakin tinggi body image mahasiswa aceh maka semakin tinggi pula penerimaan diri,
sebaliknya jika semakin rendah body image mahasiswa aceh maka semakin rendah pula
penerimaan diri.
Sumbangan efektif body image terhadap penerimaan diri dapat dilihat dari koefisien
determinan atau koefisien korelasi yang dikuadratkan (r) sebesar 10,11 %. Hal ini
menginformasikan bahwa body image secara umum memberi pengaruh terhadap penerimaan
diri sebesar 10,11 % dan sisanya sebesar 89,89 % body image dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lain misalnya yaitu memiliki tubuh yang indah, badan yang mulus dan bentuk tubuh yang
sempurna. Body Image pada sebagian besar subyek penelitian 98,3 % termasuk kategori tinggi.
Penerimaan diri subyek penelitian 96,7 % termasuk dalam kategori sedang. Dapat terlihat bahwa

120

EMPATHY Vol.I No.1 Desember 2012

body image mempunyai responden yang sudah bagus dengan penerimaan diri yang bagus.
Body image yang baik akan berdampak pada penerimaan diri yang baik, kemampuan
seseorang untuk bergaul dengan masyarakat akan sangat mudah bagi diri individu, sehingga
mahasiswa merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Dari suatu hasil penelitain
menyatakan bahwa body image merupakan produk dari pengalaman yang nyata berupa persepsi
terhadap bagian bagian tubuh serta penampilan secara keseluruhan yang sebagian berasal dari
perkembangan fisik. Berdasarkan penjelasan diatas, mahasiswa diharapkan untuk selalu bisa
berfikir positif akan segala kelemahan,kesalahan,kekurangan, kekeliruan serta kekuatan, dan
kelebihan terhadap body image yang dimiliki, dengan menerima diri kita sekarang apa adanya.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan positif antara body image dengan penerimaan diri. Artinya individu yang
memiliki body image yang baik secara penampilan fisik maka semakin baik pula individu
bisa menerima dengan penerimaan diri yang positif. Sebaliknya jika individu memiliki
kekurangan fisik yang tidak sesuai dengan dirinya maka penerimaan diri individu akan
berdampak pada penerimaan diri yang negatif.
2. Sumbangan efektif body Image terhadap penerimaan diri dapat dilihat dari koefisien
determinan atau koefisien korelasi yang dikuadratkan (r) sebesar 10,11 %. Artinya, body
image secara umum memberi pengaruh terhadap penerimaan diri sebesar 10,11 % dan
sisanya sebesar 89,89 %. Penerimaan diri dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain misalnya,
budaya, sosialisasi,konsep diri, peran gender, pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/
kurus dan lain-lain, serta pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu. 100% subyek
penelitian untuk Body Image termasuk kategori tinggi dan Penerimaan Diri termasuk kategori
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur S. R. & Emily S. R. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar. S. 2001. Methodology Research. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Amalia, L. 2007. Citra tubuh (Body Image) Remaja Perempuan. Jurnal Musawa, Vol. 5, No.
4, Oktober 2007. STAIN Ponorogo.
Chaplin, J.P. 2012. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Press
Helmi, Handayani, dan Ratnawati 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri terhadap
Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri, Jurnal Psikologi, 2, 47-48, 1998.
Horrison, K. 2006. Womens and Mens Eating Behavior Following Exposure to Ideal-Body
Images and Text. Jurnal Communication Reseach, 33 ; 55 ; 2006. University of California
at Davis.
Januar, V. 2007. Citra Tubuh Pada Remaja Putri Menikah Dan Memiliki Anak, Jurnal Psikologi,
Vol. 1, No 1, Desember 2007. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jakarta.
Kusumajaya, A.N. 2008. Persepsi remaja terhadap Body image (citra tubuh) kaitannya dengan

Muhammad Ridha

121

pola konsumsi makan dan status gizi, Jurnal Skala Husada Vol. 15, No. 2, 2008; 11412. Poltekes Gizi Depkes. Denpasar.
Naimah, T. 2008. Pengaruh Komparasi Sosial Pada Public Figure Di Media Massa Terhadap
Body Image Remaja Di kecamatan patikraja, kabupaten banyumas, Jurnal Psikologi
Penelitian Humaniora, Vol. 9, No. 2, 2008. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Nurviana, E.V. 2006. Penerimaan Diri Pada Penderita Epilepsi, Jurnal Psikologi Proyeksi Vol.
5, No. 1, 2006. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Semarang.
Rizkiana, U. 2010. Penerimaan Diri Pada Remaja Penderita Leukemia Jurnal Psikologi Vol.
7, No. 1, 2010. Universitas Gunadarma jakarta.
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Remaja. Erlangga:Jakarta
Saptiani, M.D. 2010. Hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada tpr
(Telkomsel Personal Representative) Di Telkomsel. e-Jurnal Universitas Gunadarma
jakarta. http://library.gunadarma.ac.id. 20 Maret 2012.
Sari, E.P. 2004. Penerimaan Diri pada Usia Lanjut Ditinjau dari Kematangan Emosi. Jurnal
Psikologi No. 2, Hal 73-88.
Satyaningtyas, R. 2005. Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup Penyandang Cacat Fisik.
Jurnal Psiko-Buana, Vol. 3, No. 2, 2005. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Sarwono, S. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar pribadi. Kanisius: Yogyakarta.
Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta: Jakarta.
Hadi, S. 2004. Penelitian Research. BPFE: Yogyakarta
Thompson, J.K. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity. American Psychological
Association Washington, DC.
Veronika, L. 2005. Body Image in Women Adult Beginning consuming Slimming Drugs, e-Jurnal
Universitas Gunadarma Jakarta: http://library.gunadarma.ac.id. 20 Maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai