BENANG BEDAH
Oleh
1. dr.M. Ardianto Airlangga
2. dr.Mustika Dharma
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari penjahitan dengan benang medis adalah memberikan regangan yang adekuat
pada luka terbuka tanpa dead space
Tujuan Penulisan
Penulisan mini referat ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, jenis, kriteria benang dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Benang bedah adalah materi yang digunakan untuk ligasi pembuluh darah dan aproksimasi
jaringan.2
2.2 Sejarah
Sejak abad purbakala manusia telah melakukan pembedahan. Hal ini ditunjukan oleh
penemuan tengkorak neolitik yang memiliki bekas trepanasi. Pencatatan sejarah pertama
mengenai pembedahan dan materi yang digunakan ditemukan di peradaban Mesopotamia.
Ditulis oleh Susruta,yang berkebangsaan India, catatan ini mencakup penggunaan kepala
semut,serat tanaman,serat pohon, dan rambut manusia sebagai materi pengikat luka. Referensi
mengenai benang bedah sendiri pertama kali ditemukan di Mesir tercatat di dalam Edwin Smith
Papyrus. Dari referensi lain didapatkan bahwa benang tersebut terbuat dari robekan linen yang
dicampur dengan madu dan tepung.
Pada tahun 150 SM Galen seorang dokter dari Romawi menulis buku yang berjudul De
Methodo Medendi. Didalamnya tercatat penggunaan kain linen, sutra, dan catgut sejak jaman
dahulu sebagai bahan benang bedah. Catgut terbuat dari usus hewan herbivore yang dipuntir,
masih digunakan sampai saat ini.
Dari Timur Tengah seorang ilmuwan Islam bernama Ibnu Sena memberikan kontribusi
terhadap perkembangan benang bedah. Berdasarkan penelitiannya, dia menemukan bahwa bahan
tradisional seperti benang linen apabila digunakan pada keadaan infeksi berat rentan untuk
terdegradasi terlalu cepat. Untuk mencari bahan alternative dia mencoba menggunakan bulu
babi, dan berhasil menciptakan benang monofilament pertama.
Selama beberapa abad perdebatan mengenai penggunaan kauterisasi atau benang bedah
sebagai ligasi berlangsung. Pada abad ke 18 penemuan tentang pentingnya sifat bahan benang
yang dapat diserap tubuh memacu perkembangan penemuan material baru untuk benang
bedah.Dan sampai saat ini para ilmuwan dan produsen terus berusaha menciptakan suatu benang
bedah yang sempurna. 4
Benang ini cocok digunakan pada jaringan yang tidak memerlukan kekuatan tegangan
secara jangka panjang. Contohnya pada jaringan serosa, visceral, dan vaginal. Benang ini
sebaiknya tidak digunakan pada kulit karena dapat menimbulkan jaringan parut dan dapat
menjadi nidus infeksi. Karena dapat didegradasi oleh enzim proteolitik yg dihasilkan oleh sel
inflamasi, benang ini kehilangan kekuatan lebih cepat pada jaringan yang terinfeksi. 2,5,6,7,8
dibandingkan dengan catgut. Benang ini dapat digunakan dalam hampir segala situasi dimana
chromic catgut digunakan . Karena dapat mempertahankan kekuatan tegangan lebih lama
dibandingkan benang absorbable alami, kedua benang ini dapat digunakan juga pada penutupan
fascia pasien dengan resiko rendah dehiscense fascia.2,5,6,7
Saat ini telah tersedia benang polyglactin 910 yang dilapisi antibiotik (Triclosan).
Penggunaan benang ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada lokasi operasi (SSI).
Dari beberapa penelitian ditemukan ada manfaat yang signifikan dari penggunaan benang ini
dalam mengurangi kejadian SSI.9,10,11
multifilament terpilin yang mengalami infeksi mengandung kuman sampai dengan 70 hari
setelah implantasi. Karena laju serapnya yang lambat, baik polyglyconate maupun
polydioxanone adalah pilihan yang sangat baik untuk penutupan fascial. Karena benang hanya
memiliki satu serat, diperlukan kewaspadaan agar serat tidak rusak oleh instrument, jarum, atau
material tajam lainnya. Kerusakan mungkin tidak mudah diketahui pada saat intra operatif, tapi
dapat terjadi gangguan post operatif. Hal ini terjadi terutama pada penggunaan teknik continuous
suture line.2,5,7
2.5.4 Silk
Benang silk berasal dari species ulat sutra Bombyx mori dari family Bombycidae, dimana
larvanya akan menghasilkan sutra untuk membungkus kepompongnya. Benang ini terpilin dan
berlapiskan lapisan hitam. Lapisan dengan lilin atau silicon membantu mengurang friksitas
jaringan dan kapilaritas. Silk adalah bahan organic alami dan dapat merangsang respon inflamasi
berat.
Kualitas khusus dari silk adalah mudah untuk dipakai. Sayangnya, kekuatan tegangannya
sangat rendah dan memiliki kapilaritas tinggi, yang dapat meningkatkan resiko infeksi. Benang
ini memiliki waktu paruh 1 tahun. Karena sifatnya yang reaktif terhadap inflamasi, benang ini
jarang digunakan pada cutaneous. Akan tetapi, sering digunakan pada mukosa dan area
intertriginous karena bentuknya yang lunak dan lentur.5,6,7,8
Gambar 6. Silk
2.5.5 Nylon
Benang nylon tersedia dalam bentuk monofilament dan multifilament. Terdiri dari rantai
panjang polimer aliphatic dari nylon 6. Karena sifatnya yang elastic, benang ini digunakan untuk
penjahitan permukaan (epidermal,superficial). Benang nylon monofilament memiliki memori
(kemampuan untuk kembali ke asal setelah deformasi) yang sangat baik dan terkenal untuk
cenderung terlepas sewaktu disimpul. Benang nylon multifilament terpilin mengalami penurunan
memori dan rentan terhadap infeksi. In vivo, nylon kehilangan 15 20% dari kekuatan
tegangannya setiap tahun melalui hydrolisasi.5,6,7
Gambar 7. Nylon
2.5.6 Polypropylene (Prolene)
Polypropylene dikembangkan pada 1970 sebagai benang sintetis nonabsorbable pertama.
Benang merupakan benang monofilament. Prolene terbuat dari stereoisomer crystalline isotactic
dari polypropylene dengan beberapa ikatan tidak jenuh. Polypropylene memiliki kekuatan
tegangan yang lebih besar daripada nylon. Benang ini dapat melewati jaringan dengan mudah
dan memiliki respon inflamasi yang minimal. Dia tidak melekat kepada jaringan dan dapat
digunakan untuk jahitan intradermal. Benang ini memiliki plastisitas yang bagus dan ikut
berkembang ketika terjadi pembengkakan jaringan untuk mengakomodasi luka. Memori yang
tinggi, sekuritas simpul yang rendah, dan kekakuannya adalah beberapa kelemahan dari
prolene.5,6,7
Gambar 8. Polypropylene (Prolene)
2.5.7 Polyester
Benang polyester merupakan nonabsorbable sintetis multifilament terpilin yang terdiri
dari poluethylene terephthalate. Benang ini digunakan untuk implantasi prostetis, face lift,
operasi cardiovascular, dan cerclage. Berdasarkan sifat uniknya, seperti reaktivitas jaringan yang
minimal, kekuatan tegangan yang baik, mudah digunakan, dan tahan lama.5,6,7
Gambar 9. Polyester
2.5.8 Hexafluoropropylene
Merupakan suatu jenis baru benang monofilament yang terbuat dari polyviylidene
fluoride dan polyvinylidene fluoride-co-hexahexafluoropropylene. Karena sifatnya yang tidak
melekat pada jaringan, benang dapat dijadikan pilihan untuk jahitan yang akan dilepas. Seperti
polypropylene, benang ini tahan terhadap infeksi dan memberikan respon jaringan yang minimal.
Benang ini biasanya berwarna biru. Benang ini tidak diabsorpsi dan tidak melemah setelah
implantasi.5,6,7
BAB III
KESIMPULAN
1. Benang bedah adalah materi yang digunakan untuk ligasi pembuluh darah dan
aproksimasi jaringan.
2. Dengan sejarah yang panjang, sampai saat ini masih ada kebutuhan untuk suatu benang
bedah yang ideal dan perkembangan teknologi memungkinkan munculnya benang benang
jenis baru di masa depan.
3. Benang bedah ideal memiliki karakteristik: mudah untuk digunakan, tidak merangsang
reaksi jaringan, tidak mudah lepas bila disimpul, memiliki kekuatan tegangan yang
cukup, tahan dari pertumbuhan bakteri dan mudah untuk disterilisasi, tidak memotong
jaringan, nonelectrolytic, noncapillary, nonallergenic, dan noncarcinogenic.
4. Benang bedah dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik penyerapan, asal bahan,
dan struktur benang, berdasarkan klasifikasinya ini dapat membantu pemilihan bahan
yang sesuai.
5. Terdapat berbagai macam benang bedah dengan karakteristik yang berbeda, dibutuhkan
pengetahuan yang mendalam dan kebijaksanaan klinis untuk dapat menggunakan benang
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
1. Gabrielli F , Potenza C, Puddu P, Sera F, Masini C. Suture material and other factors
assosiated with tissue reactivity, infection, and wound dehiscence among plastic surgery
outpatients. Plast Reconstr Surg.2001 Jan; 107[1]: 38-45.
2. Rock J, John D. Thompson. Te Linde's operative gynecology. 10th ed. Philadelphia:
Lippincott-Raven; 2008.
3. Assali Eyad Abou, MD. Suture and surgery [internet].2006 [cited 21 October 2015].
Available from: http://www.iust.edu.sy/suture_and_surgery/
4. Mackenzie D. The History of Sutures. Medical History. 1973;17(02):158-168.
5. Kudur M, Pai S, Sripathi H, Prabhu S. Sutures and suturing techniques in skin closure.
Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2009;75(4):425.
6. James A Greenberg R. Advances in Suture Material for Obstetric and Gynecologic
Surgery. Reviews in Obstetrics and Gynecology. 2009;2(3):146.Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2760901/
7.
L. Dunn D. wound closure manual [Internet]. 1st ed. Ethicon Inc; 2007 [cited 23 October
2015].
12. Greenberg J. The Use of Barbed Sutures in Obstetrics and Gynecology. Reviews in
Obstetrics and Gynecology [Internet]. 2010 [cited 23 October 2015];3(3):82. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3046763/