Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

HECTING

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

1. Jefri Andryansyah
2. Giyastuti Dewi Apriyanti
3. Andina Ema Retang
4. Juvenalda Florencia Cabral
5. Nuke Hermila Zulfah
6. Ninik Tribudiyati
7. Rini Kusuma Dewi
8. Habibatuzzakiya

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Menjahit Luka (Heacting)
1. Pengertian
Menurut potter and perry (2005) penjahitan luka adalah suatu tindakan
untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan cukup untuk
menahan beban fisiologis. Jahitan digunakan untuk hemostatis atau untuk
menguhubungkan struktur anatomi yang terpotong. Tujuan penjahitan luka
adalah mempercepat penyembuhan dan memulihkan fungsi sementara dan
memperkecil resiko infeki serta pembentukan jaringan parut.
2. Bentuk dan Kegunaan Jarum
Jarum jahit tersedia dalam beragam bentuk, diameter, dan ukuran. Secara
umum, jarum jahit terdiri atas tiga bagian, yaitu needle point, needle body, dan
swaged (press-fit). Needle point berbentuk tajam dan berfungsi untuk penetrasi
kedalam jaringan. Body merupakan bagian tengah dari jarum jahit. Sedangkan
swaged (press-fit) end merupakan bagian tempat menempelnya benang. Jarum
jahit digunakan untuk menutup luka insisi pada mukosa dan biasanya berbentuk
round atau triangular. Jarum jahit biasanya terbuat dari besi tahan karat (stainless
steel) yang kuat dan fleksibel.
Jarum jahit memiliki bentuk dan jenis yang beragam seperti straight needle,
curved needle, eyed needle, dan eyeless needle. Selain itu, jarum jahit juga
tersedia dalam berbagai ukuran, yaitu 1/4, 3/8, 1/2, dan 5/8. Jenis jarum jahit
yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah curved
(circle) needle dengan ukuran 3/8 dan 1/2. Curved needle berukuran 3/8 biasa
digunakan pada daerah bukal ke lingual dalam satu gerakan dengan memutar
jarum jahit pada axis sentralnya. Sedangkan curved needle berukuran 1/2
biasanya digunakan pada daerah bukal gigi molar atas dan permukaan fasial gigi
insisivus pada rahang atas dan rahang bawah. Curved needle juga dapat
digunakan dalam pembedahan mukogingival dan periosteal. Secara umum,
curved needle terbagi menjadi dua jenis, yaitu round bodied dan cutting. Cutting
curved needle terbagi atas dua jenis, yaitu konvensional dan reverse cutting.
Reverse cutting biasanya lebih mudah diaplikasikan pada daerah rongga mulut
karena tidak akan menembus atau mengoyak jaringan.
3. Jenis dan Kegunaan Benang

Perkembangan bahan benang jahit untuk penjahitan luka terus


berkembang. Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat ideal
seperti dibawah ini
a) Harus memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka dengan
baik hingga proses penyembuhan selesai.
b) Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada jaringan.
c) Memiliki daya simpul yang baik.
d) Harus memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan
material jahitan tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang
meradang di sekitar luka dan menyebabkan infeksi.
e) Mudah disterilisasi.
1) Klasifikasi Benang Jahit dalam Penjahitan Luka
Bahan material benang jahit dapat diklasifikasikan menurut jenis
material menjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable. Berdasarkan
jumlah benang, juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu monofilament
dan multifilament. Selain itu dapat pula diklasifikasikan berdasarkan asalnya,
yaitu alami dan sintetik.
a) Dapat diserap (absorbable ) dan tidak dapat diserap (non-
absorbable)
 Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna
oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis
absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik. Jenis benang
absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah catgut,
collagen, cargille membrane, kangaroo tendon, dan fascia
lata. Jenis benang absorbable yang terbuat dari bahan sintetik
adalah polyglicolic acid (dexon), polyglactic acid (vicryl),
polydioxanone (PDS), dan polytrimethlylene carbonate
(maxon). Benang jahit jenis absorbable yang paling sering
digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah catgut yang
dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan garam
asam kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebih
lama dan daya reaktivitas jaringan yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan catgut yang tidak dimodifikasi. Pada
umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari
untuk diserap tubuh.
 Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat
dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang
jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami dan sintetik.
Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah
silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang
terbuat dari bahan sintetik adalah nylon, polypropylene,
braided polyester, dan polybutester. Jenis benang non-
absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang
kedokteran gigi adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0. Benang
silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra.
Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah.
Namun, benang jenis ini harus segera dibuka pada minggu
pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk
menyebabkan inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang
mudah mengalami penumpukan akumulasi plak serta dapat
menyebabkan bakteri masuk kedalam luka.
b) Berdasarkan untaian serat
 Monofilamen, yaitu benang yang hanya terdiri dari satu serat
saja, benang ini tidak menyerap cairan (non kapilaris).
Kelebihan dari monofilament adalah memiki permukaan
benang yang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadi
infeksi, dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba. Tetapi
monofilament memerlukan penanganan simpul yang khusus
karena relative cukup dan tidak sekuat multifilament. Contoh
monofilamen adalah Catug, PDS, Prolenen Polydioxanone.
Fungsinya dapat digunakan untuk jahitan interupus pada semua
bagian dan jahitan subkutikuler non absorbable.
 Multifilamen, yaitu jenis benang yang terdiri dari beberapa
serat yang diuntai menjadi satu sehingga multifilament lebih
kuat dibandingkan dengan monifilamen. Multifilament juga
lebih lembut, teratur, dan lebih mudah digunakan. Namun,
benang jenis ini dapat menjadi tempat tumbuhnya mikroba
karena adanya rongga pada benang dan dapat sedikit tersendat
pada saat benang melalui / melewati jaringan. Contoh
multifilament anatara lain Polyglactin 910, PGS, Silk,
Polyester. Fungsi dari benang ini dapat digunakan pada
sternum setelah tindakan tarakotomi.
c) Berdasarkan bahan pembuatannya
 Bahan alami, terbuat dari collagen yang berasal dari lapisan
sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen flexor sapi.
Contohnya anatara lain Surgical catgut plain, Surgical catgut
chromic, Surgical silk, virgin silk, dan surgical cotton.
 Bahan sintetis (buatan), terbuat dari sintetik polimer sehingga
mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu
penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi. Contohnya antara
lain benang operasi jenis polyglactin, polylactin, poliglikolik,
polyglecaprone, polydioxanone, polypropamide,
polypropylene, dan polyster.
2) Ukuran Benang Jahit
Benang jahit tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile
strength- nya. Standar untuk mengidentifikasi tensile strength yang
bervariasi ditentukan dari jumlah angka nol (0). Makin kecil diameter
benang, maka makin banyak angka nol yang dimiliki benang.Ukuran
dimulai dari a 0 dan berlanjut dengan 00, 000, 4- 0, dan 10-0. Contohnya,
benang jahit operasi jenis nylon ukuran 4-0 memiliki diameter yang lebih
besar dari benang jahit nylon ukuran 6-0 dan memiliki tensile strength
yang lebih besar pula. Benang jahit operasi yang lebih tebal biasanya
tepat digunakan untuk penjahitan pada lapisan mukosa yang lebih dalam
dan untuk mengikat pembuluh darah. Sedangkan benang yang lebih tipis
biasa digunakan untuk menutup jaringan yang tipis seperti konjungtiva
dan insisi yang dilakukan pada wajah. Ukuran benang jahit yang biasa
digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah 3-0, 4-0, dan 5-0.
3) Prinsip Pemilihan Bahan untuk Penjahitan Luka
Pemilihan bahan untuk penjahitan luka harus didasari dengan
pengetahuan tentang karakteristik penyembuhan jaringan, ketebalan
jaringan yang akan dijahit, aspek fisik dan biologis yang dimiliki oleh
bahan, dan kondisi luka yang akan dijahit.
a) Tingkat Penyembuhan Jaringan
Ketika luka sudah mencapai strength maksimal, maka penjahitan
tidak lagi dibutuhkan. Untuk jaringan yang biasanya mengalami
penyembuhan yang lambat, seperti misalnya kulit, wajah, dan
tendon, harusnya dijahit dengan benang tipe non- absorbable.
Sedangkan untuk jaringan yang tingkat penyembuhannya cukup
cepat, seperti pada otot, ataupun periosteum, dapat dijahit dengan
benang jenis absorbable.
b) Kontaminasi Jaringan
Dalam hal ini, benang tipe monofilament absorbable maupun
monofilament non-absorbable dapat digunakan untuk meminimalisir
kontaminasi akibat adanya benda asing sehingga mencegah
terjadinya infeksi.
c) Estetika
Ketika estetis merupakan hal yang penting, maka penggunaan
benang yang dianjurkan adalah benang jenis monofilament yang
memiliki diameter yang kecil, seperti misalnya polyamide atau
polypropylene. Hindari penjahitan luka dengan teknik subcuticular
dengan menggunakan benang vicryl atau prolene.
d) Status Nutrisi
Pada pasien kurang nutrisi dan hipoproteinemia, penggunaan benang
jenis non-absorbable adalah pilihan terbaik. Sebaiknya hindari
penggunaan benang absorbable karena dapat menyebabkan wound
dehiscence.
4. Model dan Indikasi Jahitan
a. Teknik Penjahitan Luka
Penjahitan luka memiliki teknik yang beragam, seperti simple
interrupted suture, simple continuous suture, locking continuous suture,
vertical mattress suture, horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan
figure-of-eight suture. Meskipun demikian, teknik-teknik penjahitan luka
tersebut haruslah memenuhi prinsip-prinsip umum penjahitan luka seperti
dibawah ini:
1) Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian
dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
2) Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap
permukaan jaringan.
3) Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang
sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari
tepi luka. Sedangkan jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya
berkisar 3-4mm.
4) Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
5) Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
b. Simpul pada Penjahitan Luka
Penyimpulan jahitan tergantung pada jenis benang yang digunakan.11
Slip (granny) surgical knot biasa digunakan ketika menggunakan benang
silk, chromic gut, atau plain catgut.11 Sedangkan surgeon’s knot, yang
merupakan teknik penyimpulan standar, digunakan pada jahitan yang
menggunakan benang jenis sintetik, baik absorbable maupun non-
absorbable.
1) Simple Interrupted Suture
Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka
yang paling umum digunakan. Teknik ini menjahit tepi luka dengan
satu jahitan, disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena
apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu.
Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam
bidang kedokteran gigi. Simple interrupted suture memiliki potensial
yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan sirkulasi kulit.
Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup
panjang untuk inseridan memiliki resiko lebih besar dalam
meninggalkan bekas jahitan yang membentuk seperti jalur kereta api.

Simple Interrupted Suture


2) Simple Continuous Suture
Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah insersi jahitannya
yang cukup cepat. Sedangkan kerugiannya adalah jika salah satu
jahitan terputus, maka keseluruhan jahitan akan rusak. Oleh karena itu,
teknik ini diindikasikan pada penjahitan luka pada daerah tension yang
minimal.

Simple Continuous Suture

3) Locking Continuous Suture

Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous


suture, namun terdapat keuntungan tambahan berupa adanya
mekanisme pengunci. Dengan adanya mekanisme ini, jaringan
dapat disesuaikan dengan insisi secara perpendikular. Selain itu,
hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara terus
menerus sebagai kemajuan proses penyembuhan luka.
Locking Continuous Suture

4) Vertical Mattress Suture


Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir
sama dengan teknik simple interrupted suture, perbedaannya
adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka
yang berfungsi untuk memaksimalkan eversi luka, meminimalisir
adanya dead space, dan meminimalisir tekanan yang melewati
luka.

Vertical Mattress Suture

5) Horizontal Mattress Suture


Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan
penutupan luka yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini
biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra oral. Penetrasi
jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah
insisi dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama.

Horizontal Mattress Sutur


6) Subcuticular Suture
Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada
teknik ini, jahitan dilakukan dengan membuat jahitan horizontal
melewati kedua tepi luka secara bergantian. Pada jahitan ini tidak
terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari satu minggu
pada area luka.

Subcuticular Suture
1) Figure-of-eight Suture
Teknik ini biasa digunakan untuk menutup luka pasca ekstraksi.

Figure-of-eight suture

Indikasi jahitan luka


Indikasi jhitan luka pada umumnya adalah penanganan luka baru yang terbuka
seperti luka superfisial, luka yang bersih, ataupun luka operasi. Luka terbuka
dapat pula ditunda penutupanya, dan baru dilakukan penjahitan luka setelah
dinilai layak ditutup untuk penyembuhan. Pada luka yang memungkinkan
terjadinya infeksi, seperti luka gigitan manusia, gigtan hewan, sebaiknya tidak
dilakukan penjahitan. Pada jenis luka ini, perawatan luka dilakukan dengan
secondary intension dimana dilakukan perawatan tanpa penjahitan dengan
monitoring berkala. Kekurangan dari metode ini adalah besarnya resiko infeksi
dan waktu penyembuhan yang lebih lama.
5. Peralatan
Dalam melakukan tindakan penjahitan, terdapat beberapa alat dan bahan yang
dibutuhkan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan tindakan
penjahitan luka adalah sebagai berikut.
a. Needle Holder
Needle holder adalah sebuah instrumen dengan bentuk paruh pendek yang
berfungsi sebagai pemegang bagian distal jarum jahit dengan jarak 1/2 – 3/4
dari ujung jarum jahit dan sebagai penyimpul benang. Jenis yang digunakan
bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew
Kusten (bentuk segitiga). Untuk menjahit daerah intra oral biasanya
digunakan needle holder ukuran 6 inchi (15cm).

Jenis-jenis needle holder (a). Crille wood (bentuknya


seperti klem) dan (b). tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga)
b. Gunting Benang

Gunting benang biasanya memiliki dua buah ring sebagai tempat


masuknya jari. Cara memegang gunting benang sama dengan cara
memegang needle holder. Gunting benang yang paling banyak
digunakan adalah Dean scissors. Dean scissor memiliki pisau yang
bergerigi yang mengakibatkan pengguntingan benang menjadi lebih
mudah.

c. Pinset Chirurgis

Pinset chirurgis biasanya memiliki susunan yang khas, yaitu terdapat


semacam gigi yang berjumlah dua buah pada sisinya dan satu buah
pada sisi yang lainnya. Penggunaannya adalah untuk menjepit
jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada
kulit sebelum memulai insisi.

Gambar 2. Alat yang digunakan dalam melakukan


penjahitan luka: (a) Needle holder; (b)
Pinset chirurgis; (c) Gunting benang7
6. Prosedur hecting
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan peralatan
c. Mendekatkan alat, mengatur lingkungan dan menjaga privasi
pasien
d. Mengatur posisi pasien, memasang perlak pengalas
mendekatkan bengkok
e. Membuka set wound hecting
f. Memakai handscoon steril
g. Melakukan pengkajian luka dengan cepat, tepat dan cermat
h. Menghentikan perdarahan luka dengan balut tekan
i. Mengambil pinset dan membersihkan luka menggunakan kasa
steril dengan cairan NaCl 0,9% dari arah dalam luka kearah
keluar dengan prinsip aseptic
j. Melakukan anastesi luka menggunakan Lidokain dengan teknik
yang benar
1) Menyiapkan injeksi lidokain 1%
2) Melakukan desinfeksi pada ujung luka atau daerah yang
akan di suntik dengan menggunakan alkohol 70%
secara sirkuler dengan diameter kurang lebih 5cm
3) Menyuntikkan lidokain secara subkutan disekitar tepi
luka
4) Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah masukan
lidokain secara perlahan – lahan sambil menaik jarum
dan memasukkan obat sepanjang tepi luka. Lakukan
pada tepi luka yang lainnya.
5) Sambil menunggu reaksi obat, siapkan nalpoder, jarum
dan benang
6) Tunggu 2 menit agar lidokain bereaksi
k. Melepas handscoon steril
l. Menggunakan / mengganti handscoon steril
m. Memasang duk steril
n. Melakukan pemeriksaan efek anastesi pada area yang akan
dilakukan penjahitan dengan menggunakan pinset
o. Menyiapkan nailholder, pinset, jarum dan benang
p. Melakukan teknik penjahitan luka dengan tepat sesuai
kebutuhan, jahit luka kurang lebih 1 cmdiatas luka dan ikat,
gunting benang sisakan kira – kira 1cm. jahit satu persatu
dengan jarak jahitan satu dengan lainnya kurang lebih 1cm
q. Rapikan hasil penjahitan
r. Membersihkan area sekitar luka dengan prinsip aseptic
s. Membersihkan surfraktur pada area jahitan
t. Menutup luka dengan kasa steril selanjutnya di plester
u. Merapikan pasien dan memebereskan alat
v. Melakukan evaluasi dengan melepas handscoon
w. Melakukan terminasi dan dokumentasikan tindakan
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta EGC
Saifudin. 2013. Hecting dan Hecting aff. (online) www.google.book.com
Ningsih, Fitria. 2011. Teknik Menjahit Jaringan. www.ugm.ac.id
Fitri, Nurul.2010. Referat Ilmu Bedah, Material Suutre. Yogyakarta EGC
Pramuditya, Arindra.2014. Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka.

Anda mungkin juga menyukai