Anda di halaman 1dari 7

Suture Material

Definisi
Suture materials adalah semua bahan yang dipakai untuk meligasi atau mengaproksimasi jaringan
dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan.
Sejak tahun 2000 SM, penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka.
Seiring dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan
bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon ataupun usus hewan, bahkan kini pun telah
digunakan bahan dari benang logam tahan karat.
Klasifikasi
Benang untuk penjahitan luka dapat dibagi atas beberapa kriteria , yaitu :

Penyerapan (absorbable or non-absorbable)

Asal Bahan (nature or synthetic)

Asal Serat (monofilament or polyfilament)

Pelapisan (coated or uncoated)

1.

Penyerapan
Benang diserap dalam waktu yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya berada didalam
tubuh dapat disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang yang sesuai.
Sedapat mungkin benang jangan hancur dahulu sebelum organ yang bersangkutan betul-betul
rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan benang yang lama waktu
penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh waktu yang cukup lama (hingga
beberapa bulan). Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah digunakan benang tak diserap
untuk menjahit fasia. Benang tak diserap akan berada seumur hidup. Benang-benang ini
digunakan misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan dacron graft, dimana
pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak akan pernah mengalami penyambungan dengan
graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan benang tak diserap berfungsi
mempertahankan penyatuan tadi. Harus diingat bahwa benang jahitan disini merupakan benda
asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu,
untuk tujuan meminimalkan reaksi , digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang
minimal.
PlainCatgut maupun chromic dan kolagen merupakan contoh benang diserap, sedang polyamida
(nylon) dan sutera (silk, zyde) merupakan contoh benang tidak diserap.Keuntungan benang tidak
diserap adalah dapat memberikan permanent support tidak akan pernah habis namun
meninggalkan benda asing dalam tubuh.
2.

Asal Bahan

Benang-benang alami berasal dari bahan alam, contohnya rambut, bulu binatang, katun, linen dan
catgut. Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah didapat dan relatif murah
harganya.
Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi
yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan dengan organ yang akan dijahit. Contoh benang
sintetis, polyglycolic acid, polypropylene, polyamide, polyester, polyglactin, polydioxanone,
polyglyconate, polynylidene, polybutylester dan stainless steel. Umumnya benang-benang ini
dijual dalam kemasan dan bentuk sediaan khusus.
3. Serat Benang
Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting security)
biasanya lebih kecil, sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah bekas

jahitannya (stitching mark) halus. Sedangkan benang serat banyak lebih baik kekuatan simpulnya,
karena jalinan seratnya membuat benang lebih kesat dan menggigit. Perlu diperhatikan bahwa
celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya nidus yang dapat
menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag. Sering terjadi
pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang serat banyak. Bekas
jahitan dengan benang ini lebih kasar dan nyata.
Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang anyaman seperti
rambut dikepang (contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan
twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang dililit/dipilin (contohnya katun dan
linen). Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan berserat
banyak.
4.

Pelapisan

Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa untuk mendapatkan benang yang
lebih kesat sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga
tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak
terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.
Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera
diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah
pada benang.
Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah antara lain

Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya.

Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam jaringan

Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak mudah longgar dan lepas.

Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh
personil bedah

Reaksi minimal pada jaringan dan tidak cenderung meningkatkan pertumbuhan bakteri
Non-alergenik dan non-karsinogenik
Tabel Klasifikasi Suture Materials
Breakdown Origin Strand

Generic Name

Absorbable NaturalMultifilamant

Catgut-plain

Trade Name

Catgut-chromic
Monofilament

None

Synthe Multifilament

Glycolic Acid Primer

tic

- Polyglycolic acid

Dexon (D+G)

- Polyglactin 910

Vicryl (Ethicon)
Polysorb (USSC)

Monofilament

Polydioxanone
Trimethylene/ Glycolic acid
Poliglecaprone 25

Nonabsorb NaturalMultifilament

Silk

able

Linen
Cotton
Stainless Steel

PDS (Ethicon)
Maxon (D+G)
Monocryl (Ethicon)

Monofilament
Synthe Multifilament

Stainless Steel
Polyester

tic

Ethibond/Mersilene
Ti-cron/ Dacron
Dyflex/Teflex/Polyflex

Polyamide (Nylon)

Surgilon
Nurolon

Monofilament

Polyamide (Nylon)

Ethilon
Dermalon
Nylene

Polypropylene

Prolene
Surgilene

Polyvinylidene
Polybutester
Polyether

Vilene
Novafil
Dyloc

Ukuran Benang (size)


Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat. Untuk menjahit
struktur halus, misalnya pada operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran 00000
(5/0) hingga 7/0. Makin banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro,
dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0. Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar
pula benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh penderita, yang berarti semakin besar pula
reaksi jaringan.
Kekuatan regangan (tensile strength)
Uji tensile strength dilakukan dilaboratorium, tensile strength didefinisikan sebagai beban yang
diberikan per unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai
kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg.
Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka.
Benang jenis ini terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi, misalnya
abdomen dan ekstremitas. Umumnya tensile strength paling baik pada benang stainless steel,
sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.
Lebih kuat
Tensile strength
Sedang
Lebih lemah

Stainless steel
Polyamide, polypropylene
Alami (sutera, catgut)

Reaksi jaringan (tissue reaction)


Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Mulai antara hari 1-3, karena benang merupakan benda asing dalam tubuh.

Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau dari
struktur kimianya.

Reaksi berupa penyerapan atau penyingkiran material benang. Makin cepat penyerapan,
makin besar reaksi seluler jaringannya.
Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell).
Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan hasil
akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan. Umumnya makin hebat reaksi jaringan,
tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus.

Penyerapan (Absorbtion)
Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka. Pertama, penyerapan melalui mekanisme
enzimatik, misalnya terjadi pada catgut dan kolagen. Disini enzim proteolitik yang tersimpan
dalam lisosom PMN akan menghancurkan benang.
Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang.
Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur. Hidrolisa
akan meningkat dengan perubahan pH.
Keamanan simpul (knotting security)
Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of friction).
Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang berserat banyak umumnya
mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi daripada benang berserat tunggal. Pelapisan
benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan menyebabkan benang lebih
kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap diingat, kelenturan (pliability) benang
berserat banyak lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga lebih susah dimanipulasi
sewaktu penjahitan. Lagi pula pencabutan benang dari luka lebih mudah bila benang berserat
tunggal dan licin. Harus diperhitungkan juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan
bekas (stiching marks) yang lebih jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan,
jenis dan jumlah ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu
simpul.
Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan ekstremitas),
digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan estetis menjadi
nomor dua pada daerah ini.
Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai dengan
jenis benang. Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang yang kesat. Ini
sesuai dengan hukum approximation, no strangulation ( merapatkan, bukan menjerat) pada
penjahitan luka.
Tabel Karakteristik benang penjahit luka

Jenis barang
Plain catgut
Chromic catgut
Collagen
Polyglycolic acid
DEXON IITM
Polyglactin
VICRYIL TM
Sutera
Katun
Braided
Monofilament polyamide
NYLONTM
Braided polyester
Monofilament polypropylene
PROLENETM
Steel wire

Diserap (A) atau tidak Daya tahan terhadap regangan Keamanan


(NA)
(breaking strength)
simpul (knot
security)
A
Bervariasi
jelek

Tegangan dalam jaringan (tensile


strength in tissues)

A
A
A

Baik
Baik
Baik

sedang
sedang
baik

Hilang setelah hari ke 10


Hilang setelah hari ke 10
Tinggal 40% pd hari ke 14

Baik

baik

Tinggal 40%pd hari ke 14

NA
NA
NA
NA

Sedang
Sedang
Baik
Baik

baik
baik
baik
jelek

Tahan hingga 6 bulan


Tahan hingga 6 bulan
Bervariasi hilangnya pada bln ke 6
Berkurang sedikit

NA
NA

Sangat baik
Baik

baik
sedang

bertahan
Bertahan

NA

Sangat baik

baik

Bertahan

Hilang setelah hari ke 3

Penyesuaian ukuran benang dengan regio


Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian ukuran benang
dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut :

Tabel Penyesuaian ukuran benang dengan regio


Ukuran benang

Jenis benang yang

Daerah yang akan dijahit


Wajah dan leher

dianjurkan
Subkutis 5/0

Plain catgut, Chromic cat

Kulit 4/0 6/0

gut, PGA
Nylon monofilament

Krpala

Subkutis 3/0

Plain catgut, Chromic cat

Kulit 2/0 3/0

gut, PGA
Nylon monofilament, Silk

Badan depan

Subkutis 5/0

Plain catgut

Permukaan cembung ekstremitas

Kulit 3/0 4/0

Nylon monofilament, silk

Badan belakang

Subkutis 4/0

Polyglycolic acid,

Permukaan cekung ekstremitas

Kulit 3/0 4/0

polydioxanone
Nylon monofilament, Silk

Jarum Bedah
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga
mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam menguasai teknik
suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang tahan korosif dan
melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada pangkal needle,
dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle harus cukup rigid sehingga memungkinkan
untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa
menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak meneyebabkan
kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran
yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya.
Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan kita dapat memegang
dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa menyebabkan kerusakan jaringan lain
yang tidak perlu.
Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang harus
dimiliki oleh jarum bedah antara lain :

Mengandung bahan antikarat (stainless steel)

Kuat untuk menembus jaringan

Ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan

Tajam

Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

Anatomi Jarum Bedah (surgical needle)

Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu ujung
needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian Needle.
Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah untuk benang.
Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis lurus , sedangkan
needle length adalah jarak antara swage dan needle point dengan mengikuti lengkung lingkar luar
needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan needle itu sendiri. Needle
Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.
Karakteristik Surgical Needle
Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah :

Ketajaman dan kelengkungan

Needle length dan diameter needle (ukuran)

Mata needle dan bentuk melintang needle

Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

Ketajaman dan kelengkungan


Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang
khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk
operasi hernia femoralis saja.
2. Panjang dan diameter needle
Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas,
ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle dengan
diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah jika
dibandingkan dengan needle yang pendek dengan diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih
baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan yang lebih kuat.
Needle yang pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan pembuluh darah .
3. Mata dan penampang melintang needle
Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle sampai
diameter
melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu
: Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt. Conventional Cutting dan Reverse
Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum, tendon. Taper digunakan untuk jaringan

yang gampang ditembus dan untuk mendapat luka yang minimal


Blunt, untuk menjahit hepar dan lien.
4. Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle
Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut mulai
dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata pada
pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum
dipergunakan.
Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang dewasa
ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan menimbulkan
trauma pada jaringan yang dijahit.
Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam
kemasan. Hal ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan,
selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko penularan
penyakit bagi pasien.
- See more at: http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/212#sthash.2lcO1s1Y.dpuf - See
more at: http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/212#sthash.2lcO1s1Y.dpuf

Anda mungkin juga menyukai