Definisi
Semua bahan yang dipakai untuk meligasi atau mengaproksimasi jaringan dan
menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan.
Klasifikasi
Benang untuk penjahitan luka dapat dibagi atas beberapa karakteristik berdasarkan
penyerapan, asal bahan, struktur benang, dan pelapisan.
1.
Penyerapan
Karakteristik yang penting dibedakan dari suture materials adalah daya serap
dalam jaringan manusia. Berdasarkan karakteristik daya serap benang, maka dapat
dibedakan menjadi absorbable dan non-absorbable. Benang diserap dalam waktu
yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya berada di dalam tubuh dapat disesuaikan
dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang yang sesuai. Sedapat
mungkin benang jangan hancur dahulu sebelum organ yang bersangkutan betul-betul
rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan benang yang lama
waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fasia butuh waktu yang lama
(hingga beberapa bulan).
Benang non-absorbable akan berada seumur hidup. Benang-benang ini digunakan
misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan dracon graft, dimana
pembuluh darah merupakan organ hidup yang tidak akan mengalami penyambungan
dengan graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan benang yang tidak
diserap berfungsi penyatuannya. Harus diingat bahwa benang jahitan disini
merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan reaksi dari jaringan
tubuh. Karena itu, untuk meminimalkan reaksi, digunakan bahan yang inert dan
memberikan reaksi yang minimal.
PlainCatgut maupun chromic dan kolagen merupakan contoh benang absorable,
sedangkan polyamida (nylon) dan sutera (silk, zyde) merupakan contoh benang nonabsorbable. Keuntungan benang
2.
Asal bahan
Benang-benang alami berasal dari bahan alam. Contohnya rambut, bulu binatang,
katun, linen, dan catgut. Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah
didapat dan relatif murah harganya.
Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan
dalam hal absorbsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan dengan organ
yang akan dijahit. Contohnya benang sintetis adalah polyglicolic acid, polypropylene,
polyamide, polyester, polyglactin, polydioxanone, polyglyconate, polynylidene,
polybutylester, dan stainless steel. Umumnya benang-benang ini dijual dalam
kemasan dan bentuk sediaan khusus
Struktur benang
Benang monofilament umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting
3.
4.
benang yang lebih kesat sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk
mengamankan jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup
celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman untuk
bersarang, dan untuk meminimalisasi reaksi jaringan.
Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang multifilament dan
berlapis. Sutera diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta
untuk menutup celah-celah pada benang.
Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah, antara
lain:
(a)
(b)
ukurannya.
Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan ke
jaringan
(c)
(d)
(e)
dan
tidak
cenderung
meningkatkan
pertumbuhan bakteri
Breakdown
Absrobable
Non-absorbable
Origin
Natural
Strand
Multifilament
Generic name
-Catgut plain
-Catgut chromic
Synthetic
Monofilament
Multifilament
None
-Glycolic
Acid
primer
-Polyglycolic acid
-Poliglactin
Monofilament
-Polydioxanone
-Trymethilene
-Poliglecaprone
Natural
Multifilament
-Silk
-Linen
-Cotton
-Stainless Steel
Synthetic
Monofilament
Multifilament
-Stainless Steel
-Polyester
Monofilament
Trade name
-Dexon (D+G)
-Vicryl (Ethicon)
-Polysorb (USSC)
-PDS (ethicon)
-Maxon (D+G)
-Monocryl
(Ethicon)
-Ethibond
-Dacron
-Polyflex
-Polyamide
(Nylon)
-Surgilon
-Nurolon
-Polyamide
(Nylon)
-Ethilon
-Dermalon
-Nylene
-Prolene
-Surgilene
-Vilene
-Novafil
-Dyloc
-Polyprophylene
-Polyvinylidene
-Polybutester
-Polyether
Ukuran benang
Benang dengan ukuran besar digunakan untuk jahit struktur yang alot/liat. Untuk jahit
struktur yang halus, misalnya operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran
00000 (5/0) hingga 7/0. Makin banyak angka nol-nya, makin halus ukurannya. Untuk bedah
mikro, dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0. Harus diingat, makin besar ukuran benang,
makin besar pula ukuran benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh penderita, yang
berarti semakin besar pula reaksi jaringan.
Referat Suture Materials
3
Lebih kuat
Sedang
Lebih lemah
Stainless steel
Polyamide
Polyprophylene
Alami (sutera, catgut)
Reaksi Jaringan
Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a)
(b)
Mulai antara hari 1-3 karena benang merupakan benda asing dalam tubuh
Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau
(c)
makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (Giant cell).
Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan
hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan
semakin kurang bagus.
Proses penyerapan
Terdapat dua mekanisme penyerapan benang jahitan luka. Pertama, penyerapan melalui
mekanisme enzimatik, misalnya terjadi pada catgut dan kolagen. Disini enzim proteolitik
yang tersimpan dalam lisosom PMN akan menghancurkan benang.
Kedua adalah mekanisme hidrolisa, yang berefek pada air yang terkandung dalam benang.
Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur.
Hidrolisa akan meningkat dengan perubahan pH.
Kemananan simpul (knotting security)
Referat Suture Materials
4
Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi juga koefisien gesekannya (coefficient of
friction). Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang multifilament
umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebiih tinggi daripada benang monofilament.
Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan menyebabkan
benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap diingat, kelenturan
benang multifilament lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga lebih susah
dimanipulasi saat penjahitan. Lagipula pencabutan benang dari luka lebih mudah bila benang
berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan juga bahwa benang multifilament akan
meninggalkan bekas yang lebih jelek dari benang monofilament. Selain koefisien gesekan,
jenis, dan jumlah ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu
simpul.
Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan
ekstermitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan
estetis menjadi nomor dua pada daerah ini.
Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai
dengan jenis benang. Benang yang licin biasanya disimpul lebih banyak daripada benang
kesat.
Jenis barang
Plain catgut
Chromic catgut
Absorbable (A)
Non-absorbable (NA)
A
A
Breaking
strength
Bervariasi
Baik
Knot
Tensile srength
security
Jelek
in tissue
Hilang setelah
Sedang
hari ke-3
Hilang setelah
Collagen
Baik
Sedang
hari ke-10
Hilang setelah
Polyglycolic
Baik
Baik
hari ke-10
Tinggal
40%
acid
DEXON
Polyglactin
VICRYL
Sutera
Baik
NA
Sedang
Baik
Tinggal
40%
Baik
Katun
NA
Braided
Sedang
NA
Baik
Baik
bulan
Tahan hingga 6
Baik
bulan
Bervariasi,
hilangnya pada
Monofilament
NA
Baik
bulan ke-6
Berkurang
Jelek
polyamide
sedikit
NYLON
Braided
NA
Sangat baik
Baik
Bertahan
polyester
Braided
NA
Sangat baik
Baik
Bertahan
polyester
Monofilament
NA
Baik
Sedang
Bertahan
NA
Sangat baik
Baik
Bertahan
polypropylene
PROLENE
Steel wire
Ukuran benang
Subkutis 5/0
Kepala
Nylon Monofilament
Plain catgut, Chromic catgut,
PGA
Badan depan
Lokasi
Jenis
Ukuran
Eropa
Fascia
Semua
2.0-1
Otot
Semua
3.0-0
Kulit
Non-absorble
2.0-6.0
Lemak
Absorbable
2.0-6.0
Hepar
Catgut kromik
2.0-3.0
Ginjal
Semua catgut
2.0-0
Pankreas
Sutera, kapas
4.0
Usus Halus
3.0
Usus Besar
Catgut kromik
2.0-3.0
Tendo
Non-absorbable
4.0-0
Kapsul sendi
Non-absorbable
5.0-3.0
Peritoneum
Catgut kromik
3.0-2.0
Non-absorbable
7.0-11.0
Bedah mikro
(Sari, et al., 2005)
Jarum Bedah
Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture,
sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam
menguasai, teknik suturing. Sebagian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang
tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada
pangkal needle. Needle harus cukup rigid, sehingga memungkinkan untuk dapat menembus
jaringan tanpa menjadi bengkok. Diameter yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan
jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak menyebabkan kebocoran.
Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran yang
cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya.
Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang memungkinkan kita dapat
memegang dengan baik dengan needle holder tanpa merusak jaringan lain yang tidak perlu.
Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang
harus dimiliki oleh jarum bedah, antara lain:
Pada jarum bedah yang standar terdapat beberapa bagian, yaitu: Needle point, yaitu ujung
needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan dengan semua
bagian needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau
celah untuk benang. Cord length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik
garis lurus, sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point mengikuti
lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat berlengkung needle dengan
needle itu sendiri. Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.
Karakteristik surgical needle
1.
2.
dengan diamtere yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk menjahit
fasia dan kulit dengan bahan yang lebih kuat. Needle yang pendek seringkali digunakan
untuk menjahit viseral dan pembuluh darah.
3.
periosteum dan tendon. Tapper digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan
untuk mendapat luka yang minimal. Blunt, untuk menjahit hepar dan lien.
4.
Tipe yang kedua adalah swadged, dimana benang sudah digabungkan dalam jarum
di dalam kemasan. Tipe ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang
minimal dalam jaringan. Selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang, sehingga
mengurangi risiko penularan penyakit pada pasien.
Daftar Pustaka
David, L., Dunn., 2008. Wound Closure Manual.
http://surgery.uthscsa.edu/pediatric/training/woundclosuremanual.pdf. (Diakses
tanggal 28 April 2014)
Hermana, A., 2009. Suture Materials. Dalam: Bedah Minor. Bandung: Dzikri Media Press, p.
28.
Sari, K. D., Mirzanie, H., Leksana & Slamet, A. W., 2005. Bedah Umum. Dalam: Leksana,
penyunt. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.