Anda di halaman 1dari 36

EMERGENSI

Pembimbing:
Dr.Yeppy A.N, Sp.B,FINaCS, MM

Penyusun:
Muhammad Rizdimas Ridho Putra

Pendahuluan

Gawat darurat adalah suatu keadaan bila


tidak dilakukan tindakan segera dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan
organ / anggota tubuhnya atau dapat
mengancam jiwa.

Basic Trauma Life Suport (BTLS)

BTLS (Basic Trauma Life Suport) adalah


bagian awal dari ATLS (Advanced Trauma
Life Suport. Pada BTLS, dokter atau
tenaga kesehatan lainnya tidak diminta
untuk memberikan tatalaksana sesuai
diagnosis definitifnya tapi hanya
memberikan kesempatan bagi pasien
untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan nantinya.

Hal dilakukan adalah Primary Survey. Di


sini dokter diminta menilai secermat
mungkin hal apa yang mengancam nyawa
pasien. Beberapa nemonic yang sering
membantu antara lain:

A : Airway with c-spine control

B : Breathing and ventilation

C : Circulation with haemorrage control

D : Disability (neurologic evaluation)

E : Exposure and Environment

2.1.1 Airway with c-spine control

Hal pertama yang harus diperiksa dalam


penyelamatan seorang pasien. Pelayan
kesehatan diharapkan bisa memberikan
distribusi oksigen dalam kurang waktu 810 menit.

Airway with c-spine


control
Pelayan
kesehatan
diharapkan

bisa
dalam

memberikan
distribusi
oksigen
kurang waktu 8-10 menit.
Pasien sadar, mampu berbicara dengan
jelas tanpa suara tambahan airway is
clear
Pengecualian untuk pasien luka bakar,
apabila terdapat jejas kehitaman atau lendir
kehitaman yang keluar dari hidung pasien
itu mungkin disebabkan sudah terjadinya
inflamasi pada saluran pernapasan
6

Kalau pasien tidak sadar lakukan


penilaian Look - Listen - Feel.
Lihat gelisah atau tidak, gerakan dinding
dada, dengarkan ada atau tidak suara
nafas, rasakan hembusan nafas pasien
dari pipi dalam satu waktu.
Kalau terjadi obstruksi totaltimbul
apnea

Tindakan yang dapat dilakukan:


untuk pasien sadar memberikan
penekanan pada dinding abdomen
melalui manuver Heilmicth atau
Manuver Abdominal Trust.
pada pasien tidak finger sweep,
abdominal trust, dan instrumental.

Kalau terjadi obstruksi parsial maka pasien


akan menunjukan tanda bunyi nafas
tambahan. Beberapa bunyi nafas itu antara
lain:
Gurgling (kumur-kumur) karena benda
cair
Stridor (crowing) karena benda padat
Snorg (mengorok)terlipatnya lidah

Breathing and
Ventilation

Lihat keadaan torak pasien, ada atau tidak cyanosis,


dan kalau pasien sadar maka pasien mampu berbicara
dalam satu kalimat panjang.
Keadaan dada pasien yang mengembung apalagi tidak
simetris mungkin disebabkan pneuomotorak atau
pleurahemorage.
Untuk membedakannya dilakukan perkusi di daerah
paru. Suara paru yang hipersonor disebabkan oleh
pneumotorak sementara pada pleurahemorage suara
paru menjadi redup.

10

Penanganan
pneumotorak ini antara
lain dengan menusukan
needle 14 G di daerah
yang hipersonor atau
pengguanan
chest
tube.
Jika terdapat henti
napasResusitasi
Paru

11

Circulation and
haemorage control

Nilai sirkulasi pasien dengan melihat


tanda-tanda perfusi darah yang turun
seperti keadaan pucat, akral dingin,
nadi lemah atau tidak teraba
Shock tersering shock hemoragik karena
luka pada abdomen, pelvis, tulang
panjang, serta perdarahan torak yang
massive.
Kalau terjadi henti jantung maka lakukan
massasse jantung.
12

Disability

Menilai keadaan neurologic pasien. Status neurologic


yang dinilai melalui GCS (Glasgow Coma Scale) dan
keadaan pupil serta kecepatannya.
Jika terdapat lateralisasi maka kemungkinan terdapat
cedera kepala yang ipsilateral. Jika respon pupil
lambat maka kemungkinan terdapat cedera kepala.
13

Exposure dan
Enviroment

Buka pakaian pasien untuk


mengeksplorasi tubuh pasien untuk
melihat kemungkinan adanya multiple
trauma. Kemudian selimuti pasien
agar mencegah hipothermi.
Setelah semua dilakukan dan keadaan
pasien menjadi stabil lakukan kembali
Secondary Survey

14

Pengkajian dan Penatalaksanaan Trauma yang


Terjadi

Trauma Torak

Pneumotoraks dan Hemotoraks


pemasangan selang dada.
Flail chest
operatif
Kontusio Pulmonal
Cedera Trakeobronkial
selang endotrakeal atau trakeostomi
Kontusio Miokardial
tindakan yang dilakukan serupa dengan untuk
infark miokardial akut
15

Cedera penetrasi
Setelah operasi perbaikan, kateter
arteri pulmonal (Swan-Ganz) dan
selang arterial dipasang unutk
memudahkan pemantauan
hemodinamik
Tamponade

Trauma Abdomen

Eksplorasi
16

2. Cedera pada Duodenum dan Pankreas

Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat mencakup


abdomen akut, peningkatan kadar amylase
serum, nyeri epigastrik yang menjalar ke
punggung, mual, dan muntah-muntah.
Laserasi minor atau kontusio hanya akan
memerlukan pemasangan drain, sedangkan
luka-luka besar memerlukan perbaikan
pembedahan.

17

3. Cedera pada Hepar

sifat dari cedera atau LPD positif atau skan


CT digabung dengan kondisi klinis pasien
akan menuntut dilakukannya pembedahan.
Cedera pada hepar juga memrlukan
drainase empedu dan darah pascaoperasi
melalui drain.
Setelah pembedahan, mungkin timbul syok
hipovolemik dan koagulopati

18

4. Cedera pada Limpa

1.

2.
3.

4.

Limpa adalah organ abdomen yang paling


umum mengalami cedera. Lebih sering sebagai
akibat trauma tumpul.
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan
termasuk :
nyeri kuadran kiri atas menjalar sampai ke bahu
kiri,
syok hipovolemik,
dan temuan-temuan nonspesifik dengan
peningkatan jumlah sel darah putih.
LPD, scan CT abdominal, atau pemeriksaan
radionuklida biasanya penting untuk diagnosa. 19

Trauma Pelvik
1. Cedera pada Kandung Kemih

Kandung kemih dapat mengalami laserasi atau pecah,


paling sering sebagai konsekuensi trauma tumpul.
Cedera pada kandung kemih seringkali berhubungan
dengan fraktur pelvic. Adanya hematuria, nyeri
abdomen bawah, atau ketidakmampuan berkemih
memerlukan pemeriksaan terhadap cedera uretra
dengan uretrogram retrogad sebelum pemasangan
kateter urine.
Cedera pada kandung kemih dapat menyebabkan
ekstravasasi urine intraperitoneal atau
ekstraperitoneal.
20

2. Fraktur Pelvik
Fraktur pelvik yang kompleks berkaitan
dengan mortalitas yang tinggi.
Hemoragi sekunder adalah penyebab yang
paling sering dari kematian dini, sedangkan
sepsis menyebabkan penundaan mortalitas.

Angiogram seringkali diperlukan untuk


menemukan letak dan menyumbat sumber
perdarahan.
Perhatian utama dari perawat unit
perawatan kritis adalah untuk mencegah
syok hemoragi.
21

Trauma pada Ekstremitas


1. Fraktur

Fraktur sering terjadi pada trauma tumpul,


kurang jarang pada trauma penetrasi.
Manakala radiografi sudah memastikan adanya
fraktur, maka harus dilakukan stabilitasi atau
perbaikan fraktur.
Fiksasi internal fraktur sering memungkinkan
ambulasi dini pada pasien dengan cedera
multipel yang mungkin akan mengalami
komplikasi akibat tirah baring berkepanjangan
(ulkus dekubitus, emboli pulmonal, penyusutan
otot).
22

2. Cedera Vaskular
Cedera vaskular sering kali mengakibatkan
perdarahan atau trombosis pembuluh.
Cedera vaskular biasanya disebabkan oleh trauma
penetrasi, dan kurang sering karena fraktur.
Angiogram juga dapat digunakan untuk
menentukan tempat cedera dan mengidentifikasi
fistula arteriovenosa, pseudoaneurisme, dan
penutupan intima.
Dilakukan perbaikan pembedahan primer atau
tandur vaskuler.

23

Penanganan Luka Bakar

Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati,


apabila penderita masih dalam keadaan terbakar,maka
dapat ditempuh dengan cara :
Menyiram air dengan jumlah yang banyak apabila api
disebabkan karena bensin atau minyak, kerana apabila
dalam jumlah sedikit hanya akan memperbesar api.
Menggulingkan penderita pada tanah yang datar, kalau bisa
dalam selimut basah (penolong jangan sampai turut
terbakar).

24

Survei primer
Airway
Menghisap gas atau pertikel korban yang terbakar
dalam jumlah juga dapat mengganggu airway.
Apabila obsruksi parsial dibiarkan, maka akan
menjadi total dengan akibat kematian penderita
indikasi klinis adanya trauma inhalasi anatara lain:
Luka bakar yang mengenai wajah dan leher
Alis mata dan bulu hidung hangus
Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan
akut orofaring
Sputum yang mengandung karbon atau arang
Suara serak
Riwayat gangguan mengunyah dan terkurung
dalam api
Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
25

Breathing
Gangguan breating yang timbul cepat,
dapat disebabkan karena:
Inhalasi partikel panas yang menyebabkan
proses peradangan dan edema pada
saluran jalan nafas yang paling kecil
Keracuanan Co (karbondioksida). Asap dan
api mengandung Co. apabila penderita
berada dalam ruangan tertutup yang
terbakar maka kemungkinan keracunan Co
cukup besar

26

Circulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air
yang berlebih dari tubuh, dengan akibat terjadi
dehidrasi.

Disability
Jangan lupa memeriksa skor GCS dan tanda lateralisasi
(pupil dan motorik). Kepanikan mungkin menimbulkan
benturan sehingga perdarahan intracranial dapat saja
terjadi.

Eksposure
Pada eksposure selaluperhatikan penderita jangan
sampai hipotermi

27

Survey Sekunder
Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal
sekitar kejadian.Tidak jarang terjadi bahwa
disamping luka bakar akan ditemukan pula
perlukaan lain yang disebabkan usaha melarikan
diri dari dari api dalam keadaan panic tersebut.
Pemeriksaan ujung rambut sampai ujung rambut
sampai ujung.
Luka bakarnya sendiri Menyemprot dengan air
hanya dilakukan bila tiba sebelum 15 menit
setelah kejadian.

28

Penatalaksanaan Luka
Perawatan luka dilakukan segera setelah
tindakan resusitansi jalan nafas dan
mekanisme bernafas serta resusitasi
cairan dilakukan:melakukan tindakan
debridement,nekrotomi,dan pencucian
luka.Tentunya tindakan ini di lakukan di
Ruang Operasi Luka Bakar

29

Luka Bakar Kimia


Zat yang bersifat basa kuat lebih berbahaya di
bandingkan zat bersifat asam kuat. Semakin asam
atau basa, semakin berbahaya pula.
Apabila menemukan penderita masih dalam
keadaan terkena zat kimia:
Selalu proteksi diri
Apabila zak kimia bersifat cair, langsung semprot
dengan air mengalir.
Apabila sifat kimia bersifat bubuk safu dulu sampai
zat kimia tipis baru siram.
Luka karna zat kimia diperlakukan sebagai luka
bakar.
30

Indikasi rawat
Pada beberapa kasus luka bakar yang perlu
dirujuk kepusat luka bakar sebagai berikut :
Kasus LB derajat II > 15% persen pada
dewasa dan >10% pada anak-anak.
Kasus LB derajat II pada muka, tangan dan
kaki. Perinium, sendi.
Kasus LB derajat III >2% pada dewasa,
setiap derajat III pada anak-anak.
Kasus LB disebabkan oleh listrik disertai
cedera, jalan nafan atau komplikasi lain.
31

Trauma Kapitis
Jenis trauma kapitis
Fraktur
Fraktur calvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka
(tidak ada hubungan otak dengan dunia luar) tidak
memerlukan perhatian segera. Yang lebih penting adalah
keadaan intra-kranialnya.
Cedera Otak
Cedera otak dapat berupa Cedera Difus dan Cedera Fokal
Cedera Difus dapat kehilangan kesadaran yang sebentar
(komosio serebri) atau lebih lama (difuse axonal injury).
Cedera Fokal dapat berupa kontusio atau perdarahan
intra-kranial. Perdarahan intra-kranial dapat berupa
perdarahan epidural, perdarahan subdural atau
perdarahan intracranial.
32

Penilaian Trauma kapitis


Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran merupakan tanda utama
trauma kapitis. Saat ini penurunan kesadaran dinilai
memakai Glosgow Coma Scale (GCS), dan
merupakan keharusan untuk dikuasai oleh setiap
para medic.
GCS memakai 3 komponen, yakni Eye (mata), Verbal
(kemampuan berbicara), dan Motorik (gerakan).

33

Tanda lateralisasi

Pupil
Motorik

Tanda-tanda peningkatan tekanan intra-kranial (TIK)

Pusing dan muntah


Tekanan darah sistolik meninggi
Nadi melambat (bradikardia)
Tanda tanda peninggian tekanan intrakranial tidak mudah untuk dikenali,
namun apabila ditemukan maka harus
sangat waspada
34

Penyumbatan
Penyumbatan pada usus dapat terjadi secara dua
mekanisme yaitu :
- Ileus obstruktif ialah suatu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau mengganggu jalannya isi usus
- Ileus paralitik ialah suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu
berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga
menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang
menyebabkan perforasi.

35

Hernia

Hernia ialah menonjolnya suatu organ


atau struktur organ dan tempatnya
yang normal melalui sebuah defek
kongenital atau yang didapat.
Menurut gejalanya, hernia dapat
dibedakan antara : reponibel,
ireponibel, inkarserata, strangulata

36

Anda mungkin juga menyukai